Anda di halaman 1dari 26

LTM AGAMA

Islam merupakan agama yang memiliki ajaran yang sangat sempurna karena merupakan
agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Kesempurnaan Islam ini juga
ditunjang oleh ketiga sumber ajarannya yaitu al-Quran, Sunnah, dan ijtihad. Tidak hanya
memiliki sumber ajaran, tetapi Islam juga memiliki kerangka dasar ajaran islam atau yang biasa
disebut dasar-dasar Islam. Kerangka dasar islam diantaranya yaitu akidah, syariah, dan akhlak.
Dengan memahami kerangka dasar ini, seseorang diharapkan dapat memahami gambaran ajaran
Islam secara keseluruhan. Kajian yang akan diuraikan dibawah ini dikhususkan untuk membahas
pengertian dan hakikat akidah itu sendiri. Dengan uraian singkat ini diharapkan para pembaca
dapat memiliki pemahaman dasar tentang pengertian dan hakikat akidah.
Aqidah memiliki beberapa pengertian menurut etimologi (bahasa) dan terminologi
(istilah). Menurut etimologi, aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu aqada yang memiliki arti
ikatan dua utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqad juga memiliki arti
yaitu janji, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua orang yang mengadakan
perjanjian. Sedangkan, menurut terminologi aqidah berarti sesuatu yang mengharuskan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari
kembimbangan dan keraguan. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang
yang mengambil keputusan.
Aqidah Islam di dalam al-Quran sering disebut dengan iman. Arti iman disini tidak hanya
mempercayai adanya Allah dan ajaran islam, tetapi juga menyakini dengan melakukan perbuatan
yang dapat mencerminkan bahwa kita yakin bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia
tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya. Keyakinan
terhadap keesaan Allah SWT juga dapat disebut dengan tauhid. Iman atau aqidah islam dapat
didefinisikan sebagai berikut :

Artinya: Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat
dengan anggota badan (beramal)

Dari hadis diatas dapat dikatakan bahwa terdapat 3 hal yang merupakan syarat dasar
untuk menentukan seseorang beriman atau tidak, yaitu keyakinan hati, mengucapkan dengan
lisan, dan juga berbuat sesuai ajaran islam yang benar. Iman dapat dibilang bukan hanya
dipercayai atau diucapkan tetapi juga menyatu didalam diri seseorang yang dibuktikan dalam
perbuatannya.
Aqidah merupakan bagian yang fundamental dalam agama islam. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung dari aqidahnya, apabila ia beraqidah islam, maka
segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amal saleh, namun apabila tidak, maka
segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, meskipun perbuatan yang dilakukannya itu bernilai
baik. Jadi disini, penting sekali untuk kita menyadari arti dari iman itu sendiri sehingga segala
sesuatu yang kita lakukan didasari semata-mata atas ridha Allah SWT.
Aqidah islam bersumber pada al-Quran dan sunnah Rasul, karena seperti yang kita tahu
dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan tidak seluruhnya dapat ditemukan oleh kemampuan
yang dimiliki oleh manusia. Dalam al-Quran juga dijelaskan tentang akidah islam yang sesuai
dengan kehendak Allah SWT.
Seseorang yang memiliki aqidah islam yang baik mempunyai ciri-ciri selalu berhati-hati
dalam bertindak karena ia menyadari bahwa Allah selalu melihat segala perbuatan yang
dilakukannya dan malaikat yang senantiasa mencatat amal baik dan buruk kita, tidak mudah
menyerah jika dihadapkan pada cobaan yang sulit karena mempunyai sikap optimis dan sabar
bahwa Allah tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuan umatnya itu sendiri, dan
lain-lain.
Jadi kesimpulannya, aqidah merupakan salah satu kerangka dasar islam yang harus kita
miliki dikarenakan yang membedakan suatu muslim dengan muslim yang lain yaitu pada
aqidahnya. Aqidah atau iman itu sendiri tidak hanya dipercayai atau diucapkan, tetapi juga
dilakukan dengan melakukan amal perbuatan yang baik. Kita juga dapat lebih memahami aqidah
islam dengan mengkaji lebih dalam ayat-ayat yang ada di al-Quran atau hadis yang ada.
Sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah Islam sangat
menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam system teologi agama ini diyakini bahwa sikap,
perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi
oleh system teologi atau aqidah yang dianutnya. Untuk itu signifikansi akidah dalam kehidupan
seseorang muslim dapat dilihat paling tidak dalam empat hal, yaitu:

1. Sebagai landasan/Pondasi seluruh ajaran Islam. Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran
Islam lainya, yaitu syariah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu,
pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya,
dapat diamalkan di atas bagunan keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan
ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa.
2. Untuk membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di
akhirat. Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan kelak
di hari kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatanya di dunia.
3. Untuk menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti bidah,
khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya.
4. Untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau non-muslim. Begitu pentingnya kajian akidah
islam hingga bidang ini telah menjadi perbincangan serius di kalangan para ahli sejak zaman
awal Islam sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di dalam apresiasinya, kajian mengenai
bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti Suni [ Maturidiyah, Asyariyah,-Ahlussunnah wal
Jamaah ] Murjiah,Muktazilah,Wahabiyah, Syiah, Khawarij, Qadariyah, Jabbariyah dan lain-lain.
5. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimilki manusia sejak lahir. Manusia sejak
lahir telah memiliki potensi keagamaan (fitrah), sehingga sepanjang hidupnya manusia
membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan terhadap Tuhan. Aqidah Islam berperan
memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun dan mengarahkan manusia kepada
keyakinan yang benar tentang Tuhan, tidak menduga-duga atau megira-ngira, melainkan
menunjukkan Tuhan yang sebenernya.
6. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa. Agama sebagai kebutuhan fitrah manusia akan
senantiasa menuntut dan mendorongnya untuk terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban
yang pasti, sehingga kebutuhan ruhaniyahnya dapat terpenuhi, sehingga ia memperoleh
ketenangan dan ketentraman jiwa yang diperlukannya.
7. Memberikan pedoman hidup yang pasti. Keyakinan terhadap Tuhan yang diberikan aqidah Islam
memberikan arahan dan pedoman yang pasti, sebab aqidah menunjukkan kebenaran keyakinan
yang sesungguhnya. Aqidah memberikan pengetahuan dari mana manusia datang, untuk apa
hidup dan kemana manusia akan pergi, sehingga kehidupan manusia akan jauh lebih jelas dan
lebih bermakna.

Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang,
dan menjadi keprcayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Dan ruang lingkupnya
meliputi rukun iman.
HIKMAH AKIDAH
Dalam menjalani kehidupan di dunia, tentu kita memiliki berbagai prinsip yang dijadikan
acuan dasar untuk melakukan segala sesuatu. Sebagai muslim, tentu ada beberapa prinsip yang
dijadikan sebagai tiang agama, salah satunya adalah unsur aqidah. Aqidah sendiri berarti iman,
atau yang kita biasa ketahui dengan rukun iman. Tentu penggunaan unsur aqidah yang dijadikan
sebagai acuan dalam menjalani kehidupan di dunia bukan tanpa alasan, karena dengan aqidah
inilah apa yang kita kerjakan insyaAllah senantiasa diberkati oleh Allah SWT.
Aqidah yang merupakan iman (kepercayaan) merupakan sesuatu yang fundamental bagi umat
muslim karena memiliki beberapa keutamaan/hikmah bagi mereka yang menjalankannya, yakni
sebagai berikut.
1.

Untuk meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Sebab aqidah

merupakan benteng yang paling utama bagi umat muslim untuk menjaga kemurniannya.
2.

Agar mendapatkan ketenangan dalam hidup, karena orang yang beraqidah hanya

akan fokus kepatu satu Tuhan, yakni Allah SWT. Maka seluruh upayanya akan ia
serahkan kepad-Nya, sehingga akan tercipta ketenangan batin dalam hidupnya di dunia.
3.

Seseorang yang beraqidah akan mendapatkan kemudahan dalam menjalani hidup.

Dimana Allah SWT. Telah menjamin kepada orang-orang yang beraqidah dengan penuh
ketaqwaan.
4.

Agar setiap perbuatan, sikap, tingkah laku, dan perkataan seseorang sesuai dengan

aqidah isllamiyah yang berpegang teguh akan keyakinan tauhid.


5.

Dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut, mendapatkan syafaat dari

Raslullah SAW. Dan dimudahkan dalam proses hisab atau perhitungan, kebaikan dalam
timbangan amal, kemudahan dalam menyeberangi siratal mustaqim dan diperkenankan
masuk surganya Allah SWT. Ketika diakhirat.
Dengan semua keutamaan dari aspek aqidah yang telah disebutkan, tentu seharusnya kita
sebagai orang muslim lebih memperdalam keimanan kita terhadap apa-apa saja yang sudah
seharusnya kita percayai dari dalam hati. Dengan hikmah-hikmah tersebut juga, kita akan
menjadi pribadi yang lebih baik, baik di mata Allah SWT maupun di mata sesame manusia. Dan

dengan inilah yang akan menjadikan hidup kita menjadi lebih bermakna untuk mengerjar rahmat
dari Allah SWT.
MACAM-MACAM TAUHID
Para Rasul Allah s.w.t diutus untuk menegakan ajaran Allah s.w.t, yaitu
ajaran tauhid. Ajaran tauhid itu sendiri adalah keyakinan dan kepercayaan
yang mentayakan Allah s.w.t adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Maha
Kuasa. Tauhid adalah fondasi yang amat kokoh bagi kehidupan setiap
orang muslim. Menurut Imam Al-Thahawi dalam kitabnya Syarh alAqidah al-Thawiyyah, tauhid itu dapat diklafirikasi menjadi tiga yaitu
Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam penciptaan, kekuasaan, dan
pengaturan. Dalam definisi lain dijelaskan lebih lanjut bahwa Tauhidu rububiyah adalah
penetapan bahwa Allah ta'ala adalah Rabb, Penguasa, Pencipta serta Pemberi Rezeki dari segala
sesuatu. Dan juga menetapkan bahwa Allah adalah Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan,
Pemberi Kemanfaatan dan Kemudharatan, yang Maha Esa dalam mengabulkan doa bagi orang
yang membutuhkan. BagiNya-lah segala urusan, dan di tanganNya-lah segala kebaikan. Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada bagi-Nya sekutu dalam hal tersebut. Dan ke-imanan kepada
takdir termasuk dalam tauhid ini. Adapun dalil-dalilnya adalah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam (QS. Al Fatihah: 1)
Pengertian Rabb adalah yang menciptakan, menguasai, dan yang mengatur alam sebagaimana
yang Allah kehendaki.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam. (QS. Al Araf: 54)
Tauhid uluhiyah adalah tauhid ibadah. Karena ilah maknanya adalah mabud bi haqqin
(yang diibadahi dengan benar). Maka tauhid uluhiyah ini dibangun di atas keikhlasan dalam
beribadah kepada Allah ta'ala. Dalam kecintaan, khauf (takut), raja' (harapan), tawakkal,
raghbah (permohonan dengan sungguh-sungguh), rahbah(perasaan cemas), dan doa hanya bagi
Allah satu-satunya. Serta memurnikan ibadah-ibadah seluruhnya, baik ibadah yang lahir maupun
yang batin hanya bagi Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Serta tidak menjadikan hal tersebut

untuk selainNya. Tidak untuk malaikat yang dekat dengan Allah ta'ala, tidak pula bagi para nabi
yang diutus. Terlebih lagi bagi selain keduanya. Adapun dalil-dalil untuk menetapkan tauhid
uluhiyah ini adalah,
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan. (QS. Al Fatihah: 4)
Hai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang
yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (QS. Al Baqarah: 21)
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (QS. Az Zumar: 2-3)
Tauhid asma wa shifat adalah mengesakan Allah sesuai dengan Nama dan Sifat yang Dia
sandangkan sendiri kepada diriNya dalam kitabNya atau melalui lisan RasulNya, Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Yaitu dengan menetapkan apa yang ditetapkan Allah
dan menafikan apa yang dinafi-kanNya. Tanpa tahrif,tathil, takyif, dan tamtsil.Tahrif itu sendiri
maknanya ialah mengubah lafazh/makna dari Nama dan Sifat Allah. Tathil adalah
menghilangkan atau menolak sebagian atau seluruh sifat-sifat Allah. Takyif adalah menetapkan
bentuk atau keadaan sifat itu. Tamtsil atau sering juga disebut Tasybih adalah menyamakan nama
dan sifat Allah dengan makhlukNya.
Dari macam-macam tauhid yang telah kita ketahui, kita wajib menjalankan macam
macam tauhid tersebut karena tauhid merupakan fondasi dari umat islam itu sendiri. Tauhid tidak
hanya diucapkan tetapi di terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka dari itu setelah kita
mengetahui macam macam tauhid mari kita terapkan tauhid dalam kehidupan sehari-hari.
PENGEMBANGAN AKIDAH DALAM ILMU KALAM
Sebagai seorang manusia, kita memiliki kewajiban untuk menjalankan perintah-perintah
Allah SWT. Dengan menjalankan kewajiban tersebut, kita akan dapat hidup nyaman, aman, dan
sejahtera di dunia, serta apabila pahala kita banyak, maka akan masuk surga. Dalam menjalankan

kewajiban tersebut, tentunya kita membutuhkan suatu ilmu dasar atau pedoman agar kita
mengetahui bagaimana sesuatu ilmu itu benar atau tidak. Apabila kita sudah mengetahui
kebenaran suatu ilmu, maka kita akan merasa yakin untuk menjalankannya atas dasar niat kepada
Allah SWT. Agar lebih memahaminya, maka kita perlu mengetahui hubungan antara keyakinan
dan kebenaran ilmu yang dijelaskan sebagai berikut,
Aqidah berasal dari kata Aqada-yaqidu, yang berarti ikatan, sangkutan, atau
mengadakan perjanjian. Secara istilah Aqidah berarti keyakinan yang kuat yang dipercayai dalam
hati. Dari kedua arti tersebut, secara lengkap Aqidah dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan
dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia tidak
beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
Aqidah merupakan salah satu kerangka dasar ajaran Islam selain syariah dan akhlak.
Dasar ilmu Aqidah berasal dar Al-Quran dan al-Sunnah. Selain kedua sumber tersebut, ada juga
adat istiadat yang dapat dijadikan sebagai acuan dan dijadikan hukum yang dilegalkan secara
Islam. Namun, adat istiadat yang dimaksud harus sesuai dengan syariat agama Islam.
Dalam sejarah perkembangan pemikiran manusia, termasuk sejarah perkembangan
pemikiran Islam sudah biasa diketahui terjadinya pertentangan antara tradisi yang berdasarkan
buku atau teks dan pikiran akal manusia sendiri, sehingga menyebabkan perbedaan. Dalam
sejarah Islam perdebatan antara tradisi dengan akal sangat tajam, meski sering keduanya bisa
diserasikan dan saling melengkapi satu sama lain. Para filsuf muslim banyak membahasa
hubungan antara filsafat dan wahyu, sehingga diambil simpulan bahwa pernyataan-pernyataan
yang terdapat di dalam kitab suci merupakan symbol-simbol kebenaran filosofis.
Perbedaan pemikiran para filsuf muslim tersebut menghasilkan karya atau dasar ilmu yang dapat
digunakan sebagai pedoman kita sebagai makhluk Allah SWT. Perbedaan pemikiran inilah yang
pada gilirannya melahirkan apa yang kita kenal sebagai Ilmu Kalam. Ilmu kalam merupakan
suatu ilmu hasil ijtihad para filsuf dibidangnya. Karena ilmu kalam merupakan hasil pemikiran
para filsuf muslim, maka sifatnya berbeda-beda dan dapat menimbulkan berbagai aliran dan
mazhab sehingga memperkaya khazanah intelektual agama Islam.
Ibnu Khaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang mengandung berbagai
argumentasi tentang iman yang diperkuat dengan dalil-dalil rasional, di mana esensi dari
pengertian ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari tentang akidah yang mengandung berbagai
argumentasi yang diperkuat dengan dalil-dalil yang rasional. Pandangan Ibnu Khaldun ini adalah

pemikiran yang berdasar pada teks, tetapi melalui interpretasi yang membuat teks dapat
beradaptasi dengan realitas dan perubahan.
Sumber utama ilmu kalam adalah Al- Qur'an, Al-Hadist, dan Akal. Metode yang digunakan
adalah Jidal (debat), di mana keyakinan dengan argumentasinya dipertahankan melalui
pembicaraan. Sementara dalam Axiologi, yaitu kegunaan ilmu kalam adalah untuk
mempertahankan kebenaran akan keyakinan ajaran agama Islam dan menolak segala pemikiran
yang sengaja merusak atau menolak keyakinan Islam populer dengan terminology bid'ah.
Ilmu kalam banyak membicarakan tentang aqidah Islam secara benar, yang membicarakan detaildetail keimanan, keislaman, dan ketauhidan. Karena ilmu kalam merupakan suatu ilmu yang
membicarakan tentang aqidah atau keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan
suatu fondasi utama yang tidak akan pernah berubah sampai akhir zaman, maka ilmu kalam tidak
akan pernah mengalami perubahan yang signifikan. Contohnya adalah tentang keesaan Tuhan,
para filsuf muslim tentunya sepakat bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, apabila kita ingin hidup nyaman, aman, dan sejahtera baik di dunia maupun
akhirat, maka kita harus menjalankan kewajiban sesuai kerangka dasar ajaran Islam. Hal tersebut
dapat kita peroleh dari memahami ilmu kalam yang bersumber pada Al- Qur'an, Al-Hadist, dan
Akal para filsuf muslim. Ilmu tersebut tidak akan pernah berubah dari awal sampai akhir zaman,
sehingga dapat digunakan terus menerus dari generasi ke generasi selanjutnya.

SYARIAH
Syariah dalam arti etimologi adalah ketetapan Allah yang diperintahkan kepada hambahambanya, sedangkan dalam terminologi dapat diartikan sebagai hukum atau peraturan yang
diterapkan Allah melalui Rasul-Nya.
Syariah pada hakekatnya memiliki 3 kerangka dasar yaitu Dharu Riyat, Hajiyat, dan
Takhsiniyat. Dharu Riyat adalah kebutuhan yang mutlak untuk menjalani hidup atau kebutuhan
primer. Hajiyat merupakan sesuatu hal yang sangat dibutuhkan manusia. Dan takhsiniyat adalah
sesuatu hal yang bersifat sebagai penyempurna, ada atau tidak hal ini tidak terlalu mempengaruhi

hidup manusia. Pada prinsipnya, Syariah tidak memberatkan manusia serta memperhatikan
kemaslahatan manusia. Seperti contoh apabila sedang sakit maka diperbolehkan untuk
membatalkan puasa. Syariah juga mengatur hubungan antar manusia dan hubungan manusia
dengan Tuhannya.
Tujuan dari Syariah antara lain adalah untuk menjaga serta memelihara agama dan jiwa,
untuk perlindungan terhadap keturunan manusia, akal, harta, kehormatan, rasa aman, serta
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain dari tujuan, Syariah juga memiliki fungsi yang
berhubungan dengan tujuan-tujuannya. Yang pertama adalah untuk menunjukkan dan
mengarahkan pada pencapaian tujuan manusia sebagai hamba Allah, yang kedua adalah untuk
menunjukkan pencapaian tujuan manusia sebagai khalifah Allah, dan yang terakhir adalah untuk
membawa manusia pada kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat.
Namun pada nyatanya manusia masih sulit membedakan antara Syariah dan Fiqih,
padahal dalam artiannya saja sudah berbeda. Fiqih merupakan ilmu yang mempelajari peraturanperaturan Allah. Maka dari itu Fiqih berasal dari manusia dan memiliki berbagai ragam,
sedangkan Syariah hanya satu dan bersi. Syariah bersifat universal, sedangkan Fiqih bersifat
dinamis karena menyesuaikan dengan keadaan manusianya. Sanksi apabila melanggar Syariah
berasal dari Allah, dan sanksi untuk Fiqih berasal dari tafsiran peraturan Allah oleh manusia.
SISTEM IMPLEMENTASI SYARIAH ISLAM
I.

Pengertian Ibadah dan Muamalah


Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan

menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya
satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
bathin.
Ibadah dapat dilakukan dengan hati, lisan maupun anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah

(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
Macam-macam ibadah dan jenis-jenisnya, yaitu
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan
Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah,
adalah :

Wudhu, tayammum, mandi hadats ( Taharah )


Shalat
Zakat
Shiyam ( Puasa )
Haji & Umrah

Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:


a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun alSunnah
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.
c. Bersifat rasional (di atas jangkauan akal)
d. Azasnya taat
2. Ibadah Ghairu Mahdah
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. Segala
bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke dalam ranah ibadah
ghairu Mahdhah.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang
b. Tatacaranyanya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.
d. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Muamalah, dari kata ( )yang merupakan istilah yang digunakan untuk
mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki mukallaf. Muamalah mengikuti pola ( )(
yang bermakna bergaul (). Muamalah pun berarti hubungan horizontal antar manusia dengan

manusia yang sesuai dengan syariah. Penerapan Muamalah dalam kehidupan yang berupa
penerapan Muamalah dalam hukum pidana dan perdata, ekonomi, dan politik.
Berikut mengenai penerapan Muamalah dalam hukum pidana dan hukum perdata.
Hukum Pidana :

Jinayat, yakni hukum yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan

yang diancam dengan hukuman.


Al-Akham Al-Sultaniyah (Hukum Ketatanegaraan), yakni hukum yang mengatur
soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat
maupun daerah
Siyar (Hukum Internasional), yakni hukum yang mengatur urusan perang dan
damai yang mengatur pula hukum internasional.
Mukhashamat (Hukum Acara Pidana)
Hukum Perdata :

Munakahat, yakni hukum yang mengatur tentang perkawinan.


Wirasah, yakni hukum yang mengatur tentang warisan dan seluk beluknya diatur

di dalam.
Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum masalah kebendaan dan hak-hak atas
benda
Ruang lingkup Muamalah dalam hubungan antar manusia dibidang ekonomi : Perbankan,
Asuransi, Pasar modal (obligasi, reksadana), BMT (Baitul Mal Wat Tamwil), Koperasi,
Pegadaian, MLM Syari'ah, Fungsi uang (moneter), Kebijakan Fiskal, dan Kebijakan Moneter.
Yang terakhir adalah ruang lingkup Muamalah dalam bidang politik, yaitu terkait dengan
hubungan antar manusia atau dengan masyarakat luas. Zaman berkembang dengan sangat cepat
seiring berjalannya waktu, penerapan Muamalah dalam bidang politik, manusia-manusia sebagai

anggota masyarakat memiliki peran, tugas, dan kewajibannya masing-masing bergantung kepada
kapasitas anggota masyarakat tersebut.
II. Peningkatan kualitas ibadah dan muamalah
Upaya-upaya meningkatkan kualitas Ibadah dan Muamalah dapat dilakukan dengan cara
lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT dan menjalin silaturahmi dengan sesama umat
muslim. Secara ringkas dapat dilakukan dengan cara:
Meningkatkan rasa cinta kepada Allah dengan lebih mengenalnya dan
menghindari kesyirikan
Mengerjakannya dengan ikhlas, khusyu dan dengan kesadaran
Mengutamakan amalan sosial daripada amalan pribadi
Selalu introspeksi diri lalu memperbaikinya dan merubah kualitas dari ibadah dan
muamalah menjadi lebih baik
Meningkatkan pengetahuan mengenai ibadah dan muamalah
III. Hikmah Ibadah dan Muamalah
Berikut ini adalah beberapa hikmah dari beribadah kepada Allah:
1.

Memiliki ketakwaan

2.

Terhindar dari kemaksiatan

3.

Berjiwa sosial

4.

Merasakan keberadaan Allah SWT

5.

Terkabul doa-doanya

6.

Sehat jasmani dan rohani

Hikmah Muamalah
1.

Mendapat pahala dari Allah

2.

Dapat menjaga hubungan antar manusia

3.

Menjaga ketertiban hidup di masyarakat.


Dari uraian diatas dapat diketahui makna dari Ibadah dan muamalah serta upaya

peningkatannya agar manusia mendapat karunia dari Allah SWT. Seorang muslim yang baik
tentunya tahu bahwa kedua hal diatas menjadi hal penting dalam menjalani kehidupan ini, karena
tidak bisa dipungkiri manusia butuh Allah SWT dan orang lain agar bisa hidup. Allah SWT
sebagai Sang Pencipta dan orang lain sebagai pelengkap.
IMAN DAN PEMBENTUKAN IMAN

I.

Pengertian Iman
Iman menurut bahasa artinya percayaIman menurut istilah artinya membenarkan dengan

hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan(perbuatan). Dengan demikian,
pengertian iman kepada ALLAH adalah membenarkan dengan hati bahwa ALLAH itu benarbenar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaannya, kemudian pengakuan itu
diikrarkan (yakinkan,teguhkan atau dijelaskan) dengan lisan serta dibuktikan dengan amal
perbuatan secara nyata.
II.

Wujud Iman
Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan dan perbuatan. Dalam artian

diyakini dalam hati yaitu dengan percaya kepada Allah SWT, diucapkan dengan lisan yaitu
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dan dilakukan dengan perbuatan maksudnya dengan
menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.
III.

Proses terbentuknya Iman

Pada dasarnya, proses pembentukan iman, diawali dengan proses perkenalan, kemudian
meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam
mencapai iman kepada Allah.Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut
tidak mungkin beriman kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga
perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi
senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui
larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik
adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur.Tetapi tingkah laku tidak terdiri
dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak
terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung.

IV.

Tanda-tanda orang beriman

Dari QS. AlAnfal ayat 2-4 telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar
beriman kepada Allah adalah:

1.
2.
3.
4.
5.

Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya


Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya
Mereka selalu bertawakal Kepada Allah
Mendirikan Shalat
Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)

IMPLEMENTASI AKIDAH DALAM KEHIDUPAN PRIBADI DAN SOSIAL


Aqidah dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat pemilik perasaanperasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya. Sehingga
apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada kaidah bahwa Allah melihat dan
mengamati kita di mana saja dan kapan saja. Hal ini akan membuat kita tidak akan terdorong
oleh luapan-luapan perasaan atau tindakan yang melampaui batas-batas ketentuan Allah. Salah
satunya tercermin dengan bersikap bijaksana dalam berperilaku dan interaksi sosialnya.
Tanpa aqidah, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyah yang diwarnai oleh
kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh perasaan ketakutan dan
kecemasan di berbagai penjuru, karena masyarakatnya menjadi berprilaku liar dan buas. Yang
ada di benak mereka hanyalah perbuatan buruk yang menghancurkan.
Tantangan Aqidah dalam Pengembangan Seni dan Budaya
Aqidah dalam perkembangan seni dan budaya saat ini banyak memiliki tantangan dan
hambatan. Banyak orang yang melupakan budaya asli kita sehingga aqidah yang dimiliki oleh
mereka pun menjadi berkurang. Kemudian di zaman ini kebanyakan orang lebih memandang
seni adalah hal hal seperti lukisan, nyanyian, dan sebagainya. Banyak orang yang melupakan
seni yang ada di islam. Sementara sebenarnya dalam islam masih ada seni seni lain seperti
kaligrafi, nasyid, masjid, dan banyak lagi. Hal itu banyak terjadi tentunya jika aqidah kita dalam
pengembangan seni dan budaya masih kurang.
Tantangan Aqidah dalam Perkembangan Iptek
Pada dasarnya, Islam memiliki dua peran dalam perkembangan Iptek. Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam harus dijadikan landasan pemikiran bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Dalam menghadapi perkembangan zaman dan Iptek, tentunya Aqidah Islam

memiliki tantangannya sendiri. Pertama, menghadapi ketergantungan manusia kepada teknologi,


bukan lagi pada agama dan Aqidah Islam. Tantangan lain yang dihadapi Aqidah Islam dalam
perkembangan Iptek adalah kenyataan bahwa iptek yang menjadi dasar modernisme telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik,
yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama Islam. Padahal, seperti yang telah
dijelaskan di atas, seharusnya Aqidah menjadi dasar pemikiran dalam semua ilmu pengetahuan.
AL-AKHLAK AL-ISLAMIYAH
Pengertian Akhlak
Akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berapa perbuatan baik yang disebut akhlak
yang mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela.

Kedudukan akhlak dalam

kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan
bangsa. Sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya.
Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir batinnya sedangkan apabila akhlaknya rusak
maka rusaklah lahir dan batinnya.
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau
tercela menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan perbuatan manusia
lahir batin. Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam Islam sehingga Al-Quran tidak hanya
memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-ayat yang
berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat yang berbicara
tentang salat, puasa, haji, zakat, dan muamalah selalu dikaitkan dan diakhiri dengan pesan-pesan
perbaikan akhlak. (Al-Baqarah: 183, 197).
Fungsi Akhlak
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik dan buruk, terpuji atau tercela; sematamata berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Berikut adalah fungsi-fungsi dari akhlak.
1.

Membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Sebuah hadits menyatakan bahwa manusia tidak memiliki perbedaan apapun di antara
mereka melainkan tingkat ketaqwaannya kepada Allah swt. Hal ini sudah ditegaskan oleh Allah

bahwa manusia diciptakan di dunia hanyalah untuk menyembah kepada-Nya dan menjalankan
peraturan-peraturan-Nya.
2.

Membentuk manusia yang suka tolong-menolong dan saling menghormati.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak hidup sendirian, melainkan hidup bersama-sama
(bermasyarakat) dan dalam kehidupan itulah manusia saling menolong. Dalam hal ini, akhlak
dibutuhkan untuk berhubungan satu sama lain agar bisa menjalin hubungan yang baik dan dari
sana timbullah rasa saling menghormati.
3.

Membentuk manusia yang jujur, adil, dan berani.

Akhlak Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk berbuat kejujuran dan memiliki
keberanian serta melaksanakan keadilan pada segala bidang.
4.

Membentuk manusia yang tabah dan percaya pada diri sendiri.

Akhak Islam mengajarkan kepada kaum muslim untuk memiliki bekal ketaqwaan,
kesabaran, dan kepercayaan pada diri sendiri untuk mencapai jalan hidup yang diinginkannya.
5.

Membentuk manusia yang sopan santun.

Pendidikan Akhlak pada umunya memberikan didikan kepada manusia untuk selalu
berbuat baik, bertingkah laku sopan, berkata yang baik, dan lemah lembut terhadap siapa saja.
Karakteristik Akhlak
Akhlak Islami memiliki sejumlah karakteristik atau ciri khusus serta luas ruang
lingkupnya meliputi akhlak kepada Allah, Rasul, Lingkungan dan lain-lain. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai karakteristik akhlak. Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran
dan Sunnah, mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Ciri khas dan karakteristik
akhlak Islam itu meliputi:
1. Akhlak Rabbaniyah
Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan reference
source (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi dengan
pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal
dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.

2.

Akhlak Insaniyah

Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi manusia
sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan
manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan
terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak
terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga
mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua
makhluk Allah.
3.

Akhlak Jamiiyah

Akhlak jamiiyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya sesuai
dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di segala zaman
dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal maupun
yang berdimensi horisontal.
4. Akhlak Wasithiyah
Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan keseimbangan
(tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan antara rohani dan jasmani,
keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya.
5.

Akhlak Waqiiyah

Akhlak waqiiyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan


kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di
samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan.
Ruang Lingkup Akhlak
Berdasarkan hadis, Rasulullah saw. diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak
manusia, terhadap Allah swt. maupun makhluk. Akhlak terhadap makhluk mencakup 2 bagian
akhlak, yaitu akhlak terhadap manusia dan akhlak terhadap bukan manusia.
1.

Akhlak Terhadap Manusia

Berikut ini adalah bagian akhlak terhadap manusia dengan berbagai sikap yang menandai
adanya akhlak tersebut

a.

Akhlak Terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad saw.)


-

Mencintai Rasulullah secara tulus (dengan mengikuti sunnahnya)

Menjadikan beliau sebagai idola dan suri tauladan

Menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya

b. Akhlak Terhadap Orang Tua


-

Mencintai orang tua lebih dari mencintai kerabat

Merendahkan diri kepada keduanya dan saling kasih sayang

Berkomunikasi dengan lemah lembut (dan khidmat)

Berbuat baik

Mendoakan untuk keselamatan dan pengampunan mereka, baik dalam hidup dan

matinya
c.

Akhlak Terhadap Diri Sendiri


-

Memelihara kesucian

Menutup aurat

Jujur dalam kata dan perbuatan

Ikhlas

Sabar

Rendah hati

Malu dalam berbuat jahat

Menjauhi dengki dan dendam

Adil untuk diri sendiri dan orang lain

Menjauhi kesia-siaan

d. Akhlak Terhadap Keluarga dan Karib Kerabat


-

Saling cinta dan kasih sayang

e.

f.

2.

Menunaikan kewajiban untuk hak

Berbakti kepada Ibu dan Bapak

Mendidik anak dengan kasih sayang

Memelihara silaturahmi

Akhlak Terhadap Tetangga


-

Mengunjungi satu sama lain

Saling membantu, memberi, dan menghormati

Menjauhi pertengkaran dan permusuhan

Akhlak Terhadap Masyarakat


-

Memuliakan tamu

Menjunjung nilai norma

Menolong dalam hal kebajikan dan taqwa

Mengajak kebaikan dan mencegah keburukan

Memberi makan fakir miskin

Musyawarah untuk kepentingan bersama

Taat pada putusan

Memegang amanah yang merupakan kepercayaan

Menepati janji

Akhlak Terhadap Makhluk Bukan Manusia


Akhlak terhadap makhluk bukan manusia ialah akhlak terhadap lingkungan hidup, seperti

perilaku dibawah ini


-

Sadar dan memelihara lingkungan hidup

Menjaga dan memanfaatkan alam (hewani dan nabati) untuk kepentingan

manusia dan makhluk lainnya


-

Sayang kepada sesama makhluk hidup

Implementasi Akhlak

1. Penerapan nilai-nilai karakter keagamaan seperti: kedispilinan, kejujuran, kerjasama,


transparansi, dan toleransi
Indonesia bukanlah negara agama, akan tetapi Indonesia tidak memperkenankan warga
negaranya tidak beragama. Artinya, Indonesia sangat menjunjung tinggi agama sebagai fondasi
bagi setiap warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai negara yang
penganut Islamnya terbesar di dunia, tentu sepak terjang bangsa Indonesia banyak diwarnai oleh
sikap dan perilaku umat Islam. Dalam al-Quran ditemukan banyak sekali pokok-pokok
keutamaan karakter atau akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang
Muslim, seperti perintah berbuat kebaikan (ihsan) dan kebajikan (al-birr), menepati janji (alwafa), sabar, jujur, takut pada Allah Swt., bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, dan pemaaf
(QS. al-Qashash [28]: 77; QS. al-Baqarah [2]: 177; QS. al-Muminun (23): 111; QS. alNur [24]:
37; QS. al-Furqan [25]: 3537; QS. al-Fath [48]: 39; dan QS. Ali Imran [3]: 134). Ayat-ayat ini
merupakan ketentuan yang mewajibkan pada setiap Muslim melaksanakan nilai karakter mulia
dalam berbagai aktivitasnya.Manusia yang telah diciptakan dalam sibghah Allah Swt. Dan dalam
potensi fitriahnya berkewajiban menjaganya dengan cara memelihara kesucian lahir dan batin
(QS. al-Taubah [9]: 108), memelihara kerapihan (QS. al-Araf [7]: 31), menambah pengetahuan
sebagai modal amal (QS. al-Zumar [39]: 9), membina disiplin diri (QS. Al Takatsur [102]: 1-3),
dan lain-lainnya. Karakter mulia terhadap keluarga dapat dilakukan misalnya dengan berbakti
kepada kedua orang tua (QS. al-Isra [17]: 23), bergaul dengan maruf (QS. Al Nisa [4]: 19),
memberi nafkah dengan sebaik mungkin (QS. al-Thalaq [65]: 7), saling mendoakan (QS. alBaqarah [2]: 187), bertutur kata lemah lembut (QS. al-Isra [17]: 23), dan lain sebagainya. Tidak
diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad saw. adalah model terbaik dalam berkarakter sekaligus
dalam penanaman karakter di kalangan masyarakatnya. Nabi Muhammad berhasil membangun
karakter masyarakat Arab menjadi berbalik dari karakter sebelumnya, yakni yang sebelumnya
jahiliyah (bodoh dan biadab) menjadi Islami (penuh dengan nilai-nilai Islam yang beradab).
Maka dari itu, penanaman nilai-nilai keagamaan sangat berpengaruh kepada
penerapannya di kehidupan nyata. Selain itu, Al-Quran selalu dijadikan pedoman hidup sehingga
manusia dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
2. Tantangan Akhlak dalam Kehidupan

Di dunia yang modern ini, akhlak manusia pun diuji. Tantangan-tantangan akhlak
terhadap kehidupan dapat berupa hal-hal berikut.
1. Terorisme yang menyebabkan dunia barat mengecam Islam
Pada zaman ini, Islam menghadapi tantangan dari dalam dan dari seluruh dunia. Dengan
meningkatnya teknologi dan globalisasi di seluruh dunia, semakin banyak massa yang terekspos
dengan Islam. Namun, tereksposnya agama Islam merupakan pedang bermata dua. Di sisi lain,
Islam menjadi lebih tersebar. Di sisi lain, penyebaran Islam melalui globalisasi ini sangat rentan
dengan manipulasi, yang pada akhirnya menyebarkan ajaran dan pandangan yang salah terhadap
Islam.Tidak hanya itu, terorisme yang makin marak akhir-akhir ini menjadi parasit bagi nama
Islam. Dengan mengatasnamakan Islam, kelompok teroris membunuh ribuan jiwa tanpa pandang
bulu, tidak peduli di dunia barat maupun timur.
2. Batas Halal dan Haram yang mulai buram
Setiap muslim terikat dengan ketentuan halal dan haram dalam setiap aktivitasnya,
termasuk dalam hal yang berhubungan dengan penggunaan bahan-bahan untuk keperluan
konsumsi seperti makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetika, sehingga wajib baginya
mempertimbangkan aspek kehalalan ketika hendak membeli atau menggunakan barang-barang
untuk keperluan konsumsi. Setiap muslim juga berkewajiban untuk menghindari dari produkproduk syubhat yaitu produk yang tidak jelas kehalalannya. Hal tersebut merupakan bagian dari
konsekuensi dalam menjalankan ajaran agama yang diyakini.
Namun, fenomena global telah memunculkan masalah baru yaitu beredarnya berbagai
produk pangan yang berasal dari berbagai penjuru tanpa bisa dibatasi, termasuk yang diproduksi
di wilayah-wilayah non Muslim. Perkembangan teknologi pangan pun yang pesat, sedangkan
yang mengendalikan tidak semua memperhatikan masalah halal haram, sehingga memunculkan
peluang adanya pengolahan secara bersama-sama antara bahan-bahan yang meragukan
kehalalannya dengan bahan-bahan yang jelas halal menjadi produk-produk olahan. Produk
olahan atau masakan yang dibuat oleh orang Islam pun tidak murni bahan-bahannya berasal dari
orang Islam sendiri dan tidak semua diketahui asal-usulnya oleh yang memasak. Adanya
kemungkinan terjadinya ikhtilth (percampuran) antara yang halal dan yang haram antara yang
suci dan yang najis.
3. Etika kelompok atau daerah yang tidak sesuai ajaran Islam

Pada beberapa daerah, atau bagi beberapa kelompok, sesuatu yang diharamkan oleh
Islam bisa saja mereka anggap etis. Karena ganjaran atas dosa yang diperbuat akan diterima
nanti, sedangkan kecaman dari publik karena etika diterima sekarang, banyak manusia yang
cenderung lebih takut terhadap etika dibanding ajaran Islam. Ini merupakan hal yang sangat
salah, namun terus terjadi. Contohnya, seorang siswa yang mencontek karena semua temannya
mencontek, dan menganggap kegiatan menyontek merupakan simbol solidaritas. Atau bahkan
hal kecil seperti memperbanyak buku tanpa izin dari penulis, yang sebenarnya menzalimi hak
penulis. Salah satu contoh lain adalah penggunaan kerudung yang dianggap dilakukan secara
sukarela, meskipun sebenarnya menutup aurat merupakan kewajiban.
4. Ego dan nafsu manusia
Pada akhirnya, hal yang menjadi tantangan terbesar adalah ego dan nafsu manusia
sendiri. Sejauh apa manusia menahan egonya, menahan nafsu mereka demi melakukan hal yang
benar? Jawabannya pasti berbeda pada setiap orang. Manusia memang pada akhirnya memiliki
banyak kekurangan, namun menahan diri dengan mengingat Allah SWT merupakan prinsip
utama dalam hidup ini.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan di atas, ada beberapa hal yang manusia harus
ingat. Selalu melakukan semua hal demi Allah SWT. Selalu ingat bahwa sesulit apapun
tantangan-tantangan tersebut, pada akhirnya Allah akan memberikan balasan yang setimpal. Dan
ingatlah bahwa dunia ini fana, bahwa tiap kenikmatan bersifat fana, apalagi kenikmatan yang
membawa dosa. Hal-hal ini, bila dicermati dan diterapkan, niscaya akan mempermudah manusia
dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
3. Upaya Peningkatan Kualitas Akhlak
Peningkatan/ perbaikan kualitas akhlak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
salah satunya yaitu dengan penjagaan diri dan penjagaan sesama muslim.
Penjagaan diri dilakukan oleh seorang muslim terhadap dirinya tidak lain adalah upaya untuk
menghindari siksa Allah dan neraka. Sebab, setiap individu nantinya akan bertanggungjawab atas
apa yang telah mereka perbuat di dunia. Selain itu, Seseorang lebih tau akan dirinya sendiri,
maka upaya penjagaan diri merupakan hal yang bagus dan sekaligus menimbulkan perubahan
pada diri orang tersebut.
Cara-cara dalam melakukan penjagaan diri yaitu:
1.

Musahabah diri

Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah
ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget
dengan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (QS. Al-Hasyr : 18)
2.

Taubat dari segala dosa yang diperbuat, baik disengaja maupun yang tidak.

3.

Mencari ilmu dan memperluas wawasan


Seseorang dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama. Dengan ilmu agama ia akan
tahu perbuatan apa saja yang seharusnya ia lakukan dan yang seharusnya tidak ia lakukan
sebagai seorang muslim.

4. Mengerjakan amalan-amalan iman, yakni mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal


mungkin, meningkatkan ibadah-ibadah sunnah, memperbanyak dzikir dan membaca AlQuran. Dengan mengerjakan amalan-amalan iman, insya Allah seseorang dapat mengingat
Allah dalam hari-harinya sehingga akan dijaga dalam setiap perbuatannya.
5. Bergaul dengan orang-orang shaleh
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Maka untuk menjaga akhlak,
kita harus bergaul dengan orang-orang shaleh. Tidak hanya kita yang terjaga tetapi kita juga
dapat saling mengingatkan satu sama lainnnya.
6. Berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh
Dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah, insya Allah kita dapat terhindar dari
perbuatan yang tidak bermanfaat.
Selain dengan penjagaan diri, meningkatkan kualias akhlak dapat pula dilakukan dengan
penjagaan sesama muslim. Dengan menjaga sesama muslim, kita dapat meningkatkan kesadaran
akan akhlak di lingkungan kita. Salah satu cara dari penjagaan muslim adalah dengan cara
dakwah.
4. Integrasi Akidah, Syariah, dan Akhlak
Akidah, syariah, dan akhlak memiliki makna dan fungsinya masing-masing. Namun pada
dasarnya ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Akidah adalah
sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan yang menggambarkan
sumber dan hakikat keberadaan agama.

Akidah merupakan suatu kepercayaan dan keimanan mengenai keesaan Allah SWT dengan
mempercayainya tanpa keraguan dan kebimbangan. Syariah sebagai konsep atau sistem nilai
yang berisi peraturan hukum dan peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Syariah yang
berisi peraturan dan perundang-undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan
dan yang tidak boleh dikerjakan manusia. Syariah adalah sistem nilai Islam yang ditetapkan oleh
Allah sebagai Syaari' atau pencipta hukum. Adapun akhlak sebagai sistematika yang
menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Pada dasarnya akhlak merupakan
cerminan dari apa yang ada dalam jiwa manusia berupa sikap yang melekat dan spontan
diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
Islam dapat diibaratkan seperti sebuah pohon yang memberikan banyak manfaat pada
manusia. Tidak ada bagian dari pohon yang tidak bermafaat. Tetapi pohon hanya dapat
bermanfaat apabila dirawat dengan benar. Islam pun baru dapat memberikan manfaat bagi
penganutnya apabila ditanam dengan benar di dalam jiwa tanpa memotong bagian-bagian
pentingnya. Akidah merupakan akar dari pohon Islam tersebut yang memberikan kehidupan ke
bagian lainnya. Orang yang mengamalkan Islam tanpa akidah seakan ia hanya mengaku Islam
tapi sesungguhnya Islam tidak tertanam di jiwanya sehingga mengakibatkan jiwanya mati.
Batang Islam adalah syariah yang berperan untuk menegakkan Islam sehingga manfaatnya bisa
dirasakan oleh diri sendiri dan orang disekitarnya. Akhlak merupakan buah dari Islam yang
ditopang oleh akar dan batang. Jika manusia memiliki iman yang bagus dan menjalankan syariat
agama dengan baik, maka buah akhlak yang dihasilkan pun akan berkualitas bagus.
Muslim yang baik adalah orang yang memiliki dasar akidah lurus yang kuat untuk
mendorongnya melaksanakan syariah Allah SWT yang tergambar pada akhlak terpuji yang
dimilikinya. Dari hubungan tersebut, maka seseorang yang melakukan suatu perbuatan baik
tanpa dilandasi oleh akidah dapat dikatakan sebagai kafir. Seseorang yang mengaku berakidah
tapi tidak mau melaksanakan syariah dapat disebut fasik. Sedangkan orang yang mengaku
beriman dan melaksanakan syariah tanpa akidah lurus atau dengan akidah yang salah dapat
disebut munafik.
5. Peran Akidah, Syariah, dan Akhlak dalam Pembentukan Manusia Takwa
Taqwa merupakan nilai yang sangat penting, yang mana Taqwa merupakan bekal terbaik
bagi manusia dalam menjalani hidupnya di dunia yang mendorong pada bekal untuk hari akhir.

Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah SWT adalah manusia yang bertakwa. untuk
daoat mewujudkan individu yang bertakwa, peran Akidah, Syariah dan juga akhlak tidak dapat
dilepas keterkaitannya. Dalam rangkuman lembar tugas mandiri kali ini, penulis membahas
mengenai Peran Akidah, Syariah, dan juga Akhlak dalam pembentukan manusia takwa.
Pertama-tama ada baiknya apabila kita mengetahui ciri-ciri umum kategori orang-orang
yang bertakwa, diantaranya adalah:
1.

Gemar menginfakkan harta bendanya di jalan Allah, baik dalam keadaan sempit maupun
lapang.

2. Mampu mengendalikan dan menahan diri dari sifat amarah.


3. Selalu bersifat pemaaf dan tidak pendendam kepada orang lain yang berbuat salah.
4.

Apabila terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau menzalimi diri sendiri, ia segera
ingat pada Allah, lalu bertaubat, beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah atas
segala perbuatan dosa yang dilakukannya.

5. Secara sadar tidak mengulang perbuatan keji dan mungkar yang pernah dilakukannya.
(terkandung dalam Q.S. Al-Imran: 133-135)
Akidah, Syariah dan Akhlak meupakan tiga elemen yang ketiganya ketika dijalankan secara
sinergi dalam mewujudkan takwa (takwa merupakan refleksi dari ketiganya) seperti yang
terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 2-3 dan ayat 177.

Referensi:
http://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/07/19/mq60y8-lima-ciri-manusia- bertakwa.
Aslan, Reza. Islam in the Modern World. 3 Mei 2005. http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/discussion/2005/05/03/DI2005050301038.html
Rais, Raul. Muslims in the Modern World. 7 Juni 2010.
http://tribune.com.pk/story/19280/muslims-in-the-modern-world/

Khatami, Seyyed Muhammad. The Islamic World and Modern Challenges. 9 Desember 1997.
http://www.al-islam.org/islam-dialogue-and-civil-society-khatami/islamic-world-and-modernchallenges
Watson, Bruce. Islam and Its Challenges in the Modern World. 1 Mei 1997.
http://www.iol.ie/~afifi/Articles/challenge.htm
Yaqin, Ainul. Tantangan Halal di Era Modern. 5 Maret 2015.
http://inpasonline.com/new/tantangan-halal-di-era-modern/

Anda mungkin juga menyukai