Anda di halaman 1dari 7

No.

ID dan Nama Peserta :


/ dr. Farah Ekawati Mulyadi
No. ID dan Nama Wahana:
/ RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto
Topik: Malaria Falciparum
Tanggal (kasus) : 04 Agustus 2014
Nama Pasien : Tn. RAT (30 th)
No. RM : 094161
Tanggal presentasi :
Pendamping: dr. Sri Mulya/ dr. Fitri
Tempat presentasi: RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto
Obyek presentasi : Dokter Internsip Jeneponto
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Tujuan: menegakkan diagnosis malaria falciparum dan pengobatannya.
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
bahasan:
Cara
membahas:
Data Pasien:
Nama klinik

pustaka
Diskusi

Presentasi dan

E-mail

Pos

diskusi
Nama: Tn. RAT (30 th)
Perawatan RSUD Lanto Dg.

No.Registrasi: 094161

Pasewang Jeneponto
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Seorang laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan demam
menggigil sejak 2 hari yang lalu, demam dirasakan naik turun, mulai naik pada sore hari
demam disertai keluhan menggigil, setelah demam pasien merasa sangat berkeringat.
Nyeri di ulu hati dialami sejak 1 hari terakhir. Mual ada, muntah ada 1x tidak
menyemprot isi sisa makanan, darah tidak ada. BAK: kesan lancar, warna teh pekat, tidak
ada nyeri, tidak ada kencing berpasir, tidak keruh, dan tidak ada darah. BAB: konsistensi
biasa, warna kuning, tidak ada darah.
2. Pemeriksaan fisis: TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, P:20 x/mnt, S: 39.2 C.
3. Riwayat pengobatan: Pasien pernah berobat dengan obat anti demam dari apotik.
4. Riwayat kesehatan/penyakit: pasien pernah tinggal selama 2 bulan di daerah endemis
malaria (Ternate) dan kemudian pulang 1 minggu yang lalu.
5. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
6. Riwayat pekerjaan: Pasien bekerja sebagai wiraswasta.
7. Lain-lain: Daftar Pustaka:
Harijanto PN., Malaria Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi IV. Jilid 3. Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006 : 1732-44.
Zein U., Penanganan terkini malaria falciparum. Divisi penyakit tropik dan infeksi,
1

Bagian IPD FK USU. Medan. 2005: 1-14.


Hasil pembelajaran:
1. Kriteria Diagnosis Malaria Falciparum
2. Penanganan Malaria Falciparum

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Seorang laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan demam menggigil sejak 2 hari yang
lalu, demam dirasakan naik turun, mulai naik pada sore haridemam disertai keluhan
menggigil, setelah demam pasien merasa sangat berkeringat. Nyeri di ulu hati dialami
sejak 1 hari terakhir. Mual ada, muntah ada 1x tidak menyemprot isi sisa makanan, darah
tidak ada. BAK: kesan lancar, warna teh pekat, tidak ada nyeri, tidak ada kencing
berpasir, tidak keruh, dan tidak ada darah. BAB: konsistensi biasa, warna kuning, tidak
ada darah.
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh, Pemeriksaan fisis: TD: 120/80 mmHg, N: 88
x/mnt, P:20 x/mnt, S: 39.2 C.
Kepala :
Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterus (+), bibir tidak sianosis
Mulut :
Tidak ditemukan bercak bercak putih pada rongga mulut
Leher :
Tidak didapatkan massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
leher. DVS R-2 cmH2O.
Thoraks :
Inspeksi

: Simetris kiri dan kanan, ikut gerak napas, bentuk normochest

Palpasi

: Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus
simetris kiri dan kanan.

Perkusi

: Sonor kedua lapangan paru, batas paru hepar sela iga VI anterior dextra.

Auskultasi

: Bunyi pernapasan vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Jantung :
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan terletak pada
linea sternalis kanan, batas jantung kiri sesuai dengan ictus cordis terletak
pada sela iga V linea medioklavikularis kiri)

Auskultasi

: Bunyi jantung I/II murni reguler, bunyi tambahan (-)


3

Abdomen :
Inspeksi

: Datar, ikut gerak napas

Auskultasi

: Peristaltik kesan normal

Palpasi

: massa tumor (-), NT (-),hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Tympani

Ekstremitas : Edema (-)/(-)


Pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan:
Darah rutin:
WBC : 8.000/L
RBC
: 4.860.000/L
Hb
: 14,3 gr/dL
HCT : 39,0 %
PLT
: 150.000/ml
LED
: 20 mm/jam.
Rumpe Leede: Negatif
Widal:
O
: 1/80
H
: 1/80
AH
: 1/80
BH
: 1/80
Kimia darah:
SGOT
:106 U/L
SGPT
: 134 U/L
Bil. Total : 4,6 mg/dl
Bil. Direct : 1,91 mg/dl
DDR

: (+) Plasmodium falciparum

3. Assesment:
Malaria Falciparum:
Malaria merupakan masalah kesehatan di banyak negara di seluruh dunia. Tiga
ratus juta penduduk diserang setiap tahunnya dan 2-4 juta meninggal dunia. Indonesia
merupakan daerah endemis malaria walaupun telah dilakukan program pelaksanaan dan
pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka
morbiditas dan mortalitas masih cukup tinggi.
Malaria adalah suatu penyakit protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Malaria dapat juga ditularkan secara langsung
4

melalui transfuse darah, jarum suntik serta dari ibu hamil kepada bayinya. Pada manusia
terdapat 4 spesies plasmodium yaitu falciparum, vivax, malaria, dan ovale.
Gambaran

karakteristik

dari

malaria

ialah

demam

periodic,

anemia,

trombositopenia, dan splenomegaly. Berat ringannya manisfestasi malaria tergantung


jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi dan imunitas penderita.
Diagnostik malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada gejala
klinis, penemuan fisik diagnostic, laboratorium darah, uji imunoserologis dan
ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam darah tepi penderita sebgau gold standard.
Komplikasi:
Malaria falciparum adalah jenis malaria yang seringkali menyebabkan komplikasi
yang seringkali disebut sebagai pernicious manifestations dapat terjadi antara lain:
Malaria serebral (koma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30
menit setelah kejang, derajat penurunan kesadaran harus dinilai dengan GCS.
Asidemia/asidosis
Anemia berat
Gagal ginjal akut
Edema paru non kardiogenik/ARDS
Hipoglikemia (GDS<40 mg/dl)
Gagal sirkulasi/syok
Perdarahan spontan
Kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam.
Hemoglobinuria
4. Plan:
Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Dx: Malaria Falciparum
Penatalaksanaan
Saat ini obat anti malaria yang tersedia di Indonesia terdiri dari obat-obat lama seperti
klorokuin, pirimetamin-sulfadoksin, kina dan primakuin, juga sudah ada beberapa obat
baru yang penggunaannya masih terbatas di daerah tertentu dan belum direkomendasi
secara luas oleh Depkes. Contoh obat baru tersebut adalah kombinasi artesunat dengan
amodiakuin, kombinasi artesunat dengan meflokuin, kombinasi artemisin dengan
naftokuin, artemeter injeksi.
5

Antibiotika yang bersifat antimalaria seperti derivat tetrasiklin, doksisiklin,


klindamisin, eritromisin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan
kuinolon. Obat ini umumnya bersifat skizontosida darah untuk P.falciparum, kerjanya
sangat lambat dan kurang efektif. Oleh sebab itu, obat ini digunakan bersama obat
antimalaria lain yang kerjanya cepat dan menghaslikan efek potensial yaitu antara lain
dengan kina.
5. Implementation
Pengobatan:
1. Bed Rest
2. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
3. Inj. Ranitidine 1 amp/8j/iv
4. Inj. Metamizol 1 amp/8j/iv
5. DHP (Dihydroartemisin dan piperaquin) 0-0-3 selama 3 hari
6. Primakuin 0-0-2 selama 7 hari
6. Evaluation
Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila terjadi malaria berat. Pada malaria
berat, mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnosa dan
penanganan yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat di dunia
masih cukup tinggi bervariasi 14-60% tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin
banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan mortalitas, misalnya
penderita dengan malaria cerebral dengan hipoglikemia, peningkatan kreatinin, dan
peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari pada malaria cerebral saja.

Pendidikan:
Dokter menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
o Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis penyakit dalam dan disiplin ilmu
lain jika ada komplikasi untuk penanganan lebih lanjut.
o Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit
dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Peserta,

Pendamping,

dr. Farah Ekawati Mulyadi

dr. Sri Mulya/ dr. Fitri

Anda mungkin juga menyukai