Anda di halaman 1dari 47

1

Laporan Studi Pustaka (KPM 403)

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DI INTERNET OLEH PENYULUH


PERTANIAN

Oleh
PUTRI EKSANIKA
I34110063
Dosen
Ir. Sutisna Riyanto, MS.

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul
Pemanfaatan Media Sosial di Internet oleh Penyuluh Pertanian benar-benar
hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.

Bogor, Desember 2014

Putri Eksanika
NIM. I34110063

ABSTRAK

PUTRI EKSANIKA. Pemanfaatan Media Sosial di Internet oleh Penyuluh


Pertanian. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.
Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pemanfaatan
media sosial di internet, menganalisis pola komunikasi penyuluh pertanian, serta
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluh dalam pemanfaatan
media sosial di internet. Studi pustaka ini merangkum hasil penelitian berupa
jurnal-jurnal yang membahas mengenai pemanfaatan internet dan media sosial,
pola komunikasi penyuluh pertanian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
penyuluh dalam memanfaatkan media. Penelitian yang ada sudah spesifik
membahas mengenai pemanfaatan internet dan media sosial, serta penelitian yang
sudah dilakukan menyatakan penyuluh belum memanfaatkan internet secara
maksimal dikarenakan minimnya kepemilikan media komunikasi dan informasi.
Berdasarkan hasil rangkuman dan pembahasan, didapatkan perumusan masalah
baru yaitu, bagaimana keterdedahan penyuluh terhadap internet, bagaimana
pemanfaatan internet oleh penyuluh pertanian, serta apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi penyuluh dalam memanfaatkan internet.
Kata kunci: Komunikasi Penyuluhan, Media Sosial di Internet, Penyuluh
Pertanian
ABSTRACT
PUTRI EKSANIKA. Utilization of Social Media in the Internet by Agricultural
Extension. Supervised by SUTISNA RIYANTO.
This literatur study aims to analyze how the use of social media on the internet,
agricultural extension analyze communication patterns, and analyze the factors
that affect the extension in the use of social media on the internet. This literature
study summarizes the results of research in the form of journals that discuss the
use of the internet and social media, communication patterns of agricultural
extension, and factors that affect the extension in the use of media. Theres none
of specific research has discussed the use of the internet and social media, and the
research that has been done is not declared extension maximally utilize the
internet due to the lack of communication and information media ownership.
Based on the summary and discussion of the results, obtained a new formulation
of the problem is, how is the agricultural extensions exposure of the Internet, how
to use the internet by agricultural extension, and what are the factors that affect
the extension in the use of the internet.
Keywords: Communication extension, Social Media in the Internet, Agricultural
Extension

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DI INTERNET OLEH PENYULUH


PERTANIAN

Oleh
Putri Eksanika
I34110063

Laporan Studi Pustaka


sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang ditulis oleh:


Nama
: Putri Eksanika
Nomor Mahasiswa : I34110063
Judul
: Pemanfaatan Media Sosial di Internet oleh Penyuluh
Pertanian
dapat diterima sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403)
pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Sutisna Riyanto, MS.


NIP : 19620115 198803 1 004

Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.


NIP. 19670903 199212 2 001
Tanggal Pengesahan : ______________________

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studi Pustaka berjudul Pemanfaatan Media Sosial di Internet oleh
Penyuluh Pertanian ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk
memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto,
MS. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan
selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis
juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Papah Eko
Santoso dan Mamah Ishartini yang selalu mendoakan dan senantiasa
melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, Putra Bagus Khalis selaku adik
yang selalu memberikan dukungannya kepada penulis, serta Lukman Hakim yang
telah membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan laporan studi
pustaka ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman
SKPM 48, senior SKPM 46 dan 47 yang banyak memberi referensi untuk
penulisan, rekan-rekan HIMASIERA 2013/2014, khususnya divisi photography
and cinematography yang selalu memberikan semangat dan membantu penulis
untuk keluar sejenak dari rutinitas penulisan studi pustaka.
Semoga Laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2014

Putri Eksanika
NIM. I34110063

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................
Latar Belakang..................................................................................................
Tujuan Penulisan...............................................................................................
Metode Penulisan..............................................................................................
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA...............................................................
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam Pemanfaatan Media......
Perilaku Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Belajar Pada Mata
Pelajaran Sosiologi di SMA..............................................................................
Pengaruh Penggunaan Media Sosial Facebook Terhadap Perilaku
Cyberbullying Pada Siswa SMAN 12 Pekanbaru.............................................
Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet dalam Kehidupan
Remaja di Pedesaan..........................................................................................
Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia
.........................................................................................................................
Penggunaan Internet dan Kategori Sosial Penggunanya................................
Efektivitas Komunikasi Pembelajaran Melalui Media Website untuk
Materi Ajaran Fisika.......................................................................................
Pemanfaatan Media Komunikasi Melalui Jejaring Sosial di Masyarakat......
Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Sikap Terhadap Profesi dengan
Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian................................................................
Sikap dan Intensi Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis....................
Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook pada Remaja..................
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN....................................................................
Pemanfaatan Media Sosial di Internet............................................................
Pola Komunikasi Penyuluhan Pertanian.........................................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam Pemanfaatan Media
Sosial di Internet.............................................................................................

SIMPULAN................................................................................................................
Hasil Rangkuman dan Pembahasan................................................................
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi.................................
Usulan Kerangka Analisis Baru......................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
RIWAYAT HIDUP......................................................................................................

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persentase Penduduk yang Pernah Mengakses Internet dalam 3 bulan
Terakhir Menurut Klasifikasi Daerah Tahun 2010 2012............................................

10

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model SMCR Searah................................................................................
Gambar 2. Model Komunikasi Jejaring......................................................................
Gambar 3. Diagram Kepemilikan Media Komunikasi dan Informasi........................
Gambar 4. Kerangka Analisis.....................................................................................

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian saat ini lebih ditekankan pada peningkatan
kualitas sumberdaya manusia. Upaya-upaya pembangunan pertanian tidak terlepas
dari peran serta para penyuluh pertanian, hal tersebut semakin menegaskan
pentingnya peran penyuluh pertanian. Penyuluhan pertanian di Indonesia di atur
melalui UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan1 yang menjadi landasan hukum dalam penyelenggaraan
penyuluhan dan menjadi pilar kebangkitan penyuluhan yang sesuai untuk
mensejahterakan masyarakat. Tenaga penyuluh merupakan ujung tombak
pelaksanaan penyuluhan karena berhadapan langsung dengan masyarakat di
lapangan.
Perkembangan penyuluh pertanian di Indonesia, menurut Sadono (2012)
dalam disertasinya, penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah
yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20. Penyuluhan pertanian
bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk
kepentingan penjajah maupun untuk memenuhi kebutuhan pribumi. Kebutuhan
peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya
teknologi-teknologi maju yang ditemukan para ahli dapat dipraktekkan oleh para
petani sebagai produsen primer. Dengan hasil yang cukup menggembirakan,
usaha-usaha ini terus dikembangkan dan kemudian dibentuk suatu sistem
penyuluhan pertanian yang melembaga di Indonesia dengan dibentuknya Dinas
Penyuluhan (Landbouw Voorlichting Dients atau LVD) pada tahun 1908 di bawah
Departemen Pertanian (BPLPP 1978, Iskandar 1969). Setelah mencapai
kemerdekaan, usaha penyuluhan pertanian terus dikembangkan oleh pemerintah.
Berbagai sarana dan prasarana pertanian disediakan. Jumlah penyuluh ditambah
dan ditingkatkan kemampuannya, demikian juga segala kemudahan bagi petani,
termasuk berbagai subsidi, dan sebagainya. Namun demikian, sejalan dengan
perjalanan politik pemerintahan Indonesia, paradigma penyuluhan pertanian tidak
terlepas dari perkembangan tersebut.
Kondisi penyuluhan pada era otonomi daerah, menurut Anwas (2009)
dalam disertasinya, di sisi lain perubahan pemerintahan khususnya otonomi
daerah
memunculkan
perubahan-perubahan
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan. Sistem pemerintahan yang semula bersifat sentralistik berubah
menjadi desentralistik, berimplikasi pada munculnya berbagai permasalahan
dalam pembangunan pertanian termasuk dalam penyelenggaraan penyuluhan.
Keterbatasan jangkauan penyuluhan pertanian memerlukan pendekatan baru
dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.
1 http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/37/193.bpkp

Keterbatasan tenaga penyuluh menyebabkan sulitnya mengakses informasi


antara petani dengan penyuluh. Padahal saat ini perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi kian berkembang pesat. Pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi dapat dijadikan alternatif tepat untuk dimanfaatkan
oleh para penyuluh sebagai media untuk berkomunikasi dengan masyarakat
petani. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah menyebabkan
perubahan dalam masyarakat. Tidak hanya masyarakat perkotaan saja yang
mendapatkan manfaat dari kemajuan teknologi komunikasi tersebut, tetapi
masyarakat pedesaan atau masyarakat pertanian pun telah merasakan kemudahan
akses informasi melalui teknologi komunikasi tersebut yang biasa disebut dengan
media massa. Menurut Ardianto et al. (2014) media massa pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa
elektronik. Internet sebagai media massa elektronik berdampak besar bagi para
penggunanya dan mencakup berbagai kalangan. Perkembangannya pun dari tahun
ke tahun mengalami peningkatan, khususnya di daerah pedesaan.
Tabel 1. Persentase Penduduk yang Pernah Mengakses Internet dalam 3
bulan Terakhir Menurut Klasifikasi Daerah, 2010 - 2012
Tahun

Klasifikasi Daerah
Perkotaan

Perkotaan dan Pedesaan

Pedesaan

2010

17.74

4.16

10.92

2011

19.53

5.08

12.28

2012

23.04

6.31

14.70

Sumber: Diolah dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)2


Semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, semakin
memudahkan khalayak untuk berinteraksi. Seperti halnya internet yang saat ini
menjadi bagian dari aktivitas masyarakat diberbagai kalangan. Fenomena yang
sedang menjadi perbincangan adalah media sosial di internet, seperti halnya
google, yahoo, blog, facebook, twitter, dan lain-lain. Media sosial di internet
menjadi trend dan tidak dapat dipungkiri lagi manfaat yang diberikan oleh media
sosial tersebut. Manfaat yang diberikan berupa kemudahan mengakses informasi
dan isu-isu yang tengah berkembang. Selain sebagai media untuk mengakses dan
mendapatkan informasi, media sosial di internet juga dapat dimanfaatkan untuk
berbagi informasi. Media sosial di internet dapat dijadikan salah satu potensi
untuk memudahkan dan memperluas akses dengan masyarakat petani. Media
sosial di internet banyak menawarkan berbagai fasilitas untuk mencari dan
2 http://www.bps.go.id/tabel_excel/indo_02_9.xls

berbagi informasi. Maka dari itu, menarik untuk dilakukan pengkajian mengenai
pemanfaatan media sosial di internet oleh penyuluh pertanian.
Tujuan Penulisan
Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana
pemanfaatan media sosial di internet, menganalisis pola komunikasi penyuluh
pertanian, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluh dalam
pemanfaatan media sosial di internet.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini ialah
penelaahan dan analisis data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka.
Langkah pertama ialah pengumpulan berbagai data sekunder berupa hasil
penelitian seperti skripsi, tesis, jurnal, disertasi, maupun buku-buku mengenai
media sosial dan penyuluh pertanian. Kemudian data sekunder tersebut dipelajari,
diringkas, serta disusun menjadi sebuah ringkasan studi pustaka yang relevan.
Selanjutnya dilakukan sintesis dan analisis dari hasil ringkasan studi pustaka.
Terakhir ialah penarikan hubungan dari semua hal yang telah dilakukan sehingga
memunculkan sebuah kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan masalah
bagi penelitian yang akan dilakukan.

RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA

1.

Judul

: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam


Pemanfaatan Media

Tahun

: 2009

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: E. O. M. Anwas

Nama Jurnal

: Jurnal Komunikasi Pembangunan

Volume (edisi)

: Vol. 07, No 2

Alamat URL

: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view
/5689/4317

Tanggal diunduh

: 26 September 2014, 20.54 WIB

Ringkasan
Salah satu tantangan perubahan zaman di sektor pertanian adalah adanya tuntutan
globalisasi. Seiring perubahan zaman tersebut, masalah pertanian yang dihadapi
para petani juga semakin kompleks. Oleh karena itu, peran penyuluh menjadi
penting sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi petani. Tenaga
penyuluh merupakan ujung tombak pelaksanaan penyuluhan di lapangan.
Penyuluh dituntut untuk terus meningkatkan kualifikasinya. Dengan kata lain
penyuluh harus terus belajar. Melalui proses belajar, penyuluh akan mampu
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi. Media belajar
sebagai wahana untuk melakukan proses belajar sangat bervariasi. Para penyuluh
dapat melakukan proses belajar melalui berbagai media belajar baik yang
dirancang secara khusus (by design) maupun yang dimanfatkan (by utilization). Di
era informasi ini banyak media yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
Dengan memanfaatkan media, penyuluh dapat belajar tanpa harus bergantung
pada dosen/instruktur, atau tanpa harus menunggu perintah (tugas belajar).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pemanfaatan media
belajar yang dilakukan penyuluh pertanian serta menganalisis faktor-faktor yang
dominan mempengaruhi pemanfaatan media belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori (explanatory research).
Populasi adalah penyuluh pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas di
daerah pertanian padi (kabupaten Karawang) dan daerah pertanian sayuran
(kabupaten Garut) Provinsi Jawa Barat. Sampel penyuluh yang bertugas di daerah
pertanian padi dilakukan dengan teknik random sampling dan di daerah sayuran
dengan sensus, seluruhnya berjumlah 170 penyuluh. Pengumpulan data dilakukan
melalui questioner, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis
regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas pemanfaatan media belajar


yang dilakukan oleh penyuluh pertanian, baik intensitas pemanfatan media massa,
intensitas pemanfatan media terprogram, dan intensitas pemanfatan media
lingkungan dalam kategori rendah. Intensitas pemanfaatan media massa yang
rendah disebabkan oleh tingkat kepemilikan media massa dan dukungan keluarga
yang relatif rendah, meskipun tingkat pendidikan formal tinggi. Rendahnya
intensitas pemanfaatan media terprogram dan media lingkungan disebabkan oleh
motivasi dan tuntutan klien yang cenderung rendah, meskipun pendidikan formal
tinggi.
Analisis
Temuan dalam penelitian ini adalah penulis mengkaji mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi penyuluh dalam pemanfaatan media. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pemanfaatan media adalah: (1) tingkat pendidikan
formal, (2) tuntutan klien, (3) motivasi, (4) dukungan keluarga, dan (5) tingkat
kepemilikan media komunikasi dan informasi.
Penelitian ini juga membahas mengenai media massa. Media massa yang
disinggung pada penelitian ini adalah koran, majalah/tabloid, buku, radio, televisi,
dan internet. Namun sayangnya, hasil dari penelitian ini menunjukkan angka yang
sangat rendah pada pemanfaatan internet oleh penyuluh pertanian. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana untuk mengakses internet.
2.

Judul

: Perilaku Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber


Belajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi di SMA (Studi
Kasus Guru Sosiologi SMA di Surakarta)

Tahun

: 2012

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Veronika Hevi Kurniawati

Nama Jurnal

: Jurnal Sosialitas

Volume (edisi)

: Vol. 02, No 1

Alamat URL

: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/
417/202

Tanggal diunduh

: 26 September 2014, pukul 20.18 WIB

Ringkasan
Saat ini, perkembangan ilmu pendidikan semakin maju di dalam proses
belajar mengajar. Melihat perkembangan zaman yang semakin maju, akan sangat
tertinggal di dunia pendidikan kita jika tidak bisa memanfaatkan internet,
sehingga dengan memanfaatkan internet sebagai sumber belajar, berupaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini tentu saja bergantung pada
kemampuan dan kesiapan seorang guru dalam memanfaatkan internet sebagai
sumber belajar pada proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran

sosiologi. Oleh karena itu seorang guru diharapkan dapat memanfaatkan internet
sebagai sumber belajar pada penyelenggaraan dan pelaksanaan kurikulum pada
institusi pendidikan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perilaku guru dalam pemanfaatan
media internet sebagai sumber belajar pada mata pelajaran sosiologi, serta
mengetahui dampak yang ditimbulkan dalam proses pembelajaran yang
memanfaatkan media internet sebagai sumber belajar pada mata pelajaran
sosiologi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Sumber data berasal dari narasumber atau informan yaitu Guru Sosiologi
SMA kota Surakarta dan sekretaris MGMP Sosiologi Surakarta; Peristiwa atau
aktivitas, dan dokumen atau arsip. Teknik pengambilan informan melalui teknik
Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam,
observasi dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan triangulasi sumber.
Analisis data menggunakan teknik analisis data model interaktif yakni dengan
tahapan sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas seorang guru dalam
memanfaatkan internet sebagai sumber belajar berbeda-beda, hal tersebut
dikarenakan persoalan yang dihadapi oleh guru dalam memanfaatkan internet
adalah banyaknya guru yang belum menguasai teknologi komputer, penguasaan
teknologi komputer dipengaruhi oleh faktor usia, tingkat pendidikan, sekaligus
kebiasaan guru saat mengajar, dan intensitas pemanfaatan internet banyak
dimanfaatkan oleh guru-guru berusia muda, dalam proses pembelajaran guru-guru
muda sudah mulai mengenal dan memanfaatkan internet. Dampak yang
ditimbulkan dengan pemanfaatan internet dalam proses pembelajaran yaitu
merubah anak untuk menjadi lebih kritis dan kreatif tidak hanya berpegang pada
materi pelajaran yang ada di buku teks, proses pembelajaran di kelas menjadi
hidup, guru sekarang tidak harus banyak berbicara tetapi guru hanyalah seorang
yang membangkitkan dan menggali kemampuan siswa, dan juga penggunaan
komputer dan internet dapat mengurangi beban tugas guru dan siswa.
Analisis
Penelitian ini mengkaji mengenai perilaku pemanfaatan media internet
sebagai sumber belajar pada mata pelajaran sosiologi di SMA. Intensitas guru
dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar berbeda-beda. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya guru yang belum menguasai komputer. Faktor usia,
tingkat pendidikan, dan kebiasaan guru saat mengajar mempengaruhi dalam
pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Guru dengan kategori usia muda
lebih terampil dalam memanfaatkan internet sebagai pendukung kegiatan belajar.
Dampak yang ditimbulkan, siswa/i menjadi lebih kritis karena materi ajaran
mereka tidak hanya berpegang pada buku teks saja dan penggunaan internet dapat
mengurangi beban tugas guru dan siswa. Di dalam penelitian ini, media sosial
yang digunakan untuk peningkatan informasi belajar adalah blog.
Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis menambahkan subbab review
literatur, sehingga pembaca dapat memahami definisi dan teori mengenai internet,
sumber belajar, dan juga teori mengenai perilaku sosial atau disebut juga tindakan
sosial. Selain itu, penulis juga mencantumkan kerangka berpikir.

3. Judul

: Pengaruh Penggunaan Media Sosial Facebook Terhadap


Perilaku Cyberbullying Pada Siswa SMAN 12 Pekanbaru

Tahun

: 2014

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Siti Nurjanah

Nama Jurnal

: Jom FISIP

Volume (edisi)

: Vol. 01, No 2

Alamat URL

: http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/29
67/2875

Tanggal diunduh

: 2 Oktober 2014, pukul 22.53 WIB

Ringkasan
Internet merupakan media baru, yaitu media yang terus berkembang
mengikuti perkembangan zaman atau seperti yang kita kenal yaitu media online.
Salah satu dampak kemajuan teknologi adalah dengan kehadiran masyarakat
informasi (information society). Namun setiap media komunikasi yang baru tidak
selalu menimbulkan dampak yang positif tetapi dapat juga menimbulkan dampak
yang negatif. Cyberbullying yang merupakan bentuk hal-hal negatif yang
menyertai penggunaan teknologi informasi yang sering terjadi di kalangan remaja.
Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika
dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Korban cyberbullying sering kali
depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika
diserang, intimidasi fisik atau verbal pun menimbulkan depresi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana data penelitian
berupa angka-angka dan analisis yang menggunakan statistik. Jenis atau tipe riset
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanasi. Teknik sampling
yang digunakan peneliti memilih teknik sampling probabilitas yaitu sampel yang
ditarik berdasarkan probabilitas. Penelitian dilakukan terhadap 195 responden
yaitu pengguna aktif dari akun media sosial facebook di SMAN 12 Pekanbaru dan
pengambilan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Hasil pengambilan
data di olah dengan menggunakan SPSS 17 for windows.
Secara umum penelilitian ini menunjukkan hasil analisis deskriptif bahwa
kondisi penilaian responden terhadaap variabel-variabel penelitian ini secara
umum sudah baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya tanggapan responden
yang menyatakan setuju pada variabel media sosial facebook artinya pengguna
melakukan aktivitas di media sosial facebook. Sedangkan pada variabel perilaku
cyberbullying lebih dominan pernyataan kurang setuju,
artinya responden
sudah memiliki sikap yang baik dalam menggunakan media sosial sehingga
responden hanya sebagian kecil yang mendapatkan pengaruh dari media sosial
facebook terhadap perilaku cyberbullying.

Analisis
Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh penggunaan media sosial
facebook terhadap perilaku cyberbullying pada siswa SMAN 12 Pekanbaru. Pada
variabel media sosial facebook, pengguna melakukan aktivitas di media sosial
facebook. Sedangkan pada variabel perilaku cyberbullying lebih dominan
pernyataan kurang setuju, artinya responden sudah memiliki sikap yang baik
dalam menggunakan media sosial sehingga responden hanya sebagian kecil yang
mendapatkan pengaruh dari media sosial facebook terhadap perilaku
cyberbullying.
Kelebihan penelitian ini adalah, pada bab pendahuluan, penulis
mencantumkan teori menurut beberapa ahli dan fakta mengenai cyberbullying.
Kelebihan lainnya adalah, dalam jurnal ini penulis mencantumkan pula tinjauan
pustaka mengenai teori-teori dari beberapa ahli tentang media sosial, indikator
media sosial, sejarah facebook, serta definisi dan indikator cyberbullying.
4.

Judul

: Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet


dalam Kehidupan Remaja di Pedesaan

Tahun

: 2012

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Putri Ekasari

Nama Jurnal

: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Volume (edisi)

: Vol. 06, No 1

Alamat URL

: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/58
09/4483

Tanggal diunduh

: 4 Oktober 2014, pukul 10.39 WIB

Ringkasan
Perkembangan teknologi dewasa ini, telah menyebabkan seseorang
melakukan kontak sosial tidak hanya melalui hubungan badaniyah, tetapi juga
melalui hubungan jarak jauh yang dijembatani oleh media komunikasi seperti
internet. Di Indonesia, perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat juga telah
dirasakan akibat masuknya pengaruh internet. Teknologi ini sudah dapat diakses
oleh berbagai kalangan masyarakat. Remaja sebagai salah satu pengguna fasilitas
internet belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat. Di pedesaan,
konsep tentang desa dan masyarakatnya saat ini telah mengalami perubahan yang
cukup besar akibat berkembangnya teknologi informasi, seperti internet.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik remaja
terhadap pola penggunaan internet di Desa Cibatok I dan Desa Pangradin. Serta,
menganalisis dan membandingkan terjadinya perubahan sosial yang dilihat dari
aspek sosial-ekonomi masuknya internet dalam kehidupan remaja di desa yang
akses terhadap internet dengan desa yang kurang akses terhadap internet.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung

dengan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif, penelitian ini


menggunakan metode penelitian survey. Penelitian ini dilakukan di dua desa yaitu
Desa Cibatok I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan
Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan
lokasi tersebut dilakukan secara purposive yaitu berdasarkan hasil pengamatan
dan informasi yang terpercaya. Teknik pengolahan dan analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai
dengan jenis data yang diperoleh. Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif
akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yakni reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data kuantitatif diperoleh melalui
penyebaran kuesioner di lapangan yang diperkuat dengan teknik wawancara
langsung dengan responden. Pengolahan data dilakukan dengan tabel frekuensi
untuk menghitung persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk
tabulasi silang untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas penggunaan internet di
kedua desa tersebut menunjukkan hasil yang berbeda. Ditinjau dari pola
penggunaan internet, dalam penelitian ini media koneksi internet dikategorikan
menjadi empat, yaitu warung internet, ponsel/telepon genggam, Wifi/Hotspot, dan
komputer pribadi/laptop. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata remaja di
kedua desa mengakses internet melalui warung internet (warnet). Di Desa Cibatok
I, remaja lebih memilih untuk bermain internet di warnet karena akses yang
mudah dan biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal. Untuk di Desa
Pangradin, remaja hanya bisa mengakses internet melalui warnet atau ponsel.
Dalam penelitian ini, jenis situs dikategorikan menjadi enam, yaitu: situs
pendidikan, situs agama, situs pengetahuan umum, situs hiburan, situs jejaring
sosial, dan situs pornografi. Rutinitas dikategorikan menjadi tiga, yaitu: sering,
kadang-kadang, dan tidak pernah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata
remaja di Desa Cibatok I memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk membuka
situs pendidikan dibandingkan remaja di Desa Pangradin. rata-rata remaja di Desa
Cibatok I dan Desa Pangradin sama-sama memiliki rutinitas yang tinggi dalam
membuka situs jejaring sosial. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial tidak lagi
memandang asal, golongan umur, status pendidikan, dan jenis kelamin. Sebagian
besar remaja di kedua desa mengaku kecanduan untuk membuka situs jejaring
sosial, terutama Facebook.
Hasil penelitian lainnya menunjukkan adanya perbedaan kedalaman
perubahan sosial dalam kehidupan remaja yang dilihat dari aspek sosial dan
ekonomi antara desa yang akses internetnya tinggi dengan desa yang akses
internetnya masih sangat terbatas.
Analisis
Temuan dalam penelitian ini adalah, penulis melakukan penelitian di dua
tempat yang berbeda, yaitu Desa Cibatok I dan Desa Pangradin. Penulis
membandingkan intensitas pemanfaatan internet oleh remaja pedesaan, di Desa
Cibatok I kebanyakan dari remaja di sana memanfaatkan internet untuk membuka
situs pendidikan dan mengaksesnya di warnet. Sedangkan di Desa Pangradin,
mayoritas remajanya memanfaatkan internet untuk hiburan dan mengaksesnya
melalui warnet dan ponsel. Dari segi sosial-ekonominya, terdapat kedalaman
perubahan sosial remaja antara desa yang aksesnya internetnya tinggi dan desa

10

yang akses internetnya masih rendah.


Kelebihan dari penelitian ini adalah isi di dalam jurnal tersebut sangat
lengkap. Penulis mencantumkan kegunaan penelitian, tinjauan teoritis dan juga
gambaran umum mengenai dua desa yang menjadi tempat penelitian. Penelitian
yang dilakukan oleh penulis sangat detail, hasil penelitian menunjukkan tidak
hanya data kuantitatif tetapi juga didukung oleh data kualitatif, serta penyajian
hasil penelitian yang mudah dipahami oleh pembacanya.
5. Judul

: Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan


Pertanian di Indonesia

Tahun

: 2009

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Dwi Sadono

Nama Jurnal

: Jurnal Komunikasi Pembangunan

Volume (edisi)

: Vol. 07, No 2

Alamat URL

: http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/
view/5687/4315

Tanggal diunduh

: 16 September 2014, pukul 07.46 WIB

Ringkasan
Kontribusi penting
penyuluhan
pertanian
untuk
meningkatkan
pembangunan pertanian dan peningkatan produksi pangan telah menyebabkan
cepatnya perkembangan minat orang dalam penyuluhan. Desakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya yang terus berkembang telah
menyadarkan berbagai negara untuk berusaha meningkatkan produksi pangannya.
Oleh karena itu, teknologi pertanian yang lebih baik terus dikembangkan dan
diintroduksikan kepada petani agar petani mau menerapkan teknologi tersebut dan
produksi pangan meningkat. Kegiatan menyebarkan informasi atau teknologi
pertanian tersebut, dikenal dengan penyuluhan pertanian (agricultural extension).
Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar
sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya dengan tujuan agar
mereka tahu, mau, mampu, dan berswadaya mengatasi masalahnya secara baik
dan memuaskan dan meningkat kesejahteraannya. Berbagai sarana dan prasarana
pertanian disediakan, jumlah penyuluh ditambah dan ditingkatkan
kemampuannya. Dalam proses diseminasi inovasi pertanian kepada petani, maka
komunikasi memegang peranan penting. Proses komunikasi dalam penyuluhan
pertanian tersebut sedikitnya melibatkan lima unsur stakeholders, yaitu: (1)
lembaga penelitian, (2) lembaga penyuluhan, (3) masyarakat petani itu sendiri
yang menjadi subyek penyuluhan, (4) lembaga pengaturan, dan (5) lembaga
pelayanan. Agar proses diseminasi inovasi pertanian itu berjalan efektif maka
diperlukan keterkaitan yang erat antara berbagai unsur tersebut. Sejalan dengan
perjalanan politik pemerintahan Indonesia, perkembangan pemahaman para ahli

11

dan pemerintah mengenai petani dan pembangunan pertanian, perkembangan


yang terjadi pada petani atau masyarakat petani, dan faktor-faktor lainnya seperti
tuntutan demokratisasi dalam berbagai aspek kehidupan, proses komunikasi
dalam penyuluhan pertanian tidak terlepas dari perkembangan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang dikembangkan
dalam penyuluhan pertanian di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Pada awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah pola
komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui penyuluh
kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau
peneliti, kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai
bidang, maka pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian
juga mengalami perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis
sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani.
Analisis
Penelitian ini mengkaji mengenai pola komunikasi penyuluh pertanian di
Indonesia. Penulis menjelaskan perkembangan pola komunikasi penyuluh
pertanian secara bertahap, mulai dari komunikasi searah sampai cara
berkomunikasi antara penyuluh dengan petani melalui model pengalaman belajar.
Penulis mencantumkan hasil penelitiannya berbentuk bab-bab berdasarkan pola
komunikasinya. Pada setiap pola komunikasi, penulis mencantumkan pula
kekurangan-kekurangannya. Seperti model komunikasi SMCR searah yang
dikemukakan oleh David Berlo, penulis mencantumkan kelebihan dari model
komunikasi SMCR searah yaitu, berdasarkan model Berlo tersebut, praktek
penyuluhan pertanian yang dilakukan lebih mengutamakan pada proses transfer
teknologi dari pihak yang mempunyai atau menciptakan teknologi (peneliti) yang
menganggap teknologi pertanian tersebut perlu diterapkan oleh masyarakat petani
kepada para petani yang dianjurkan untuk menerapkan teknologi tersebut pada
usahatani mereka. Oleh karenanya, model yang dikembangkan adalah model yang
sangat disederhanakan, bersifat linear, satu arah (dalam hal aliran pesan),
hierarkhis dan bias pro teknologi. Tetapi kekurangan dari model ini adalah model
ini dipandang gagal untuk menampung unsur-unsur penting yang harus dibangun
untuk keberhasilan penciptaan teknologi dan transfer inovasi pertanian,
diantaranya adalah tidak menyentuh lapisan akar rumput dalam masyarakat
petani.

12

6. Judul

: Penggunaan Internet dan Kategori Sosial Penggunanya

Tahun

: 2014

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Rukman Pala

Nama Jurnal

: Jurnal Studi Komunikasi dan Media

Volume (edisi)

: Vol. 18, No 1

Alamat URL

: http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/view/173/
159

Tanggal diunduh

: 26 September 2014, pukul 20.50 WIB

Ringkasan
Perkembangan IPTEK yang hingga kini terus berlanjut, pada hakekatnya di
satu sisi memberikan keuntungan lebih bagi masyarakat luas. Keuntungan lebih
itu dalam hal ini terutama terkait dengan bidang komunikasi. Dalam bidang ini,
pada praktiknya kini anggota masyarakat dapat berkomunikasi dengan sesama
melalui banyak saluran dengan mudah. Dari yang bersifat konvensional hingga
inkonvensional. Saluran inkonvensional yang kini sudah relatif populer yaitu
internet. Saluran berkomunikasi melalui medium ini sendiri, jenisnya bervariasi.
Mulai dari email, chatting hingga melalui saluran yang dibuat sendiri oleh
pengguna seperti melalui blog atau websites. Gambaran fenomena internet atau
media baru tadi, kiranya itu tentu jadi memudahkan anggota masyarakat dalam
melakukan tindak komunikasi. Namun demikian, dalam kenyataan perkembangan
meyangkut media baru tadi tidak dengan sendirinya membuat anggota masyarakat
secara serta merta mampu menggunakannya. Menurut para ahli itu diantaranya
karena berkaitan dengan faktor ICT literacy dan termasuk menyangkut faktor
perbedaan individual masyarakat (individual differences). Individu masyarakat
diasumsikan bahwa dalam mengkonsumsi media akan disesuaikan dengan
karakteristik dan kebutuhan personal individu bersangkutan. Karena itu, setiap
individu akan mempunyai perhatian, minat, dan keinginan berbeda terhadap
media karena dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis individual dan pada
gilirannya mempengaruhinya dalam mengkonsumsi media massa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran menyangkut
fenomena penggunaan internet dalam kaitan karakteristik masyarakat serta saling
keterkaitan di antara keduanya. Masalah penelitian ini dirumuskan menjadi: (1)
Bagaimana pola penggunaan internet anggota masyarakat? (2) Bagaimanakah
gambaran pengguna internet dilihat dari segi perbedaan individu (kategori sosial)
anggota masyarakat?
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survai.
Survai dilakukan terhadap 373 anggota masyarakat yang terpilih sebagai
responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
reliabelitasnya sudah diuji sebelumnya melalui pre test. Data diolah dengan

13

menggunakan komputer melalui program SPSS.


Hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian ini mempertanyakan masalah
pola penggunaan internet anggota masyarakat dan mencoba mengetahui kaitannya
dengan masalah perbedaan individu (kategori sosial) anggota masyarakat.
Menyangkut kategori sosial, temuan memperlihatkan bahwa anggota komunitas
PNPM itu bervariasi dari segi kategori sosial seperti sex; usia dalam kategori
MDGs; pendidikan; pekerjaan; agama dan pendapatan. Terkait dengan pola
mereka dalam menggunakan internet, maka penelitian ini pun cenderung
menunjukkan adanya kaitan dengan persoalan perbedaan kategori sosial yang
mereka sandang. Dari hasil uji statistik menyangkut keterkaitan antara sejumlah
variabel, hasilnya memang menunjukkan hasil yang signifikan. Keterkaitan itu
misalnya antara Aktifitas Menggunakan Internet dengan Pekerjaan; Aktifitas
Menggunakan Internet dengan Pendapatan dan antara Aktifitas Menggunakan
Internet dengan jenis Pekerjaan. Jadi dengan temuan dan hasil analisis penelitian
ini, kiranya dapat menjadi fakta empirik yang menguatkan asumsi yang
dikemukakan dalam Theory of Selective Influences, yakni teori yang diantaranya
berasumsi berdasarkan Individual Differences dan Social Categories.
Analisis
Temuan dalam penelitian ini, penulis mengkaji mengenai penggunaan
internet dan kategori sosial penggunanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penelitian ini membahas masalah pola penggunaan internet anggota masyarakat
dan mengkaitkannya dengan masalah perbedaan individu (kategori sosial) anggota
masyarakat. Segi kategori sosial seperti sex; usia dalam kategori MDGs;
pendidikan; pekerjaan; agama dan pendapatan. Terkait dengan pola mereka dalam
menggunakan internet, penelitian ini menunjukkan adanya kaitan dengan
persoalan perbedaan kategori sosial yang mereka sandang. Keterkaitan antara
sejumlah variabel, hasilnya memang menunjukkan hasil yang signifikan.
Keterkaitan itu misalnya antara Aktifitas Menggunakan Internet dengan
Pekerjaan; Aktifitas Menggunakan Internet dengan Pendapatan dan antara
Aktifitas Menggunakan Internet dengan jenis Pekerjaan. Di dalam penelitian ini,
facebook menjadi media sosial yang paling banyak dimanfaatkan oleh khayalak
pengguna internet dan facebook digunakan sebagai channel untuk mengakses
informasi melalui fasilitas chat room. Media sosial lain yang digunakan antara
lain, chat room yahoo messenger, chat room BBM, email, chat room G-Talk, dan
website tertentu.

14

7. Judul

: Efektivitas Komunikasi Pembelajaran Melalui Media


Website untuk Materi Ajaran Fisika (Kasus Siswa Kelas 3
SMAN 1 Jakarta Pusat)

Tahun

: 2009

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: D. H. Purnama

Nama Jurnal

: Jurnal Komunikasi Pembangunan

Volume (edisi)

: Vol. 07, No 1

Alamat URL

: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view
/5677/4306

Tanggal diunduh

: 4 Oktober 2014, pukul 10.31 WIB

Ringkasan
Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi sangat dirasakan banyak
membantu manusia dalam melakukan komunikasi dan aktivitas sehari-hari
termasuk dalam bidang pendidikan. Ashby dalam Miarso (2004), menyatakan
bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima, dengan
dimanfaatkannya teknologi komunikasi dan informasi mutakhir, khususnya
komputer dan internet untuk pendidikan. Revolusi ini memberi dampak terhadap
beberapa kecenderungan pendidikan masa depan. Menurut Sadiman (2000),
media website merupakan media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan
secara visual dan audio secara interaktif, yang dapat menggabungkan unsur teks,
gambar (foto dan film) dan suara sebagai satu kesatuan yang disebut dengan
multimedia. Penggunaan media interaktif diharapkan dapat menjadi daya tarik
bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pada bidangbidang tertentu. Melihat situasi yang berkembang dan perubahan yang begitu
cepat, maka diperlukan tersedianya sumber-sumber belajar aktual, kaya informasi
dan mudah dijangkau. Internet adalah salah satu teknologi yang dapat dijadikan
media komunikasi interaktif untuk memberikan landasan kuat bagi penciptaan
lingkungan belajar yang luwes (fleksibel), serta mampu memenuhi kebutuhan
pendidikan dan latihan. Kemajuan bidang teknologi informasi (internet) telah
memberikan kontribusi nyata terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam proses
belajar mengajar di sekolah tingkat menengah umum.
Tujuan dari penelitian ini adalah, berdasarkan rumusan masalah yang
dicantumkan oleh penulis yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
karakteristik responden terhadap akses media, menganalisis seberapa besar
pengaruh faktor dalam penggunaan website terhadap akses media, menganalisis
seberapa besar pengaruh karakteristik responden dan faktor dalam penggunaan
website terhadap akses media, serta menganalisis seberapa besar pengaruh akses
media terhadap efektivitas pembelajaran.
Metode penelitian ini dirancang dengan metode survei deskriptif yang
menggunakan alat bantu kuesioner. Analisa data dilakukan dengan menggunakan

15

SPSS for Windows version 12, yaitu statistik deskriptif, khi kuadrat untuk data
nominal dan regresi berganda (multiple regression).
Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik responden (jenis kelamin,
pekerjaan orang tua dan aktivitas organisasi) memiliki tingkat frekuensi dan
durasi yang berbeda pada setiap individu. Tinggi rendahnya motivasi sangat
berpengaruh terhadap tingkat frekuensi akses terhadap media dan secara tidak
langsung berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Frekuensi akses media
yang dilakukan siswa hanya dipengaruhi oleh faktor dalam penggunaan website
yaitu tugas dan kemudahan aplikasi. Hasil pengujian terhadap pengaruh
karakteristik responden dan faktor dalam penggunaan website terhadap akses
media, diketahui bahwa hanya peubah kemudahan yang berpengaruh terhadap
frekuensi akses media. Peubah frekuensi akses media secara langsung hanya
berpengaruh terhadap aspek kognitif. Secara bersama-sama peubah yang
berpengaruh secara langsung terhadap efektivitas pembelajaran adalah biaya dan
waktu luang.
Analisis
Penelitian ini mengkaji mengenai efektivitas komunikasi pembelajaran
melalui media website. Penulis menggunakan indikator efektivitas komunikasi
pembelajaran yang dilihat meliputi tiga aspek, yaitu: kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tinggi rendahnya motivasi
sangat berpengaruh terhadap tingkat frekuensi akses terhadap media dan secara
tidak langsung berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Frekuensi akses
media yang dilakukan siswa hanya dipengaruhi oleh faktor dalam penggunaan
website yaitu tugas dan kemudahan aplikasi. Hasil pengujian terhadap pengaruh
karakteristik responden dan faktor dalam penggunaan website terhadap akses
media, diketahui bahwa hanya peubah kemudahan yang berpengaruh terhadap
frekuensi akses media. Peubah frekuensi akses media secara langsung hanya
berpengaruh terhadap aspek kognitif. Secara bersama-sama peubah yang
berpengaruh secara langsung terhadap efektivitas pembelajaran adalah biaya dan
waktu luang.

16

8. Judul

Pemanfaatan Media Komunikasi Melalui Jejaring Sosial


di Masyarakat (Survey di Kelurahan Telanai Pura dan
Solok Sipin, Kota Jambi)

Tahun

2012

Jenis Pustaka

Jurnal

Bentuk Pustaka

Elektronik

Nama Penulis

Ari Cahyo Nugroho

Nama Jurnal

Jurnal Penelitan Pos dan Informatika

Volume (edisi)

Vol. 02, No 2

Alamat URL

http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/ppi/files/2013/04
/Jurnal-PPI-vol-2-no-2-desember-2012.pdf

Tanggal diunduh

26 September 2014, 20.15 WIB

Ringkasan
Konsep jejaring sosial terdiri dari struktur sosial yang berisi elemen-elemen
individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka
berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal seharihari seperti keluarga, hingga sosok yang belum mereka kenal sebelumnya. Bentuk
ini kemudian diadopsi dengan adanya internet melalui situs jejaring sosial.
Berbagai bentuknya antara lain, chat, messaging, email, video, chat suara, share
file, blog, diskusi grup, dan lain-lain. Hingga sejauh ini, tampak hanya Facebook
yang sukses membuat platform online yang interaktif melalui aplikasi sharing
media seperti foto, konten, dan video.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
pemanfaatan media komunikasi melalui jejaring sosial di masyarakat kelurahan
Telanai Pura dan Solok Sipin, Kota Jambi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah, penelitian ini
dilaksanakan berdasarkan paradigma positivistik dengan pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan mengambil
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data. Jenis penelitian survey yang digunakan adalah melalui penelitian deskriptif,
untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau
bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dengan menggunakan metode
kuantitatif deskriptif akan diperoleh gambaran mengenai situasi atau kejadian
yang ada untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan
tujuan penelitian, sehingga metode ini diadakan melalui akumulasi data. Data
tersebut diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan.
Dari hasil penelitian ada keseimbangan jumlah responden pria dan wanita,
dengan proporsi mayoritas kelahiran antara tahun 1965-1982, serta berpendidikan
SLTA sebagai proporsi yang paling dominan. Dalam penelitian ini terlihat bahwa
mayoritas responden pernah menggunakan Facebook, dan sering menggunakan
Facebook dibanding sarana lainnya. Dengan indeks perteman lebih dari 100 orang

17

dalam akun situs jejaring sosial mereka. Dalam deskripsi secara keseluruhan
terlihat bahwa isu berbau politik, jarang sekali dibicarakan melalui situs jejaring
sosial. Namun Isu yang paling banyak dibicarakan melalui fitur share adalah
seputar masalah ekonomi lokal. Sedangkan, dalam fitur chatting, isu yang
dibicarakan sangat bervariasi, namun isu sosial memiliki proporsi paling sering
diperbincangkan. Terlihat bahwa mayoritas responden menggunakan ruang status
untuk membagikan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan pribadi
(keluhan, kesuksesan, harapan) sementara persoalan seputar politik, secara umum
kurang menarik minat responden untuk memasangnya di ruang status. Mayoritas
responden juga tampak biasa meng-upload foto pribadi dan foto keluarga ke
dalam akunnya, namun tidak biasa mengunggah video yang berkaitan dengan
pribadi dan keluarga di situs jejaring sosial.
Analisis
Dalam penelitian ini, mayoritas responden pernah menggunakan Facebook,
dan sering menggunakan Facebook dibanding sarana lainnya. Dengan indeks
perteman lebih dari 100 orang dalam akun situs jejaring sosial mereka. Isu yang
paling banyak dibicarakan melalui fitur share adalah seputar masalah ekonomi
lokal. Sedangkan, dalam fitur chatting, isu yang dibicarakan mengenai isu sosial
dan memiliki proporsi paling sering diperbincangkan. Mayoritas responden
menggunakan ruang status untuk membagikan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah kehidupan pribadi (keluhan, kesuksesan, harapan). Mayoritas responden
biasa meng-upload foto pribadi dan foto keluarga ke dalam akunnya, namun tidak
biasa mengunggah video yang berkaitan dengan pribadi dan keluarga.
9. Judul

: Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Sikap Terhadap


Profesi dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian :
Studi Terhadap Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bogor

Tahun

: 2008

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Pudji Muljono

Nama Jurnal

: Jurnal Sodality: Jurnal Transdisiplin


Komunikasi, dan Ekologi Manusia

Volume (edisi)

: Vol. 02, No 3

Alamat URL

: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/58
80/4545

Tanggal diunduh

: 4 Oktober 2014, 10.39 WIB

Sosiologi,

Ringkasan
Menghadapi tantangan dalam pelaksanaan pembangunan bangsa Indonesia,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan pembangunan antara lain dengan
mengupayakan pendayagunaan aparatur negara dan peningkatan sumberdaya

18

manusia termasuk di dalamnya adalah penyuluh pertanian. Sebagai profesi yang


bertugas memberikan informasi, membimbing, memandu dan memberi contoh
kepada para petani di pedesaan, maka para penyuluh pertanian itu sendiri
semestinya memiliki motivasi kerja yang tinggi agar melalui kinerjanya dapat
memberikan produktivitas dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang
membutuhkan yakni para petani di pedesaan. Hal ini berkaitan erat dengan
kualitas hasil kerja penyuluh pertanian itu sendiri yang sesungguhnya dipengaruhi
oleh motivasi kerja masing-masing individu. Motivasi kerja merupakan dorongan
untuk melakukan segala sesuatu yang lebih baik dari lainnya di dalam melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara kepuasan kerja dengan motivasi kerja penyuluh pertanian, apakah terdapat
hubungan antara sikap terhadap profesi dengan motivasi kerja penyuluh pertanian
apakah terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan sikap terhadap profesi secara
bersama-sama dengan motivasi kerja penyuluh pertanian.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional
yang dilaksanakan terhadap penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Populasi penelitian adalah seluruh penyuluh pertanian di Kabupaten
Bogor yang berjumlah 148 orang. Sampel penelitian ditentukan secara acak
(random sampling) sebanyak 40 orang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 12 untuk mengetahui
secara deskriptif gambaran hasil penelitian disertai dengan analisis teknik regresi
dan korelasi, baik korelasi sederhana, parsial maupun jamak.
Hasil penelitian menunjukan yakni terdapat hubungan positif antara
kepuasan kerja dengan motivasi kerja penyuluh pertanian. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa makin tinggi kepuasan kerja penyuluh pertanian maka makin kuat
pula motivasi kerja penyuluh pertanian tersebut. Terdapat hubungan positif antara
sikap terhadap profesi dengan motivasi kerja penyuluh pertanian. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa makin positif sikap penyuluh pertanian terhadap
profesinya maka makin kuat pula motivasi kerja penyuluh pertanian tersebut.
Terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dan sikap terhadap profesi secara
bersama-sama dengan motivasi kerja penyuluh pertanian. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa makin tinggi kepuasan kerja penyuluh pertanian dan makin
positif sikap penyuluh pertanian terhadap profesinya secara bersama-sama maka
makin kuat pula motivasi kerja penyuluh pertanian tersebut. Untuk meningkatkan
motivasi kerja penyuluh pertanian dapat dilakukan dengan berbagai upaya melalui
peningkatan kepuasan kerja penyuluh pertanian dan peningkatan sikap positif
penyuluh pertanian terhadap profesinya. Upaya tersebut dapat dilaksanakan
misalnya dengan memperbaiki sistem insentif bagi penyuluh pertanian, sistem
pengembangan karir yang lebih terbuka untuk berkembang, melakukan
pembinaan terhadap organisasi profesi penyuluh pertanian, dan pengembangan
kepribadian para penyuluh pertanian itu sendiri.
Analisis
Temuan pada penelitian ini adalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dan sikap terhadap profesi dengan
motivasi kerja penyuluh pertanian, khususnya penyuluh pertanian di Kabupaten
Bogor. Hasil penelitian menunjukan yakni terdapat hubungan positif antara

19

kepuasan kerja dengan motivasi kerja penyuluh pertanian. Semakin tinggi


kepuasan kerja penyuluh pertanian maka semakin kuat pula motivasi kerja
penyuluh pertanian tersebut. Terdapat hubungan positif antara sikap terhadap
profesi dengan motivasi kerja penyuluh pertanian. Semakin positif sikap penyuluh
pertanian terhadap profesinya maka semakin kuat pula motivasi kerja penyuluh
pertanian tersebut. Terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dan sikap
terhadap profesi secara bersama-sama dengan motivasi kerja penyuluh pertanian.
Semakin tinggi kepuasan kerja penyuluh pertanian dan semakin positif sikap
penyuluh pertanian terhadap profesinya secara bersama-sama maka semakin kuat
pula motivasi kerja penyuluh pertanian tersebut.
10. Judul

: Sikap dan Intensi Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan


Bisnis

Tahun

: 2010

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Irena Anggita Nurul Adha

Nama Jurnal

: Jurnal Sodality: Jurnal Transdisiplin


Komunikasi, dan Ekologi Manusia

Volume (edisi)

: Vol. 04, No 3

Alamat URL

: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/58
36/4501

Tanggal diunduh

: 4 Oktober 2014, 10.39 WIB

Sosiologi,

Ringkasan
Internet sebagai sebuah jaringan komunikasi global memiliki beberapa
fasilitas (piranti) yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa keperluan baik dalam
bisnis maupun non bisnis. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah
satu sektor ekonomi yang dapat memanfaatkan internet dalam kegiatan bisnis
karena sangat diperhitungkan kontribusinya terhadap pendapatan negara.
Penggunaan teknologi informasi dalam penerapannya di tingkat UKM masih
menemui beberapa kendala, diantaranya adalah keterbatasan sumberdaya, baik
keuangan maupun manusia. Selain itu, UKM juga belum merasakan adanya
dukungan dari pemerintah, baik finansial maupun non finansial. Berhasil atau
tidaknya usaha kecil sangat bergantung pada wirausaha sebagai pemilik dan
pengelola usaha kecil sehingga pemilik atau manajer saat ini dituntut untuk dapat
menguasai dan memahami pemanfaatan teknologi informasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sikap dan intensi
pemanfaatan internet pada pengusaha UKM dalam kegiatan bisnis. Serta
menganalisis pengaruh sikap dan norma subyektif terhadap intensi pemanfaatan
internet dalam kegiatan bisnis.
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatory atau
confirmatory research. Penelitian explanatory merupakan penelitian penjelasan

20

yang menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis


yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi studi ini mencakup wirausahawan yang
memiliki usaha skala kecil dan menengah. Responden merupakan wirausahawan
yang memiliki usaha kecil maupun usaha menengah yang terdaftar sebagai UKM
binaan Unit Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil (UPP-UKM) LPPM IPB.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Penentuan jumlah
responden ini disesuaikan dengan daftar jumlah pengusaha UKM binaan LPPM
IPB. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 166 pengusaha UKM yang berada di
bawah binaan UPP-UKM LPPM IPB. Jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sebanyak 40 responden agar hasil penelitian dapat lebih
representatif. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terstruktur
dengan menggunakan metode survai dan pengamatan. Data sekunder diperoleh
dari studi literatur dan dokumen yang dimiliki oleh UPP-UKM LPPM IPB
mengenai profil UKM-UKM binaan UPP-UKM LPPM IPB. Data yang
dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik dengan mengunakan software
SPSS for Windows 17.0. Uji Regresi digunakan untuk melihat hubungan dan
pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap intensi pemanfaatan internet.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki
sikap yang positif terhadap pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis, baik
dilihat dari komponen kognitif, afektif maupun konatifnya. Sebagian besar
responden juga memiliki norma subjektif yang positif. Hal ini menandakan bahwa
ada keyakinan dari individu bahwa lingkungannya mendukung untuk
memanfaatkan internet dalam kegiatan bisnis. Sebagian besar responden juga
memiliki intensi yang positif. Intensi yang positif ditandai dengan adanya niat dari
pengusaha UKM untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan pemanfaatan internet
untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Sikap terhadap pemanfaatan internet dalam
kegiatan bisnis terbukti memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan pada
intensi pemanfaatan internet. Semakin positif sikap pengusaha UKM, maka
semakin kuat pula intensi atau niat untuk memanfaatkan internet dalam kegiatan
bisnis. Semakin tinggi pengetahuan, keyakinan mengenai pemanfaatan internet
dalam kegiatan bisnis, ketertarikan dan kecenderungan untuk memanfaatkan
internet, maka semakin besar pula niat pengusaha UKM untuk memanfaatkan
internet dalam kegiatan bisnisnya. Norma subjektif terbukti memiliki hubungan
dengan intensi pemanfaatan internet, namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap intensi pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis. Keyakinan yang
besar bahwa orang-orang di lingkungan pengusaha akan mendukungnya untuk
memafaatkan internet bagi kegiatan bisnis belum tentu beperngaruh pada
pengusaha UKM memiliki niat yang besar untuk memanfaatkan internet dalam
kegiatan bisnis.
Analisis
Temuan pada penelitian ini adalah, penulis mengkaji mengenai sikap dan
intensi pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis. Penelitian ini menunjukkan
sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap pemanfaatan
internet dalam kegiatan bisnis, baik dilihat dari komponen kognitif, afektif
maupun konatifnya. Sikap terhadap pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis
terbukti memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan pada intensi

21

pemanfaatan internet. Semakin positif sikap pengusaha UKM, maka semakin kuat
pula intensi atau niat untuk memanfaatkan internet dalam kegiatan bisnis.
Semakin tinggi pengetahuan, keyakinan mengenai pemanfaatan internet dalam
kegiatan bisnis, ketertarikan dan kecenderungan untuk memanfaatkan internet,
maka semakin besar pula niat pengusaha UKM untuk memanfaatkan internet
dalam kegiatan bisnisnya. Penelitian ini tidak membahas secara spesifik mengenai
media internet (seperti facebook atau twitter).
11. Judul

: Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook


pada Remaja

Tahun

: 2013

Jenis Pustaka

: Jurnal

Bentuk Pustaka

: Elektronik

Nama Penulis

: Apris Ruhban

Nama Jurnal

: Jurnal Online Psikologi

Volume (edisi)

: Vol. 01, No 2

Alamat URL

: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/viewFil
e/1649/1745_umm_scientific_journal.pdf

Tanggal diunduh

: 5 November 2014, 08.11 WIB

Ringkasan
Pertumbuhan penggunaan internet yang pesat juga terjadi di Indonesia,
beberapa tahun ini jumlah pengakses internet di Indonesia mengalami peningkatan
yang tajam. Melalui situs jejaring sosial yang dalam beberapa tahun terakhir ini
sangat marak digunakan oleh berbagai kalangan salah satunya adalah situs
jejaring sosial facebook. Facebook memberikan banyak manfaat bagi
penggunanya, seorang pengguna bisa berkomunikasi dengan teman, keluarganya,
dan berbagi informasi dengan siapa saja yang dikehendaki, akan tetapi facebook
juga berdampak buruk bagi penggunanya. Seorang pengguna facebook dengan
tingkat keseringan bisa menurunkan produktifitas dan performa khusunya para
remaja. Untuk itu, dalam pemanfaatan facebook individu haruslah memiliki
kontrol diri sebagai kapasitas untuk memberikan alternatif kondisi dan respon
tertentu dimana kontrol diri sebagai agen utama dalam membimbing, dan
mengatur fitur-fitur dari perilaku yang pada akhirnya menghasilkan konsekuensi
positif.
Tujuan dari penelitian ini adalah, begitu besarnya sumbangsih kontrol diri
terhadap kehidupan manusia sehingga penulis tertarik untuk mengetahui apakah
kontrol diri berperan terhadap pembentukan intensitas penggunaan facebook
sekaligus memberikan bukti empiris terhadap faktor yang mempengaruhi
terbentuknya intensitas penggunaan facebook secara berlebihan.
Metode penelitian ini berupa penelitian kuantitatif korelasional antara dua
variabel dengan menggunakan metode penghitungan statistik. Penelitian ini

22

menggunakan sampling insidental dimana teknik penentuan sampel berdasarkan


kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini ialah skala Likert. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi
product moment dari Pearson dengan bantuan program statistik SPSS for windows
versi 11.5.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kontrol diri memiliki
hubungan positif atau hubungan berbanding lurus dengan intensitas penggunaan
facebook pada remaja, dimana semakin tinggi kontrol diri maka semakin tinggi
pula intensitas penggunaan facebook pada remaja dan begitu pula sebaliknya
semakin rendah kontrol diri maka semakin rendah intensitas penggunaan
facebook pada remaja.
Analisis
Penelitian ini membahas keterkaitan antara kontrol diri dengan intensitas
penggunaan Facebook oleh remaja. Media sosial yang dikaji dalam penelitian ini
adalah facebook. Facebook memberikan banyak manfaat bagi penggunanya,
seorang pengguna bisa berkomunikasi dengan teman, keluarga, dan berbagi
informasi dengan siapa saja yang dikehendaki, akan tetapi facebook juga
berdampak buruk bagi penggunanya. Seorang pengguna facebook dengan tingkat
keseringan bisa menurunkan produktifitas dan performa khusunya para remaja.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan positif dan berbanding lurus
antara kontrol diri dan intensitas penggunaan facebook. Semakin tinggi kontrol
diri maka semakin tinggi pula intensitas penggunaan facebook dan begitu pula
sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin rendah intensitas
penggunaan facebook.
Kelebihan dari penelitian ini adalah, penulis mencantumkan tinjauan
teoritis mengenai kontrol diri, intensitas penggunaan Facebook, serta hubungan
diantara keduanya. Penulis menyajikan metode penelitian secara detail dan
membaginya ke dalam sub bab, yaitu rancangan penelitian, subjek penelitian,
variabel dan instrumen penelitian, serta prosedur dan analisa data penelitian.

23

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN


Pemanfaatan Media Sosial di Internet
Internet merupakan salah satu kemajuan teknologi yang banyak digunakan
oleh masyarakat diberbagai kalangan. Laquey dalam Ardianto et al. (2014)
menyatakan bahwa internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer
yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Internet telah berkembang
menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif. Dewasa ini, internet
telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan
komunikasi yang tak dapat diabaikan.
Salah satu bagian internet yang menjadi media informasi dan komunikasi
adalah media sosial. Menurut Richter dan Koch (2007) dalam Santoso (2012)
media sosial diartikan sebagai aplikasi online, sarana, dan media yang ditujukan
untuk memfasilitasi interaksi, kolaborasi, dan sharing materi. Sementara itu,
Santoso (2012) menyatakan bahwa media sosial merupakan media untuk interaksi
sosial dengan menggunakan teknik penerbitan yang mudah diakses dan terukur.
Media sosial menggunakan teknologi berbasis web untuk mengaktifkan
komunikasi ke dialog interaktif.
Hasil-hasil penelitian yang disajikan di dalam bab ringkasan dan analisis
mengungkapkan berbagai aspek pemanfaatan internet dan media sosial di internet.
Hasil penelitian yang secara khusus membahas mengenai media sosial adalah
penelitian Nurjanah (2014), Nugroho (2012), dan Ruhban (2013). Hasil penelitian
Kurniawati (2012), Ekasari (2012), Pala (2014), Purnama (2009), dan Adha
(2010) tidak membahas media sosial secara spesifik, tetapi di dalam penelitian
tersebut disinggung mengenai pemanfaatan internet. Berdasarkan hasil-hasil
penelitian tersebut dapat dirangkum beberapa aspek pemanfaatan yang meliputi
pemahaman tentang internet, tujuan pemanfaatan internet, perilaku pemanfaatan
internet, serta jenis media sosial yang digunakan.
1. Pemahaman internet dapat dilihat bahwa siswa sebagai responden memahami
internet sebagai media dengan berbagai kemudahan untuk mendapatkan
informasi mengenai materi ajaran fisika, khususnya melalui media website.
Media website efektif sebagai media untuk membantu siswa dalam menambah
pemahaman, minat, dan keterampilan pada materi ajaran fisika, karena media
website memberikan kemudahan dalam akses informasi dan tugas. Selain itu,
para siswa juga mengartikan kehadiran media website/internet sebagai sarana
belajar dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk belajar lebih baik.
2. Internet dimanfaatkan dengan tujuan untuk berkomunikasi, membuka situs
pendidikan, dan hiburan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa
Cibatok I kebanyakan dari remaja di sana memanfaatkan internet dengan
tujuan untuk membuka situs pendidikan. Sedangkan di Desa Pangradin,
mayoritas remajanya memanfaatkan internet dengan tujuan untuk hiburan.
Sebagian besar remaja di kedua desa mengaku kecanduan untuk membuka
situs jejaring sosial, terutama facebook.

24

3. Perilaku pemanfaatan internet oleh remaja di Desa Cibatok I dan di Desa


Pangradin, mengakses internet melalui warnet dan ponsel. Di Desa Cibatok I,
para remaja mengakses internet melalu warnet sedangkan di Desa Pangradin,
para remaja mengakses internet melalui warnet dan ponsel. Desa Cibatok I
sudah memiliki sarana telekomunikasi seperti jaringan telepon dan jaringan
internet yang sangat baik. Namun di Desa Pangradin, untuk jaringan telepon
dan internet masih mengalami kendala sulitnya mendapatkan sinyal yang
cukup baik.
4. Mayoritas jenis media sosial yang digunakan adalah facebook. Media sosial
lain yang digunakan antara lain, chat room yahoo messenger, chat room BBM,
email, chat room G-Talk, dan website tertentu. Facebook menjadi media sosial
yang paling banyak digunakan oleh khalayak pengguna internet. Berdasarkan
data dari Socialbakers3 pengguna facebook di Indonesia sampai akhir tahun
2012 sebanyak 48,8 juta pengguna dan menempati peringkat keempat di dunia
setelah Amerika Serikat, Brasil, dan India.
Kotler dalam Santoso (2012) lebih lanjut menerangkan bahwa media sosial
merupakan sarana bagi konsumen untuk berbagi teks, gambar, audio, dan video
informasi dengan satu sama lain dan sebaliknya. Media sosial terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
1. Online Communities and Forums
Online communities and forums dibentuk oleh konsumen dan sekelompok
konsumen tanpa adanya pengaruh iklan dan afiliasi perusahaan atau
mendapatkan dukungan dari perusahaan dimana anggota yang tergabung
dalam online communities dapat berkomunikasi dengan perusahaan dan satu
anggota lainnya melalui posting, instant messaging, dan chat discussion
tentang minat khusus yang berhubungan dengan produk dan merek.
2. Blog-gers
Blog merupakan catatan jurnal online atau dicari yang diperbarui secara
berkala dan merupakan saluran yang penting bagi World of Mouth.
3. Social Networks
Social networks merupakan kekuatan yang penting dalam kegiatan pemasaran
baik bussiness to customer dan bussiness to bussiness. Social networks dapat
berupa situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, Linkedln, dan Twitter.
Mayoritas responden pernah menggunakan facebook, dan sering
menggunakan facebook dibanding sarana lainnya. Dengan indeks perteman lebih
dari 100 orang dalam akun situs jejaring sosial mereka. Isu yang paling banyak
dibicarakan melalui fitur share adalah seputar masalah ekonomi lokal. Sedangkan,
dalam fitur chatting, isu yang dibicarakan mengenai isu sosial dan memiliki
proporsi paling sering diperbincangkan. Mayoritas responden menggunakan ruang
status untuk membagikan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan
pribadi (keluhan, kesuksesan, harapan). Mayoritas responden biasa meng-upload

3 http://www.socialbakers.com/facebookstatistics/

25

foto pribadi dan foto keluarga ke dalam akunnya, namun tidak biasa mengunggah
video yang berkaitan dengan pribadi dan keluarga.
Pola Komunikasi Penyuluh Pertanian
Ilmu Penyuluhan Pembangunan sebagai suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang pola perilaku manusia pembangunan terbentuk, bagaimana
perilaku manusia dapat berubah atau diubah sehingga mau meninggalkan
kebiasaan lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang berakibat kualitas
kehidupan orang yang bersangkutan menjadi lebih baik (Slamet, 1992).
Menurut van den Ban dan Hawkins (2005), penyuluhan merupakan
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa
membuat keputusan yang benar. Menurut UU No. 16 tahun 2006, penyuluhan
pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pelaku utama adalah petani, sedangkan pelaku usaha adalah
individu yang mengelola usaha pertanian.
Komunikasi diartikan sebagai suatu pernyataan antarmanusia, baik secara
perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan
lambang-lambang tertentu. Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan bidang
pertanian, maka komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antarmanusia yang
berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun
secara berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambanglambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan
(Soekartawi, 2005).
Di Indonesia, pola komunikasi yang digunakan oleh para penyuluh
pertanian mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sadono (2009) dengan judul
Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia, beliau
menjelaskan bahwa pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan
pertanian di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada
awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah pola komunikasi yang
bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui penyuluh kepada petani.
Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti, kemajuan
yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang, maka pola
komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga mengalami
perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis sehingga
diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani.

26

1. Pola komunikasi linear dikemukakan oleh David Berlo yaitu suatu model
komunikasi interpersonal yang dikenal dengan model SMCR (Source,
Message, Channel, Receiver). Pada model SMCR, Sumber (Source)
diasumsikan sebagai orang yang mempunyai informasi yang senantiasa
mengirimkan informasi yang disebutnya sebagai Pesan (Message) kepada
Penerima (Receiver) melalui Saluran komunikasi (Channel), sehingga
menimbulkan perubahan perilaku pada Penerima sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Sumber. Model Berlo sangat mengutamakan pada pengaruh
pesan terhadap perilaku Penerima, oleh karenanya orientasinya lebih kepada
bagaimana pesan harus diterima oleh Penerima sesuai kehendak Sumber. Itu
sebabnya bersifat linear dan searah dalam arus pesan. Model komunikasi
penyuluhan pertanian tersebut diadopsi dari Amerika Serikat. Pada dekade
1950-an, Indonesia banyak mendatangkan ahli-ahli pertanian dari Amerika
Serikat dan mengirimkan ahli-ahli pertanian untuk belajar di Amerika Serikat.
Model ini dipandang gagal untuk menampung unsur-unsur penting yang
harus dibangun untuk keberhasilan penciptaan teknologi dan transfer inovasi
pertanian, diantaranya adalah tidak menyentuh lapisan akar rumput dalam
masyarakat petani. Model SMCR Searah ini juga mengabaikan fakta bahwa
kebanyakan para peneliti dan penyuluh pertanian berasal dari keluarga petani
dan seringkali telah mengelola usahataninya sendiri serta mengetahui secara
persis permasalahan yang mereka hadapi serta bagaimana mengatasinya.
Sender (S)

Channel (S)

Receiver (S)

Research
(message)

Extension (media
or methods)

Farmers (target of
change)

Gambar 1. Model SMCR Searah (Sadono 2009)


Soekartawi (2005) dalam bukunya menjelaskan bahwa komunikasi
pertanian antar penyuluh dengan petani terjadi bukan saja dimaksudkan untuk
mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan seperti yang ditemui dalam
metode penyuluhan pertanian, tetapi lebih dari itu. Dalam sejarah
perkembangannya sering dipengaruhi dan dimonopoli oleh pihak pemberi
pesan, sehingga model komunikasi pertanian yang demikian sering dikenal
dengan istilah model linear. Anggapan ini terlalu lemah mengingat
komunikan akan tertarik untuk mendapatkan informasi pertanian kalau mereka
memang membutuhkan. Bukan itu saja, masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi komunikan agar mereka mau dan mampu menyerap pesan
yang diberikan oleh komunikator. Dengan kenyataan yang demikian, maka
berkembanglah anggapan baru bahwa model linear adalah bersifat statis yang
perlu direvisi.

27

2. Komunikasi partisipatif dan dialogis antar petani dan penyuluh pertanian,


terlihat pada model komunikasi jejaring (the network model). Model ini
memandang perlunya para ilmuwan atau peneliti dan penyuluh untuk
mendengar masalah-masalah yang dihadapi petani dan kebutuhan-kebutuhan
mereka menurut perspektif mereka sendiri. Model ini juga dikembangkan
berdasarkan kelemahan dalam penyuluhan pertanian yang menekankan
pendekatan proses adopsi inovasi pertanian atau model Olie-Vlek System,
dimana ditemukan bahwa hanya sebagian kecil lapisan atas masyarakat saja
yang akses pada penyuluhan pertanian tersebut. Penyuluh bersama peneliti
dan petani mengindentifikasi kebutuhan dan atau masalah yang dihadapi
petani dalam usahataninya. Peneliti mencari hasil-hasil penelitian yang ada
dan merakitnya bersama penyuluh menjadi teknologi untuk menjawab
kebutuhan dan atau masalah petani tersebut.
Penyulu
h

Petani

Peneliti

Gambar 2. Model Komunikasi Jejaring (Sadono 2009)


Dengan kata lain, komunikasi pertanian menjadi penting dalam metode
penyuluhan pertanian dan metode penyuluhan pertanian tersebut perlu dipahami
dan dimengerti oleh para petugas penyuluh pertanian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam Pemanfaatan Media
Sosial di Internet
Berdasarkan hasil penelitian disertasi Anwas (2009), secara umum
intensitas pemanfaatan media massa (koran, majalah/tabloid, buku, radio, televisi,
dan internet) dalam kategori rendah. Kondisi tersebut relatif sama bagi penyuluh
yang bertugas di daerah pertanian padi dan pertanian sayuran. Secara khusus
pemanfaatan media: koran, buku, radio, dan internet dalam kategori sangat
rendah. Pemanfaatan majalah dalam kategori sedang dan hanya intensitas
pemanfaatan media televisi dalam kategori tinggi. Di sisi lain substansi media
massa tersebut kurang sesuai dengan penyuluhan. Intensitas pemanfaatan media
internet di lingkungan penyuluh sangat rendah. Rendahnya intensitas pemanfaatan
media ini terkait dengan keterbatasan sarana dan prasarana untuk mengakses
internet.

28

120
100

9794

73
63
58
60
Koran Majalah Brosur Radio Televisi HP Internet
40 26
20
3
0
Koran Majalah Brosur Radio Televisi HP Internet
80

Gambar 3. Diagram Kepemilikan Media Komunikasi dan Informasi (Anwas


2009)
Merujuk pada jurnal hasil penelitian Anwas (2009) yang berjudul FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam Pemanfaatan Media, beliau
menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan media adalah:
(1) tingkat pendidikan formal, (2) tuntutan klien, (3) motivasi, (4) dukungan
keluarga, dan (5) tingkat kepemilikan media komunikasi dan informasi.
Secara lebih rinci, khususnya intensitas dalam pemanfaatan media massa
(koran, majalah/tabloid, buku, radio, televisi, dan internet) secara nyata dan positif
dipengaruhi secara berurutan dari yang paling menentukan yaitu: (1) tingkat
pendidikan formal, (2) dukungan keluarga, dan (3) tingkat kepemilikan media
komunikasi dan informasi. Tingkat pendidikan formal merupakan pengaruh yang
paling dominan dalam pemanfaatan media massa. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa
tingkat pendidikan yang tinggi mencerminkan kesadaran pentingnya ilmu
pengetahuan dan kemandirian untuk belajar melalui berbagai sumber sehingga
memiliki pengaruh yang nyata terhadap pemanfaatan media massa. Kepemilikan
media komunikasi dan informasi terkait dengan ketersediaan dan kedekatan
dengan media massa itu untuk dimanfaatkan di lingkungan keluarganya.
Begitupula dukungan keluarga baik secara finansial maupun moril memberikan
dukungan adanya kemampuan mengakses media massa.
Intensitas pemanfaatan media massa (koran, majalah/tabloid, buku, radio,
televisi, dan internet) yang rendah disebabkan oleh tingkat kepemilikan media
massa dan dukungan keluarga yang relatif rendah, meskipun tingkat pendidikan
formal tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan pemanfaatan media massa
(koran, majalah/tabloid, buku, radio, televisi, dan internet) di kalangan penyuluh,

29

pendidikan formal perlu didorong untuk terus ditingkatkan sehingga memiliki


kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan dan kemandirian belajar
melalui media massa. Mengupayakan kemudahan akses media komunikasi dan
informasi oleh pemerintah dan lembaga penyuluhan agar penyuluh memanfaatkan
media massa sebagai salah satu media belajar dalam meningkatkan
kompetensinya.
Menurut Pancaputra (2003), faktor yang menentukan peneliti dalam
memanfaatkan internet dapat dibedakan menjadi faktor yang bersumber dari
dalam diri peneliti dan dari luar peneliti. Faktor yang bersumber dari dalam
peneliti meliputi: (1) kebutuhan informasi; (2) motivasi untuk maju; dan (3)
hiburan. Sedangkan yang berasal dari luar diri peneliti adalah: (1) meningkatkan
akses komunikasi dan informasi; (2) kredibilitas informasi; (3) informasi relevan;
(4) informasi baru; (5) organisasi informasi sumber internet; (6) biaya murah; (7)
tempat akses yang sesuai; (8) sarana tidak banyak yang menggunakan; dan (9)
tersedia operator internet. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor pendukung
peneliti dalam memanfaatkan internet. Faktor yang menghambat peneliti dalam
memanfaatkan internet bersumber dari dalam diri dan luar diri peneliti. Faktor
penghambat dari dalam diri peneliti adalah: (1) pengetahuan akses terbatas; (2)
butuh waktu untuk akses internet; dan (3) menggunakan internet belum menjadi
prioritas. Faktor penghambat dari luar diri peneliti meliputi: (1) jumlah sarana
akses terbatas; (2) kualitas sarana akses terbatas; (3) tempat akses tidak tepat; (4)
ketergantungan pada operator; (5) prosedur untuk menggunakan sarana kantor
rumit; (6) dana operasional sarana internet terbatas; (7) biaya akses mahal; (8)
informasi tidak relevan; (9) informasi tidak baru; (10) organisasi infromasi masih
rendah; dan (11) ISP kurang baik.
Berdasarkan literatur yang di dapat, faktor-faktor yang berpengaruh tidak
hanya (1) tingkat pendidikan formal, (2) dukungan keluarga, dan (3) tingkat
kepemilikan media komunikasi dan informasi saja, tetapi terdapat faktor-faktor
lain yang mempengaruhi dan bersumber tidak hanya dari dalam diri saja
melainkan bersumber dari dalam luar diri.
Dengan demikian, internet sebagai media komunikasi dan informasi
seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para penyuluh pertanian. Menurut Iskandar
(2011), di internet kita bisa menggunakan salah satu fasilitas untuk berkirim surat,
apalagi sekarang mulai berkembang cara untuk berkomunikasi dalam bentuk web,
mini blog, email, maupun aplikasi add-ons. Misalkan melalui media facebook,
twitter, yahoo messanger, dll. Potensi ini dapat direalisasikan apabila lembaga
penyuluhan atau pemerintah menyediakan kemudahan akses internet bagi
penyuluh. Upaya ini penting dilakukan guna menciptakan kebutuhan informasi
dan komunikasi kepada penyuluh melalui teknologi internet, khususnya melalui
media sosial di internet dengan fungsinya sebagai media untuk berkomunikasi dan
berpotensi untuk dimanfaatkan.

30

SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Media sosial terbagi menjadi tiga jenis, yaitu online communities and
forums, bloggers, dan social networks. Social networks adalah salah satu media
sosial yang digunakan dan social network yang paling banyak digunakan adalah
facebook. Media sosial ini dimanfaatkan sebagai wadah untuk berbagi informasi
melalui ruang status, fitur share, dan chatting. Rata-rata internet dan media sosial
diakses melalui warnet dan ponsel, serta tujuan dari mengakses internet dan media
sosial adalah untuk hiburan dan mendapatkan informasi.
Pola komunikasi penyuluh pertanian kepada petani mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah
pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui
penyuluh kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah
atau peneliti, kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di
berbagai bidang, maka pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan
pertanian juga mengalami perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif
dan dialogis sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap intensitas dalam pemanfaatan
media massa (koran, majalah/tabloid, buku, radio, televisi, dan internet) secara
nyata dan positif dipengaruhi secara berurutan dari yang paling menentukan yaitu:
(1) tingkat pendidikan formal, (2) dukungan keluarga, dan (3) tingkat kepemilikan
media komunikasi dan informasi. Namun, akibat dari kurangnya kepemilikan
media komunikasi dan informasi menyebabkan penyuluh tidak secara optimal
memanfaatkan internet sebagai media komunikasi kepada petani, khususnya
melalui media sosial di internet.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Penelitian yang mengkaji mengenai internet sudah banyak dilakukan, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2014), Nugroho (2012), Ruhban (2013),
Kurniawati (2012), Ekasari (2012), Pala (2014), Purnama (2009), dan Adha
(2010) sudah spesifik membahas mengenai pemanfaatan internet dan media
sosial, tetapi tidak spesifik membahas mengenai pemanfaatan media sosial yang
dilakukan oleh penyuluh pertanian. Penelitian Anwas (2009) menyatakan
penyuluh belum memanfaatkan internet secara maksimal dikarenakan minimnya
kepemilikan media komunikasi dan informasi.
Penelitian mengenai internet, mayoritas dilakukan di perkotaan, sedikit yang
dilakukan di pedesaan khususnya untuk pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Pembangunan pertanian erat kaitannya dengan perkembangan informasi terkait
dengan bidang pertanian. Melalui era perkembangan informasi yang semakin
berkembang, informasi bisa didapatkan dari berbagai sumber, tetapi kendala yang
terjadi adalah tidak semua petani dapat mengakses informasi tersebut. Sumber
informasi bagi masyarakat petani yang terdekat adalah penyuluh pertanian. Maka

31

dari itu, penyuluh pertanian dituntut untuk terus memperbaharui isu-isu mengenai
pertanian dan mengakses informasi-informasi mengenai pertanian. Di era
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini, informasi
mengenai pertanian tidak hanya didapatkan dari media cetak atau buku teks saja,
melainkan penyuluh pertanian bisa mendapatkan informasi-informasi mengenai
pertanian dari internet. Merujuk pada Rodman dalam Ridhoanova (2009)
mendefinisikan keterdedahan sebagai proses pada diri seseorang untuk mencari
pesan yang dapat membantu mereka dalam menentukan sikap. Berdasarkan
pemaparan di atas, timbul perumusan masalah pertama yaitu bagaimana
keterdedahan penyuluh pertanian terhadap internet?
Internet menjadi suatu media yang menyajikan berbagai macam informasi
dan untuk mengaksesnya pun semakin mudah. Saat ini informasi mengenai
pertanian sudah banyak, seperti salah satunya cyberextension. Tidak hanya itu,
untuk mengakses buku teks pun sudah bisa dilakukan melalui internet. Internet
pun dapat dijadikan media untuk berkomunikasi melalui media sosial, seperti
facebook, twitter, dan lain-lain. Media-media tersebut dapat dimanfaatkan oleh
penyuluh pertanian untuk menambah informasi mengenai pertanian. Maka dari
itu, timbul perumusan masalah kedua yaitu bagaimana pemanfaatan internet
oleh penyuluh pertanian?
Dalam menggunakan dan memanfaatkan internet, perlu didukung dengan
salah satunya kepemilikan media informasi dan komunikasi. Tetapi, tidak semua
penyuluh pertanian di dukung dengan hal tersebut. Dalam memanfaatkan internet
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan setiap penyuluh pertanian
memiliki faktor-faktor yang berbeda. Maka dari itu, timbul perumusan masalah
ketiga yaitu apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluh dalam
memanfaatkan internet?

32

Usulan Kerangka Analisis Baru


Merujuk pada Andika dalam Ridhoanova (2009) menyatakan bahwa salah
satu cara untuk mengetahui keterdedahan seseorang terhadap media massa adalah
dengan melihat intensitas mereka dalam menggunakan media massa.
Keterdedahan dapat diukur dengan melihat durasi, frekuensi, dan tujuan penyuluh
saat menggunakan internet. Berapa lama waktu yang digunakan oleh penyuluh
saat menggunakan internet, bagaimana akses penyuluh terhadap internet, dengan
siapa penyuluh mengakses internet, dan dimana penyuluh saat mengakses internet.
Keterdedahan internet pada diri setiap penyuluh berbeda-beda, terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluh saat menggunakan internet.
Karakteristik individu, faktor internal, dan faktor eksternal berpengaruh dalam
pemanfaatan internet. Karakteristik individu secara lebih rinci yaitu usia, jenis
kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, dan pendapatan. Menurut Pancaputra
(2003), faktor yang menentukan dalam memanfaatkan internet dapat dibedakan
menjadi faktor yang bersumber dari dalam diri dan dari luar diri. Faktor yang
bersumber dari dalam diri meliputi: (1) kebutuhan informasi; (2) motivasi untuk
maju; dan (3) hiburan. Sedangkan yang berasal dari luar diri adalah: (1)
meningkatkan akses komunikasi dan informasi; (2) kredibilitas informasi; (3)
informasi relevan; (4) informasi baru; (5) organisasi informasi sumber internet;
(6) biaya murah; (7) tempat akses yang sesuai; (8) sarana tidak banyak yang
menggunakan; dan (9) tersedia operator internet.
Internet memberikan berbagai macam kemudahan untuk mencari
informasi dan saat ini informasi mengenai pertanian semakin mudah untuk di
akses. Internet berpotensi untuk dimanfaatkan oleh penyuluh pertanian dalam
menambah informasi mengenai pertanian. Keterdedahan penyuluh, karakteristik
individu, faktor internal dan faktor eksternal merupakan variabel-variabel yang
saling mempengaruhi dan pada akhirnya akan terlihat pemanfaatan internet oleh
penyuluh pertanian sebagai media penyuluhan pertanian. Keterkaitan variabel
tersebut secara rinci digambarkan sebagai berikut:

Karakteristik Individu
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pengalaman kerja
Pendapatan

33

Faktor Internal
1. Kebutuhan informasi
2. Motivasi untuk maju
3. Hiburan

Keterdedahan
Internet
1. Durasi
2. Frekuensi
3. Tujuan
Faktor Eksternal
1. Meningkatkan akses
komunikasi dan
informasi
2. Kredibilitas informasi
3. Informasi relevan
4. Informasi baru
5. Organisasi informasi
sumber internet
6. Biaya murah
7. Tempat akses yang
sesuai
8. Sarana tidak banyak
yang menggunakan
9. Tersedia operator
internet

Gambar 4. Kerangka Analisis


Keterangan

: mempengaruhi

Pemanfaatan
Internet Sebagai
Media
Penyuluhan

34

DAFTAR PUSTAKA
Adha IAN. 2010. Sikap dan Intensi Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis.
Jurnal Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia. [internet]. [4 Oktober 2014]. 4(3). 380-389. Dapat diunduh dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5836/4501
Anwas EOM. 2009. Pemanfaatan Media dalam Pengembangan Kompetensi
Penyuluh Pertanian [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Anwas EOM. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam
Pemanfaatan Media. Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [26
September
2014].
7(2):
68-81.
Dapat
diunduh
dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/5689/4317
Ardianto E, Komala L, Karlinah S. 2014. Komunikasi Massa Suatu Pengantar
Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Ekasari P. 2012. Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet dalam
Kehidupan Remaja di Pedesaan. Jurnal Sosiologi Pedesaan. [internet]. [4
Oktober
2014].
6(1):
57-71.
Dapat
diunduh
dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5809/4483
Iskandar TP. 2011. Teknologi Komunikasi Perpustakaan Digital. Bandung:
ARSAD PRESS.
Kurniawati VH. 2012. Perilaku Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber
Belajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi di SMA (Studi Kasus Guru Sosiologi
SMA di Surakarta). Jurnal Sosialitas. [internet]. [26 September 2014]. 2(1).
Dapat
diunduh
dari:
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/417/202
Muljono P. 2008. Hubungan Antara Kepuasan Kerja dan Sikap Terhadap Profesi
dengan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian: Studi Terhadap Penyuluh
Pertanian di Kabupaten Bogor. Jurnal Sodality: Jurnal Transdisiplin
Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. [internet]. [4 Oktober 2014].
2(3).
279-300.
Dapat
diunduh
dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5880/4545
Nugroho AC. 2012. Pemanfaatan Media Komunikasi Melalui Jejaring Sosial di
Masyarakat (Survey di Kelurahan Telanai Pura dan Solok Sipin, Kota
Jambi). Jurnal Penelitian Pos dan Informatika. [internet]. [26 September
2014].
2(2).
131-141.
Dapat
diunduh
dari:
http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/ppi/files/2013/04/Jurnal-PPI-vol-2no-2-desember-2012.pdf

35

Nurjanah S. 2014. Pengaruh Penggunaan Media Sosial Facebook Terhadap


Perilaku Cyberbullying Pada Siswa SMAN 12 Pekanbaru. Jom FISIP.
[internet]. [2 Oktober 2014]. 1(2). 1-8. Dapat diunduh dari:
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/2967/2875
Pala R. 2014. Penggunaan Internet dan Kategori Sosial Penggunanya. Jurnal Studi
Komunikasi dan Media. [internet]. [26 September 2014]. 18(1). 1-20. Dapat
diunduh
dari:
http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jskm/article/view/173/159
Pancaputra B. 2003. Pemanfaatan Internet oleh Peneliti Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian di Bogor. Jurnal Perpustakaan Pertanian.
[internet]. [23 Desember 2014]. 12(2). 51-60. Dapat diunduh dari:
http://eprints.rclis.org/10197/1/bagus_pp122033.pdf
Purnama DH. 2009. Efektivitas Komunikasi Pembelajaran Melalui Media Website
untuk Materi Ajaran Fisika (Kasus Siswa Kelas 3 SMAN 1 Jakarta Pusat).
Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [4 Oktober 2014]. 7(1). 1-12.
Dapat
dinduh
dari:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/5677/4306
Ridhoanova F. 2009. Hubungan Antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat
Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Televisi dengan Sikap
Pemilih Pemula di Pedesaan. [Skripsi]. [Internet]. [dikutip 23 Desember
2014]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12252/I09fri.pdf;jses
sionid=ACFF30527314E9EC57C3A1C11567FB8A?sequence=14
Ruhban A. 2013. Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook pada Remaja.
Jurnal Online Psikologi. [internet]: [5 November 2014]. 1(2). 629-640.
Dapat
diunduh
dari:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/viewFile/1649/1745_umm_s
cientific_journal.pdf
Sadono D. 2009. Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di
Indonesia. Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [16 September
2014].
7(2).
43-56.
Dapat
diunduh
dari:
http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/5687/4315
Sadono D. 2012. Model Pemberdayaan Petani dalam Pengelolaan Usahatani Padi
di Kabupaten Karawang dan Cianjur, Provinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Santoso, RK. 2012. Pengaruh media sosial terhadap customer retention. [Tesis].
[Internet]. [dikutip 14 November 2014]. Depok (ID): Universitas
Indonesia. Dapat diunduh dari: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?
id=20333233&lokasi=lokal

36

Slamet M. 1992. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era


Tinggal Landas. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).

37

RIWAYAT HIDUP
Putri Eksanika dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1993, dari
pasangan Eko Santoso dan Ishartini. Pendidikan formal yang pernah dijalani
adalah TK Ananda pada tahun 1998-1999, SDIT Al-Qalam pada tahun 1999-2005,
SMP Negeri 2 Cibinong pada tahun 2005-2008, SMA Bina Insani Bogor pada
tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan,
dan pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi,
diantaranya sebagai pengurus HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat
Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) divisi Photography and
Cinematography masa kepengurusan 2012/2013. Kemudian menjabat sebagai
Ketua Divisi Photography and Cinematography masa kepengurusan
HIMASIERA tahun 2013/2014. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitiaan,
diantaranya sebagai anggota divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi (PDD)
dalam acara HIMASIERA Olah Talenta pada tahun 2012. Menjadi anggota divisi
Desain, Dekorasi, dan Dokumentasi (DDD) dalam acara Masa Perkenalan
Departemen SKPM pada tahun 2013. Menjadi anggota divisi DDD dalam acara
Indonesia Ecology Expo (INDEX) pada tahun 2013. Serta menjadi kepala divisi
DDD dalam acara Expo HIMASIERA pada tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai