PREMATURITAS
Definisi
Prematuritas didefinisikan sebagai kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu
lengkap. Diperkirakan 15 juta bayi lahir terlalu dini setiap tahunnya. Lebih 1 dari 10 bayi.
1
Hampir 1 juta anak mati setiap tahunnya karena komplikasi dari kelahiran premature. Banyak
yang bertahan menghadapi kecacatan seumur hidup, termasuk ketidakmampuan belajar,
pengelihatan dan permasalahan pendengaran. Prematur adalah persalinan sebelum usia
kehamilan 37 minggu atau berat badan lahira ntara 500-2499 gram.1,2,4,5
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. (ACOG 1995). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau
kurang.3
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan
obstetric, sosiodemografi, dan factor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan
premature. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah
dini, atau trauma. Banyak kasus persalinan premature sebagai akibat proses patogenik yang
merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan
perubahan serviks, yaitu :2,3,6
1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamaus-hipofisis-adrenal baik pada ibu maupun janin,
akibat stress pada ibu atau janin.
2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari traktus
genitouterina atau infeksi sistemik.
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus atau serviks.
Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan premature
harus dicermati beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan
premature atau seorang dokter terpaksa mengakhiri kehamilan pada saat kehamilan belum genap
bulan.
Kehamilan ganda/gemelli
Polihidramnion
Kelainan letak
Ibu
Diabetes mellitus
Preeklmapsia/hipertensi
Stress psikologik
Trauma
Perokok berat
untuk memastikan persalinan kurang bulan. Namun saat ini, criteria tersebut sebagai
prediksi pelahiran kurang bulan, dianggap tidak akurat (American Collage of
Obstetricians and Gynecologists, 2003). Dengan demikian, criteria eksplisit tersebut
tidak lagi dimunculkan pada berbagai pedoman yang lebih baru (American Academy of
Pediatrics and American Collage of Obstetricians and Gynecologists, 2008). 2,3,6
Gejala awal yang dapat timbul adalah :
1. Rasa nyeri/tegang pada perut bawah (low abdominal pain/cramaps)
2. Nyeri pinggang (low backache)
3. Rasa penekanan pada jalan lahir
4. Bertambahnya cairan vagina
5. Perdarahan/perdarahan bercak/lendir campur darah
Gejala definitive :
1. Memenuhi criteria persalinan preterm seperti :
-
Diagnosis banding :
Dibedakan dengan kontraksi Braxton Hicks
Differensiasi awal antara persalinan sejati dan palsu adalah sulit sebelum
pendataran dan dilatasi serviks dapat dibuktikan. Aktivitas uterus sendiri dapat keliru
karena adanya kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks sifatnya tidak teratur,
tidak ritmis, tidak begitu sakit, dan tidak menimbulkan perdarahan serviks. Tidak jarang
wanita yang melahirkan sebelum aterm memiliki aktivitas uterus seperti kontraksi
Braxton Hicks sehingga membuat diagnosis persalinan yang palsu. Karena kontraksi
rahim mungkin saja menyesatkan.2,3
Patofisiologi Prematuritas
Goldenberg dkk, (2008) telah meninjau peran infeksi pada kelahiran kurang
bulan. Telah dihipotesiskan bahwa infeksi intrauteri memicu persalinan kurang bulan
akibat aktivasi system imun bawaan. Dalam hipotesis ini, mikrorrganisme menyeabkan
pelepasan sitokin inflamasi, seperti interleukin dan tumor necrosis factor (TNF), yang
kemudian merangsang produksi prostaglandin dan/atau matrix-degrading enzyme.
Prostaglandin merangsang kontraksi rahim sedangkan degradasi matriks ekstraseluler
pada membrane janin menyebabkan ketuban pecah dini kurang bulan. Diperkirakan 25
sampai 40 persen kelahiran kurang bulan diakibatkan infeksi intrauteri.2
Dua mikroorganisme, Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma himinis, telah
muncul sebagai pathogen perinatal penting. Goldenberg, dkk., (2008) melaporkan
bahwa 23 persen neonates yang lahir antara 23 dan 32 minggu memiliki biakan darah
umbilicus yang positif untuk mikoplasma genital ini. Hasil serupa juga dilaporkan
sebelumnya oleh kelompok riset bagian penelitian perinatologi pada National Institute
of Child Health and Human Development (NICHD). Pada sebuah penelitian, cairan
amnion diaspirasi dengan amniosintesis dari 19 wanita korea dengan pecah ketuban
dini sebelum 25 minggu. Hasil biakan positif terutama untuk U. urealyticum,
ditemukan sebanyak 23 persen ( Shim, dkk., 2004). Serviks yang pendek, yang diukur
menggunakan sonografi, dikaitkan dengan invasi mikroba, yang menunjukkan infeksi
ascending dari traktur genitalia bagian bawah. 2
Pada persalinan preterm sebagai respon terhadap reaksi inflamasi di dalam
kompartmen kehamilan, sel neutrofil akan dikerahkan ke lokasi inflamasi dalam jumlah
yang banyak akibat pengaktifan jejaring sitokin karena adanya proses inflamasi
tersebut. Pada tempat-tempat inflamasi tersebut sel neutrofil akan diaktifkan dan
mengalami lisis, sehingga elastase yang berada di dalam granula zurofilik neutrofil
akan keluar. Pada persalinan preterm yang diakui kejadiannya didasarkan atas adanya
proses inflamasi di dalam kompartemen kehamilan, konsentrasi elastase akan
meningkat seiring dengan bertambahnya sel neutrofil.2,10
Terjadi ketidakseimbangan antara elastase dan leucocyte protease inhibitor, sehingga
leucocyte protease inhibitor tidak mampu menghambat aktivitas elastase tersebut, dan
pada akhirnya enzim ini akan menghancurkan kandungan protein dalam matriks
ekstraselular dari korion amnion dan serviks uteri. Sebagai akibat dari keadaan ini
akhirnya akan menyebabkan pecahnya selaput korion-amnion dan perubahan pada
serviks berupa pembukaan dan pendataran. Proses inflamasi di dalam kompartemen
kehamilan juga akan menyebabkan sitokin-sitokin inflamassi menunjukkan peranannya
6
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio sesaria
tidak member prognosis yang lebih baik bag bayi, bahkan merugikan ibu. Prematuritas
tidak diperkenankan untuk alasan melakukan seksio sesaria. Oleh karena itu, seksio
sesaria hanya dilakukan atas indikasi obstetric. Pada kehamilan letak sungsang 30-34
minggu, seksio sesaria dapat dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu,
persalinan dibiarkan terjad karena morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.
Pada persalinan yang diinduksi atau spontan, kelainan denyut jantung janin dan
kontraksi uterus harus diperhatikan. Takikardi pada janin, terutama disertai pecah
ketuban, adalah petunjuk terjadinya sepsis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
asidemia intrapartum dapat meningkatkan beberapa komplikasi pada neonates yang
biasanya dihubungkan dengan pelahiran kurang bulan. Misalnya, Low dkk., (1995)
mengamati bahwa asidosis intrapartum saat pH darah arteri umbilikalis kurang dari 7,0
memiliki peranan penting pada komplikasi neonates. Infeksi Streptokokkus grup B
sering terjadi dan berbahaya pada neonates premature. Dengan demikian, profilaksis
harus diberikan.
Pelahiran
Tidak adanya relaksasi pada pintu keluar vagina episiotomy untuk pelahiran
mungkin diperlukan setelah kepala janin mencapai perineum. Data mengenai dampak
perinatal tidak mendukung pelahiran rutin dengan forsep untuk melindungi kepala janin
kurang bulan yang rapuh.
Ibu hamil yang mempunyai resiko terjadi persalinan preterm dan/atau
menunjukkan tanda-tanda persalinan preterm perlu dilakukan intervensi untuk
meningkatkan neonatal outcomes.
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor.
Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak ditunda bilamana selaput
ketuban sudah pecah.
Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm.
Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan semakin
perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000 atau
kehamilan > 34 minggu.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah
morbiditas neonates preterm adalah :
Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru janin.
Kalsium antagonis : Nifedipin 10mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan jika timbul kontraksi berulang.
Obat yang diberikan adalah : dexametason atau betametason. Pemberian steroid ini
tidak diulang karena resiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah :
Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung resiko terjadinya
infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah :
eritromisn 3x500mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500mg selama
3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan
pemneran ko-amoksiklaf karena resiko NEC.
b.
Sepsis
Sepsis adalah respon inflamasi sistemik, sering tidak terkontrol, akibat infeksi, seperti
infeksi bakteri Staphylococcus atau Streptococcus, atau infeksi aliran darah dengan
bakteri gram negatif.7,8
c.
Necrotizing enterocolitis
Faktor yang terlibat dalam pengembangan PVL adalah iskemia otak dan peradangan
sistemik setelah infeksi intrauterin atau neonatal7,8
2.
a. Displasia bronkopulmoner
Faktor-faktor seperti peradangan, barotrauma, dan produksi spesies oksigen reaktif
semua diyakini berkontribusi terbentuknya dysplasia bronco pulmoner dengan
membuat perlukaan pada saluran udara dan mengganggu alveolarisasi dan
pengembangan mikrovaskular paru-paru.7,9
b. Retinopati prematuritas
Retinopati prematuritas (ROP) merupakan penyebab utama dari gangguan penglihatan
parah atau kebutaan pada bayi yang lahir prematur, dengan sekitar 50.000 bayi terkena
di seluruh dunia setiap tahun. Penyakit ini ditandai oleh proliferasi pembuluh darah
abnormal di retina yang belum matang, karena adanya peningkatan spesies oksigen
reaktif lokal dan faktor pertumbuhan angiogenik.3,10
DAFTAR PUSTAKA
1)
H,
Blencowe.
Preterm
Birth.
2014.
Dalam:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/ diunduh pada 18 Mei 2015 ; pukul:
20.00 WIB.)
2) Cunningham FG et al. William obstetric.Edisi ke-23 Vol. 2. New York: McGraw Hill:
2005; Hlm.846, 853,
11
3) Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta : P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo: 2012 ; Hlm. 667, 669,
4) Krisnandi SR, Anwar AD. Persalinan kurang bulan. Dalam :Martaadisoebrata D,
Wirakusumah FF, Effendi JS, penyunting. Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi.
Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2013. hlm. 113-6.
5) Oxorn, Harry. Patofisiologi & Fisiologi Persalinan. Human Labor and Birth. Yogyakarta :
C.V Andi Offset : 2010 ; Hlm. 581.
6) Krisnandi SR, Effendi JS, Mose JC. Pedoman diagnosis dan terapi obstetric dan
ginekologi rs dr hasan sadikin. Bandung : Bagian Obstetrik dan Ginekologi RS DR
HasanSadikin Bandung; 2005. Hlm. 46-47.
7) Randis TM. Complications associated with premature birth. AMA J of Ethics. October
2008, 10(10): 647-50.
8) Wadhwa P et al. Stress, infection and preterm birth biobehavioural perspective. USA:
PaediatricAnd Perinatal Epidemiology; 2001. Hlm. 17-29
9) Kouck et al. Pathophysiology of preterm labour. Prague Medical Report.2009;11(1): 13
24.
12