PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Menyajikan informasi kepada pembaca mengenai media literasi.
Memberikan wawasan mengenai peranan media literasi dalam kehidupan.
1.3 Manfaat
Dapat memahami media literasi dan kegunaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengaruh media menjadi pusat dari proses demokratisasi. Dalam budaya media secara
global, masyarakat membutuhkan tiga kemampuan penting untuk menjadi bagian dari
masyarakat yang demokratis: berpikir kritis, mengekspresikan diri dan berpartisipasi.
Media literasi membangun tiga hal penting tadi.
2. Konsumsi media yang belebihan dan kejenuhan terhadap media. Ketika seseorang
menggunakan telepon selular, jejaring sosial, video games, televisi, musik pop, radio,
surat kabar, majalah, internet dan bahkan t-shirt sekalipun, sesungguhnya kita sedang
di bombardir oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh media-media tersebut. Pesanpesan yang kita terima setiap harinya, melebihi apa yang diterima generasi kakek kita
dalam setahun. Melek media mengajarkan kita untuk menemukan panduan aman
bagaimana mengarungi lautan informasi, gambar, pesan-pesan yang kita terima setiap
hari dalam hidup kita.
3. Pengaruh media membentuk cara kita mempersepsi sesuatu, membentuk kepercayaan
kita juga perilaku dan yang terpenting, media memberi pengaruh yang sangat penting
dengan cara kita memahami, menterjemahkan dan bereaksi terhadap apa yang terjadi
di dunia sekeliling kita. Dengan mengetahui bagaiamana media mempengaruhi kita,
kita dapat mengurangi ketergantungan kita kepada media tersebut.
4. Meningkatnya serbuan komunikasi visual dan informasi. Hidup kita sehari-hari sangat
dipengaruhi dengan serbuan visual informasi melalui iklan-iklan produk audio visual
maupun visual yang tercetak melalui banyak media. Belajar mengetahui bagaimana
membaca dan memahami apa yang ada dibalik gambaran visual itu. Sehingga kita
tidak mudah termakan bujuk rayu iklan suatu produk yang digambarkan lewat
visualiasi yang dapat mempengaruhi pikiran kita.
5. Kekebasan menyampaikan informasi melalui bermacam media, di satu sisi memberi
dampak pertumbuhan industri informasi yang cukup besar. Namun di sisi lain,
kekuatan modal dan kepentingan di balik pertumbuhan industri media dapat
mengancam keberagaman pendapat, karena media memiliki kekuatan untuk
membentuk opini publik. Mengetahui bagaimana pengaruh media dalam hidup kita,
akan membantu kita dalam menemukan, menentukan sikap dan memperjuangkan
keberagaman sudut pandang pendapat mengenai suatu masalah. Pendapat kita menjadi
tidak mudah dikendalikan oleh pendapat umum yang dibentuk media.
Membatasi PILIHAN
Media telah memprogram kita untuk percaya bahwa kita sedang menawarkan
banyak pilihan, tetapi pilihan kisaran sangat terbatas. The media have programmed
you to think that you have choices when in fact the degree of choice is greatly
limited, berarti Media telah memprogram Anda berpikir bahwa Anda memiliki
pilihan ketika pada kenyataannya tingkat pilihan sangat terbatas.
Memperkuat PENGALAMAN
Kita tetap akan kembali ke jenis pesan yang sama, percaya bahwa Kita akan
memiliki pengalaman yang memuaskan sekali lagi seperti yang ada di masa lalu.
Seiring berjalannya waktu, kebiasaan menjadi kuat, dan itu menjadi jauh lebih sulit
untuk mencoba sesuatu yang baru.
menekankan pada peran orang tua agar bersikap kritis dalam menonton. Artinya kita tidak
dibenarkan menerima apa saja yang ditawarkan, tanpa memahami dan menganalisa dengan
6
baik informasi yang diterima. Proses memilah informasi mana yang baik dan mana yang
buruk adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Contohnya : orang tua harus memilah film
mana yang layak tonton dan mana yang tidak. Kebanyakan film berisikan tayangan
sampah, yang tidak bermanfaat. Setelah dirinya mampu memilah, kebiasaan ini ditularkan
kepada anaknya. Mereka melakukan pemantauan terhadap kebiasaan menonton anakanaknya. Orang tua melakukan pendampingan, memilihkan acara yang bermutu,
menjelaskan apa yang mereka tonton dan melakukan penjadwalan, kapan anaknya boleh
menonton dan kapan tidak. Pada tahap selanjutnya orang tua membuat organisasi yang
bersedia melakukan pelatihan kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan, seperti:
kelompok orang tua, para murid di sekolah, dan sebagainya.
Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh ini pendidikan Media Literacy belum
terorganisisr dengan baik. Belum diakomodir lewat kurikulum sekolah atau dalam kegiatan
pokok di satu instansi. Baru sebatas kegiatan seminar, diskusi, ceramah, yang sifatnya
belum berkesinambungan. Kegiatan pendidikan Media Literacy paling banyak dilakukan
di Jakarta. Tokoh seperti Ade Armando, Nina Armando, B. Guntarto, adalah orang-orang
yang penulis ketahui amat peduli terhadap Media Literacy khususnya media televisi sejak
tahun 1997an. Mereka mendirikan lembaga yang bertindak sebagai pemantau siaran
televisi (Watch Dog), dan melakukan aksi-aksi cukup semarak, seperti: Hari Tanpa TV di
setiap tanggal 23 Juli bertepatan dengan Hari Anak Indonesia.
Kendala yang melingkari terciptanya masyakat literat ini tidak lain adalah sebagai
berikut (Bukhori, 2005) :
1. Budaya minat baca bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Terbukti,
kebanyakan kita merasa lebih berani merogoh saku lebih tebal untuk membeli
kebutuhan lain seperti makanan, pakaian, perhiasan, dan bahkan alat-alat rumah
tangga, ketimbang membeli buku. Tingkat ekonomi yang rendah sering menjadi
alasan lemahnya daya beli buku masyarakat. Karenanya, kita menjadi tidak akrab
dan merasa asing dengan buku dan memiliki minat membaca yang rendah.
2. Adanya dampak negatif perkembangan teknologi bagi masyarakat. Masyarakat kita
yang awalnya bertradisi lisan atau oral society secara drastis bergerak ke budaya
elektronik seperti TV dan radio, sebelum memasuki budaya tulis secara ajek. Kita
telah langsung melompat dari tradisi mendongeng ke tradisi menonton sebelum
terbiasa dengan tradisi membaca.
3. Tipe pendidikan di Indonesia masih cenderung menganut interaksi satu arah dalam
proses pembelajarannya.
7
Dengan kondisi seperti itu, semakin mempertebal fakta bahwa keterampilan anak didik di
Indonesia hanya sebatas sampai tataran menjadi pendengar yang baik saja. Terjadi
demikian, karena mereka terbiasa hanya mempersiapkan telinga untuk belajar tanpa tahu
bagaimana caranya mencari sampai meramu sebuah informasi. Jadi, tidak heran apabila
diberikan kepadanya sebuah tugas yang mengharuskan mereka untuk mensintesis sebuah
informasi, yang dikumpulkan hanya seperti memindahkan sumber ke tempat yang lain
tanpa dimaknai dengan hasil pemikirannya sendiri. Fenomena ini, merupakan miniatur
yang menggambarkan secara jelas tentang bagaimana tingkat literasi anak didik (dalam hal
ini mahasiswa).
Literasi media adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki seseorang dalam
era globalisasi. Dikatakan demikian, karena dalam era tersebut manusia akan semakin
sering bersinggungan dengan media. Baik itu untuk menambah wawasan atau pengetahuan
maupun hanya untuk sekedar sebagai sarana hiburan pelepas penat saja.
Ada berbagai hal yang disoroti dalam keterampilan literasi media ini, mulai dari
kesadaran individu atau masyarakat terhadap dampak media sampai dengan bagaimana
individu atau masyarakat memposisikan dan mengapresiasikan
media dalam
kehidupannya sehari-hari.
Kehadiran ragam media yang mulai memadati segala bidang kehidupan manusia
ditanggapi positif oleh sebagian besar masyarakat. Walaupun begitu, merekapun sadar
bahwa kehadiran media juga tidak terlepas dari dampak negatifnya. Mereka juga
beranggapan, media memiliki peran strategis dalam proses komunikasi khususnya
komunikasi massa. Ditarik kesimpulan demikian, karena hampir seluruh masyarakat
menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam media massa dapat membantu
terjadinya komunikasi diantara masyarakat dan media juga dapat membentuk suatu opini
tertentu ditengah-tengah masyarakat tentang berbagai hal. Seseorang yang memiliki
keterampilan literasi media tidak akan langsung mempercayai sebuah berita sebelum
mengkrosceknya dengan sumber lain. Yang biasa dilakukan adalah memilih media yang
diakui kredibilitasnya, mengkroscek keakuratan berita dengan sumber lain, dan akan selalu
mencari kelengkapan suatu berita yang didengarnya dari orang lain di dalam suatu media
massa. Bila dibandingkan dengan ketiga hal tersebut, hampir setengah dari masyarakat
tidak melakukan kroscek ulang terhadap berita yang telah didapatnya.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, selain memiliki dampak negatif media
juga memiliki banyak dampak positif. Kata yang paling mudah untuk menggambarkan
dampak positif dari media adalah gudang informasi. Dengan adanya media, individu
8
atau masyarakat terbantu dalam hal mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Ini
dibuktikan, sebagian besar masyarakat menyatakan merasa tidak nyaman bila tidak
berhubungan dengan media walaupun hanya satu hari. Tetapi, bukan berarti mereka hanya
menghargai pendapat/hasil karya orang lain yang ditampilkan dalam media massa saja.
Karena, walau bagaimanapun juga mereka beranggapan bahwa beragam media dan corak
yang muncul saat ini telah mampu menambah pemahaman mereka tentang peristiwa yang
sedang menggejala atau sedang in di dunia ini.
Pembahasan di atas bila dilandasi pendapat Ofcom, secara sederhana dapat
digambarkan bahwa individu yang telah memiliki keterampilan literasi media mempunyai
kemampuan
untuk
mengakses,
menganalisa,
mengevaluasi
dan
sekaligus
mengkomunikasikannya dalam berbagai macam format. Lebih daripada itu, mereka juga
mampu mengenali dan mengerti informasi secara komprehensif untuk mewujudkan cara
berpikir kritis, seperti tanya jawab, menganalisa dan mengevaluasi informasi itu.
BAB III
KESIMPULAN
Media dan informasi seperti dua sisi mata uang yang saling berdekatan dan
mempunyai hubungan simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Informasi akan
mudah dan cepat tersampaikan dengan adanya campur tangan media. Mediapun akan
sedikit kehilangan perannya bila tidak ada yang disuarakannya. Dengan kata lain, media
hadir untuk mempermudah dan mempercepat lajunya informasi sampai ke sasaran,
sebaliknya informasi ada untuk mengisi media.
Literasi media yang terdiri dari dua kata, yakni literasi dan media, menjadi substansi
yang penting di era informasi ini. Literasi media tidak terbatas pada kemampuan membaca
dan menulis saja, tetapi meliputi kemampuan untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi, dan menciptakan pesan melalui konteks yang beragam. Adapun indikator
bahwa seorang individu atau suatu masyarakat telah memiliki literasi media yang baik
adalah sebagai berikut.
Mampu memilih (selektif) dan memilah (mengkategori/mengklasifikasi) media,
mana yang manfaat mana yang mudarat.
Memahami bahwa Radio, terutama televisi merupakan lembaga yang syarat
dengan kepentingan politik, ekonomi, sosial budaya dll
Memahami bahwa Radio dan Televisi bukan menampilkan realitas dan kebenaran
satu-satunya, namun bisa merupakan rekayasa dari pelaku-pelakunya.
Mampu bersikap dan berperilaku kritis pada siaran radio dan televisi.
Menyadari bahwa sebagai konsumen media, khalayak semua mempunyai Hak
dan Kewajiban atas isi siaran radio dan televisi.
Menyadari tentang dampak yang ditimbulkan media dan mengidentifikasi hal-hal
yang harus dilakukan ketika menggunakan media.
Selektif, pandai memilih dan memilah media yang akan digunakan.
Hanya mempergunakan media untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
tertentu.
10
Mampu membangun filter yang kokoh, baik bagi dirinya maupun terhadap orangorang di lingkungannya, sehingga secara personal tidak mudah dipengaruhi
media.
Sayangnya hingga saat ini, pendidikan media literasi di Indonesia belum
terorganisisr dengan baik. Belum diakomodir lewat kurikulum sekolah atau dalam kegiatan
pokok di satu instansi. Baru sebatas kegiatan seminar, diskusi, ceramah, yang sifatnya
belum berkesinambungan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Potter, W. J. 2005. Media Literacy. Upper Sadler River, NJ: Prentice Hall.
Wahyuni, S. F Lussy Dwiutami dan Evita. 2008. Survey Tingkat Literasi Mahasiswa
terhadap
Media
dan
Informasi
(Media
and
Information
Literacy).
H.
2010.
Literasi
Memenangi
Kehidupan.
http://cetak.kompas.com/read/2010/11/23/03124698/literasi.memenangi.kehidupan.
Diakses tanggal 27 Februari 2011 pukul 18.02 WIB.
Anonim. 2010. Mengapa Media Literasi/Melek Media Menjadi Penting?.
http://tobucil.blogspot.com/2010/02/mengapa-media-literasi-melek-media.html.
Diakses
2010.
Pandangan
Akademik
tentang
Melek
Media
(1).
12