Anda di halaman 1dari 25

Pemicu 3 : Sel dan Jaringan Dasar

Susi sedang naik ojek, tiba-tiba ojek menyerempet mobil dan Susi terjatuh. Ia
terluka di lutut kanan. Kulitnya terkelupas dan berdarah sedikit. Oleh orang di
pinggir jalan, lukanya diolesi dengan betadine, sehingga terasa sangat perih dan ia
menangis. Sesudah 3 hari, lukanya terasa sakit berdenyut, pinggiran luka merah
dan bengkak, tetapi Susi masih bisa menggerakkan kakinya.
1. Klasifikasi dan definisi
a. Betadine : suatu larutan organik dari bahan aktif polivinil pirol dan yang
merupakan kompleks iodine yang larut dalam air.
b. Luka : hilang atau rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh benda
tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan.
c. Bengkak : hasil dari adanya edema ( pengumpulan cairan dalam rongga
ekstra vaskuler).
2. Key Words
Terluka, kulit terkelupas, berdarah, perih, menangis, sakit, merah, bengkak.
3. Rumusan Masalah
Kulit yang terluka sesudah 3 hari terasa sakit, merah dan bengkak.
4. Analisis Masalah

Mediator kimia

Kulit

luka

radang

Hasil akhir (penyembuhan)

5. Hipotesis
Sistem
imun
Kulit yang terluka sesudah 3 hari
masih
terasa sakit, merah, dan bengkak
dikarenakan proses peradangan.
6. Learning Issue
A. Histologi kulit
B. Luka
1) Definisi Luka

2) Jenis-jenis Luka
3) Proses Penyembuhan Luka
4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
5) Penanganan Pertama Terhadap Luka
C. Peradangan
1) Definisi Peradangan
2) Jenis-Jenis Peradangan
3) Proses Peradangan
4) Sel-sel yang Berperan dalam Proses Peradangan
D. Pembahasan Pemicu

A. Histologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi melindungi organ dibawahnya
bersama dengan Integumennya (yaitu Kuku, rambut, dan beberapa macam
kelenjar).
Kulit terdiri atas 2 (dua) lapisan :
I. Epidemis, suatu epitel yang khusus berasal dari ektodern. Epidermis
merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, terdiri dari
empat jenis sel yang berbeda, sel keratinosit, sel melanosit, sel langerhans,
dan sel merkel. Epidermis terdiri dari sel lima lapis atau stratum:
a. Stratum basale yang terletak diatas dermis
b. Stratum spinosum atau lapisan taju atau lapis sel duri.
c. Stratum granulosum atau lapis berbutir .
d. Stratum lusidum.

e. Stratum korneum atau lapisan tanduk paling luar berzat tanduk


II. Dermis, dibawah epidermis dan bagian dalam biasanya sukar ditentukan
batasnya karena menyatu dengan jaringan subkutis (hypodermis).
Dermis, terdiri dari dua lapisan jaringan ikatan yang tersusun tidak teratur:
a. Lapisan papiler yang permukaan
b. Lapisan retikuler dibawahnya.
Unsur sel dari dermis ialah fibroblas dan makrofag, sel lemak yang
tunggal ataupun berkelompok, sel kromatofor dan melanosit. Serat otot
polos mungkin dapat ditemui dalam dermis, yang tersusun membentuk
berkas dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector pili) dan
bertebar diseluruh dermis. Kontarksinya menyebabkan kulit daerah
bersangkutan mengkerut tampaknya. Dalam kulit muka dan leher sejumlah
serat otot rangka berakhir pada jalinan serat elastin halus.
B. Luka
1) Definisi Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Definisi lain,
luka adalah gangguan atau kerusakan integritas dan fungsi jaringan pada
tubuh (Suriadi, 2007).
2) Jenis-jenis Luka
Menurut mekanisme terjadinya luka :
a) Luka insisi (Incised wounds), luka yang terjadi akibat irisan instrumen
yang tajam. Misal yang terjadi akibat penyayatan jaringan pada saat
pembedahan.
Ciri-ciri : Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah
seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b) Luka memar (Contusion Wound), luka yang terjadi akibat benturan
benda tumpul dengan tekanan yang cukup keras, terjadi cedera pada
jaringan lunak seperti pembuluh darah, sehingga darah masuk ke
jaringan di daerah sekitar.
Ciri-ciri timbul rasa sakit nyeri, terjadi perubahan warna kulit menjadi
biru atau jingga pada memar kecil, perdarahan dan bengkak.

Penyebab : Cedera kecelakaan, Kekerasan fisik, Jatuh, Gangguan


pendarahan, kejepit, Anemia Aplastic, Sariawan perut, Pendarahan
pembuluh darah.
c) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan atau
bersentuhan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak
tajam yang secara berterusan. Sebagai contoh iritasi kulit yang rawan
terjadi pada daerah sekitar kunci paha, ketiak dan puting, di mana
disebabkan oleh terjadinya proses gesekan secara terus-menerus.
Ciri-ciri : iritasi, terkikisnya epidermis kulit, merah
Penyebab: Gesekan dengan sesuatu, Pakaian ketat, Kegemukan atau
kelebihan berat badan, Pakaian dalam yang tidak cocok, Gesekan kulit
seperti di kunci paha dan ketiak, Kondisi yang kurang higienis
d) Luka tusuk (Punctured Wound), luka yang terjadi akibat adanya benda
yang berdiameter kecil dan runcing, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. Luka tusuk ada
dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit, misalnya penyuntikan cairan
ke dalam tubuh, tetapi beresiko infeksi.
Ciri-ciri : tergantung penyebab.( umum nya nyeri, bengkak, )
Penyebab : Kuku, Jarum, Gigitan hewan, Peluru, Pensil dan bolpoint
e) Luka gores (Lacerated Wound), luka yang terjadi akibat goresan benda
yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat yang menghasilkan luka
dengan pinggiran yang rapi.
Ciri-ciri : berdarah, memerah, sedikit bengkang
Penyebab: kawat, beling kaca, tali benang, dll.
f) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. Biasanya terjadi
pada penusukan yang mengenai organ dalam tubuh.
Ciri-ciri : pendarahan yang hebat, penurunan tekanan darah, anemia
yang berakibat hipoksia, nyeri.
Penyebab : Tusukan pisau, Bamboo runcing, dll

g) Luka Bakar (Combustio), luka yang disebabkan kerusakan jaringan


atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu
dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya laser, radiasi
dan friksi.
h) Luka Serut, Luka yang terjadi karena gesekan kulit dengan bidang
permukaan yang kasar, sehingga terjadi kehilangan bagian dari
jaringan pada kulit.
Ciri-ciri : memerah, perih, bengkak setelah bbrpa hari, berdarah.
Penyebab : kecelakaan gesekan dengan bidang permukaan kasar.
Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya
infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,
fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada
kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :


a) Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c) Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai
suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
d) Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi:


a) Luka akut : Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode
waktu yang diharapkan atau dengan kata lain sesuai dengan konsep
penyembuhan.
b) Luka kronis adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami
keterlambatan atau bahkan kegagalan, yang di pengaruhi oleh factor

internal atau factor eksternal. Contoh: Luka decubitus, luka diabetes,


dan leg ulcer

Berdasarkan Kehilangan Jaringan:


a) Superfisial; luka hanya terbatas pada lapisan epidermis.
b) Parsial (partial-thickness); luka meliputi lapisan epidermis dan dermis.
c) Penuh (full-thickness); luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan
subkutan bahan dapat juga melibatkan otot, tendon, dan tulang
3) Proses Penyembuhan Luka
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang
terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang
hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan
area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini,
kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang
berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka
(clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriksi yang
mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya
terjadi penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah.
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan
terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve
ending), local reflex action, dan adanya substansi vasodilator:
histamin, serotonin dan sitokins. Histamin selain menyebabkan
vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena,
sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk
ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan
lokal lingkungan tersebut asidosis.
Eksudasi ini juga mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama
netrofil) ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan
fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan

kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar
jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. Fungsi
makrofag disamping fagositosis adalah:
a.
b.
c.
d.

Sintesa kolagen
Pembentukan jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblas
Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi
Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis
Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat

infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas,


keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase
inflamasi telah berlangsung ditandai dengan adanya: eritema, hangat
pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3
atau hari ke-4.
2. Fase Proliferasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah
memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi
sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu
bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur
protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan
sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks
jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka, fibroblas akan aktif bergerak
dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan
berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi
(kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang
berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal
bakal

jaringan

baru

(connective

tissue

matrix)

dan

dengan

dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa


makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu
kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.

Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam


jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan
proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya disebut
fibroblasia. Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses
fibroplasia adalah:
a.
b.
c.
d.

Proliferasi
Migrasi
Deposit jaringan matriks
Kontraksi luka
Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru

didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proliferasi proses


penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes),
pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan
lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis.
Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan
suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di
daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan
hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan
angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh
substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors).
Proses

selanjutnya

adalah

epitelisasi, dimana

fibroblas

mengeluarkan keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam


stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir
luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka.
Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini
akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan
jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut
menutup

luka,

fibroblas

akan

merubah

strukturnya

menjadi

myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada


jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan
defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.

Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan


kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat
oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan
berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi
adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai
meninggalkan jaringan garunalasi, warna kemerahan dari jaringan
mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari
kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu
ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase
proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan
kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase.
Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase
proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu
lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan
keseimbangan

antara

kolagen

yang

diproduksi

dengan

yang

dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan


parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan
menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit
dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk
melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka
sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai
sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi
serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses
yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit
sistemik (diabetes melitus).

4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


a) Kebersihan Luka
Adanya benda asing, kotoran atau jaringan nekrotik (jaringan mati)
pada luka dapat menghambat penyembuhan luka, sehingga luka harus
dibersihkan atau dicuci dengan air bersih atau NaCl 0,9% dan jaringan
nekrotik pada luka dihilangkan dengan tindakan yang disebut
debrideman (debridement).
b) Infeksi
Luka yang terinfeksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
sembuh. Tubuh selain harus bekerja dalam menyembuhkan luka, juga
harus bekerja dalam melawan infeksi yang ada, sehingga fase
inflamasi akan berlangsung lebih lama. Infeksi tidak hanya
menghambat penyembuhan luka tetapi dapat menambah ukuran luka
(besar dan/atau dalamnya luka). Luka yang sembuh juga tidak sebaik
jika luka tanpa infeksi.|
c) Usia
Semakin lanjut usia, luka akan semakin lama sembuh karena respon
sel dalam proses penyembuhan luka akan lebih lambat.
d) Gangguan
Suplai
Nutrisi
dan
Oksigen
pada

Luka

Gangguan suplai nutrisi dan oksigen (misal akibat gangguan aliran


darah

atau

kekurangan

volume

darah)

dapat

menghambat

penyembuhan luka.
e) Status Gizi
Gizi buruk akan memperlambat penyembuhan luka karena kekurangan
vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam proses
penyembuhan luka.
f) Penyakit yang Mendasari
Luka pada penderita diabetes dengan kadar gula darah yang tidak
terkontrol biasanya akan sulit sembuh atau bahkan dapat memburuk.
g) Merokok
Suatu

studi

menunjukkan

bahwa

asap

rokok

memperlambat

penyembuhan karena asap rokok akan merusak fibroblas yang penting


dalam proses penyembuhan luka.

h) Stres
Stres yang berlangsung lama juga akan menghambat penyembuhan
luka.
i) Obat-obatan
Penggunaan steroid atau imunosupresan jangka panjang dapat
menurunkan daya tahan tubuh yang dapat menghambat penyembuhan
luka.
5) Penanganan Pertama Terhadap Luka
Pertolongan Pertama pada luka iris :
-

Cucilah luka di air yang mengalir (dibawah kran air) dan keringkan
dengan kertas tisu yang bersih.

Ambil kotoran, gelas/beling atau partikel lain di dalam luka dengan


pengait yang bersih (pengait ini harus dicuci dengan air sabun terlebih
dahulu atau dilewatkan di atas api kecil dan dibiarkan dingin).

Hentikan perdarahan dengan cara menekan di atas luka dengan kasa


selama beberapa menit.

Oleskan cairan antiseptik seperti cetrimide atau acriflavin (acriflavin


bisa menyebabkan alergi pada beberapa orang). Pembekuan darah
yang terbentuk di permukaan luka jangan dibersihkan karena akan
menyebabkan perdarahan kembali.

Bila luka kecil, biarkan terbuka supaya lebih cepat pulih. Bila luka
besar, tutup dengan pembalut.

Periksa ke dokter bila terdapat komplikasi.

Pergi ke unit gawat darurat di rumah sakit terdekat bila terdapat


perdarahan hebat misal : darah memancar dari luka, perdarahan tidak

berhenti dengan tekanan, atau sudah kehilangan sekitar 1-2 cangkir


darah.
Pertolongan pertama pada luka memar :
-

Dengan mendinginkan luka memar akan memperlambat perdarahan di


bawah kulit dan mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Memar pada lengan atau kaki bisa didinginkan dengan meletakkan


anggota badan tersebut dibawah kran air.

Memar pada kepala dan dada atau daerah yang memerlukan


pendinginan yang lama bisa dirawat dengan kompres dingin/es.

Untuk pengobatan terapi membuat kompres pada luka memar:


Isi setengah dari kantong plastik dengan es. Tambahkan garam
untuk meningkatkan efek dingin dan ikat kantong plastik setelah udara
dikeluarkan dahulu. Bungkus kantong dengan handuk tipis dan letakkan di
atas bagian yang memar selama 30 menit.
Bila tidak tersedia es, bisa digunakan lipatan handuk atau katun
tebal yang dicelupkan ke dalam air dingin dan gunakan sebagai kompres
dingin. Luka memar biasanya sembuh setelah 3-6 hari.
Tindakan dokter
-

Menjahit luka terbuka, atau menggunakan balutan berperekat khusus


untuk merapatkan kembali luka yang terbuka.

Memberi resep antibiotika bila perlu.

Memberikan suntikan anti-tetanus bila perlu.

C. Peradangan
5) Definisi Peradangan
Peradangan adalah Suatu respons protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel serta jaringan
nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan asal.
6) Jenis-Jenis Peradangan
a) Radang akut : merupakan respons segera dan dini terhadap jejas yang
dirancang untuk mengirimkan leukosit ke tempat jejas.
b) Radang kronik : inflamasi memanjang ( berminggu-minggu, berbulanbulan, bahkan bertahun-tahun) dan terjadi inflamasi aktif, jejas
jaringan,dan penyembuhan secara serentak.
7) Proses Peradangan
Proses Peradangan (inflamasi) :
a. Inflamasi akut
1. Terjadi vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah terutama
pembuluh darah kecil/arteriol) yang berlangsung beberapa detik,
lalu dilanjutkan vasodilatasi di arteriol tsb yg meningkatkan aliran
darah dan penyumbatan lokal (hiperemia) pada lairan darah kapiler
selanjutnya. menimbulkan eritema/rubor dan hangat/kalor
2. Tekanan hidrostatik intravaskular meningkat dan pergerakan cairan
transudat dari kapiler (transudasi). Tak lama kemudian, transudasi
hilang akibat permeabilitas miskovaskulatur vaskular meningkat,
membuat cairan kaya protein (eksudat) bergerak ke dalam ruang
perivaskular atau interstisium (eksudasi). Tekanan osmotik lalu jadi
turun, tapi tekanan osmotik cairan interstisial meningkat yang
membuat air dan ion masuk ke jaringan ekstravaskular edema
3. Permebilitas mikrovaskulatur juga membuat eritrosit bertambah
banyak di pembuluh darah yg ini meningkatkan viskositas darah
dan memperlambat sirkulasi (akibat eksudasi tadi). Proses ini
dinamakan stasis.
4. Saat stasis, terjadi beberapa peristiwa pada sel :
a) Aliran darah laminar pada kapiler menuju venula pascakapiler
membuat leukosit (terutama netrofil) terdorong dari sumbu

sentral pembuluh darah ke tepi pembuluh darah atau


permukaan sel endotel. disebut marginasi
b) Leukosit tadi melekat sementara (disebut adhesi transien) pada
permukaan endotel dengan berguling-guling pada permukaan
endotel. disebut rolling.
Beberapa mediator kimiawi akan menstimulus molekul selektin
untuk membuat reseptor pada leukosit maupun endotel sebagai
fasilitas perlekatan adhesi transien tadi.
c) Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel
disebut adhesi.
Adhesi kuat ini

difasilitasi

oleh

molekul

superfamili

immunoglobulin pada sel endotel (pengeluarannya distimulus


oleh mediator kimiawi bernama sitokin) dan integrin pada
leukosit (pengeluarannya juga dstimulus oleh suatu mediator
kimiawi tertentu).
d) Leukosit lalu merayap di antara intercellular/endothelial
junction (penghubung/celah antar sel endotel) disebut
diapedesis
Diapedesis

ini

difasilitasi

oleh

molekul

superfamili

immunoglobulin pada sel endotel yg bernama PECAM1/CD31.


e) Lalu leukosit pun melintasi atau menembus celah antar sel
endotel

dan

melewati

membran

basalis

disebut

transmigrasi
f) Selanjutnya, leukosit menuju tempat jejas mendekati gradien
kimiawi (faktor kemotaksis) yg dihasilkan oleh zat patogen itu
sendiri dan zat-zat di lingkungan sekitar jejas disebut
kemotaksis. Leukosit dpt bergerak karena pembentukan
pseupodia akibat peningkatan kalsium sitosol.Peningkatan zat
ini akibat aktifnya fosfolipase-C oleh protein-G.
g) Faktor kemotaksis , selain menyebabkan pergerakan, juga
menyebabkan

leukosit

teraktivasi,

suatu

proses

yg

menyebabkan ukuran sel bertambah besar, meningkatnya


kandungan enzim lisosom, memiliki metabolisme yg lebih

aktif, dan memiliki kemampuan lebih besar untuk membunuh


organime yg dimangsa
h) Leukosit kemudian berkenalan dan berlekatan dengan
partikel penyebab jejas. Ini difasilitasi oleh protein serum
bernama opsonin yg memunculkan molekul spesifik pada
leukosit dan mengikat molekul spesifik yg sama pada mikroba.
i) Pengikatan partikel teropsonisasi memicu penelanan
(engulfment)

oleh

pseupodia

leukosit

yg

memanjang

mengelilingi objek sampai akhirnya membentuk vakuola


fagositik (vakuola yg mengandung mikroba penyebab jejas)
pada leukosit yg bersangkutan. Membran vakuola fagositik
berfusi dgn membran granula lisosom, sehingga terjadi
pengeluaran kandungan granula lisosom pada vakuola fagositik
tadi (tdk ada lagi granula-granula di vakuola fagositik) dan
granula itu lalu masuk ke dalam fagolisosom menyebabkan
degranulasi leukosit
j) Kemudian di dalam vakuola fagositik itu, terjadi pembunuhan
dan degradasi mikroba. Ini dilakukan oleh sebagian besar
spesies oksigen reaktif yg akan membuat suatu pembakaran
oksidatif menghasilkan hidrogen peroksida yg nantinya akan
digunakan sebagai senjata pembunuh mikroba. Namun
terkadang hidrogen peroksida ini tak cukup mumpuni, sehingga
H2O2 ini akan diubah oleh enzim mieloperoksidase lisosom
neutrofil dari luar vakuola fagositik dgn bantuan CL- menjadi
HOCl.
k) Setelah pembakaran oksigen, akhirnya H2O2 terurai menjadi
air dan O2 dan spesies oksigen reaktif lainnya juga didegradasi.
Mikroorganisme yg mati kemudian didegradasi oleh kerja
hidrolase asam lisosom.
b. Inflamasi kronik
Akan terjadi jika inflamasi akut tidak berhasil dalam tugasnya
(agen cedera yang menetap atau karena gangguan proses penyembuhan

normal). Dalam hal ini, netrofil tdk bekerja maksimal (mati setelah
biasanya 2 hari jika berada di jaringan ektravaskuler) dan perannya
akan digantikan oleh monosit yg bertransformasi menjadi makrofag
setelah melakukan transmigrasi dari pembuluh darah, limfosit (T dan
B), sel plasma, eosinofil, dan sel mast beredar di jaringan
ekstravaskular. Selanjutnya makrofag akan teraktivasi oleh adanya
limfosit dan terkativasinya non-imun. Inflamasi kronik juga bisa
terjadi sejak awal (monosit dan limfosit

langsung berperan) jika

terjadi infeksi virus misalnya.


8) Sel-sel yang Berperan dalam Proses Peradangan
1. Plasma Darah
Plasma darah merupakan sumber-sumber yang kaya akan
sejumlah mediator-mediator penting. Mediator-mediator ini dibentuk
melalui kerja enzim proteolitik yang membangun semacam system
pertahanan yang saling berhubungan. Agen utama yang mengatur
system-sistem ini adalah factor Hageman (factor XII), yang terdapat di
dalam plasma dalam bentuk inaktif dan yang dapat diaktivasi oleh
bebabagai cidera. Faktor yang telah di aktivasi mencetuskan kaksade
pembekuan, menyebabkan pembentukan fibrin yang berperan dalam
pembuluh darah. Selain itu factor Hageman yang telah di aktivasi juga
mengubah prekalikrein (suatu zat inaktif di dalam plasma) menjadi
kalikrein (suatu enzim proteolitik), yang kemudian pada gilirannya,
bekerja pada kininogen plasma untuk membebaskan bradikinin, suatu
peptide yang melebarkan pembuluh darah dan

meningkatkan

permebealitas. Protein plasma yang berperan dalam proses peradangan


adalah fibrinogen yaitu merupakan factor kunci dalam proses
pembekuan darah.
2. Leukosit
a) Neutrofil

Neutrofil adalah spesialis fagositik. Neutrofil merupakan


pertahanan pertama kali tubuh dalam melawan agen penginfeksi.
Dalam sitoplasma terdapat banyak granula yang sebenarnya
merupakan paket-paket enzim yang terikat membran (lisosom)
yang dihasilkan selama peradangan sel. Enzim-enzim ini terdiri
dari berbagai hidrolase, termasuk protease, lipase dan fosfatase.
Selain itu, grunula memiliki hubungan dengan berbagai zat
antimikroba. Cara nuetrofil menaklukan

agen bakteri, yaitu :

neutrofil mendekati pertikelyang akan difagositosis, mengalirkan


sitoplasmanya di sekeliling partikel tersebut dan akhirnya
memasukan partikel tertentu ke dalam sitoplasma yang terbungkus
di dalam vesikel terikat membran yang menonjol ke luar dari
membrane sel neutrofil. Dalam keadaan tertentu, enzim-enzim
pencernaan dan metabolit-metabolit oksigen pada neutrofil dapat
dilepaskan kedalam jaringan pejamu bukannya ke dalam
fagolisosom intraselular.
b) Eosinofil
Eosinofil

didtemukan

di

eksudat

peradangan,

yang

dijumpai dalam jumlah yang relative sedikit. Memiliki inti regular


yang sama dengan neutrofil. Granula eosinofil sebenarnya
merupakan merupakan paket enzim yang cukup mirip dengan
neutrofil. Pada kenyataannnya, eosinofil memiliki banyak fungsi
yang sama dengan neutrofil, sepertinya:
a. Berespon terhadap rangsangan kemotaktik.
b. Memfagositiosis berbagai jenis partikel.
c. Membunuh mikroorganisme.
Perbedaannya dengan neutrofil, yaitu :
a. Berespon terhadap reaksi alergi.
b. Mengandung zat toksik terhadap parasit tertentu dan zat yang
memediasi peradangan.

c) Basofil
Secara structural dan fungsional mirip dengan sel mast.
Basofil berasal dari sumsum tulang belakang, sedangkan sel mast
berasal dari sel precursor yang terletak dijaringan ikat. Granula
pada kedua jenis sel ini mengandung berbagai enzim, yaitu heparin
yang berfungsi mempercepat proses pembersihan lemak dalam
darah dan histamine berfungsi sebagai reaksi alergi. Basofil darah
tampaknya memberi respon terhadap sinyal kemotaktik yang
dilepaskan dalam reaksi imunologiktertentu dan biasanya terdapat
dalam jumlah sangat kecil didalam eksudat. Basofil darah dan sel
mast dirangsang melepaskan kandungan granulanya kelingkungan
sekitarnyapada keadaan cidera, termasuk dalam reaksi imunologik
maupun reaksi nonspesifik.
d) Monosit dan Makrofag
Monosit merupakan suatu bentuk leukosit yang berbeda dari
granulosit karena bentuk morfologi intinya dan sifat sitoplasmanya
yang relative agranular. Makrofag merupakan monosit yang
semakin besar dan

terletak pada pembuluh darah. Makrofag

berfungsi sama dengan neutrofil yaitu makrofag merukan sel yang


bergerak aktifyang berespon terhadap rangsangan kemotaktik yang
secara aktif bersifat fagositik aktif, dan mampu membunuh serta
mencerna berbagai agen.
e) Limfosit
Limfosit akan muncul pada saat reaksi radang telah
mencapai fase kronis. Limfosit menghasilkan pertahanan imun
terhadap sasaran yang telah terprogram. Terdapat dua jenis limfosit
yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit B menghasilkan antibody,
yang beredar dalam darah. Antibodi berikatan dan memberi tanda
untuk destruksi ( melalui fagositosis atau cara lain) benda asing

tertentu. Limfosit T tidak menghasilakan antibody, tetapi sel


limfosit tersebut langsung menghancurkan sel-sel sasaran spesifik.
3. Trombosit
Trombosit mereupakan

fragmen / potongan kecil sel yang

terlepas dari tepi luar suatu sel besar disumsum tulang belakang.
Trombosit pada dasarnya adalah suatu vesikel yang mengandung
sebagian dari sitoplasma megakariosit terbungkus oleh membrane
plasma. Karena merupakan fragmen sel, trombosit tidak memiliki
nucleolus . Namun sel ini diperlengkapi oleh organel dan system
enzim sitosol untuk menghasilkan energy dan mensitesis produk
sekretorik yang disimpan di granulayang tersebar diseluruh sitosolnya.
Trombosit ini berperan pada homeostasis terutama dalam proses
pembentukan darah.
D. Pembahasan Pemicu
Kasus tersebut merupakan cedera akibat agen fisik, tergolong dalam
trauma mekanis, dengan morfologi laserasi, yakni robekan atau rengangan
merusak yang disebabkan oleh gaya yang ditimbulkan oleh benda tumpul.
(Patologi Robin Cotran) Berdasarkan tingkat kontaminasi termasuk dalam
luka kotor/terinfeksi, berdasarkan kedalaman dan luas luka termasuk luka
stadium 3 dan berdasarkan mekanisme terjadinya luka adalah luka lecet.
(Luka dan Perawatannya,Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes)
1. Kulit terkelupas:

Histologi Kulit
Terdiri atas lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium)
dan lapisan subkutis (hipodermia). Kulit terdiri dari epidermis, yaitu
lapisan epitel yang berasal dari ektoderm, dan dermis, yaitu suatu lapisan
jaringan ikat yang berasal dari mesoderm. Jaringan yang terkena
(terkelupas) adalah epidermis dan dermis. Epidermis terutama terdiri dari
epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Terdiri dari lima lapisan sel
penghasil keratin (keratinosit)
a)
b)
c)
d)
e)

Stratum basale (paling dalam)


Stratum spinosum
Stratum granulosum
Stratum lusidum
Stratum korneum(paling luar)
Dermis terdiri dari jaringan ikat yang menunjang epidermis dan

mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis). Dermis terdiri dari dua


lapisan dengan batas tidak nyata-stratum papilare disebelah luar dan
stratum retikulare dibagian dalam. Stratum papilare tipis dan terdiri atas
jaringan ikat longgar; fibroblas dan sel jaringan ikat lainnya terdapat
dalam stratum ini seperti sel mast dan makrofag. Stratum retikulare terdiri
atas jaringan ikat padat yang tidak teratur. Dermis kaya dengan jaringjaring pembuluh darah dan limfe (Hal ini yang menyebabkan jejas pada
kulit menyebabkan perdarahan lokal).
2. Luka diolesi betadine dan terasa perih
Povidon Iodium (Betadine)

Povidone Iodium adalah kompleks dari iodum dengan polivinil


pirolidon yang tidak merangsang dan dalam larutan air berangsur-angsur
membebaskan iodium. Seperti heksaklorofen, terutama bila digunakan
berulang kali, zat ini berakumulasi di bawah kulit dan menyebabkan efek
antiseptis yang bertahan lama. Lagipula kompleks iodofor ini mudah larut
dalam air dan mudah dicuci dari kulit dan pakaian, bersifat lebih stabil
karena tidak menguap dan kerjanya lebih panjang daripada iod. Karena
sifat-sifat tingtur povidon-iod 10% dengan kadar ion bebas 1% telah
menggantikan tingtur iodium konvensional.
Penggunaannya terutama untuk desinfeksi kulit dalam bentuk
tingtur, sabun cair, salep, krem, lotion dan bedak tabur. Digunakan pula
sebagai obat kumur dan tenggorokan. Kadarnya yang biasa digunakan
adalah 7,5% povidon iod, yang ekivalen dengan kadar 10%iod.
Efek samping. Hati-hati bila digunakan pada permukaan kulit
rusak yang luas (misalnya luka bakar) karena iodium dapat diresorpsi dan
meningkat kadarnya dalam serum sehingga dapat menimbulkan asidosis,
neutropeni dan hipotirosis (selewat). Rasa perih timbul dari pemberian
betadine yang mengandung povidon iodium.
Rasa nyeri pada suatu reaksi peradangan ditimbulkan dalam
berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu
dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan zat-zat
kimia tertentu seperti histamin atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat
merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang
menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan nyeri.
Sumber: Patofisologi, Price & Wilson
3. Menangis (ekspresi rasa nyeri)
Menangis juga merupakah sebuah mekanisme pertahanan, catat
Jodi DeLuca, PhD, seorang neuropsikologi di Tampa General Hospital di
Florida. "Ketika anda menangis," katanya. "Ini adalah sebuah pertanda

anda butuh menyampaikan sesuatu." Di antara hal-hal yang lain, menangis


dapat berarti anda sedang frustasi, kewalahan, atau bahkan sedang
berusaha untuk menarik perhatian seseorang, yang DeLuca dan para
peneliti lainnya menyebutnya sebagai tangisan "secondary gain".
Di atas itu semua, menangis memiliki tujuan biokimia. Menangis
dipercaya dapat melepaskan hormon-hormon stres atau racun-racun dari
dalam tubuh, kata Lauren Bylsma, seorang murid Phd di University of
South Florida di Tampa, yang memfokuskan menangis pada penelitiannya.
(www.medicalera.com)
4. Sesudah 3 hari, sakit berdenyut
Pada hari ke 3, neutrofil sebagian besar telah digantikan makrofag,
dan jaringan granulasi secara progresif menginvansi ruang insisi. Serat
kolagen dan tepi insisi sekarang timbul, tetapi mengarah vertikal dan tidak
menjembatani insisi. Proliferasi sel berlanjut, menghasilkan suatu lapisan
epidermis penutup yang menebal.

(sakit berdenyut kemungkinan disebabkan oleh proses perbaikan kapiler


darah)
Jaringan granulasi : suatu kelompok leukosit yang terdiri atas neutrofil,
eosinofil, dan basofil, diberi nama demikian karena adanya granula
didalam sitoplasma yang terlihat setelah diberi zat warna tertentu.

Sakit berdenyut:
a) Terjadi infeksi, yang kemudian meluas, dan mengenai arteri
dibawahnya.
b) Nyeri pembuluh pembuluh darah, yang melebar karena respon radang.
5. Pinggiran luka merah dan bengkak
Rubor (kemerahan)
Biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan, arteriol yang memasok daerah tersebut, berdilatasi
sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam
mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong, atau
mungkin hanya sebagian merengang, secara cepat terisi penuh oleh darah.
Keadaan ini, disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan kemerahan
lokal pada peradangan akut. Tubuh mengontrol produksi hiperemia pada
awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi melalui
pelepasan zat-zat seperti histamin.

Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan lokal dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang
berpindah dari aliran darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan
sel-sel ini tertimbun di daerah peradangan yang disebut eksudat. Pada awal
perjalanan reaksi radang, sebagian besar eksudat adalah cairan, seperti
yang terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada
kulit. Kemudian, sel-sel darah putih atau leukosit, meninggalkan aliran
darah dan tertimbun sebagai bagian eksudat.
6. Menggerakkan kaki
Termasuk dalam keluaran motorik yang involunter. Aktivitas
motorik somatik sangat bergantung pada pola dan kecepatan pelepasan
impuls neuron motorik spnalis dan neuron homolog yang terdapat di

nukleus motorik saraf kranialis. Neuron-neuron ini, yang merupakan jaras


bersama terakhir yang menuju otot rangka mendapat masukan impuls dari
berbagai jalur. Setiap neuron motorik spinalis memiliki banyak masukan
dari segmen spinal lain, batang otak, dan korteks serebri. Sebagian
masukan ini berakhir langsung di neuron motorik tetapi sebagian besar
memberikan efeknya melalui interneuron atau melalui sistem eferen y
(gamma) ke kumparan otot melalui serabut aferen ke medula spinalis.
Aktivitas

terpadu

berbagai

masukan

di

tingkat

spinal,

medula

oblongata,mesenfalon dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan


memungkinkan terjadinya gerakan koordinasi.
Jadi karena saraf-saraf pada tungkai kaki tidak mengalami
kerusakan, maka proses penghantaran impuls masih dapat berjalan dari
otak ke tungkai, sehingga kaki masih dapat di gerakkan.

7. Kesimpulan
Kulit yang terluka sesudah 3 hari masih terasa sakit, merah, dan bengkak
dikarenakan proses peradangan akut.

Anda mungkin juga menyukai