Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor

yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu


tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh
telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan
suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran
panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu
mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres,
beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam
memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres
hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres
dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas
(Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada
penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.
1.2

RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian suhu tubuh ?
Bagaimana mekanisme pengatur suhu tubuh ?
Apa saja macam dari suhu tubuh ?
Faktor apa saja yang mempengaruhi suhu tubuh ?
Bagaimana mekanisme tubuh ketika suhu tubuh berubah ?
Apa sistem penyekat panas itu ?


1.3

Bagaimana proses hilangnya panas dari kulit ke lingkungan ?

TUJUAN
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk

mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata


kuliah Ilmu Keperawatan Dasar III dan agar kita semua lebih memahami dan
mengerti mengenai sistem panas tubuh serta mekanisme yang terjadi di dalamnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

PENGERTIAN SUHU TUBUH


Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh

proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.adapun tempat
pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan dalam relatif konstan seperti
rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemiih dan suhu
permukaan seperti kulit, aksila, oral. Rasa suhu mempunyai dua submodalitas
yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa
panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang
terdapat di dalam system syaraf pusat. Dengan pengukuran waktju reaksi, dapat
dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat dibandingkan
dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu
tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur
hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh
telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan
suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran
panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin atau panas dapat diblok sehingga objektif
maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1. Rasa Suhu Kulit Yang Tetap (Rasa Suhu Static)

Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat akan
dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi dirasakan
dan kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan merasakan
hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh
terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada uhu netral
(suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di
atas 36C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 17C.
2. Rasa Suhu Kulit Yang Berubah (Rasa Suhu Dinamik)
Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu awal
kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar tehadap
rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa hangat tinggi
sedangkan untuk rasa dingin rendah. Bila suhu meninkat ambang rasa hangat
menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu
berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang
terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin.
3. Titik Rasa Dingin Dan Panas
Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin
dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu
lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba atau tekan. Titik rasa dingin
lebih banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang
paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
2.2

MEKANISME PENGATUR SUHU TUBUH


Termoregulasi seperti fungsi sistem tubuh lainnya mempunyai sistem

umpan balik (feed back) negatif dan positif untuk mengatur fungsi fisiologis
tubuh. Suhu tubuh dipertahankan melalui suatu fungsi fisiologis yang melibatkan
reseptor-reseptor suhu perifer dan sentral.
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah :

Hipotalamus anterior (AH/POA)


Berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan
keringat.
Hipotalamus posterior (PH/ POA)
Berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah,
piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi
4

hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta


meningkatkan basal metabolisme rate.
Fungsi pengaturan suhu tubuh atau termoregulasi tersebut dibedakan menjadi
3 fase, yaitu :
1. Termal Aferen
Informasi mengenai suhu berasal dari sel-sel di seluruh tubuh yang sensitif
terhadap perubahan suhu. Reseptor-reseptor suhu ini terletak di kulit dan
membrana mukosa. Terdiri dari reseptor panas dan reseptor dingin. Reseptor
dingin menyalurkan impuls melalui serabut saraf A dan reseptor dingin melalui
serabut saraf C tak bermielin. Serabut saraf C tak bermielin juga untuk
mendeteksi dan menghantarkan impuls nyeri. Hal ini yang menyebabkan impuls
panas yang intens kadang-kadang sulit dibedakan dengan impuls nyeri tajam.
Reseptor di kulit ini memiliki 10 kali lebih banyak reseptor dingin daripada
reseptor panas. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama menyangkut
deteksi suhu dingin daripada suhu panas.
Reseptor suhu tubuh bagian dalam juga ditemukan pada bagian tertentu
dari tubuh, terutama di medula spinalis, organ dalam abdomen dan torak,
hipotalamus dan bagian lain dari otak, serta sekitar vena-vena besar. Reseptor
dalam ini berbeda fungsinya dengan reseptor kulit karena reseptor tersebut lebih
banyak terpapar dengan suhu inti daripada suhu permukaan tubuh.
Reseptor suhu juga terdapat di hipotalamus anterior area pre-optik. Area
ini mengandung sejumlah besar neuron yang sensitif terhadap panas yang
jumlahnya kira-kira sepertiga neuron yang sensitif terhadap dingin.

2. Regulasi Sentral
Pusat regulasi suhu di serebral terletak di hipotalamus. Impuls suhu yang
berjalan melalui traktus spinotalamikus, yang berasal dari kulit, medula spinalis,
jaringan sebelah dalam torak dan abdomen serta bagian otak lainnya akan dibawa
dan diintegrasikan di hipotalamus, yang kemudian akan mengkoordinasi jalur
eferen menuju efektor.

Area pada hipotalamus yang dirangsang oleh impuls sensoris ini adalah
suatu area yang terletak secara bilateral dalam hipotalamus posterior kira-kira
setinggi korpus mamilaris. Di area ini impuls dari area pre optik dan dari perifer
tubuh digabung untuk mengatur reaksi pembentukan panas atau reaksi
penyimpanan panas tubuh.
Pada manusia, suhu inti diatur dalam suatu limit yang kecil yang disebut
set-point. Set-point ini yang mengatur adalah hipotalamus posterior. Nilai ambang
suhu inti tidak melebihi 0,4C, pada umumnya berkisar 36,7-37,1C. Nilai ambang
ini disebut interthreshold range. Hipotalamus mengatur suhu tubuh dengan
mengintegrasikan input suhu yang berasal dari perifer dan inti serta
membandingkan dengan set-point di hipotalamus posterior.
Interthreshold range ini bisa berubah pada penderita hipotiroid, hipertiroid,
infeksi, exercise/olah raga, makanan, anestesi dan pemberian obat-obatan,
misalnya alkohol, sedatif dan nikotin. Regulasi sentral ini intact pada bayi, tetapi
seringkali terganggu pada orang tua atau penderita sakit kritis.
3. Respon Eferen
Respon termoregulasi dari perubahan suhu terdiri dari perubahan tingkah
laku. Pada manusia dengan kesadaran penuh, perubahan tingkah laku lebih
bermanfaat dalam mempertahankan suhu tubuh. Saat hipotalamus mendeteksi
penurunan suhu tubuh, impuls akan berjalan dari hipotalamus menuju korteks
serebri untuk memberikan individu tersebut sensasi dingin. Akibatnya terjadi
perubahan tingkah laku, misalnya peningkatan aktivitas motorik, seperti berjalan
menuju tempat yang lebih hangat atau memakai baju hangat.
Respon yang lainnya adalah respon vasomotor. Respon vasomotor terbagi
menjadi 2 yaitu, respon terhadap dingin, berupa vasokonstriksi dan piloereksi
serta respon terhadap panas berupa vasodilatasi dan pengeluaran keringat
(sweating).
Suhu inti jika berada dibawah nilai ambang akan merangsang terjadinya
vasokonstriksi, termogenesis non-shivering dan shivering. Jika suhu melebihi
nilai ambang akan mengaktivasi vasodilatasi dan pengeluaran keringat. Tidak

terjadi respon termoregulasi jika suhu inti berada diantara dua nilai ambang ini
(interthreshold range).
Efektor menentukan suhu lingkungaan yang dapat diterima oleh tubuh
sementara suhu inti tetap dipertahankan normal. Ketika mekanisme efektor ini
dihambat, toleransi terhadap perubahan suhu akan menurun, hingga mekanisme
efektor lain tidak bisa mengkompensasi perubahan suhu tersebut.
2.3

MACAM MACAM SUHU TUBUH


Macam-macam suhu tubuh menurut Tamsuri Anas 2007 :
Hipotermi
Normal
Febris atau pireksia
Hipertermi

: Bila suhu tubuh kurang dari 36C


: Bila suhu tubuh berkisar antara 36 37,5C
: Bila suhu tubuh antara 37,5 40C
: Bila suhu tubuh lebih dari 40C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core


temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial,
toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan
relatif konstan (sekitar 37C). Selain itu, ada suhu permukaan (surface
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak.
Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C.
2.4

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH


1. Kecepatan Metabolisme Basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan
laju metabolisme.
2. Rangsangan Saraf Simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah

lemak

coklat

yang

tertimbun

dalam

jaringan

untuk

dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah


produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi

stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan


norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
3. Hormone Pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi
panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone Tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormone Kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena

pengeluaran

hormone

progesterone

pada

masa

ovulasi

meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal.


6. Demam (Peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C.
7. Status Gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20
30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang
yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung
tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas

selain

mengakibatkan

merangsang

gesekan

antar

peningkatan
komponen

otot

laju
atau

metabolisme,
organ

yang

menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu


tubuh hingga 38,3 40,0 C.
9. Gangguan Organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat


menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.
Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat
merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah
kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
2.5

MEKANISME TUBUH KETIKA SUHU TUBUH BERUBAH

1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :


Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area
tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis
pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga
terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan
percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali

lipat lebih banyak.


Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan
suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat
menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi.
Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran
keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh
yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran
keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat
melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh
pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras
saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan
9

rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang


produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat
karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.

Penurunan pembentukan panas


Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia
dan menggigil dihambat dengan kuat.

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :


Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada

pusat

simpatis

hipotalamus posterior.
Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada
folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia,
tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi

sebagai isolator panas terhadap lingkungan.


Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis,
serta peningkatan sekresi tiroksin.

2.6 PRODUKSI PANAS TUBUH


Panas yang diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme, yang merupakanreaksi
kimia pada semua sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakar yangutama bagi
metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari prosesproduksi panas. Reaksi
kimia seluler membutuhkan energi untuk membentuk adenosine trifosfot (ATP). Jumlah energi
yang digunakan untuk metabolisme adalahlaju metabolik. Aktifitas yang memerlukan tambahan
reaksi kimia meningkatkan lajumetabolic. Bila metabolisme meningkat, panas tambahan akan
diproduksi. Ketikametabolisme menurun panas yang diproduksi lebih sedikit. Produksi panas
terjadisalama istirahat, gerakan otot polos, gerakan otot dan termogenesis tanpa menggigil.
1. Metabolisme basal menghasilkan panas yang diproduksi suhu tubuh saatistirahat. Jumlah
rata rata laju metabolic basal (BMR) bergantung pada luaspermukaan tubuh. Hormon tiroid
juga mempengaruhi BMR. Dengan carameningkatkan pemecahan glukosa dan lemak

10

tubuh, hormon tiroidmeningkatkan laju reaksi kimia pada hampir seluruh sel tubuh. Bila
hormontiroid disekresi dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100% diatas
normal.Tidak adanya hormon tiroid dapat mengurangi setengah jumlah BMR,
yangmenyebabkan penurunan produksi panas. Stimulasi system saraf simpatis
olehnorepinefrin dan epinefrin juga dapat meningkatkan laju metabolik jaringantubuh.
Mediator kimia ini menyebabkan glukosa darah turun, yang akanmenstimulasi sel untuk
menghasilkan glukosa. Hormon seks pria,testoreronmeningkatkan BMR. Pria memiliki
BMR yang lebih tinggi dibandingkanwanita.
2. Gerakan volunteer seperti aktivitas otot selama latihan, membutuhkan tambahanenergy.
Laju metabolic dapat meningkat diatas 2000 kali normal. Produksi panasdapat meningkat
diatas 50kali normal.
3. Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang berbedadalam
tubuh.gerakan otot skelet selama menggingil membutuhkan energy yangsignifikan
menggingil dapat meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali lebihbesar dari normal.
Panas diproduksi untuk memproduksi panas.
Bila laju pembentukan panas didalam tubuh lebih besar daripada lajuhilangya panas,
panas akan timbul didalam tubuh dan suhu tubuh akan meningkat.Sebaliknya bila kehilangan
panas lebih panas lebih besar, panas tubuh dan suhutubuh akan menurun sebagian besar, panas
tubuh dan suhu tubuh akan menurun.
2.7 PROSES HILANGNYA PANAS DARI KULIT KE LINGKUNGAN
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk
gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari
tubuh memiliki panjang gelombang 520 mikrometer. Tubuh manusia
memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi
merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau
15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada
gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan
ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi
pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga
udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
11

2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan
benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas
dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda
umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua
mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan
benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat
isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi
secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas
tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak
berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12
16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi
terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan
system pernafasan.
4. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan.
Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan
menjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat,
naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan
dalam pertukaran panas.
2.8
SISTEM PENYEKAT PANAS
2.8.1 Pengertian Kompres
Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang dilipat-lipat,
dikenakan dengan tekanan; kadang-kadang mengandung obat dan dapat bersih
ataupun kering, panas ataupun dingin (Kamus Dorland, 1996).
2.8.2 Tujuan Kompres
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
12

3. Membantu mengurangi perdarahan


4. Membatasi peradangan
2.8.3 Indikasi Kompres Dilakukan Pada
1. Klien yang suhunya tinggi
2. Klien dengan perdarahan hebat
3. Klien yang kesakitan (missal infiltrat appendikuler, sakit kepala yang hebat)
2.8.4 Mekanisme Kompres Terhadap Tubuh (Barbara R Hegner, 2003)
Kompres panas dan dingin mempengaruhi tubuh dengan cara yang
berbeda.
1. Kompres dingin mempengaruhi tubuh dengan cara :
Menyebabkan pengecilan pembuluh darah (Vasokonstriksi).
Mengurangi oedema dengan mengurangi aliran darah ke area.
Mematirasakan sensasi nyeri.
Memperlambat proses kehidupan.
Memperlambat proses inflamasi.
Mengurangi rasa gatal.
2. Panas (diatermi)
Memperlebar pembuluh darah (Vasodilatasi).
Memberi tambahan nutrisi dan oksigen untuk sel dan membuang sampah

sampah tubuh.
Meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh.
Mempercepat penyembuhan.
Dapat menyejukkan
Pemberian kompres panas/hangat pada daerah tubuh akan memberikan

sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang


peka terhadap panas dihypotalamus dirangsang, system effektor mengeluarkan
sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran
pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai
otak, dibawah pengaruh hypotalamik bagian anterior sehigga terjadi vasodilatasi
(Wolf, 1984). Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan
energi/panas melalui kulit meningkat.
2.8.5 Derajat Suhu Air Untuk Kompres (Wolf, 1984)

Dingin sekali
Dingin

: dibawah 13C (55F)


: 10 18C (50 65F)
13

Sejuk
Hangat kuku
Hangat
Panas
Sangat panas

: 18 26C (65 80F)


: 26 34C (80 93F)
: 34 37C (93 98F)
: 37 41C (98 105F)
: 41 46C (105 115F)

2.8.6 Prosedur Pemberian Kompres (Botol Air Hangat)


1. Menyiapkan perlengkapan
Botol air hangat (usahakan yang dispossibel)
Kendi air 102 F ( 40 C)
Handuk penutup botol air
2. Mencuci tangan
3. Air dalam kendi harus 102 F (40C) cek suhu dengan thermometer.
4. Isi air hangat setengah botol penuh
5. Mengeluarkan udara dari botol
6. Tutup botol dengan rapat
7. Keringkan botol air hangat. Cek adanya kebocoran
8. Tempatkan botol air hangat dalam handuk pembungkus
9. Pasang dengan hati-hati pada daerah tubuh yang tepat
10. Jangan pernah tempatkan botol air hangat pada daerah nyeri
11. Cek kulit dalam 10-15 menit untuk memastikan suhu benar dan tidak ada
tanda-tanda terbakar (Barbara. H, 2003)
Pemberian kompres pada daerah leher, ketiak dan lipat paha mempunyai
pengaruh yang baik dalam menurunkan suhu tubuh karena ditempat-tempat itulah
terdapat pembuluh darah besar yang akan membantu mengalirkan darah.
Sedangkan kompres pada daerah dahi kurang mempunyai pengaruh yang besar
dalam menurunkan suhhu tubuh karena tidak memiliki pembuluh darah besar
(Widyanti, 2004).

BAB III

14

PENUTUP

3.1

KESIMPULAN
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas
diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus
arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak
otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi
(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi
panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian,
kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu
tubuh.
Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan
kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka
kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang
hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi konveksi sangat di
tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna

3.2

SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam penulis ini adalah sebagai berikut:
1. Para pembaca dapat menggunakan makalah ini untuk menambah wawasan
mengenai suhu, dan produksi panas tubuh secara benar.
2. Pada makalah ini penulis membahas tentang bahan suhu dan panas tubuh.
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar dapat membahas lebih lanjut
mengenai panas dan suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Cameron, John R, dkk. Fisika Tubuh Manusia edisi 2. 2006. Jakarta: EGC
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. 2003. Jakarta: EGC

15

16

Anda mungkin juga menyukai