Anda di halaman 1dari 53

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tiada
daya dan upaya melainkan dengan izin-Nya. Atas berkah dan rahmah-Nya pula
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Dasar Menulis Bahasa
Indonesia.
Adapun tujuan dari pengerjaan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bapak Khairil Anwar,
M.Pd.
Kami juga berterima kasih kepada beliau dengan selesainya makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Selain itu kami juga berharap makalah ini dapat menjadi bahan acuan dan
referensi bagi siapa saja yang memerlukannya di masa yang akan datang. Kami
menyadari sebenarnya makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami
menerima saran dan kritik yang mana bertujuan untuk memperbaiki makalah ini.

Banjarbaru,

Penulis

Oktober 2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Mahasiswa tidak hanya sekedar belajar bahasa Indonesia, tetapi
memahami apa makna yang terkandung dalam bahasa Indonesia. Belajar
bahasa Indonesia berarti ia harus belajar mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menulis adalah sebuah
keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan
sesuatu yang disebut tulisan.
Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam
perbuatan menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan
berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat,
paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan
sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenisjenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan
bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan,
seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
Mahasiswa tidak akan mungkin terampil menulis kalau hanya
menguasai satu atau dua komponen saja di antara ketiga komponen
tersebut. Betapa banyak mahasiswa yang menguasai bahasa Indonesia
secara tertulis tetapi tidak dapat menghasilkan tulisan karena tidak tahu
apa yang akan ditulis dan bagaimana menuliskannya. Betapa banyak pula
mahasiswa yang mengetahui banyak hal untuk ditulis dan tahu pula
menggunakan bahasa tulis tetapi tidak dapat menulis karena tidak tahu
caranya.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah.
Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi

seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi
untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan
menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis.
1.2

Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1. Macam- macam teori dasar menulis.
2. Kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan.

1.3

Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
menulis yang baik dan benar dalam Bahasa Indonesia. Dan menghasilkan
tulisan yang indah dan enak untuk di baca. sehingga gagasan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh pembaca.

1.4

Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui teori dasar menulis yang baik dan benar
dalam pengolahan karya ilmiah.
2. Ketepatan dalam menyampaikan suatu gagasan dalam bentuk tulisan.
3. Mampu menganalisis suatu kesalahan yang sering muncul pada
penulisan.

1.5

Metode Penulisan

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Menulis


Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan
menggunakan lambang grafik (tulisan).
Tulisan

adalah

suatu

system

komunikasi

manusia

yang

menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata.


Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan
cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat)
(Supriadi, 1997). Menulis tidak lain dengan melukis. Penulis memiliki
banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, serta obsesi yang akan
dituliskannya. Walaupun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat
diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada
kepiawaian, imajinasi, dan kreativitas penulis dalam mengungkapkan
gagasan.
Menurut Tarigan (Hasani, 2005:1) menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
grafik tersebut. Rusyana (Hasani, 2005:1) menyatakan bahwa wujud.
Pengutaran sesuatu secara tersusun dengan mempergunakan bahasa
disebut karangan.
Menurut Syamsudin (Hasani, 2005:1) Menulis adalah aktivitas
seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis
dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat

dipahami oleh pembaca. Menurut Hasani (2005:2) menulis merupakan


keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktifdan ekspresif,
sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam
menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata.
2.2

Langkah-langkah Menulis
Proses penulisan memang berbeda antara orang yang satu dengan
yang lain. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan
yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu
sebagai berikut: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4)
merevisi.
1. Merencanakan
Sebagai

kegiatan

yang

bersifat

kompleks,

menulis

membutuhkan perencanaan yang memadai. Dalam proses perencanaan,


kegiatan-kegiatan berikut sangat penting diperhatikan oleh setiap
penulis.
a. Mengumpulkan bahan
Hampir semua penulis mengumpulkan segala sesuatu yang
mereka perlukan berupa data, informasi, bacaan sebelum memulai
menulis. Tahap seperti inilah yang pada hakikatnya sebagai tahap
pengumpulan bahan untuk menulis. Sebagaimana orang yang akan
mendirikan sebuah gedung, ia harus menyiapkan bahan-bahan dan
alat-alat untuk membangun gedung itu secukupnya.
b. Menentukan tujuan dan bentuk
Dalam penulisan ilmiah, tujuan dan bentuk yang dipilih
sering ditentukan oleh situasi. Misalnya, dalam membuat laporan
penelitian, format dan tujuan laporan mungkin sudah ditentukan oleh
sponsor atau pemberi dana peneleitian. Segala usaha lain untuk
memperluas tujuan yang telah ditentukan itu pada umumnya cukup
bermanfaat.

Menyisihkan

waktu

untuk

menentukan

bentuk

karangan/tulisan ilmiah yang tepat, bahkan mempelajari tulisan yang


sama yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain dapat
menghemat waktu dan tenaga yang cukup besar dalam mengerjakan
suatu laporan penelitian bahkan sampai mempublikasikannya.
c. Menentukan pembaca
Pembaca yang berbeda akan memerlukan bacaan yang
berbeda pula. Oleh karena itu, penulis perlu mengetahui keadaan
pembaca sebaik-baiknya. Apakah pembaca tulisan kita nanti itu
memiliki pengetahuan cukup banyak atau sedikit tentang bidang
yang kita tulis, dan apa yang diharapkan/diinginkan pembaca dari
informasi yang disampaikan oleh penulis. Penulis perlu mengetahui
apa yang diinginkan, yang diperlukan, atau yang diharapkan oleh
pembaca.
2. Menulis
Bagi kebanyakan penulis yang sudah profesional, biasanya
situasi memaksa mereka untuk menulis sebelum benar-benar siap.
Penulis yang belum berpengalaman sering kurang tepat dalam
memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan ide
menjadi kata-kata tidak diperhitungkan. Dalam penulisan ilmiah, karena
kompleksnya isi dan adanya batas waktu yang sudah pasti, lebih baik
mulai

menulis

seawal

mungkin,

lebih-lebih

penulis

sudah

mempersiapkan bahan sebagai bahan dasar penulisan, dan paling akhir


sedikit menyusun draf untuk mencapai hasil akhir.
3. Merefleksikan
Teknik yang sering digunakan oleh penulis karangan ilmiah,
sebelum merangkum karangannya, mereka merefleksikan apa yang
sudah

mereka

tulis.

Kesempatan

ini

memungkinkan

penulis

memperoleh perspektif yang segar tentang katakata yang pada mulanya


tampak sangat betul, tetapi kemudian terasa salah. Penulis perlu
bertanya kepada diri sendiri dengan pertanyaan, misalnya, apakah

tulisan yang dihasilkan benar-benar memenuhi tujuannya? Apakah


tulisan tersebut cocok dengan pembacanya? Apakah tulisan tersebut
sudah menginformasikan pesan secara cermat? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat dijawab dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan
pertimbangan-pertimbangan,

sehingga

diperoleh

jawaban

dan

perspektif yang lebih baik.


4. Merevisi
Mengerjakan revisi merupakan langkah yang sangat penting
untuk menghasilkan tulisan yang baik. Akan tetapi, hal ini seringkali
kurang mendapatkan perhatian dibandingkan dengan langkah-langkah
yang lainnya. Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan yang
dilaksanakan secara berhati-hati dan seksama dapat menghasilkan
tulisan yang jelas, terarah, terfokus, dan sesuai dengan keinginan
penulis dan pembaca. Penulis perlu mencoba merasakan masalah yang
mungkin muncul, dan menuntut perbaikan dari diri penulisnya sendiri,
sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik dan layak baca.
Penulis perlu meneliti secara cermat, apakah bukti-bukti yang
disampaikan mendukung pernyataan-pernyataan yang diutarakan, dan
seberapa banyak waktu yang harus digunakan oleh pembaca untuk
memahaminya? Segala sesuatu yang diperkirakan menimbulkan salah
paham agar dihindari dan dihilangkan dari suatu tulisan ilmiah. Tulisan
ilmiah selalu membawa nama penulisnya. Oleh karena itu, penulis
sebaiknya tidak terlalu cepat puas dengan apa yang pernah ditulisnya.
Upayakan, jangan sampai para pembaca tidak dapat memahaminya,
atau salah menginterpretasi serta menafsirkan tulisannya karena tidak
jelas arah, fokus, dan tujuannya.
2.3

Materi Pembelajaran Menulis


Materi-materi pelajaran menulis dapat dibagi kepada beberapa
jenis, yaitu :
1. Narasi

Menulis model ini dilakukan dengan mengungkapkan cerita


fiksi ataupun non fiksi. Urutan peristiwanya biasanya berdasarkan
waktu.
2. Deskriptif
Menulis model ini dikerjakan dengan menggambarkan
peristiwa masa sekarang, masa lampau, ataupun masa yang akan
datang. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan biasanya betul-betul
terjadi. Akan tetapi kadang-kadang peristiwa yang digambarkan juga
bersifat fiktif. Untuk memudahkan para pemula sebaiknya digambarkan
hal-hal yang bersifat kongkrit dan nyata.
3. Ekspresif
Yang

termasuk

kedalam

model

ini

adalah

penulis

mengunkapkan suatu fikiran dengan cara definisi, analisis, dan


komparasi.
4. Polemik
Menulis model ini dikerjakan dengan mengungkapkan
pandangan yang berbeda dengan sesuatu pandangan. Penulis tulisan ini
mempunyai pandangan tertentu untuk memuaskan pembaca , baik
dengan tulisan emotif ataupun ilmiah, atau dengan campuran keduanya.
5. Ringkasan
Pemebelajar diminta untuk membaca suatu teks serta
meringkasnya dengan mengambil pokok-pokok pikirannya. Dalam
meringkas tersebut merasa diminta untuk mengerjakannya dengan
batasan-batasan tertentu, seperti mereka diminta meringkas tulisan
menjadi sepertiga atau seperempat atau menulis dengan beberapa kata.

2.4

Proses Kreatif dalam Menulis

Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan


cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat)
(Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis
memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara teknis
ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan
dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam
mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di
benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau
membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis,
laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan.
Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton,
pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta
variasi kata dan kalimatnya kering.
Sebagai proses kreatif

yang

berlangsung secara kognitif,

penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan
(prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap
verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu disadari oleh para
pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Namun, jika dilacak
lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel, karya
ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat
tahap ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses
atau langkah-langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak
merupakan proses kognitif atau bernalar.
Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika
pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan
masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan
inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca,
mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang
akan diproses selanjutnya.
Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses
informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya

10

pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya.


Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai
telur menetas menjadi anak ayam. Proses ini seringkali terjadi secara tidak
disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar
(subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran
(expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik
sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses
ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar
mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah
yang dipikirkannya. Seakan-akan kita melupakan apa yang ada dalam
benak kita. Kita berekreasi dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan
lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun demikian, sesungguhnya di
bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman yang menanti
saatnya untuk segera menetas.
Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau
insight, yaitu gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari
pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan
pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat
atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang mengendarai
mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan,
sedang mandi, dan lain-lain.
Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat
dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab
momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja untuk
peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah selesai melakukan
pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi, misalnya, kemudian
keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak menguap
begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan
ballpoint atau pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana
pun ia pergi.

11

Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal,


sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif,
apa yang dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham
tidak datang dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan
sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang.
Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan
sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan
disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu
dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain.
Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga
perlu

dipilih

kata-kata

atau

kalimat

yang

lebih

sesuai,

tanpa

menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan


menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2.4 Proses Pembelajaran Menulis


Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan terhadap tulisan
mahasiswa,

Flower

dan

Hayes

(lewat

Tompkins,

1990:

71)

mengembangkan model proses dalam menulis. Proses menulis dapat


dideskripsikan sebagai proses pemecahan masalah yang kompleks, yang
mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas, memori jangka panjang
penulis, dan proses menulis. Pertama, lingkungan tugas adalah tugas yang
penulis kerjakan dalam menulis. Kedua, memori jangka panjang penulis
adalah pengetahuan mengenai topik, pembaca, dan cara menulis. Ketiga,
proses menulis meliputi tiga kegiatan, yaitu: (1) merencanakan
(menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan
(menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat), dan (3) merevisi
(mengevaluasi dan merevisi tulisan).
Ketiga kegiatan tersebut tidak merupakan tahap-tahap yang linear,
karena penulis terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju

12

mundur (Zuchdi, 1997: 6). Peninjauan kembali tulisan yang telah


dihasilkan ini dapat dianggap sebagai komponen keempat dalam proses
menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat mengungkapkan
gagasan secara logis dan sistematis, tidak mengandung bagian-bagian
yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi (keajegan) isi gagasan
dapat terjaga.
Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (1990:
73) menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3)
merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga
menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan
yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran
berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis
mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan
atau draft awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu
dapat dirinci lagi. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses
menulis, mulai awal sampai akhir menulis seperti berikut.
1. Tahap Pramenulis
Pada tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan
yang telah mereka tentukan

2. Tahap Membuat Draft


Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini
adalah sebagai berikut:

13

a. Membuat draft kasar


b. Lebih menekankan isi daripada tata tulis
3. Tahap Merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar pada tahap merevisi
tulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok)
b. Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan
teman-teman sekelompok atau sekelas
c. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan
komentar baik dari pengajar maupun teman
d. Membuat perubahan yang substantif pada draft pertama dan draft
berikutnya, sehingga menghasilkan draft akhir
4. Tahap Menyunting
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh
pembelajar adalah sebagai berikut:
a.
b.

Membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri


Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan
mereka sekelas/sekelompok

c.

Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka


sendiri
Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada

dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk


kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar
sesuai dengan sasarannya (Rifai, 1997: 105106). Penyuntingan tahap
pertama akan berkaitan dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah
agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini,
sering

kali

penyunting

harus

mereorganisasi

tulisan

karena

14

penyajiannya dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting


terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus
menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk
memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan
pada tahap ini, penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi
dengan penulis. Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan pandaipandai menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis
karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan dengan penyuntingan
tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan tulisan, penyusunan
paragraf, dan kalimat.
Kerangka tulisan merupakan ringkasan sebuah tulisan.
Melalui kerangka tulisan, penyunting dapat melihat gagasan, tujuan,
wujud, dan sudut pandang penulis. Dalam bentuknya yang ringkas
itulah, tulisan dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara
menyeluruh, dan tidak secara lepas-lepas (Keraf, 1989: 134).
Penyunting dapat memperoleh keutuhan sebuah tulisan dengan cara
mengkaji daftar isi tulisan dan bagian pendahuluan. Jika ada, misalnya,
dalam tulisan ilmiah atau ilmiah populer, sebaiknya bagian simpulan
pun dibaca. Dengan demikian, penyunting akan memperoleh gambaran
awal mengenai sebuah tulisan dan tujuannya. Gambaran itu kemudian
diperkuat dengan membaca secara keseluruhan isi tulisan. Jika tulisan
merupakan karya fiksi, misalnya, penyunting langsung membaca
keseluruhan karya tersebut. Pada saat itulah, biasanya penyunting sudah
dapat menandai bagian-bagian yang perlu disesuaikan.
Berdasarkan kerangka tulisan tersebut dapat diketahui tujuan
penulis. Selanjutnya, berdasarkan pengetahuan atas tujuan penulis,
dapat diketahui bentuk tulisan dari sebuah naskah (tulisan). Pada
umumnya, tulisan dapat dikelompokkan atas empat macam bentuk,
yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita
kepada pembaca. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau

15

imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat juga ditulis berdasarkan


pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan
himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan
kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat
dalam suatu atau berbagai peristiwa.
Bentuk

tulisan

deskripsi

dipilih

jika

penulis

ingin

menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya.


Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia,
takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan
pancaindera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus
didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat.
Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa,
imajinasi pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang,
peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi.
Pada umumnya, deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut
selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan lainnya.
Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan
informasi, penjelasan, keterangan atau pemahaman. Berita merupakan
bentuk tulisan eksposisi karena memberikan informasi. Tulisan dalam
majalah juga merupakan eksposisi. Buku teks merupakan bentuk
eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu
prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan,
menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas
sesuatu.Tulisan eksposisi sering ditemukan bersama-sama dengan
bentuk tulisan deskripsi. Laras yang termasuk dalam bentuk tulisan
eksposisi adalah buku resep, buku-buku pelajaran, buku teks, dan
majalah.
Tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang,
membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca
agar pendapat pribadi penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut
erat kaitannya dengan eksposisi dan ditunjang oleh deskripsi. Bentuk

16

argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan faktafakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik. Kalimat
topik, biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau
membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau surat kabar, misalnya,
argumentasi ditemui dalam kolom opini/wacana/gagasan/pendapat.
Kendatipun keempat bentuk tulisan tersebut memiliki ciri
masing-masing, mereka tidak secara ketat terpisah satu sama lain.
Dalam sebuah kolom, misalnya, dapat ditemukan berbagai bentuk
tulisan tersebut tersebar di dalam paragraf yang membangun kerangka
tersebut. Oleh karena itu, penyunting berfungsi untuk mempertajam dan
memperkuat pembagian paragraf. Pembagian paragraf terdiri atas
paragraf pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraf penutup
sering kali tidak diketahui oleh penulis. Masih sering ditemukan tulisan
yang sulit dipahami karena pemisahan bagian-bagian atau pokokpokoknya tidak jelas.
Pemeriksaan atas kalimat merupakan penyuntingan tahap
pertama juga. Pada tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi
dengan penulis. Penyunting harus memiliki pengetahuan bahasa yang
memadai. Dengan demikian, penyunting dapat menjelaskan dengan
baik kesalahan kalimat yang dilakukan oleh penulis. Untuk itu,
penyunting harus menguasai persyaratan yang tercakup dalam kalimat
yang efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara jitu atau
tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis. Untuk dapat membuat
kalimat yang efektif, ada tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu
kesatuan gagasan, kepaduan, penalaran, kehematan atau ekonomisasi
bahasa, penekanan, kesejajaran, dan variasi.
Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang
lebih terperinci, lebih khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan
dengan masalah kaidah bahasa, yang mencakup perbaikan dalam
kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca, dan ejaan. Pada saat
penyunting memperbaiki kalimat dan pilihan kata dalam tulisan, ia

17

dapat berkonsultasi dengan penulis atau langsung memperbaikinya. Hal


ini bergantung pada keluasan permasalahan yang harus diperbaiki.
Sebaliknya, masalah perbaikan dalam tanda baca dan ejaan dapat
langsung dikerjakan oleh penyunting tanpa memberitahukan penulis.
Perbaikan dalam tahap ini bersifat kecil, namun sangat mendasar.

5. Tahap Berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing)
atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar:
a.

Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk


tulisan yang sesuai, atau

b.

Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah


mereka tentukan.
Dari

tahap-tahap

pembelajaran

menulis

dengan

pendekatan/model proses sebagaimana dijabarkan di atas dapat


dipahami betapa banyak dan bervariasi kegiatan pembelajar dalam
proses menulis. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan tersebut sudah
barang tentu merupakan pelajaran yang sangat berharga guna
mengembangkan keterampilan menulis. Kesulitan-kesulitan yang
dialami oleh pembelajar pada setiap tahap, upaya-upaya mengatasi
kesulitan tersebut, dan hasil terbaik yang dicapai oleh para pembelajar
membuat mereka lebih tekun dan tidak mudah menyerah dalam
mencapai hasil yang terbaik dalam mengembangkan keterampilan
menulis.
Pembelajaran

menulis

bagi

penutur

asing

dengan

menggunakan pendekatan keterampilan proses merupakan suatu


alternatif untuk mencapai keterampilan menulis pembelajar secara
efektif. Hal ini dimungkinkan karena diterapkannya

proses kreatif

dalam menulis yang diimplementasikan melalui tahap-tahap kegiatan

18

yang dapat dilakukan pembelajar (pramenulis, membuat draft, merevisi,


menyunting, dan berbagi (sharing). Proses menulis itu tidak selalu
bersifat linear tetapi dapat bersifat nonlinier, dan perlu disesuaikan
dengan berbagai jenis tulisan yang mereka susun.

19

BAB III
PEMBAHASAN

20

BAB IV
PENUTUP

21

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1

Latar Belakang........................................................................ 1

1.2

Tujuan...................................................................................... 1

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA..... 2


2.1

Biosfer Dan Makhluk Hidup................................................... 2

2.2

Asal Mula Kehidupan di Bumi................................................ 7

2.3

Keanekaragaman Makhluk Hidup...........................................13

2.5

Persebaran dan Sejarah perkembangan Makhluk Hidup.........21

PENUTUP..........................................................................................28
3.1

Kesimpulan..............................................................................28

3.2

Saran........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iii

22

DAFTAR PUSTAKA

http://www.forumsains.com/biologi/asal-mula kehidupan/?action=printpage
http://www.scribd.com
http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/37
Karl R. Popper, "Reduction and the Essential Incompleteness of All Science",
Studies in the Philosophy of: Biology ,eds. Francisco Jose Ayala and
Theodosius Dobzhansky, 1974, p.271.
"From Primordial Soup to the Prebiotic Beach", Interview with Stanley Miller by
Sean Henahan, October 1996, Access Excellence, National Health Museum;
web: www.accessexcellence.org/WN/NM/miller.html
Carl Woese, The Genetic Code: The Molecular Basis for Genetic Expression,
New York, Harper and Row, 1967; F.H.C. Crick, "The Origin of the Genetic
Code", /. Mol. Biol, 1968, 38:367-379; L.E. Orgel, "Evolution of the Genetic
Apparatus", /. Mol. Biol, 1968, 38:381-393.

Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Penulisan Ilmiah

salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,


salah dalam menyusun struktur pelaporan,
salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan
menjiplak (plagiat),
salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,

23

penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum


baik dan benar,
tata cara penulisan \Daftar Pustaka" yang kurang tepat (tidak standar
dan berkesan seenaknya sendiri),
tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah),
isi yang terlalu singkat karena dibuat dengan menggunakan point-form
seperti materi presentasi,
isi justru terlalu panjang dengan pengantar introduction yang berlebihan.
2.1 Mengantisipasi Pembaca Tulisan
Hal yang sering terlupakan oleh mahasiswa adalah audience atau pembaca
dari tulisannya. Strategi penulisan akan berbeda jika yang membaca adalah
orang yang mengerti teknis (dosen, insinyur, teknisi) dan orang yang kurang
mengerti teknis (umum). tesis atau laporan tugas akhir ditujukan kepada
orang yang mengerti teknis. Untuk itu isi dari laporan biasanya lebih
teknis.
Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan harus pas. Jika Anda mengganggap bahwa pembaca seorang yang bodoh, maka pembaca akan merasa
terhina (insulted).
Di satu sisi yang lain, ada juga mahasiswa yang menulis dengan sangat kompleks sehingga justru sulit dimengerti. Mungkin dalam pikirannya
adalah ilmu dan teknologi itu secara prinsip harus sulit, sehingga penjelasannya pun harus sulit dimengerti. Penulis yang baik adalah penulis yang
dapat menjelaskan sesuatu yang sulit dengan cara yang sederhana sehingga
mudah dimengerti. Tentunya hal ini dilakukan dengan tanpa merendahkan
intelektual pembaca.
2.2 Kesalahan Struktur
Kesalahan yang cukup sering muncul:

24

tidak ada daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel,


bagian pendahuluan dan teori-teori pendukung terlalu banyak ditampilkan sehingga mendominasi buku laporan / tesis.
Struktur isi dari tulisan Anda bergantung kepada jenisnya, apakah dia
merupakan makalah atau tesis. Namun secara umum, isinya diurut seperti
berikut:
Bagian Pendahuluan. Bagian ini biasanya berisi latar belakang
penelitian. Biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa
penelitian ini dilakukan, apa fokus dari penelitian, apa yang menjadi
batasannya. Survey terhadap karya-karya orang lain yang mirip bisa
dituliskan pada bagian ini (atau pada bagian teori pendukung).
Bagian Teori Pendukung. Bagian ini biasanya berisi teori-teori
atau hal-hal yang menjadi pendukung dari penelitian yang dilakukan.
Bagian ini jangan terlalu mendominasi tulisan Anda. Usahakan singkat
dan arahkan pembaca kepada referensi yang Anda gunakan.
Bagian Isi. Bagian ini merupakan pokok utama dari tulisan Anda.
Pada bagian ini Anda menjelaskan desain yang Anda lakukan, implementasi, pengujian, dan hal-hal lain yang merupakan laporan dari
pekerjaan Anda. Bagian ini bisa terdiri dari beberapa bab, sesuai
dengan kebutuhan. Misalnya, Anda bisa membuat satu bab mengenai implementasi dan satu bab lagi mengenai pengujiannya. Dasardasar kesimpulan ditarik atau diutarakan pada bagian ini. Nanti pada
bagian penutup ini dapat dituliskan kembali.
Bagian Penutup. Bagian ini berisi kesimpulan dan saran. Bagian ini
hanya merangkumkan pokok-pokok yang menarik saja. Perlu diperhatikan bahwa hal-hal yang muncul pada bagian ini semestinya sudah
muncul pada bagian isi. Akan aneh jika Anda mengambil kesimpulan
yang tidak pernah muncul dalam bab sebelumnya. Bagaimana Anda
bisa sampai kepada kesimpulan tersebut?

25

2.3 Penulisan Bagian Abstrak


Abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat
singkat. Sebagai panduan, bayangkan seorang pembaca yang ingin mengetahui
isi dari tulisan Anda. Dengan membaca abstrak dia harus dapat mengetahui
isi tulisan Anda. Jika isinya cocok, maka dia dapat membaca lebih lanjut.
Jika isinya tidak cocok, maka dia bisa mencari tulisan lain. Hal ini sangat
bermanfaat untuk menghemat waktu dari para pembaca. Ketika Anda sedang
melakukan penelitian maka Anda akan berterima kasih kepada penulis yang
menuliskan abstraknya dengan baik. Jadi,tulislah abstrak dengan baik.
Untuk makalah, biasanya abstrak itu hanya terdiri dari satu atau dua
paragraf saja. Sementara itu untuk tesis dan tugas akhir, abstrak biasanya
dibatasi satu halaman. Untuk itu isi dari abstrak tidak perlu \berbungabunga" dan berpanjang lebar dengan latar belakang, cukup langsung kepada
intinya saja. Memang kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana caranya
merangkumkan semua cerita menjadi satu halaman. Justru itu tantangannya.
Ada juga tulisan ilmiah yang membutuhkan extended abstract. Extended
abstract merupakan abstrak yang lebih panjang, yang biasanya disertai
dengan data-data yang lebih mendukung. Biasanya extended abstract ini
dibutuhkan ketika kita mengirimkan makalah untuk seminar atau konferensi.
2.4 Penulisan Bagian Kesimpulan
Kesalahan pada bagian ini sangat mudah dicermati.

26

Seringkali mahasiswa menuliskan kesimpulan yang sebetulnya bukan hasil


dari penelitian yang dilakukannya. Atau kesimpulan yang dituliskannya
tersebut tidak dibuktikan dalam penelitiannya. Tiba-tiba muncul pernyataan pada bagian kesimpulan.
Kesimpulan seharusnya merupakan hasil penelitian Anda. Dengan kata lain,
jika tidak ada penelitian yang Anda lakukan maka kesimpulan tersebut tidak
dapat ditarik.
Salah satu cara untuk menguji apakah yang Anda tulis layak masuk
dalam kesimpulan adalah dengan mencoba melengkapi kalimat berikut: \Setelah saya uji, ternyata .... Perhatikan kata-kata (yang diisi dengan titiktitik) setelah kata "ternyata" pada kalimat di atas. Kata-kata tersebut
bisa menjadi bagian dari kesimpulan.
Cara lain untuk menguji layaknya sesuatu "hal" masuk ke dalam kesimpulan Anda adalah menjawab pertanyaan berikut: "Apakah tanpa penelitian
Anda maka orang tidak dapat mengambil kesimpulan tersebut?". Jika ya,
maka "hal" tersebut bisa menjadi kesimpulan Anda. Jika tanpa penelitian
Anda orang sudah dapat menarik kesimpulan maka "temuan" Anda tersebut mungkin tidak layak masuk ke bagian kesimpulan. Mungkin dia sudah
menjadi pengetahuan umum.
2.5 Layout halaman
Layout halaman merupakan bagian yang sering diabaikan. Memang dia
merupakan masalah yang tidak terlalu penting (minor). Akan tetapi dia
cukup mengganggu pandangan pada saat membaca.Namun masih banyak
mahasiswa
yang menggunakan word processor dan mengarang layout sendiri. Seringkali,

27

dia gagal dalam menampilkan layout yang baik.


Seringkali institusi pendidikan (universitas) memberikan panduan layout
dari laporan tugas akhir atau tesis. Cari tahu tentang panduan tersebut
dan perhatikan aturan yang diberikan. Jangan seenaknya sendiri!Peletakan
nomor halaman, terutama pada awal Bab, merupakan hal yang sering
mengganggu. Jangan letakkan nomor halaman pada kanan atas pada awal Bab.
2.6 Pemilihan font
Tulisan resmi, seperti tesis, biasanya menggunakan font "Times Roman"
atau sejenisnya, seperti "Computer Modern" jika menggunakan LATEX. Besarnya dari huruf biasanya 12 point. Namun, perhatikan aturan atau panduan yang berlaku di tempat Anda. Jika tidak ada aturan, maka Anda
dapat memilih sendiri font tersebut. Namun perlu diingat bahwa tulisan
Anda diperuntukan kepada para pembaca. Jadi, buatlah tulisan yang mudah dibaca oleh pembaca (bukan oleh Anda sendiri).
Ada dua jenis (mahasiswa) penulis karya ilmiah; yang tidak peduli dengan pemilihan font, dan ada yang kebablasan memilih font yang bermacammacam sehingga kelihatannya norak. Banyak sekali pilihan fonts yang bisa
dicoba-coba.
2.7 Penulisan rumus matematik
Ini salah satu masalah dihadapi dalam menggunakan word processor biasa.
Penulisan persamaan atau rumus matematik sering dilakukan dengan
sembarangan. Porsi antara subscript, superscript, simbol-simbol sering
tidak diperhatikan. Umumnya mahasiswa seenaknya dalam menuliskan rumusrumus tersebut.

28

Penggunaan tools seperti MathType sangat membantu. Namun hal ini


masih jarang dilakukan.
Jika Anda menggunakan TEX atau LATEX, maka masalah ini dapat diatasi karena dia sudah menyesuaikan ukuran simbol-simbol tersebut. Mohon
maaf jika saya bolak balik mengambil referensi LATEX. Hal ini memang disebabkan dia sangat baik untuk memproses dokumen teknis seperti tesis atau
tugas akhir.
Penggunaan Bahasa Indonesia
Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah
Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Namun herannya kualitas tulisan
mahasiswa yang saya(penulis) evaluasi sangat menyedihkan. Di mana salahnya?
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan tesis atau tugas akhir, antara lain dapat dilihat pada daftar di bawah ini.
Membuat kalimat yang panjang sekali sehinggai tidak jelas mana subjek dan predikat. Biasanya, kesalahan ini muncul dengan menggunakan kata "yang" berulang kali atau dengan menggunakan tanda baca koma.
Menggunakan bahasa yang "berbunga-bunga" dan tidak langsung to
the point. Pembaca akan lelah membacanya. Mengapa penulis tidak
hemat dengan kata-katanya?
Membuat kalimat yang tidak ada subjeknya.
Kurang tepat dalam menggunakan tanda baca. Misalnya, ada tanda
baca titik (atau koma) yang lepas sendirian pada satu baris. (Hal ini
disebabkan karena tanda titik tersebut tidak menempel pada sebuah
kata.)
Salah dalam cara menuliskan istilah asing atau dalam cara mengadopsi
istilah asing.
Mencampur-adukkan istilah asing dan bahasa Indonesia sehingga membingungkan.

29

Menuliskan dalam kalimat yang membingungkan (biasanya dalam journaljournal). Apakah tujuannya adalah mempersulit para reviewer makalah
sehingga makalahnya diloloskan?
Membuat terjemahan yang kurang sempurna.
Selain kesalahan tersebut di atas, ada lagi penggunakan bahasa yang
kurang sesuai dengan selera saya. Mungkin hal ini tidak salah, tapi saya
merasa kurang "pas" dalam membacanya. Contoh yang saya maksud antara
lain menggunakan kata-kata "Sebagaimana yang kita ketahui bersama, ...".
Jika sudah diketahui bersama, mengapa perlu dieksplorasi berpanjang lebar?
3.1 Bahasa Indonesia dan Istilah Teknis
Ada pendapat bahwa Bahasa Indonesia kurang cocok untuk digunakan dalam
penulisan ilmiah karena banyaknya istilah teknis yang tidak ada padan
katanya di dalam Bahasa Indonesia. Mungkin ini ada benarnya. Namun
harusnya tidak hanya Bahasa Indonesia saja yang memiliki masalah, karena
bahasa lainpun memiliki masalah yang sama.
Kita tidak dapat menyerah untuk tidak menuliskan karya ilmiah dalam
Bahasa Indonesia. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak memaksakan
kehendak dengan menggunakan istilah-istilah yang dipaksakan di-Indonesiakan.
3.2 Menuliskan istilah asing
Dokumen teknis biasanya penuh dengan istilah-istilah. Apalagi di dunia
Teknik Elektro di mana komputer, telekomunikasi, dan Internet sudah ada
di mana-mana, istilah komputer sangat banyak. Masalahnya adalah apakah
kita terjemahkan istilah tersebut? atau kita biarkan? atau kombinasi?
Ada juga istilah asing yang sebenarnya ada padan katanya di dalam Bahasa Indonesia. Namun mahasiswa sering menggunakan kata asing tersebut
dan meng-Indonesia-kannya. Contoh kata yang sering digunakan adalah kata "existing" yang diterjemahkan menjadi "eksisting". Menurut saya, penggunaan kata "eksisting" ini kurang tepat.

30

Saya sendiri tidak termasuk orang yang suka memaksakan kata-kata


Bahasa Indonesia yang sulit dimengerti. Ada beberapa kata yang menurut saya terasa janggal dan bahkan membingungkan bagi para pembaca.
Kata-kata tersebut antara lain: tunak, mangkus, sangkil. Tahukah Anda
makna kata tersebut? Apa padan katanya dalam bahasa Inggris? Mengapa
tidak menggunakan kata dalam bahasa Inggrisnya saja? Penerjemahan yang
memaksakan kehendak ini membuat banyak dosen dan mahasiswa lebih suka
menggunakan buku teks dalam bahasa Inggris.
Istilah asing atau teknis yang tidak dapat diterjemahkan (atau akan
menyulitkan pembahasan jika diterjemahkan) dapat ditulis dalam bahasa
aslinya dengan menggunakan italics atau cetak miring.
Bagaimana jika dalam judul kita ada istilah asing yang sulit diterjemahkan?
Apakah kita tulis miring? Ataukah kita biarkan saja sama dengan lainnya?
Pendapat saya, jika kita ingin mematuhi aturan (being a purist) maka kata
tersebut harus dicetak miring. Akibatnya kadang-kadang tampilannya menjadi agak "aneh", menurut selera saya (mungkin tidak untuk pembaca yang
lain?). Jadi saya usulkan untuk tetap membuatnya berbeda dengan tulisan
yang dalam bahasa Indonesia. Perbedaannya itulah yang lebih penting. Bila seluruh tulisan dicetak miring, maka istilah asing justru tidak dicetak
miring.
Mengutip dan Menuliskan Daftar Pustaka
Kesalahan yang paling sering terjadi dalam pembuatan karya tulis ilmiah
adalah dalam mengutip dan menuliskan daftar pustaka. Seringkali mahasiswa tidak mau belajar dan tidak mau mencari tahu mengapa daftar pustaka ditulis sedemikian rupa. Mereka lebih sering mencontoh dari tesis atau
tugas akhir sebelumnya tanpa mengetahui aturan sesungguhnya.
4.1 Mengutip

31

Seringkali penulis malu-malu dalam menuliskan sumber referensinya. Ada


anggapan bahwa semua yang dikerjakannya harus kelihatan orisinal. Padahal
mengutip karya orang lain bukanlah sebuah kegiatan yang rendah, bahkan
dia menunjukkan bahwa sang penulis sudah mengerjakan "pekerjaan rumahnya". Jadi jangan ragu-ragu dalam memberikan sumber rujukan.
Salah mengutip dapat berakibat fatal karena pembaca akan menyangka
bahwa pernyataan tersebut merupakan pernyataan penulis atau hasil karya
penulis sendiri. Hal ini dapat dianggap sebagai kegiatan plagiat dan akibat
dari plagiat bisa bermacam-macam:
dikucilkan dari lingkungan akademis,
diberikan sanksi akademis,
dipecat dari perguruan tinggi.
Mengutip yang baik biasanya menggunakan paraphrase, yaitu menuliskan
kembali apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa Anda. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, misalnya kata-kata yang dikutip memang
sudah sangat baik (atau sudah sangat populer), maka tuliskan apa adanya
dengan menggunakan tanda kutip.
Menuliskan sumber referensi dalam tulisan dapat dilakukan dengan bermacam cara sesuai dengan standar yang digunakan.
Hal yang sering terlupakan juga adalah menuliskan sumber rujukan dari
gambar atau tabel yang diperoleh dari sumber lain. Adanya perangkat
scanner memudahkan kita untuk mengambil gambar dari buku, makalah,
atau sumber referensi lain. Jangan lupa untuk mencantumkan sumbernya.
Penulisan "Referensi" dapat dilakukan dengan menggunakan angka, atau
singkatan nama penulis (sesuai dengan aturan tertentu). Tujuan penulisan
referensi ini agar pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak dapat mencari

32

referensi ini di bagian "Daftar Pustaka" atau "Referensi" yang biasanya


terdapat di bagian akhir dari tulisan. (Standar di tempat lain ada yang
menggunakan catatan kaki sebagai metode penulisan sumber referensi.)
4.2 Menuliskan Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi daftar sumber rujukan yang digunakan dalam penulisan
karya ilmiah Anda. Untuk itu perhatikan hal ini dalam menuliskan daftar
pustaka.
Seringkali ada mahasiswa yang menuliskan referensi yang tidak digunakan (tidak ada rujukan kepada referensi ini) di dalam tulisan. Mungkin
dia melakukannya untuk menunjukkan (pamer?) bahwa dia telah membaca
buku tersebut?. Atau penambahan daftar pustaka ini untuk menggemukkan
(menebalkan) buku tesisnya? Jangan lakukan hal ini. Tuliskan apa adanya.
Jika Anda tidak menggunakan buku tersebut, jangan tambahkan di daftar
pustaka.
Sumber rujukan sebaiknya ditulis dalam format yang baik dan rinci sehingga pembaca yang akan mencari sumber rujukan tersebut dapat mencarinya dengan mudah. Standar penulisan bergantung kepada jurnal atau
media yang akan menerbitkan tulisan tersebut. Sebagai contoh, ada standar
yang menuliskan judul buku dalam format italics (miring). Sementara itu
ada juga jurnal lain yang tidak mengharuskan demikian. Untuk itu cek
dengan standar yang ada di tempat Anda. Untuk tesis atau laporan tugas
akhir, cek dengan perguruan tinggi Anda.
Sumber rujukan dituliskan secara berurut. Urutan dapat ditentukan oleh
beberapa hal. Ada journal yang mengurutkan sumber rujukan berdasarkan
urutan munculnya referensi tersebut dalam kutipan di tulisan. Ada juga
yang mengurutkan berdasarkan nama penulis dari sumber referensi. Perlu
diingat bahwa biasanya di dunia internasional, pengurutan nama ini menggunakan nama belakang (last name, family name). Bagi orang Indonesia,

33

hal ini sering membingungkan karena kita mengurutkan nama dengan dasar
nama depan.

Penulisan Huruf dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD)


Filed Under : Catatan Kuliah02 Pebruari 2009
PENULISAN HURUF DALAM EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD adalah
ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanggal 16 agustus
1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini.EYD adalah rangkaian
aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia
resmi. EYDmencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar
(kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma,
tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda
garis miring.
PENGGUNAAN HURUF BESAR DAN HURUF KAPITAL
a.Huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Ke mana Anda mau pergi Bang Toyib?
Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk
dibelikan DVD player.

34

b.Huruf pertama pada awal kalimat.


Contoh:
Anak itu memang kurang ajar.
Sinetron picisan itu sangat laku dan ditonton oleh jutaan pemirsanya sedunia.
c.Huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Yusuf Bin Sanusi
Doris Nauli Panggabean
Dadyo Warsono Jaya Negara
d.Huruf pertama untuk penamaan geografi.
Contoh:
Bundaran Senayan
Jalan Kramat Sentiong
Sungai Penuh
e.Huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Pak kumis bertanya, Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?
Si panjul menjawab, Aku tidak Mencuri jambu klutuk, tetapi yang kucuri adalah
jambu monyet.
Ngemeng aja lu, kata si Ucup kepada kawannya si Maskur.
f.Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau
instansi.
Contoh:
Camat Pengadegan
Profesor Zainudin Zaenal Amirudin
Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional
g.Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga
Dokumen (kecuali kata dan).
Contoh:
Mahkamah Internasional
Republik Rakyat Cina
Badan Pengembang Ekspor Nasional

35

KAIDAH PENULISAN HURUF KAPITAL


Tidak jarang kita menemukan tulisan yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan
huruf kapital (huruf besar). Sebagai perbandingan akan diberikan contoh-contoh
penulisan yang salah dan contoh-contoh penulisan yang benar.
1.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat yang berupa petikan
langsung.
a.Bentuk salah.
(1) Wati bertanya,kapan Kakak datang?.
(2) Ibu menasihatkan,rajin-rajinlah kamu belajar.
b.Bentuk benar.
(1) Mira bertanya,Kapan Kakak datang?.
(2) Ayah menasihatkan,Rajin-rajinlah kamu belajar.
2.Huruf kapital dipakai dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
a.Bentuk salah.
(1) Limpahkanlah rahmatmu, ya allah.
(2) Sejauh mana anda sudah mengenal al-Kitab atau al-Quran?
b.Bentuk benar.
(1) Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.
(2) Sejauh mana Anda sudah mengenal Alkitab atau Alquran?
Kata keagamaan lain yang ditulis dengan huruf awal kapital adalah nama
agama,seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Nama kitab suci, seperti
Quran, Injil, Weda, serta nama Tuhan, seperti Allah, Yesus Kristus, dan Sang
Hyang Widi Wasa.
3.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
a.Bentuk salah.
(1) Salah satu tokoh pergerakan nasional ialah haji Agus Salim.
(2) Nabi Ismail adalah anak nabi Ibrahim alahisalam.

36

b.Bentuk benar.
(1) Salah satu tokoh pergerakan nasional ialah Haji Agus Salim.
(2) Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alahisalam.
Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti nama, gelar, jabatan, dan
pangkat tersebut harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
a. Bentuk salah.
(1) Calon jemaah Haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.
(2) Di Indonesia, Presiden langsung dipilih oleh rakyat.
(3) Siapa Bupati yang baru dilantik itu?
b. Bentuk benar.
(1) Calon jemaah haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.
(2) Di Indonesia, presiden langsung dipilih oleh rakyat.
(3) Siapa bupati yang baru dilantik itu?
Apabila unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat,
harus ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Sekretaris Jenderal Pertanian, Gubernur Sumatera Barat,dan
sebagainya.
4.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa.
a. Bentuk salah.
(1) Selama 350 tahun Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.
(2) Di Indonesia terdapat Suku Batak, Suku Jawa,dan sebagainya.
(3) Dalam Bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong.
b. Bentuk benar.
(1). Selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.
(2) Di Indonesia terdapat suku Batak, suku Jawa, dan sebagainya.
(3) Dalam bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong.
Namun, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi imbuhan
gabung(awalan dan akhiran sekaligus), nama-nama itu harus ditulis dengan huruf

37

kecil, karena tidak menunjukkan nama diri lagi.


Misalnya:
a. Bentuk salah.
(1) Lagak lagunya ke- Jepang-Jepangan.
(2) Lafal ucapannya masih menampakkan ke-Jawa-Jawaan.
(3) Pusat Bahasa berusaha meng-Indonesiakan kata-kata asing.
b.Bentuk benar.
(1) Lagak lagunya kejepang-jepangan.
(2) Lafal ucapannya masih menampakkan kejawa-jawaan.
(3) Pusat Bahasa berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.
PEMAKAIAN HURUF MIRING (ITALIK)
1.Huruf miring (italik) dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Jadi, kalau judul
buku, surat kabar, atau majalah dituliskan seperti dibawah ini, penulisan
tersebut termasuk penulisan yang salah.
Contoh:
a-1. Berita itu sudah saya baca dalam harian KOMPAS.
b-1. Ibu rumah tangga menyenangi majalah FEMINA.
c-1. Buku Negeri Salju dikarang oleh Yasunari Kawabata.
Penulisan yang benar ialah,
a-2. Berita itu sudah saya baca dalam harian Kompas.
b-2. Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
c-2. Buku Negeri Salju dikarang oleh Yasunari Kawabata.
2.Huruf miring dipakai juga untuk menulis kata bahasa asing atau bahasa
daerah, jadi bukan dengan tanda petik seperti contoh di bawah ini:
Contoh:
a-1. Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk
kata upgrading?
b-1. Kebanyakan orang Indonesia lebih suka yakitori daripada sashimi.
c-1. Waktu di Bandung, Miki disapa Neng Geulis dalam bahasa Sunda.
Penulisan yang benar ialah,
a-2. Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk

38

kata upgrading?
b-2. Kebanyakan orang Indonesia lebih suka yakitori daripada sashimi.
c-2. Waktu di Bandung, Miki disapa Neng Geulis dalam bahasa Sunda.
Mungkin Anda bertanya, mengapa kata yakitori pada contoh 2. b-2 tidak ditulis
dengan huruf miring, sedangkan kata sashimi ditulis dengan huruf miring, padahal
kata asal dua-duanya adalah bahasa Jepang.
Untuk kata-kata asing, misalnya bahasa Jepang, yang sudah diindonesiakan dan
dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia? Edisi Ketiga 2002, (Pusat
Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional) tidak ditulis dengan huruf miring.
Contoh:
bushido judo
judoka kabuki
karaoke karate
karategi karateka
kendo kimono
kumico obi
sake sakura
samurai sumo
yakitori
Di samping itu dalam KBBI terdapat pula kata-kata warisan tentara Jepang pada
Perang Dunia II, seperti :
heiho keibodan
kempetai romusa
sondanco (?) (mungkin yang dimaksud shodancho)
Sedangkan, kata-kata yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari,
(khususnya di kalangan penggemar masakan Jepang di Indonesia) tetapi belum
dibakukan, tetap ditulis dengan huruf miring.
Contoh:
geisha shabu-shabu
sashimi sukiyaki

39

sushi takoyaki
yakiniku

40

SUSUNAN FORMAT MAKALAH/PAPER

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN DAFTAR ISI
HALAMAN GAMBAR/GRAFIK (JIKA ADA)

BAB I

: PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Berisi

tentang

alasan

pemilihan

tema

dalam

pembuatan

paper/makalah.
1.2.

TUJUAN
Berisi tentang tujuan yang akan dicapai dengan pembuatan
makalah/paper.

1.3.

RUANG LINGKUP MATERI


Berisi tentang ilmu atau teori yang berkaitan dengan tema yang
diambil dalam makalah/paper.

BAB II

: DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Berisi tentang pembahasan dan penelitian tentang ilmu ataupun teori yang
sudah pernah dibahas oleh para ahli berkaitan dengan tema makalah/paper yang
dipilih. Materi yang dibahas secara teoritis dikaitkan dengan aplikasi praktis
teori/ilmu tersebut dalam kenyataan kehidupan keseharian.

41

Untuk menuliskan teori yang diambil dari para ahli jangan lupa
mencantumkan nama, tahun atau buku yang pernah memuat teori tersebut.
Sehingga sumber/nara sumbernya jelas dan tidak diragukan. Kalau membuat
kutipan harap mencantumkan pula halaman di mana kutipan tersebut diambil.

BAB III

: PEMBAHASAN

Berisi tentang data yang diperoleh di lapangan/kenyataan dan dikaitkan


dengan ilmu atau teori yang sudah ada. Jika ada kesesuaian dibahas lebih lanjut
dan dapat pula dimasukkan pendapat pribadi yang berkaitan erat dengan
tema/usulan/saran/gagasan/ide.
Jika memang ditemukan ketidaksesuaian antara teori atau ilmu yang sudah
ada dengan kenyataan di lapangan, hal ini juga perlu dibahas untuk melihat
mengapa hal ini dapat terjadi.Dapat pula dimasukkan pendapat pribadi berkaitan
erat dengan tema/usulan/saran/gagasan/ide sehingga antara kenyataan dengan
ilmu yang ada, baik yang ada hubungannya maupun tidak, dapat dijelaskan
dengan baik dan rinci.

BAB IV

: PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Berisi tentang simpulan akhir dari pembahasan yang sudah dibuat.
Penulisan kesimpulan singkat dan jelas, tidak panjang seperti pembahasan.

4.2. USUL DAN SARAN

42

Dapat juga dimasukkan usulan dan saran dari penulis yang sudah
dimunculkan dalam pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA
Berisi seluruh sumber yang digunakan dalam pembuatan makalah/paper.
Daftar pustaka berupa buku, surat kabar, majalah, informasi dari situs internet dan
lain-lain. Penulisannya secara lengkap dan mengikuti kaidah penulisan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

LAMPIRAN
Berisi seluruh gambar/foto ataupun grafik atau juga data yang mendukung
dalam pembuatan makalah.

ea/makalah /format/bio 8/april/2008

Tata Cara Penulisan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Penulisan kata
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.

43

1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau
tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh:
bergeletar, dikelola [1].
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh
digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk
memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia.
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik
yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku),
maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur mayur).
4. Gabungan kata atau kata majemuk
1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar,
orang tua, ibu kota, sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian
Gabungan kata yang ditulis serangkai.
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki,
kauambil, bukumu, miliknya.
6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah
lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah,
dari Surabaya.
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si

44

kancil.
8. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah,
apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun,
bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
3. Partikel per- yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah. Contoh:
per 1 April, per helai.
9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan
akronim.
10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka.
Kata turunan
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan
penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi
tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.
Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an dan ber-i
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an dan pe-i
8. per-an dan per-i
9. se-nya
10. ter-kan dan ter-i
3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).

45

1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.


2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
Awalan mePembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- +
luluh meluluh, me- + makan memakan.
2. me- mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me+ baca membaca, me- + pukul memukul*, me- + vonis memvonis, me- +
fasilitas + i memfasilitasi.
3. me- men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me+ datang mendatang, me- + tiup meniup*.
4. me- meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h.
Contoh: me- + kikis mengikis*, me- + gotong menggotong, me- + hias
menghias.
5. me- menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom
mengebom, me- + tik mengetik, me- + klik mengeklik.
6. me- meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu menyapu*.
Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu
menipu, me- + sapu menyapu, me- + kira mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me+ klarifikasi mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara
sempurna. Contoh: me- + konversi mengkonversi.
Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber- + kerja bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar belajar (huruf r digantikan l)
Konsensus penggunaan kata
Tiongkok dan tionghoa

46

Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada himbauan untuk
menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai
alternatifnya diusulkan menggunakan kata China. Ini sebuah argumen yang
tidak bisa didiskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran
China Cina adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris).
Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang).
Mayat dan mati
* mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat,
meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
* mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad
atau jenazah.
Pranala ke situs luar
Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti Untuk informasi lebih lanjut,
silakan mengunjungi situs ini. pada artikel yang belum lengkap. Sebaiknya
pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar dan menambahkan
Templat:Stub dengan mengetik:
{{stub}}
atau
{{rintisan}}
di bagian akhir artikel.
Penggunaan di mana sebagai penghubung dua klausa
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK
mengenal bentuk di mana (padanan dalam bahasa Inggris adalah who,
whom, which, atau where) atau variasinya (dalam mana, dengan mana,
dan sebagainya). Penggunaan di mana sebagai kata penghubung sangat sering
terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa
Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata yang sebagai
kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan
demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK DI MANA, apalagi

47

dimana, termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya


selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
Contoh-contoh:
(1) Dari artikel Kantin: kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung
umum di mana para pengunjung dapat makan .
* Usul perbaikan: kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung
umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan .
(2) Dari artikel Tegangan permukaan: Teganganpermukaan = F / L dimana :
F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]
* Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan
permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
Di sini tampak bahwa apabila menggantikan posisi di mana (ditulis di kalimat
asli sebagai dimana).
(3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice .
* Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja .
Contoh-contoh lain silakan ditambahkan.
Kata penghubung sedangkan
Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang
melibatkan kata sedangkan. Sedangkan adalah kata penghubung dua klausa
berderajat sama, sama seperti dan, atau, serta sementara. Dengan demikian
secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja
lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam
penggunaannya. Sedangkan digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk
posisi itu dapat dipakai kata sementara itu.
Contoh: Dari harian Jawa Pos:
Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS seBanten ada 12.849.

48

Usulan perbaikan 1:
Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten
ada 12.849.
Usulan perbaikan 2:
Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS seBanten ada 12.849.
Daftar kata
Untuk daftar yang lebih lengkap, lihat pula halaman utamanya.
Gabungan kata yang ditulis serangkai
1. acapkali
2. adakalanya
3. akhirulkalam
4. alhamdulillah
5. astagfirullah
6. bagaimana
7. barangkali
8. bilamana
9. bismillah
10. beasiswa
11. belasungkawa
12. bumiputra
13. daripada
14. darmabakti
15. darmasiswa
16. dukacita
17. halalbihalal
18. hulubalang

49

19. kacamata
20. kasatmata
21. kepada
22. keratabasa
23. kilometer
24. manakala
25. manasuka
26. mangkubumi
27. matahari
28. olahraga
29. padahal
30. paramasastra
31. peribahasa
32. puspawarna
33. radioaktif
34. sastramarga
35. saputangan
36. saripati
37. sebagaimana
38. sediakala
39. segitiga
40. sekalipun
41. silaturahmi
42. sukacita
43. sukarela
44. sukaria
45. syahbandar
46. titimangsa
47. wasalam
Kata yang sering salah dieja

50

Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut
KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan katakata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.
1. aktif, aktip
2. aktivitas, aktivitas
3. alquran, al-Quran, Al-Quran, al Quran, Al Quran (maupun tanpa ['])
4. analisis, analisa
5. Anda, anda
6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
7. asas, azas
8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
9. bus, bis
10. besok, esok
11. diagnosis, diagnosa
12. Ekstrakurikuler, ekstrakulikuler
13. ekstrem, ekstrim
14. embus, hembus
15. Februari, Pebruari
16. frekuensi, frekwensi
17. foto, photo
18. gladi, geladi
19. hierarki, hirarki
20. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva)
21. ibu kota, ibukota
22. ijazah, ijasah
23. imbau, himbau
24. indera, indra
25. indragiri, inderagiri
26. istri, isteri
27. izin, ijin
28. jadwal, jadual
29. jenderal, jendral

51

30. Jumat, Jumat


31. kacamata, kaca mata
32. kanker, kangker
33. karier, karir
34. Katolik, Katholik
35. kendaraan, kenderaan
36. komoditi, komoditas [2]
37. komplet, komplit
38. konkret, konkrit, kongkrit
39. kosa kata, kosakata
40. kualitas, kwalitas, kwalitet [2]
41. kuantitas, kwantitas [2]
42. kuitansi, kwitansi
43. kuno, kuna [3]
44. lokakarya, loka karya
45. maaf, maaf
46. makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah)
47. mazhab, mahzab
48. metode, metoda
49. mungkir, pungkir (Ingat!)
50. nakhoda, nahkoda, nakoda
51. napas, nafas
52. narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain)
53. nasihat, nasehat
54. negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa)
55. November, Nopember
56. objek, obyek
57. objektif, obyektif/p
58. olahraga, olah raga
59. orang tua, orangtua
60. paham, faham
61. persen, prosen

52

62. pelepasan, penglepasan


63. penglihatan, pelihatan; pengecualian
64. permukiman, pemukiman
65. perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK
66. pikir, fikir
67. Prancis, Perancis [4]
68. praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum)
69. provinsi, propinsi
70. putra, putera
71. putri, puteri
72. realitas, realita
73. risiko, resiko
74. saksama, seksama (Ingat!)
75. samudra, samudera
76. sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar,
salah)
77. saraf, syaraf
78. sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi)
79. sekretaris, sekertaris
80. sekuriti, sekuritas [2]
81. segitiga, segi tiga
82. selebritas, selebriti
83. sepak bola, sepakbola
84. silakan, silahkan (Ingat!)
85. sintesis, sintesa
86. sistem, sistim
87. surga, sorga, syurga
88. subjek, subyek
89. subjektif, subyektif/p
90. Sumatra, Sumatera
91. standar, standard
92. standardisasi, standarisasi [5]

53

93. tanda tangan, tandatangan


94. tahta, takhta
95. teknik, tehnik
96. telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon
97. teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical)
98. terampil, trampil
99. ubah (=mengganti), rubah (=serigala) sepertinya kedua-duanya berlaku
100. utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang)
101. walikota, wali kota
102. Yogyakarta, Jogjakarta
103. zaman, jaman
Sumber: wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai