Perbedaannya terletak pada bentuk simpanan dana yang dihimpun dari masyarakat. BPR
tidak menghimpun dana dalam bentuk giro dan sertifikat deposito, hanya menerima dalam bentuk
tabungan dan deposito. Maka dari itu, BPR tidak dapat melakukan transaksi giral. Sedangkan bank
umum dapat melakukan transaksi giral.
Persamaan dari kedua jenis bank tersebut yaitu menggunakan sama sama menggunakan
tabungan dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK).
3.
Ya, dalam bank terdapat Pembiayaan Persediaan (inventory Financing). Untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan tersebut antara lain dengan menggunakan prinsip jual-beli dalam 2 tahap :
Tahap I : bank membeli dari supplier secara tunai bahan-baku yang dibutuhkan oleh nasabah
Tahap II : bank menjual barang jadi kepada nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh
dengan mengambil keuntungan yang disepakati antara bank dan nasabah
4.
IMPLEMENTASI AZAS KONSERVATIF DALAM PENYAJIAN AKTIVA PRODUKTIF DALAM
AKUNTANSI BANK?
Azas Konservatif erat kaitannya dengan risiko ketidakpastian di masa yang akan datang. Azas ini mencerminkan kehati-hatian
dalam hal mengakui adanya pendapatan dan biaya sehingga terhindar dari kemungkinan risiko yang akan timbul di masa yang
akan datang.
Dalam kaitannya dengan pengakuan dan penilaian pada azas ini terdapat empat macam yaitu:
Pengakuan dan penilaian penghasilan. Dalam hal ini penghasilan harus diakui pada saat realisasinya. Penghasilan
adalah setiap nilai yang menambah aktiva. Untuk itu sangat erat dengan penilaian aktiva yang tidak boleh melebihi harga
perolehannya. Dengan demikian penghasilan tidak boleh diantisipasi terlalu besar atau terlalu kecil.
Dalam hubungannya dengan pengakuan biaya, maka biaya harus dibebankan pada periode akuntansi sesuai dengan
periode pengakuan penghasilan yang diperoleh dengan biaya tersebut.
Dalam hubungannya dengan laba, maka laba harus diakui pada saat realisasi.
Dalam hubungannya dengan pengakuan kerugian, menurut asas ini bahwa perusahaan harus sudah mengakui semua
kerugian dan hutang yang diketahui baik yang sudah pasti maupun yang belum pasti. Dalam hal terjadinya hutang ataupun
kerugian yang belum pasti maka disebut hutang taksiran yang biasanya ditampung dalam rekening kontijensi.
Azas ini dapat diterima dalam praktik akuntansi, namun bila diterapkan secara berlebihan akan mengakibatkan kesalahan dalam
penyajian laba/rugi periodic. Untuk itu harus digunakan secara wajar dan tidak benar digunakan untuk menghindari regulasiregulasi(terutama di lembaga perbankan) misalnya untuk perpajakan, penyisihan aktiva produktif dll.
5.
Ada dua metode dalam melakukan pengakuan Piutang tak tertagih, yaitu:
Metode Penghapusan Piutang (Write-off)
Metode ini langsung menghapus piutang yang dinilai tidak dapat tertagih lagi, yaitu dengan langsung membebankan piutang yang
dihapus dan mengkreditkan Piutang tersebut.
Contoh:
Manajemen Perusahaan menghapus Piutang Usahanya sebesar 1.000.000 karena sudah benar-benar tidak dapat tertagih lagi. Maka
jurnalnya adalah:
Beban penghapusan piutang
Rp 1.000.000
Piutang
Rp 1.000.000
Metode ini dilakukan dengan cara membentuk cadangan atas piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih. Dengan metode ini
maka di laporan keuangan akan muncul saldo Cadangan Kerugian Piutang, biasanya disajikan dengan angka minus di bawah
Piutang Usaha, atau bisa juga disajikan secara net-off dengan Piutang Usaha.
Contoh:
Manajemen mencadangkan Piutang Usaha sebesar 1.000.000 atas Piutang Usaha yang kemungkinan besar tidak dapat tertagih
lagi.
Beban cadangan piutang tak tertagih
Rp 1.000.000
Rp 1.000.000
Penghapusan Piutang yang di cadangkan, Misal dari yang dicadangkan sebesar 1.000.000, ada piutang sebesar 400.000 yang
benar-benar tidak tertagih dan harus dihapus, jurnal yang dibuat:
Cadangan piutang tak tertagih
Piutang
6. KREDIT YANG DISALURKAN OLEH BANK?
Jenis-jenis kredit tersebut diuraikan sebagai berikut :
Rp 400.000
Rp 400.000
1.
2.
3.
4.
5.
7.
Unsecured Loans, Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan . Dalam dunia perbankan di Indonesia bentuk ini
belum lazim dan malahan dilarang oleh Bank Sentral.
Secured Loans, Jenis seperti inilah yang digunakan oleh seluruh bank di Indonesia tentang pemberian kredit tanpa
jaminan.
Kasus:
15 oktober
Kas
Rp 100.000.000
Giro-Tn ketut alus
Rp 100.000.000