Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDIVIDU ORAL BIOLOGY 3

PERAN BUAH DELIMA SEBAGAI ANTIMIKROBIAL SALURAN


AKAR

DISUSUN OLEH:
Gabriela Maretta (04121004063)
DOSEN PEMBIMBING:
drg. Shanty Chairani, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013

Peran Buah Delima sebagai Antimikrobial pada Saluran Akar


Gabriela Maretta
Fakultas Kedokteran/Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sriwijaya

Abstract:
Recently there has been an increasing interest in extracting relevant natural
antimicrobial agents as potent as the chemical antibiotics to be used as an alternative
approach for controlling growth of microorganisms. Pomegranate (Punica granatum)
has taken great attention for its potent antimicrobial agent. Pomegranate that has been
used for this study is pomegranate peel, sweet and sour pomegranate, and
pomegranate homemade and market syrup. From these study revealed that
pomegranate could inhibit microorganisms growth including microorganisms which
live in root canal of the tooth like E. faecalis and S. aureus. The results indicate that
pomegranate has a good bacteriostatic and bactericidal effects.
Keywords: Punica granatum, antimicrobial effects, microorganism, root canal,
inhibit.
PENDAHULUAN
Secara umum penyakit pulpa dapat disebutkan sebagai kelainan pada jaringan
pulpa (saluran akar gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf) dan jaringan sekitar
akar gigi (periapikal) akibat inflamasi oleh iritasi bakteri, mekanis, atau kimia.
Kelainan-kelainan pada pulpa dapat terjadi karena aktifitas bakteri penyebab
karies atau lubang gigi yang secara kronis menginfeksi jaringan pulpa dan jaringan
sekitar akar gigi. Penyebab lainnya dapat terjadi secara mekanis, dan kimiawi antara
lain: trauma atau benturan, abrasi dan atrisi, yaitu pengikisan email gigi (contoh:
bruxism atau gigi yang gemerutuk saat tidur) dan kesalahan saat tindakan oleh dokter
gigi. Kerusakan pulpa juga dapat disebabkan oleh zat asam dari makanan ataupun
bahan-bahan kedokteran gigi.
Pengetahuan tentang penyebab kelainan pulpa penting dikterhui untuk
mencegah terjadinya penyakit pulpa dan periapikal. Reaksi pulpa terhadap cedera
sangat individual dan variatif, sehingga proses kelanjutan inflamasi sulit diperkirakan.
Perubahan-perubahan penjalaran inflamasi pada pulpa sering terjadi tanpa rasa
nyeri, dan tanpa diketahui oleh pasien ataupun dokter giginya. Sangat disarankan
untuk segera ke dokter gigi saat menyadari adanya lubang gigi atau rasa ngilu pada
gigi saat terkena makanan panas dan dingin. Walaupun belum tentu mengenai pulpa,

rasa ngilu akibat rangsang panas dan dingin menandakan bahwa karies sudah
mencapai dentin atau sangat mendekati pulpa.
Terinfeksinya pulpa terjadi pada tahap karies yang sudah lanjut dan akhirnya
dapat menyebar ke seluruh jaringan pulpa di akar dan mengakibatkan infeksi di tulang
periapikal, berbentuk abses periapikal.
Kondisi lanjutan yang sering ditemui adalah pasien datang dalam keadaan
sakit dengan gusi yang membengkak dan disertai gejala sistemik seperti demam,
pendarahan spontan di gusi, malaise, dan leukositosis. Beberapa kasus menunjukkan
gejala gangguan pada kemih dan lambung.
Keluhan akibat inflamasi pulpa dapat timbul secara akut ataupun kronis.
Inflamasi secara akut adalah kondisi yang timbul akibat mekanis (misal: instrumentasi
di ruang dokter), invasi bakteri pathogen dari tulang yang masuk melalui celah bawah
akar gigi (foramen apikalis), dan tekanan cairan eksudat dan nanah pada abses
dentoalveolar.
Namun tidak jarang pasien menunda ke dokter gigi saat keluhan sakit yang
dirasakan berkurang. Padahal penting diketahui kondisi sakit yang berulang bisa lebih
parah. Bengkak yang timbul disertai abses yang berisi pus atau nanah yang secara
kronis akan meningkatkan risiko kerusakan tulang rahang, kista radikular, granuloma
apikalis dan beberapa komplikasi lainnya.
Penyakit jaringan pulpa dan periapikal harus diobat segera untuk mencegah
terjadinya infeksi yang berkelanjutan dari bakteri yang ada. Semakin berkembangnya
obat kimia yang berkembang di masyarakat, obat alternatif juga sedang berkembang
pesat. Banyak masyarakat yang lebih memilih obat alami karena mengingat tidak ada
atau sedikit efek samping yang ditimbulkan dibanding obat kimia. Banyak penelitian
sekarang yang dilakukan untuk mengetahui buah delima sebagai antimikrobial pada
saluran akar sehingga dapat menjadi pilihan masyarakat dalam menyembuhkan
penyakit saluran akar yang akan dibahas dalam makalah ini.
PENYAKIT PULPA
Penyakit pulpa adalah suatu keadaan saat kekuatan pulpa rendah untuk
menjadi kuat kembali yang disebabkan aktivitas plasminogen yang tinggi, yang
dengan cepat merusak fibrin setelah injuri,
Etiologi

a.

Iritan mikroba

Karies mengandung banyak bakteri seperti S. Mutans, Laktobasili,


Actynomyces. Mikroorganisme dalam karies menghasilkan toksin yang berpenetrasi
kedalam pulpa melalui tubulus dentin.
Bakteri dan produknya dan iritan lain dari jaringan yang telah nekrosis
menjadi merembes dalam jaringan periapeks menjadi inflamasi periapeks.
Jalannya invasi bakteri, masuknya bakteri kedalam pulpa melalui 3 cara :

Invasi langsung melalui dentin


Invasi melalui pembuluh darah atau limfatik terbuka
Bakteri dapat menembus dentin pada waktu preparasi kavitas karena
kontaminasi lapisan smear karena penitrasi bakteri pada tubuli dentin
terbuka,

b.

Iritan mekanis.

Jaringan radikuler dapat teriritasi secara mekanik dan mengalami inflamasi


oleh pengaruh trauma, hiperoklusi, prosedur dan kecelakaan perawatan endodonsia,
ekstirpasi pulpa, instrumentasi yang terlalu berlebihan (overinstrumentation),
perforasi akar, dan pengisisan yang terlalu panjang.
Iritasi mekanik oleh instrument biasa terjadi selama preparasi saluran
akar.penentuan panjang gigi yang tidak tepat biasanya merupakan penyebab
instrumentasi berlebihan dan inflamasi.
c.

Iritan kimia.

Antibakteri yang dipakai selama pembersihan dan pembentukan saluran akar,


obat-obatan intrakanal, senyawa dalam bahan obturasi menjadi iritan kimia yng
potensial mengiritasi jaringan periradikuler.
Klasifikasi Penyakit Pulpa
a.

Hiperemi Pulpa

Hiperemi pulpa adalah penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa, yang
di sebabkan oleh kongesti vaskulai.
b.

Pulpitis

Pulpitis merupakan kelanjutan dari hiperemi pulpa, yaitu bakteri yang


menggerogoti jaringan pulpa.
Berdasarkan ada atau tidaknya gejala:

Pulpitis simtomasis

Yang termasuk dalam pulpitis sistomasis adalah: Pulpitis akut, Pulpitis akut
dengan periodontitis apikalis,Pulpitis subakut.

Pulpitis asimtomasis

Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan


dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliterasi.
Yang termasuk pulpitis asimtomasis: Pulpitis kronis lilseratif,Pulpitis kronis
hiperplastik, Pupitis kronis yang bukan di sebabkan karies.
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnose kolinis:
Pulpitis reversible, yaitu fitalitas jaringan pulpa masih dapat di pertahankan.
Yang termasuk pulpitis reversible: Peradangan pulpa stadium transisi, Atrofi
pulpa, Pulpitis akut.
Pulpitis Ireversibel,yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat
di pertahankan,tetapi gigi masih dapat di pertahankan dalam rongga mulut.
Yang termasuk pulpitis interversibel:

c.

Pulpitis kronis parsicilis tanpa nekrosis


Pulpitis kronis parsicilis dengan nekrosis
Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
Pulpitis kronis eksaserbasi akut
Degenerasi Pulpa

Penyebabnya ialah iritasi ringan yang persisten. Keadaan ini biasanya


asimtomatis,gigi tidak mengalami perubahan warna dan pulpa tidak bereaksi terhadap
tes termal dan elekrik.
Macam-macam degerasi pulpa:

Degenerasi hialin.

Terjadinya penebelan jaringan ikat pulpa karena penempelan karbohidrat.

Degenerasi amiloid

Terlihat gumpalan-gumpalan sel pada pulpa

Degenerasi kapur

Terjadinya mineralisasi pada pulpa sehingga dapat terbentuk dentikel.


Mineralisasi dapat terjadi.mineralisasi dapat terjadi pada jaringan saraf,jaringan

ikat,terutama pada saluran akar.


d.

Pulpitis Hiperplastik

Pulpitis hiperplastik merupakan suatu intlamasi pulpa produkdif yang di


sebabkan oleh suatu pembukaan karies luas pada pulpa muda.
Ganguan ini di tandai oleh perkembangan jarinagan granulasi,kadang-kadang
tertutup oleh opitelium dan di sebab kan Karen iritasi tingkat rendah yang
berlangsung lama.
e.

Nekrosis pulpa.

Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan dari radang
pulpa akut/kronis/terhenti sirkulasi darah.
Ada 2 tipe nekrosis pulpa, yaitu: Tipe koagulasi,banyak jaringan yang larut,
mengendap,dan berubah menjadi bahan yang padat. Tipe liguetation; jarainagn pulpa
menjadi bahan lunak dan cair
MIKROBIAL DI SALURAN AKAR
Saluran pulpa yang sempit menyebabkan drainase yang tidak sempurna pada
pulpa yang terinfeksi, namun dapat menjadi tempat berkumpulnya bakteri dan
menyebar kearah jaringan periapikal secara progresif. Ketika infeksi mencapai akar
gigi, jalur patofisiologi proses infeksi ini dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi
bakteri, ketahanan host, dan anatomi jaringan yang terlibat.
Pada kamar pulpa hingga ke saluran akar mengandung beragam bakteri yaitu
jenis gram positif dan gram negative, anaerob fakultatif dan anaerob obligat. Pada
awal nekrosis, bakteri yang dominan adalah jenis bakteri gram positif seperti
Enterecoccus faecalis, O. uli, M. micros, P. alactolyticus dan Propionibacterium
spesies sedangkan pada tahap lanjut, bakteri yang dominan khususnya pada bagian
apical adalah P. alactolyticus, P. propionicum, F. alois, T. forsythia, D. pneumosintes
dan D. insisus.
Saluran akar merupakan habitat selektif yang memungkinkan pertumbuhan
spesies tertentu bakteri. Cairan dalam jaringan pulpa nekrosis memberikan nutrient
yang kaya dengan polipeptida dan asam amino. Nutrient, ketegangan oksigen rendah,
dan produk bakteri dapat menghasilkan bakteriosin, yaitu protein antibiotic seperti
yang dihasilkan oleh suatu jenis bakteri untuk menghambat bakteri spesies lain.

Sebagian besar bakteri yang ditemukan pada infeksi endodontk merupakan


jenis bakteri anaerob. Bakteri anaerob umumnya menghasilkan ikatan asam lemak
rantai pendek terutama propionate, butirat, dan asam isobutirat.
BUAH DELIMA
Punica granatum L. yang dikenal dengan buah delima termasuk dalam
punicaceae family dan tumbuh di berbagai negara.
Buah delima, Punica granatum L., adalah salah satu buah tertua yang
diketahui dapat dikonsumsi. Buah ini berasal dari Persia dan berkembang ke Asia,
Afrika Utara, dan Mediterania Eropa, termasuk Turki. Di Turki, penanaman buah
delima telah meningkat drastic di beberapa tahun terakhir dan produksi total pada
tahun 2007 melebihi 100.000 ton.
Punica granatum L. telah banyak digunakan sebagai obat tradisional di
Amerika, Asia, Afrika dan Eropa untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Buah
delima ini dikonsumsi bisa dalam bentuk jus segar, buah kaleng, dan juga bahkan
pada pasta gigi sebagai formula terapeutik dan kosmetik. Sejak lama buah delima
telah dianggap sebagai makanan yang menyembuhkan dengan beberapa efek
terapeutik di berbagai penyakit. Sebagai contoh untuk penyakit asidosis, disentri,
infeksi mikrobial, diare, helmintiasis, heamorrhage, dan penyakit pernafasan.
Kini, buah delima juga dianggap sebagai alternatif agen antibakterial alami
untuk

mengontrol

pertumbuhan

mikroorganisme.

Salah

penggunaan

dari

antimicrobial berbahan dasar kimia yang dijual bebas mengakibatkan perkembangan


yang berbahaya dari resistennya antimikrobial mikroorganisme patogen pada
manusia. Maka dari itu dikembangkan tanaman obat yang diketahui berpotensi
memiliki aktifitas antimikrobial, dan selalu menjadi obat untuk masalah kesehatan
manusia.
Pada berbagai penelitian, buah delima memperlihatkan memiliki aktifitas
antimikrobial. Sehingga meningkatnya ketertarikan global terhadap fungsional dan
keuntungan nutrisi dari buah delima.
Bahan kima nabati seperti tannin (asam galat, asam elagik) dan flavonoid yang
dikstrak dari buah delima terbukti memiliki aktifitas antimikrobial ketika diuji
melawan Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, meticilin resisten terhadap
Staphylococcus aureus RSA dan bakteri berbahaya lainnya. Braga mengungkapkan
bahwa

ekstrak

buah

delima

tidak

hanya

menghambat

Staphylococcus aureus tetapi juga produksi dari enterotoksin.

pertumbuhan

dari

Penilitan juga menunjukkan bahwa buah delima adalah buah yang kaya akan
polifenol termasuk ellagitanins, gallotannins, asam ellagik, dan katesin. Polifenol ini
menujukkan aktifitas biologis seperti menghilangkan radikal bebas, menghambat
oksidasi, pertumbuhan antimikrobial, dan mengurangi resiko dari penyakit jantung
dan beberapa kanker. Penggunaan buah delima untuk mengkontrol perlekatan
organisme berbeda di rongga mulut seperti Streptococcus mutans, Streptococcus mitis
dan Candida albicans (dalam perbandingan dengan mikonazol) juga telah dilaporkan.
Berikut ini dijelaskan beberapa penelitian mengenai buah delima yang memiliki
aktifitas antimikrobial pada bakteri saluran akar:
Penelitian I:
Pada penilitian ini, menggunakan media agar sebagai media pertumbuhan
bakteri yang diberi ekstrak buah delima untuk melihat tingkat petumbuhan bakteri.
Ada beberapa bakteri yang diujikan; bakteri yang umumnya terdapat di saluran akar
adalah: Staphylococcus aureus, dan Enterococcus faecalis. Setelah media agar yang
disediakan tersebut diberi ekstrak buah delima dan bakteri, maka media agar tersebut
diinkubasi dengan suhu tertentu selama 72 jam. Kemudian diamati dan diukur
banyaknya bakteri yang berkembang.
Penelitian II:
Penilitian ini menggunakan dua macam buah delima dalam bentuk sirup segar
yaitu sirup buah delima buatan pabrik yang dijual di swalayan dan sirup buah delima
yang merupakan produksi rumahan. Kemudian bakteri yang akan diujikan pada
penelitian ini diletakkan pada media agar dan diberi dua sampel sirup buah delima
yang berbeda. Jadi setiap specimen terdiri dari dua media agar untuk sirup buah
delima yang berbeda. Kemudian setelah semua specimen siap maka semua sampel
tersebut diinkubasi selama 18-24 jam lalu kemudian diamati perubahan yang terjadi
pada sampel tersebut.
Penelitian III:
Buah delima segar dikumpulkan kemudian dikupas kulitnya untuk dikeringkan
dan dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu asam dan manis berdasarkan rasa dan
warnanya. Bakteri yang diujikan merupakan bakteri gram-positif diletakkan diatas
plat bersamaan dengan sampel buah delima kering kemudian diinkubasi selama 24
jam kemudian setelah itu dianalisis secara statistic untuk setiap sampelnya.

HASIL PENELITIAN
Penelitian I:
Ada perbedaan signifikan diantara efek penghambatan dari mikroorganisme
yang berbeda. Pada penelitian ini diketahui metanol, etanol, aseton, dan ekstrak air
dari buah delima ini aktif dan efektif dalam melawan mikroorganisme yang diujikan
dengan bakteri pada saluran akar yaitu Staphylococcus aureus dengan diameter
inhibisi nya adalah 11 mm. Kemudian untuk bakteri Enterococcus faecalis diameter
inhibisi nya adalah 12 mm. Pada penelitian ini juga terlihat hasil penelitiannya
terhadap bakteri lain ada juga yang diameter inhibisi nya lebih tinggi yaitu berkisar
dari 12-31 mm. Seperti contohnya Escherichia coli dengan diameter inhibisi yaitu
25mm.
Aktivitas antimikrobial dari komponen fenolik didokumentasikan dengan baik.
Ekstrak makanan dapat lebih menguntungkan dari konstituen yang diisolasi karena
komponen lain yang ada pada ekstrak dapat merubah sifat dari komponen individual
bioaktif.
Penelitian II:
Hasil dari penelitian ini dari sampel yang menggunakan sirup buah delima
produksi rumahan adalah diameter inhibisi dari Staphylococcus aureus 26 mm dan
bakteri Enterococcus faecalis 21 mm. masih ada bakteri lainnya, dengan diameter
inhibisi terendah adalah pada Streptococcus Pneumoniae 11 mm serta yang terbesar
adalah Bacillus subtilis 26,5 mm.
Kemudian diameter inhibisi hasil sampel yang menggunakan sirup buah
delima buatan pabrik: Staphylococcus aureus 26 mm, Enterococcus faecalis 22 mm.
Terlihat diameter inhibisi yang dihasilkan oleh sirup delima buatan pabrik lebih besar
dengan range 14 26 mm meskipun batas tertinggi nya sama.
Penelitian III:
Hasil dari penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama yaitu
yang menggunakan buah delima masam. Diameter inhibisi Staphylococcus aureus 20
mm; Enterococcus faecalis 14,7 mm; dan Escherichia coli 10,3 mm. Secara
keseluruhan range nya berkisar 8 -20 mm.
Kemudian untuk sampel yang menggunakan buah delima manis diameter
inhibisi nya: Staphylococcus aureus 19,7 mm; Enterococcus faecalis 13,3 mm. untuk
keseluruhan sampel range nya sebesar 7,7 19,7 mm.

PEMBAHASAN
Beberapa mekanisme antibakteri yang berasal dari ekstrak tanaman telah
dilaporkan seperti menghambat pembelahan sel, atau merusak dinding sel bakteri dan
menyebabkan perubahan dalam metabolisme mikroba. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui aktivitas antibakterial dari buah delima dan bagaimana
komponen bioaktif pada buah delima dapat membuat perubahan morfologi secara
drastis setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC yang mengindikasi buah
delima dapat digunakan sebagai alternatif antibakterial menggantikan kimia yang
biasa digunakan.
Secara umum, tingkat efek penghambatan dari ekstrak delima dapat dikaitkan
dengan fenolat dan kandungan antosianin dari buah-buahan. Bioaktifitas ekstrak aril
pada mikroorganisme yang diuji memiliki jumlah tinggi flavonol, fenolat, antosianin
dan asam organik. Shoko dkk mengungkapkan, fenolat merupakan komponen
terpenting untuk melawan bakteri, dibandingkan dengan asam galat yang
diidentifikasi sebagai komponen paling aktif untuk melawan bakteri yang diujikan.
Penemuan lain juga mendukung hasil ini. Efek penghambatan dari komponen fenolat
dapat menjelaskan dengan adsorpsi ke membran sel, interaksi dengan enzim, substrat
dan deprivasi ion metal. Hasil ini mengkonfirmasi potensi antibakterial dari buah
delima dan penggunaannya pada obat tradisional.5
Beberapa metabolit lain termasuk tanin, flavonoid dan zat aktif lainnya
sebelumnya telah dikaitkan dengan aktivitas antimikroba dan banyak digunakan
dalam penggantian agen antimikroba yang diproduksi secara kimia. Buah delima telah
lama dikenal dari zaman kuno sebagai sumber yang kaya sifat farmakologi karena
antioksidan, antimikroba dan aktivitas antiproliratif. Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas antibakteri ampuh terutama disebabkan adanya tanin terhidrolisa dan
polifenol khusunya asam galat dalam ekstrak delima. 6,7.
Tanin dapat bertindak pada dinding sel dan melintasi membran sel dengan
pengendapan protein. Tanin dapat menghambat enzim dengan mengoksidasi reagen
dan mengganggu co-agregasi mikroorganisme. Chung dkk mengatakan efek dari tanin
pada metabolisme bakteri diidentifikasi dengan efeknya pada membran bakteri,
karena tanin dapat melewati dinding selnya yang mebgandung polisakarida dan
protein dan berikatan dengan permukaanya lalu menghambat aktivtas normalnya.

Cowan menyarankan bahwa sifat antimikroba dari tanin berada dalam menonaktifkan
adhesi mikroba, enzim dan transport protein pengembangan sel, membentuk

kompleks dengan polisakarida dan memodifikasi morfologi dari mikroorganisme


dalam kesepakatan dengan penemuan yang dilaporkan dengan waktu inkubasi assay
selama 24 jam untuk sirup delima produksi rumahan dimana kelangsungan hidup sel
dan perubahan strukturalnya diamati, memberi strategi pengembangan baru dalam
pengobatan patogen manusia diantaranya adalah resisten antibiotik dimana sirup buah
delima memperlihatkan potensi aktivitas antibakterial melawan bakteri yang diujikan
pada penelitian. Braga meneliti ekstrak buah delima tidak hanya menghambat
pertumbuhan dari Staphylococcus aureus tetapi juga produksi dari enterotoksin.6.
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis dilaporkan memiliki
dampak dari ekstrak buah delima.
Pada penilitian ke III menunjukkan Staphylococcus aureus sangat sensitif
terhadap ekstrak metanolat dari buah delima yang masam dan manis. Untuk hasil
penelitian dengan sampel buah delima masam dan manis yang berbeda, diketahui
bahwa penyebabnya adalah ekstrak metanolat dari buah delima asam mungkin
menggunakan efek bakterisidal, tetapi ekstrak metanolat dari buah delima manis
mungkin memiliki efek bakteriostatik. Hal ini diperkirakan karena perbedaan jumlah
substansi antibakterial (seperti tanin dan substansi fenolat) pada buah delima yang
masam dan manis.7
KSEIMPULAN
Buah delima diketahui mengandung tanin dan fenolat yang dapat menghambat
aktivitas perkembangan bakteri karena dapat melewati dinding sel bakteri sehingga
pertumbuhan bakteri dapat dihambat. Karena itu, kini telah banyak digunakan buah
delima sebagai obat alternatif karena bersifat antibakterial terutama pada bakteri di
saluran akar. Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memiliki data dan hasil
yang lebih akurat di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tarigan, R. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). EGC: Jakarta.
2. Squiera JF, IN Rocas. Endodontic Microbiology In: Endodontics
Principles And Practice 4th ed. Michigan: Saunders. 2008: 38-46.
3. Fouad AF. Endodontic Microbiology. 1st ed. USA: Blackwell, 2009:88-98,
130-146, 250.
4. Gutmann et al.

Identify and

define

all

diagnostic

terms

for

periapical/periradicular health and disease states. JOE-Volume 35, Number


12, December 2009.
5. Duman, Ahmet. Antimicrobial Activity of Six Pomegranate (Punica
granatum L.) Varieties and Their Relation to Some of Their Pomological
and Phytonutrient Characteristics. Molecules. 2009:1808-17.
6. Al Hazzani, Amal. Pomegranate (Punica granatum) from ancient roots to
modern life known with a potent antibacterial activity. Annals of
Biological Research: 2013, 4(5): 75-87.
7. Naziri, Z; Rajalan, H. Antibacterial effects of Iranian native sour and sweet
pomegranate (Punica granatum) peel extracts against various pathogenic
bacteria. Iranian Journal of Veterinary Research, Shiraz University, Vol.
13, No. 4, Ser. No. 41, 2012: 282-8.

Anda mungkin juga menyukai