KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tiada
daya dan upaya melainkan dengan izin-Nya. Atas berkah dan rahmah-Nya pula
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Dasar Menulis Bahasa
Indonesia.
Adapun tujuan dari pengerjaan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bapak Khairil Anwar,
M.Pd.
Kami juga berterima kasih kepada beliau dengan selesainya makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Selain itu kami juga berharap makalah ini dapat menjadi bahan acuan dan
referensi bagi siapa saja yang memerlukannya di masa yang akan datang. Kami
menyadari sebenarnya makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami
menerima saran dan kritik yang mana bertujuan untuk memperbaiki makalah ini.
Banjarbaru,
Penulis
Oktober 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mahasiswa tidak hanya sekedar belajar bahasa Indonesia, tetapi
memahami apa makna yang terkandung dalam bahasa Indonesia. Belajar
bahasa Indonesia berarti ia harus belajar mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menulis adalah sebuah
keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan
sesuatu yang disebut tulisan.
Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam
perbuatan menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan
berfungsi sebagai media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat,
paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan
sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenisjenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan
bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan,
seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.
Mahasiswa tidak akan mungkin terampil menulis kalau hanya
menguasai satu atau dua komponen saja di antara ketiga komponen
tersebut. Betapa banyak mahasiswa yang menguasai bahasa Indonesia
secara tertulis tetapi tidak dapat menghasilkan tulisan karena tidak tahu
apa yang akan ditulis dan bagaimana menuliskannya. Betapa banyak pula
mahasiswa yang mengetahui banyak hal untuk ditulis dan tahu pula
menggunakan bahasa tulis tetapi tidak dapat menulis karena tidak tahu
caranya.
Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah.
Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi
seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi
untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan
menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis.
1.2
Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1. Macam- macam teori dasar menulis.
2. Kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan.
1.3
Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
menulis yang baik dan benar dalam Bahasa Indonesia. Dan menghasilkan
tulisan yang indah dan enak untuk di baca. sehingga gagasan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh pembaca.
1.4
Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui teori dasar menulis yang baik dan benar
dalam pengolahan karya ilmiah.
2. Ketepatan dalam menyampaikan suatu gagasan dalam bentuk tulisan.
3. Mampu menganalisis suatu kesalahan yang sering muncul pada
penulisan.
1.5
Metode Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
adalah
suatu
system
komunikasi
manusia
yang
Langkah-langkah Menulis
Proses penulisan memang berbeda antara orang yang satu dengan
yang lain. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan
yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu
sebagai berikut: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4)
merevisi.
1. Merencanakan
Sebagai
kegiatan
yang
bersifat
kompleks,
menulis
Menyisihkan
waktu
untuk
menentukan
bentuk
menulis
seawal
mungkin,
lebih-lebih
penulis
sudah
mereka
tulis.
Kesempatan
ini
memungkinkan
penulis
sehingga
diperoleh
jawaban
dan
termasuk
kedalam
model
ini
adalah
penulis
2.4
yang
penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan
(prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap
verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu disadari oleh para
pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Namun, jika dilacak
lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel, karya
ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat
tahap ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses
atau langkah-langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak
merupakan proses kognitif atau bernalar.
Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika
pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan
masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan
inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca,
mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang
akan diproses selanjutnya.
Kedua, tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses
informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya
10
11
dipilih
kata-kata
atau
kalimat
yang
lebih
sesuai,
tanpa
Flower
dan
Hayes
(lewat
Tompkins,
1990:
71)
12
13
c.
kali
penyunting
harus
mereorganisasi
tulisan
karena
14
15
tulisan
deskripsi
dipilih
jika
penulis
ingin
16
argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan faktafakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik. Kalimat
topik, biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau
membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau surat kabar, misalnya,
argumentasi ditemui dalam kolom opini/wacana/gagasan/pendapat.
Kendatipun keempat bentuk tulisan tersebut memiliki ciri
masing-masing, mereka tidak secara ketat terpisah satu sama lain.
Dalam sebuah kolom, misalnya, dapat ditemukan berbagai bentuk
tulisan tersebut tersebar di dalam paragraf yang membangun kerangka
tersebut. Oleh karena itu, penyunting berfungsi untuk mempertajam dan
memperkuat pembagian paragraf. Pembagian paragraf terdiri atas
paragraf pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraf penutup
sering kali tidak diketahui oleh penulis. Masih sering ditemukan tulisan
yang sulit dipahami karena pemisahan bagian-bagian atau pokokpokoknya tidak jelas.
Pemeriksaan atas kalimat merupakan penyuntingan tahap
pertama juga. Pada tahap ini pun, sebaiknya penyunting berkonsultasi
dengan penulis. Penyunting harus memiliki pengetahuan bahasa yang
memadai. Dengan demikian, penyunting dapat menjelaskan dengan
baik kesalahan kalimat yang dilakukan oleh penulis. Untuk itu,
penyunting harus menguasai persyaratan yang tercakup dalam kalimat
yang efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara jitu atau
tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis. Untuk dapat membuat
kalimat yang efektif, ada tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu
kesatuan gagasan, kepaduan, penalaran, kehematan atau ekonomisasi
bahasa, penekanan, kesejajaran, dan variasi.
Penyuntingan tahap kedua berkaitan dengan masalah yang
lebih terperinci, lebih khusus. Dalam hal ini, penyunting berhubungan
dengan masalah kaidah bahasa, yang mencakup perbaikan dalam
kalimat, pilihan kata (diksi), tanda baca, dan ejaan. Pada saat
penyunting memperbaiki kalimat dan pilihan kata dalam tulisan, ia
17
5. Tahap Berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing)
atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar:
a.
b.
tahap-tahap
pembelajaran
menulis
dengan
menulis
bagi
penutur
asing
dengan
proses kreatif
18
19
BAB III
PEMBAHASAN
20
BAB IV
PENUTUP
21
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1
Latar Belakang........................................................................ 1
1.2
Tujuan...................................................................................... 1
2.2
2.3
2.5
PENUTUP..........................................................................................28
3.1
Kesimpulan..............................................................................28
3.2
Saran........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iii
22
DAFTAR PUSTAKA
http://www.forumsains.com/biologi/asal-mula kehidupan/?action=printpage
http://www.scribd.com
http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/37
Karl R. Popper, "Reduction and the Essential Incompleteness of All Science",
Studies in the Philosophy of: Biology ,eds. Francisco Jose Ayala and
Theodosius Dobzhansky, 1974, p.271.
"From Primordial Soup to the Prebiotic Beach", Interview with Stanley Miller by
Sean Henahan, October 1996, Access Excellence, National Health Museum;
web: www.accessexcellence.org/WN/NM/miller.html
Carl Woese, The Genetic Code: The Molecular Basis for Genetic Expression,
New York, Harper and Row, 1967; F.H.C. Crick, "The Origin of the Genetic
Code", /. Mol. Biol, 1968, 38:367-379; L.E. Orgel, "Evolution of the Genetic
Apparatus", /. Mol. Biol, 1968, 38:381-393.
23
24
25
26
27
28
29
Menuliskan dalam kalimat yang membingungkan (biasanya dalam journaljournal). Apakah tujuannya adalah mempersulit para reviewer makalah
sehingga makalahnya diloloskan?
Membuat terjemahan yang kurang sempurna.
Selain kesalahan tersebut di atas, ada lagi penggunakan bahasa yang
kurang sesuai dengan selera saya. Mungkin hal ini tidak salah, tapi saya
merasa kurang "pas" dalam membacanya. Contoh yang saya maksud antara
lain menggunakan kata-kata "Sebagaimana yang kita ketahui bersama, ...".
Jika sudah diketahui bersama, mengapa perlu dieksplorasi berpanjang lebar?
3.1 Bahasa Indonesia dan Istilah Teknis
Ada pendapat bahwa Bahasa Indonesia kurang cocok untuk digunakan dalam
penulisan ilmiah karena banyaknya istilah teknis yang tidak ada padan
katanya di dalam Bahasa Indonesia. Mungkin ini ada benarnya. Namun
harusnya tidak hanya Bahasa Indonesia saja yang memiliki masalah, karena
bahasa lainpun memiliki masalah yang sama.
Kita tidak dapat menyerah untuk tidak menuliskan karya ilmiah dalam
Bahasa Indonesia. Tentunya hal ini dilakukan dengan tidak memaksakan
kehendak dengan menggunakan istilah-istilah yang dipaksakan di-Indonesiakan.
3.2 Menuliskan istilah asing
Dokumen teknis biasanya penuh dengan istilah-istilah. Apalagi di dunia
Teknik Elektro di mana komputer, telekomunikasi, dan Internet sudah ada
di mana-mana, istilah komputer sangat banyak. Masalahnya adalah apakah
kita terjemahkan istilah tersebut? atau kita biarkan? atau kombinasi?
Ada juga istilah asing yang sebenarnya ada padan katanya di dalam Bahasa Indonesia. Namun mahasiswa sering menggunakan kata asing tersebut
dan meng-Indonesia-kannya. Contoh kata yang sering digunakan adalah kata "existing" yang diterjemahkan menjadi "eksisting". Menurut saya, penggunaan kata "eksisting" ini kurang tepat.
30
31
32
33
hal ini sering membingungkan karena kita mengurutkan nama dengan dasar
nama depan.
34
35
36
b.Bentuk benar.
(1) Salah satu tokoh pergerakan nasional ialah Haji Agus Salim.
(2) Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alahisalam.
Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti nama, gelar, jabatan, dan
pangkat tersebut harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
a. Bentuk salah.
(1) Calon jemaah Haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.
(2) Di Indonesia, Presiden langsung dipilih oleh rakyat.
(3) Siapa Bupati yang baru dilantik itu?
b. Bentuk benar.
(1) Calon jemaah haji DKI akan diberangkatkan hari ini ke Mekah.
(2) Di Indonesia, presiden langsung dipilih oleh rakyat.
(3) Siapa bupati yang baru dilantik itu?
Apabila unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat,
harus ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Sekretaris Jenderal Pertanian, Gubernur Sumatera Barat,dan
sebagainya.
4.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa.
a. Bentuk salah.
(1) Selama 350 tahun Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.
(2) Di Indonesia terdapat Suku Batak, Suku Jawa,dan sebagainya.
(3) Dalam Bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong.
b. Bentuk benar.
(1). Selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda.
(2) Di Indonesia terdapat suku Batak, suku Jawa, dan sebagainya.
(3) Dalam bahasa Minang terdapat kata mangicuah, artinya berbohong.
Namun, jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi imbuhan
gabung(awalan dan akhiran sekaligus), nama-nama itu harus ditulis dengan huruf
37
38
kata upgrading?
b-2. Kebanyakan orang Indonesia lebih suka yakitori daripada sashimi.
c-2. Waktu di Bandung, Miki disapa Neng Geulis dalam bahasa Sunda.
Mungkin Anda bertanya, mengapa kata yakitori pada contoh 2. b-2 tidak ditulis
dengan huruf miring, sedangkan kata sashimi ditulis dengan huruf miring, padahal
kata asal dua-duanya adalah bahasa Jepang.
Untuk kata-kata asing, misalnya bahasa Jepang, yang sudah diindonesiakan dan
dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia? Edisi Ketiga 2002, (Pusat
Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional) tidak ditulis dengan huruf miring.
Contoh:
bushido judo
judoka kabuki
karaoke karate
karategi karateka
kendo kimono
kumico obi
sake sakura
samurai sumo
yakitori
Di samping itu dalam KBBI terdapat pula kata-kata warisan tentara Jepang pada
Perang Dunia II, seperti :
heiho keibodan
kempetai romusa
sondanco (?) (mungkin yang dimaksud shodancho)
Sedangkan, kata-kata yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari,
(khususnya di kalangan penggemar masakan Jepang di Indonesia) tetapi belum
dibakukan, tetap ditulis dengan huruf miring.
Contoh:
geisha shabu-shabu
sashimi sukiyaki
39
sushi takoyaki
yakiniku
40
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN DAFTAR ISI
HALAMAN GAMBAR/GRAFIK (JIKA ADA)
BAB I
: PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Berisi
tentang
alasan
pemilihan
tema
dalam
pembuatan
paper/makalah.
1.2.
TUJUAN
Berisi tentang tujuan yang akan dicapai dengan pembuatan
makalah/paper.
1.3.
BAB II
Berisi tentang pembahasan dan penelitian tentang ilmu ataupun teori yang
sudah pernah dibahas oleh para ahli berkaitan dengan tema makalah/paper yang
dipilih. Materi yang dibahas secara teoritis dikaitkan dengan aplikasi praktis
teori/ilmu tersebut dalam kenyataan kehidupan keseharian.
41
Untuk menuliskan teori yang diambil dari para ahli jangan lupa
mencantumkan nama, tahun atau buku yang pernah memuat teori tersebut.
Sehingga sumber/nara sumbernya jelas dan tidak diragukan. Kalau membuat
kutipan harap mencantumkan pula halaman di mana kutipan tersebut diambil.
BAB III
: PEMBAHASAN
BAB IV
: PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berisi tentang simpulan akhir dari pembahasan yang sudah dibuat.
Penulisan kesimpulan singkat dan jelas, tidak panjang seperti pembahasan.
42
Dapat juga dimasukkan usulan dan saran dari penulis yang sudah
dimunculkan dalam pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi seluruh sumber yang digunakan dalam pembuatan makalah/paper.
Daftar pustaka berupa buku, surat kabar, majalah, informasi dari situs internet dan
lain-lain. Penulisannya secara lengkap dan mengikuti kaidah penulisan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
LAMPIRAN
Berisi seluruh gambar/foto ataupun grafik atau juga data yang mendukung
dalam pembuatan makalah.
43
1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau
tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh:
bergeletar, dikelola [1].
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh
digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk
memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia.
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik
yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku),
maupun yang berbentuk berubah beraturan (centang-perenang, sayur mayur).
4. Gabungan kata atau kata majemuk
1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar,
orang tua, ibu kota, sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian
Gabungan kata yang ditulis serangkai.
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki,
kauambil, bukumu, miliknya.
6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah
lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah,
dari Surabaya.
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si
44
kancil.
8. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah,
apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun,
bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
3. Partikel per- yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah. Contoh:
per 1 April, per helai.
9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan
akronim.
10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka.
Kata turunan
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan
penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi
tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.
Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an dan ber-i
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an dan pe-i
8. per-an dan per-i
9. se-nya
10. ter-kan dan ter-i
3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
45
46
Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada himbauan untuk
menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai
alternatifnya diusulkan menggunakan kata China. Ini sebuah argumen yang
tidak bisa didiskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran
China Cina adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris).
Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang).
Mayat dan mati
* mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat,
meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
* mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad
atau jenazah.
Pranala ke situs luar
Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti Untuk informasi lebih lanjut,
silakan mengunjungi situs ini. pada artikel yang belum lengkap. Sebaiknya
pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar dan menambahkan
Templat:Stub dengan mengetik:
{{stub}}
atau
{{rintisan}}
di bagian akhir artikel.
Penggunaan di mana sebagai penghubung dua klausa
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK
mengenal bentuk di mana (padanan dalam bahasa Inggris adalah who,
whom, which, atau where) atau variasinya (dalam mana, dengan mana,
dan sebagainya). Penggunaan di mana sebagai kata penghubung sangat sering
terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa
Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata yang sebagai
kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan
demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK DI MANA, apalagi
47
48
Usulan perbaikan 1:
Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten
ada 12.849.
Usulan perbaikan 2:
Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS seBanten ada 12.849.
Daftar kata
Untuk daftar yang lebih lengkap, lihat pula halaman utamanya.
Gabungan kata yang ditulis serangkai
1. acapkali
2. adakalanya
3. akhirulkalam
4. alhamdulillah
5. astagfirullah
6. bagaimana
7. barangkali
8. bilamana
9. bismillah
10. beasiswa
11. belasungkawa
12. bumiputra
13. daripada
14. darmabakti
15. darmasiswa
16. dukacita
17. halalbihalal
18. hulubalang
49
19. kacamata
20. kasatmata
21. kepada
22. keratabasa
23. kilometer
24. manakala
25. manasuka
26. mangkubumi
27. matahari
28. olahraga
29. padahal
30. paramasastra
31. peribahasa
32. puspawarna
33. radioaktif
34. sastramarga
35. saputangan
36. saripati
37. sebagaimana
38. sediakala
39. segitiga
40. sekalipun
41. silaturahmi
42. sukacita
43. sukarela
44. sukaria
45. syahbandar
46. titimangsa
47. wasalam
Kata yang sering salah dieja
50
Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut
KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan katakata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.
1. aktif, aktip
2. aktivitas, aktivitas
3. alquran, al-Quran, Al-Quran, al Quran, Al Quran (maupun tanpa ['])
4. analisis, analisa
5. Anda, anda
6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
7. asas, azas
8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
9. bus, bis
10. besok, esok
11. diagnosis, diagnosa
12. Ekstrakurikuler, ekstrakulikuler
13. ekstrem, ekstrim
14. embus, hembus
15. Februari, Pebruari
16. frekuensi, frekwensi
17. foto, photo
18. gladi, geladi
19. hierarki, hirarki
20. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva)
21. ibu kota, ibukota
22. ijazah, ijasah
23. imbau, himbau
24. indera, indra
25. indragiri, inderagiri
26. istri, isteri
27. izin, ijin
28. jadwal, jadual
29. jenderal, jendral
51
52
53