Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara
Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan nilai nilai yang terkandung di
dalam nya, bukan hanya sebagai nilai tertulis atau nilai simbolik semata, melainkan di jadikan sebagai
acuan untuk menjalankan proses kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr.
Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu
sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena
secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila
berarti dia menentang toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga
negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
A. Definisi Filsafat
Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu Philoshopia terdiri dari kata
Philo/Philein yang berarti cinta dan Shopia yang berarti kebijaksanaan, filsafat pertama kali
dipergunakan oleh Phythagoras (582-496 SM). Pada zaman Yunani Kuno Filsafat dianggap sebagai
induk segala ilmu pengetahuan, meliputi ilmu jiwa, ilmu pemikiran, ilmu alam, ilmu kesusilaan, ilmu
politik, ilmu pasti, ilmu sastra, dan lain sebagainya.
Dalam kurun waktu, dewasa ini banyak para tokoh yang mencoba mendefinisikan filsafat antara
lain seperti:
a. Menurut Plato (427-348 SM)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang sebenarnya.
b. Al Farabi (870-950 M)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
c. Immanuel Khant (1724-1824)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkat dari segala
pengetahuan yang didalamnya mencakup 4 persoalannya :
1) Apakah yang kita ketahui ?
(jawabannya: Metafisika)
2) Apakah yang harus kita kerjakan ?
(jawabannya: Agama)
3) Sampai dimanakah harapan kita ?
(jawabannya: Agama)
4) Apakah yang dinamakan manusia ?
(jawabannya: Antropologi)
d. Prof. H. Mohammad Yamin, SH.
Filsafat adalah pemusatan pikiran sehingga manusia menemui kepribadiannya serta
didalam kepribadian dialami kesungguhan.
e. Socrates
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
f. Aristoteles mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran,
yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
B. Cara Berfikir Filsafat
Filsafat yang berasal dari kata philosopi berarti gemar atau suka akan kebenaran
atau kebijaksanaan. Dari tersebut terlihat bahwa orang yang berfilsafat adalah orang yang
gemar atau suka akan kebenaran atau mencintai kebenaran dan bukan memiliki kebenaran.
Dilihat dari pengertian praktis, Filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran. Filsafat
dapat dikatakan aktivitas manusia untuk merenungkan dengan segala sesuatu yang ada
sehingga mempunyai makna yang mendalam baginya. Jika ia menangkap makna yang ada
itu sebagai pedoman hidupnya. Segala sesuatunya itu dianggapnya bertalian antara satu
sama lain sebagai sesuatu keseluruhan hidup.
Dengan demikian filsafat berarti berfikir, tetapi berfikir secara mendalam, artinya
berfikir sampai keakar-akarnya dan bersungguh-sungguh tentang hakekat sesuatu.
Jadi tidak semua orang yang berfikir itu berarti sudah berfilsafat. Seorang filosof
hanyalah orang yang berfikir dengan sungguh-sungguh dan mendalam tentang hakekat
sesuatu.
Sumber dari filsafat yang ada di dunia sesuai dengan istilahnya adalah manusia yang
sehat yang berusaha keras dengan sungguh-sungguh mencari kebenaran dan akhirnya
mendekati kebenaran.
c.
Berfikir Filsafat adalah berfikir untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak
merasa dirinya ahli, tidak menyerah pada kemalasan, terus menerus mengembangkan
penalarannya untuk mendapatkan kebenaran.
Sebaliknya berfilsafat berarti berpikir itu memang benar adanya karena, berfilsafat akan
selalu berusaha untuk berpikir guna mencapai kebaikan dan mencari kebenaran dari berbagai
teori atau ilmu-ilmu, maka dengan berfilsafat itu berarti penyelidikan tentang apanya,
bagaimananya dan untuk apa, berpikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara
disiplin dan mendalam. Orang yang berfilsafat akan menggunakan pemikiran yang bermakna
seperti:
a. Berfikir radikal, yaitu berfikir sampai keakar-akarnya dan tidak tanggung tanggung tidak ada
sesuatu yang terlarang untuk dipikirkan
b. Sistematik yaitu berfikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab.
c.
Universal,yaitu berfikir secara menyeluruh tidak terbatas pada bagian2 tertentu tetapi
mencakup keseluruhan aspek yang kongkrit dan abstrak.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat/berakar
dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan mengajarkan bahwa hidup manusia akan
mencapai kebahagiaan, apabila manusia mengembangkan dengan baik hubungannya
dengan alam dan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan batiniah.
Ada dua hal yang berkaitan dengan filsafat berguna bagi ideologi pancasila,
yakni filsafat sebagai metode dan pandangan. Filsafat sebagai metode menunjukkan cara
berpikir dan cara mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat
menjabarkan ideologi pancasila. Sementara filsafat sebagai suatu pandangan mengandung
pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
pancasila. Secara ringkas filsafat pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang
pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat
pancasila juga mengungkap konsep-konsep yang bukan saja ditujukan pada bangsa
Indonesia, melainkan juga manusia pada umumnya. Pancasila sebagai filsafat bangsa
Indonesia ditetapkan menjadi ideologi bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pembahasan filsafat pancasila dapat dilakukan secara deduktif dan induktif.
Secara deduktif dilakukan dengan mencari hakikat pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Secara
induktif yakni dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya,
dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokokpokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat,
karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat
Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila
(Notonagoro).
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara
Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau
mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan
segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman
bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga
kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.