Anda di halaman 1dari 20

Inilah Profil Manusia Perahu Rohingya

Arus manusia perahu pengungsi Rohingya dari Myanmar mencuat jadi topik berita utama di
tataran internasional. Siapa etnis Rohingya dan mengapa mereka mengungsi secara massal?
Inilah profilnya.

Tahun 2015 ini aksi pengungsian lebih 25.000 warga Muslim Myanmar dengan
menggunakan perahu mencuat jadi topik berita di tataran internasional. Masalah muncul
terkait sikap pemerintah di tiga negara, yakni Thailand, Malaysia dan Indonesia dalam
menangani manusia perahu itu. Sebetulnya exodus etnis Rohingya dari Myanmar atau warga
Bangladesh lainnya dengan menggunakan perahu bukan fenomena baru.
Gelombang pengungsian besar-besaran pertama etnis Rohingya dengan menumpang perahu
terjadi tahun 2012 saat konflik sektarian antara warga minoritas Muslim Rohingya dengan
mayoritas Budhis di negara bagian Rakhine di Myanmar makin memburuk. Ketika itu lebih
200 warga etnis Rohingya tewas dan 140.000 lainnya digiring ke kamp-kamp penampungan.
Etnis Rohingya merupakan kaum minoritas di Myanmar dan Bangladesh, kebanyakan tidak
memiliki kewarganegaraan yang sah. Jumlah populasinya menurut taksiran PBB mencapai
sekitar 1,3 juta orang dan kebanyakan bermukim di negara bagian Rakhine yang tergolong
paling miskin di Myanmar. Minoritas Rohingya beragama Islam, sementara mayoritas warga
Myanmar beragama Budha.
Walau sudah bermukim di Myanmar selama beberapa generasi, anak cucu keturunan
Rohingya tetap dipandang sebagai pengungsi ilegal dari negara tetangga Bangladesh, Di
pihak lain, Bangladesh juga tidak mengakui mereka sebagai warga negaranya. Saat ini
terdapat sekitar 300.000 warga Rohingya di Bangladesh, terutama di kawasan perbatasan ke
Myanmar.
Diskriminasi dan restriksi
Akibat tidak memiliki kewarganegaraan yang sah, etnis Rohingya sering mengalami
diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga menghadapi berbagai pembatasan
termasuk dikontrol pergerakannya, pembatasan jumlah anak dalam keluarga serta hambatan
akses ke pasar kerja.


PE N GU N GS I R OHIN GYA - D I TI N DA S D AN D I PER A S
Pelayaran Maut
Setiap tahun, ribuan pengungsi Rohingya asal Myanmar dan pencari suaka asal Bangladesh
berlayar menuju Malaysia dan Indonesia dengan kapal-kapal dari sindikat perdagangan
manusia. Dalam tiga bulan pertama 2015, PBB memperkirakan ada 25.000 pengungsi yang
berangkat, kebanyakan dari kamp-kamp gelap di Thailand.
123456
Diskriminasi dan restriksi itu kemudian memicu bentrokan sektarian yang terus memburuk.
"Sebagai dampaknya setiap awal tahun ribuan etnis Rohingya menjadi manusia perahu untuk
mencari kehidupan lebih baik dan demi masa depan anak cucu mereka", ujar pakar Rohingya
Nicholas Farrelly dari Australia National University.
Banyak yang terjerat sindikat penyelundup manusia dari Thailand. Dengan bayaran cukup
tinggi hingga 1.500 US Dolar per orang, para pengungsi Rohingya itu kemudian ditampung
di kamp sementara dekat perbatasan ke Malaysia. Inilah jalur "trafficking" tradisional para
pedagang manusia. Jika bernasib baik, mereka bisa melintas ke Malaysia dan mencari
pekerjaan di sana, seperti sekitar 30.000 warga Rohingya yang beruntung. Jika naas, para
pengungsi ini mati dibunuh penjahat penyelundup manusia.
Pemicu arus manusia perahu terbaru adalah temuan kuburan massal di Thailand ke
perbatasan Malaysia yang berisi jasad puluhan warga Rohingya. Kasus ini sontak memicu
kemarahan di Bangkok. Kemudian digelar razia besar-besaran terhadap bandit penyeludup
manusia. Akibatnya, para pengungsi kemudian ditinggalkan begitu saja dalam perahunya di
laut lepas.
ASEAN kini mengirim sinyal ke Myanmar, agar menghentikan tidakan represif terhadap
minoritas Muslim Rohingya. Juga negara tetangga diimbau agar bersikap lebih lunak dan
menerima untuk sementara para manusia perahu itu berdasarkan azas kemanusiaan.

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150619113236-106-61057/komnasperempuan-pengungsi-rohingya-butuh-bantuan-psikologis/

Komnas Perempuan: Pengungsi Rohingya Butuh Bantuan Psikologis


Yohannie Linggasari, CNN Indonesia
Jumat, 19/06/2015 11:32 WIB

Banyak warga Rohingya yang menghadapi trauma baik akibat penyiksaan yang mereka alami
di Myanmar, atau selama di perahu. (Reuters/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) menilai pemerintah perlu memberikan bantuan psikologis berupa pemulihan
trauma untuk pengungsi Rohingya yang kini berada di Aceh.
Komisioner Komnas Perempuan Indraswari menilai bantuan tersebut penting terutama bagi
perempuan dan anak-anak etnis Rohingya yang kini berstatus sebagai pengungsi.
Sampai sekarang belum ada bantuan semacam itu, padahal rata-rata pengungsi mengalami
peristiwa traumatis sejak dari Myanmar hingga perjalanan mereka saat di kapal, kata
Indraswari saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis (18/6).
Usulan tersebut disampaikan Komnas Perempuan setelah melakukan kunjungan ke tempat
pengungsian etnis Rohingya di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Kota Langsa pada
awal Juni lalu. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, Komnas Perempuan menilai bantuan
dasar seperti makanan dan pakaian sudah terpenuhi.

Pilihan Redaksi

Myanmar Tanggapi Dingin Usulan Mahathir Keluar dari ASEAN


ASEAN Tak Punya Instrumen untuk Atasi Isu Pengungsi
Soal Rohingya, Myanmar Tidak Mau Disalahkan
Data Sensus Myanmar Tidak Sertakan Minoritas Rohingya

Hanya, kami berpendapat kebersihan di tempat pengungsian rata-rata buruk. Seharusnya


pengungsi dilibatkan secara intensif dalam menjaga kebersihan tempat pengungsian masingmasing, kata Indraswari.
Di sisi lain, berdasarkan laporan Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Urusan Pengungsi (UNHCR), diketahui ada perempuan yang saat ini sedang dalam keadaan
hamil dan tertekan karena diduga mengalami pemerkosaan selama di kapal.
Dampak stress akibat mengungsi juga sudah mulai meningkat. Dari laporan relawan yang
melakukan pendampingan, kata Indraswari, diketahui selama di pengungsian sangat sering
terjadi pertengkaran antar pengungsi, bahkan ada yang berujung dengan pemukulan.
Beberapa ibu juga mudah sekali membentak dan memukul anak.
Indikasi trauma beberapa perempuan terlihat antara lain tidur berkepanjangan, mengamuk,
menangis, menelantarkan, atau tidak peduli kepada anak, kata Indraswari.
Selain itu, Komnas Perempuan juga menemukan adanya perempuan muda atau dalam usia
anak berusia 13 hingga 15 tahun yang hamil.
Untuk menyikapi temuan-temuan tersebut, Indraswari berjanji pihaknya akan berdialog
dengan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Yohana Yembise.
Kami akan berikan laporan Komnas Perempuan beserta sejumlah usulan yang tadi saya
ungkapkan. Kami berharap bisa bertemu dalam waktu dekat, katanya.

Terdapat anak perempuan berusia 13-15 tahun yang sudah mengandung di Aceh.
(Reuters/Rafiqur Rahman)
Dipisah

Berdasarkan pemantauan Komnas Perempuan, ada tiga lokasi yang dijadikan tempat
pengungsian. Pertama, Kuala Cangkoi, dengan rincian pengungsi yang terdiri dari 141 lakilaki, 90 perempuan, dan 90 anak-anak.
Kedua, Bayeun, dengan rincian pengungsi yang terdiri dari 194 laki-laki, 79 perempuan, dan
84 anak-anak. Ketiga, Kuala Langsa, dengan rincian pengungsi yang terdiri dari 163 laki-laki,
46 perempuan, dan 41 anak-anak.
Pengungsi Rohingya ditempatkan terpisah dari imigran Bangladesh. Di Aceh Utara misalnya,
warga Bangladesh ditempatkan di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe di Kecamatan Blang
Mangat Kota Lhokseumawe dan pengungsi Rohingya di TPI Desa Kuala Cangkoi Kabupaten
Aceh Utara. Jarak antara Desa Kuala Cangkoi dan Blang Mangat sekitar 20 km.
Sementara itu, di Aceh Timur, imigran Bangladesh ditempatkan di tenda yang terpisah dari
laki-laki pengungsi Rohingya, meskipun masih dalam satu areal pengungsian. Hal yang sama
dilakukan bagi pengungsi di Kota Langsa.
Imigran etnis Rohingya melarikan diri dari diskriminasi dan kekerasan di Myamar ke negara
tetangga di Asia Tenggara. Lebih dari 3.500 imigran Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh
terdampar di Indonesia dan Malaysia sejak awal Mei.
Menurut catatan UNHCR, saat ini ada 1.974 pengungsi asal Rohingya dan Bangladesh yang
ditampung di Aceh sejak bulan lalu. Mereka diselamatkan nelayan Aceh dari kapal nelayan
yang terkatung di lautan selama berbulan-bulan, dalam keadaan dehidrasi dan kelaparan.
Indonesia dan Malaysia sepakat menawarkan tempat penampungan sementara selama satu
tahun kepada ribuan imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di
lautan lepas, sembari mengupayakan repatriasi atau pemulangan kembali para imigran ke
negara asal.

http://www.voaindonesia.com/content/pemerintah-indonesia-siapkanlokasi-baru-pengungsi-rohingya-dan-bangladesh/2808703.html
Pemerintah Indonesia Siapkan Lokasi Baru Pengungsi Rohingya dan
Bangladesh
Pemerintah Provinsi Aceh menargetkan sebelum Ramadan, penampungan pengungsi
Rohingya dan Banglades siap dihuni yang dilengkapi dengan sarana air bersih.

Cetak
Komentar
Teruskan:

Utusan AS untuk penanganan masalah Populasi, Pengungsi dan Migrasi, Anne C. Richard
(tengah) bersama delegasi Organisasi Migrasi Internasional meninjau tempat penampungan
sementara pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Kuala Cangkoi, Aceh (2/6).

Artikel Terkait

AS Punya Peran Kunci Akhiri Krisis Migran

Aktivis Aceh Dukung Rencana Pemerintah RI Tampung Anak Pengungsi Rohingya

Presiden Jokowi Tegaskan Indonesia Tetap Bantu Pengungsi Rohingya di Indonesia

AS Apresiasi Peran Indonesia dalam Membantu Pengungsi Rohingya

Indonesia, Malaysia Sepakat Tampung Sementara Para Migran


Andylala Waluyo
Versi terbaru per: 05.06.2015 20:44
JAKARTA
Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk tetap membantu para pengungsi asal
Rohingya Myanmar dan Bangladesh. Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Andi Rachmianto, di Gedung Kemenlu Jakarta,

Jumat (4/6) menjelaskan, dalam waktu dekat lokasi para pengungsi yang saat ini ditampung
di Provinsi Aceh, akan dipisahkan dengan pemukiman masyarakat setempat.
"Prinsipnya memang dari Pemerintah tempat shelter penampungan para pengungsi tersebut
semaksimal mungkin akan kita lokalisir dari masyarakat. Tidak lain dan tidak bukan, ini
adalah untuk memudahkan pengawasan. Karena mereka kan datatang tanpa dokumen. Belum
lagi juga beberapa kita temukan mereka terjangkit penyakit. Dan bahkan sudah ada dua orang
yang meninggal," kata Andi Rachmianto.
Lebih lanjut Andi menjelaskan, tempat penampungan sementara untuk para pengungsi ini
dipersiapkan selama satu tahun kedepan.
"Jadi kita akan tampung dengan catatan kita akan siapkan temporary shelterselama satu
tahun. Nah tentunya proses pembuatan atau penyiapantemporary shelter ini sedang kita
lakukan. Tadi saya singgung sedikit untuk menyiapkan ini perlu ada langkah-langkah rencana
kerjanya seperti apa dan siapa yang akan membangun tempatnya di mana," imbuh Andi.
"Sejauh ini informasi yang kita peroleh tempatnya yang akan kita bangun adalah lokasi yang
sudah ditempati oleh para pengungsi tersebut. Ada yang di Lhokseumawe, Aceh Utara dan
Aceh Timur, kita akan siapkan disana. Kita harapkan dalam satu tahun sudah banyak yang
kita lakukan," lanjutnya.
Andi Rachmianto menambahkan, pemerintah tengah menyiapkan draf Peraturan Presiden
(Perpres) terkait penanganan pengungsi imigran yang terdampar di Indonesia. Perpres
tersebut salah satunya akan mengatur mekanisme penyediaan anggaran bagi pemerintah
daerah yang ditugaskan mengurus para pengungsi.
Perpres tersebut menurut Andi akan menjadi payung hukum bagi pemerintah dalam
menangani pengungsi, serta membongkar upaya perdagangan dan penyelundupan manusia.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Aceh Al Hudri kepada VOA menjelaskan, ada 5 titik lokasi
penampungan sementara pengungsi asal Rohingya Myanmar dan Bangladesh di Aceh.
"Yang pertama di kota Lhokseumawe. Yang kedua di Aceh Utara. Yang ketiga di kota Langsa.
Yang keempat di Aceh Tamiang. Dan yang ke lima di Aceh Timur jumlah semua pengungsi
yang ada pada saat ini berjumlah 1713 orang. Yang meninggal ada 2 orang karena sakit.
Kemudian ada 13 orang yang dideportasi ke Medan karena penyakit TBC," kata Al Hudri.
Sementara itu, Humas Pemerintah Daerah Aceh Utara Amir Hamzah kepada VOA
menargetkan sebelum bulan suci Ramadhan lokasi penampungan para pengungsi sudah siap
dihuni. Lengkap dengan sarana sanitasi dan air bersih.
"Lokasinya di gampong Blang Adeu, kecamatan Kuta Makmur. Tepatnya di areal Balai
Latihan Kerja Dinas Sosial Aceh Utara. Saat ini tengah dipagar lokasi itu. Pembuatan sanitasi
air bersih dan sebagainya. Insya Allah sebelum Ramadan nanti mereka akan kita tempatkan di
tempat yang baru," kata Amir Hamzah.
Amir Hamazah menambahkan untuk di Aceh Utara jumlah pengungsi asal Rohingya ada 329
orang dan untuk pengungsi asal Bangladesh berjumlah 246 orang. Untuk yang asal

Bangladesh saat ini tengah dalam proses pengurusan dokumenn dan akan dikembalikan ke
negara asal.
Filipina Siap Bantu Indonesia
Beberapa negara yang tergabung dalam Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara ASEAN
menyatakan diri siap membantu Indonesia untuk menyediakan tempat penampungan para
pengungsi asal Rohingya Myanmar. Diantara negara-negara itu adalah Filipina.
Sejauh ini yang sudah menjadi negara pihak dari ASEAN hanya Filipina dan Kamboja. Dan
tetangga kita dari selatan yaitu Australia. Secara informal kita juga sudah menerima
komitmen dari pemerintah Filipina sebagai negara pihak, untuk membantu juga mengurangi
beban dalam rangka mengatasi masalah pengungsi khususnya dari Rohingya. Jadi ini adalah
bagian dari kita 1 tahun bekerjasama dengan negara-negara mitra yang sudah menyatakan
kesediaan.

Ini Penyebab Rohingya Kabur dari Myanmar

Derita pengungsi Rohingya di


Langsa, Aceh, Jumat (15/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)
Sabtu, 23 Mei 2015 21:15 WIB | JIBI/Solopos/Newswire |
|

Pengungsi Rohingya tak hanya menjadi masalah bagi Indonesia. Rohingya telah menjadi
masalah dunia.
Solopos.com, NAYPYIDAW Keberadaan pengungsi Rohingya di Indonesia memicu
gerakan bantuan Rohingya. Tak hanya di jejaring sosial, gerakan peduli Rohingya juga
digelorakan sejumlah elemen masyarakat.
Semakin banyaknya kaum Rohingya meninggalkan Myanmar salah satunya dipicu oleh
kondisi politik di Myanmar. Pada 11 Februari 2015, pemerintah Myanmar menarik kartu
putih yang merupakan satu-satunya kartu identitas resmi etnis Rohingya di Myanmar. Kartu
putih dinyatakan tidak berlaku sejak 31 Maret 2015. (Baca: Inilah Dibalik Pembantaian
Rohingya)
Kartu putih merupakan kartu identitas yang diberikan bagi orang-orang yang tinggal di
Myanmar namun tidak mendapatkan status resmi sebagai penduduk, penduduk asosiasi,
penduduk netral, atau warga negara asing. Pemegang kartu putih berarti mereka bukanlah
warga negara Myanmar atau warga negara asing.
Sebagaimana diberitakan The Myanmar Times yang dikutip olehOkezone, Sabtu (23/5/2015),
kartu putih pertama kali diluncurkan pada 1990-an oleh rezim militer sebelumnya.
Pada waktu itu, pemerintah mengganti Kartu Identitas Perserikatan Myanmar (Union of
Myanmar Identity Card) dengan Kartu Registrasi Nasional (National Registration Cards).
Beberapa etnis yang tidak diakui pemerintah diberikan kartu putih meski sebelumnya mereka
memegang Kartu Identitas Perserikatan Myanmar.
Pemegang kartu putih dilarang bepergian tanpa izin pemerintah. Mereka juga tidak harus
mendapat izin pemerintah bila ingin menikah. Selain itu, pemerintah turut andil dalam
perencanaan keluarga.
Presiden Myanmar Thein Sein membatalkan kartu putih pada 11 Februari 2015. Keputusan
Presiden Thein Sein diduga akibat desakan dari protes massa. Pada pagi 11 Februari 2015,
massa bergerak menuju Yangon meminta pembatalan kartu putih. Pada sore harinya, Presiden
Thein Sein mengumumkan pembatalan.
Di Sittwe, protes massa dimulai sejak 5 Februari 2015. Setiap rumah di Sittwe mengibarkan
bendera Buddhis. Penduduk Sittwe menulis surat yang menolak hak pilih pemegang kartu
putih, kata koordinator demonstran, Daw Nyo Aye.
Bersamaan dengan ditariknya kartu putih, orang-orang Rohingya kehilangan haknya untuk
ikut dalam Pemilihan Umum (Pemilu). Sesuai referendum yang diselenggarakan pada 2008,
pemegang kartu putih mendapatkan hak pilih dalam pemilu. Pembatalan dari Presiden Thein
Sein menutup kesempatan orang Rohingya berpartisipasi dalam Pemilu Myanmar 2015.
Ribuan Ditarik
Kantor Imigrasi Provinsi Rakhine telah menarik kartu putih milik kaum Rohingya sejak 1
April 2015. Direktur Departemen Imigrasi Rakhine, U Khin Soe mengatatakan, pemerintah
akan menarik seluruh kartu hingga 31 Mei 2015.
Hingga akhir April, sudah ada 300.432 kartu putih yang ditarik dari total 660.000 pemegang
kartu putih di Rakhine. Sebanyak 83 persen dari pemegang kartu putih di Rakhine adalah
etnis Rohingya.

Di beberapa permukiman, mereka masih takut untuk menyerahkan kartu-kartu mereka.


Namun, nanti mereka akan menyadari kartu putih yang mereka miliki tidak ada gunanya.
Saya yakin mereka akan menyerahkan kartu-kartu itu, sambungnya.
Berdasarkan data Kementerian Imigrasi Myanmar, tercatat 797.504 pemegang kartu putih di
seluruh penjuru negeri. Hanya Provinsi Kayah dan Bago saja yang tidak memiliki pemegang
kartu putih.

Ratusan pengungsi Rohingya di Aceh


bergantung pada bantuan

Sri LestariJurnalis BBC, Aceh


15 Mei 2015
Kirim

Kaum perempuan dan anak-anak pengungsi Rohingya dan Bangladesh menempati salah satu
ruangan di Tempat Pelelangan Ikan Kuala Cangkoi, Aceh utara.
Ratusan pengungsi asal Bangladesh dan Rohingya dari Myanmar bergantung pada
bantuan pemerintah Indonesia dan organisasi internasional sejak terdampar di
Aceh utara, pada Minggu (10/05).
Setiap hari selama tiga kali mereka mengantre makanan yang diberikan petugas. Sedangkan
mereka yang sakit hanya bisa terbaring lemah di tempat pengungsian.
"Kami hanya diberi makan dan minum sedikit ketika berada di kapal, " jelas Tarhib Ahmad
pengungsi dari Bangladesh.

Setiap hari sejak terdampar pada Minggu (10/05), para pengungsi harus antre untuk mendapatkan
jatah makanan.

Mereka kini menempati lokasi penampungan baru di Tempat Pelelangan Ikan atau TPI Kuala
Cangkoi sejak Rabu (13/05) malam. Sebelumnya mereka ditempatkan di Gedung Olah raga
Lhoksukon, Aceh utara.
Empat bangunan di TPI ini belum pernah digunakan dan pemerintah daerah Aceh Utara
menganggap lokasi pengungsian baru ini dapat menampung pengungsi yang berjumlah lebih dari
500 orang.

Juru bicara Pemkab Aceh Utara Amir Hamzah menyatakan fasilitas sanitasi di TPI Kuala Cangkoi
lebih baik dibandingkan GOR Lhoksukon yang ditempati pengungsi setelah diselamatkan oleh
nelayan pada Minggu (10/05).
"Di sini ada WC, air dan lebih luas," jelas Amir Hamzah.
"Ini lokasi paling dapat menampung mereka yang ada di Aceh Utara selama belum dipindahkan
oleh imigrasi," tambahnya.
Amir mengatakan pendataan terhadap ratusan pengungsi masih dilakukan.

Sekitar 14 pengungsi sakit dan sembilan orang harus dirawat di rumah sakit.

Penghidupan layak
Beberapa pengungsi Bangladesh yang ditemui wartawan BBC Indonesia, Sri Lestari, menyebutkan
mereka berniat mencari pekerjaan di Malaysia karena sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak di Bangladesh.
Adapun para pengungsi Rohingya dari Myanmar mengaku melarikan diri karena konflik di Negara
Bagian Rakhine.

Mohamed Sowkot, 29 tahun, meninggalkan Bangladesh untuk mencari penghidupan layak.


Badan PBB yang mengurus pengungsi (UNHCR) masih mendata para pengungsi dan mulai
mengidentifikasi apakah mereka merupakan pencari suaka atau pengungsi.

Pemerintah juga belum menyatakan langkah yang dilakukan untuk mengatasi pengungsi.
Kedatangan pengungsi yang berjumlah hampir 600 orang ini menambah jumlah pengungsi dan
pencari suaka di Indonesia yang menurut data UNHCR mencapai 10 ribu orang.

Lokasi penampungan pengungsi


Rohingya akan ditentukan

Sri LestariWartawan BBC Indonesia


24 Mei 2015
Kirim

Hampir separuh pengungsi Rohingya di Aceh merupakan anak-anak dan perempuan


Pemerintah berencana akan menggelar rapat untuk menangani pengungsi Rohingya
dan Bangladesh pada awal pekan ini, atau dua minggu setelah rombongan pertama tiba
di Aceh.
Jumlah pengungsi Rohingya dan Bangladesh mencapai 1.759 orang, dan sesuai kesepakatan
dengan menteri luar negeri Malaysia, Indonesia siap menampung sebagian dari pengungsi dan
migran yang diperkirakan masih berada di laut.
Tetapi sejauh ini, rincian penampungan selama satu tahun ke depan belum ditentukan dan baru
akan dibahas dalam rapat besar, seperti disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri
Arrmanatha Nasir.
"Ada meeting antarkementerian antara lain Menkopolhukam, TNI, Kemenlu serta dari pemerintah
daerah dan juga Kementerian Sosial untuk bisa membahas tempat penampungan sementara, dan
rencana kita untuk membantu kapal-kapal yang masih ada di laut dan terutama yang ada di
perairan Indonesia," jelas Arrmanatha.
Arrmanatha mengatakan dalam rapat tersebut juga akan dibahas bagaimana lembaga
internasional dapat membantu Indonesia untuk menangani pengungsi.

Penempatan pengungsi
Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan hal penting yang perlu dilakukan adalah membuat
payung hukum seperti Perpres untuk melaksanakan kebijakan menampung sementara pengungsi.
"Bisa disebar ke beberapa daerah, dan walaupun di cover APBN tetapi pemerintah daerah pasti
akan terlibat dan kalau dikonsentrasikan ke satu daerah saja, maka dalam Perpres itu pemerintah
bisa saja menunjuk sejumlah daerah untuk membangun rumah detensi tersebut, jelas Mahfud.

Hampir 1.800 pengungsi Rohingya dan Bangladesh diselamatkan oleh nelayan Aceh.
Mahfudz mengatakan sejumlah rumah detensi dan lokasi di Pulau Sumatra dapat menjadi lokasi
ideal untuk penampungan sementara sebelum ditempatkan ke negara lain.
Penampungan itu terutama diperlukan bagi pengungsi Rohingya -yang tidak diakui sebagai warga
negara Myanmar dan yang melarikan diri dari penindasan di sana.

Warga Bangladesh dipulangkan


Jumlah pengungsi di Aceh mencapai 1.759 orang, lebih dari separuhnya yaitu 1.062 berasal dari
etnis Rohingya Myanmar dan 720 di antaranya merupakan pendatang asal Bangladesh.
Dalam rapat bersama Kementerian sosial dengan Pemda Aceh, UNHCR, IOM, BNPB, dan sejumlah
NGO di Pendopo Kota Langsa pada Minggu (24/5) disepakati bahwa warga Bangladesh akan
dipulangkan dan mulai pekan depan akan dipindahkan dari Aceh ke tempat penampungan
sementara di Medan.
Sebelumnya, Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Md Nazmul Quaunine, telah mengunjungi
dua lokasi pengungsian di Aceh Utara dan Langsa dan menyatakan akan memulangkan warganya
setelah melewati proses identifikasi.

Seluruh pengungsi Bangladesh adalah laki-laki yang ingin bekerja di Malaysia.


Tetapi reaksi beragam disampaikan beberapa migran Bangladesh di Aceh kepada BBC Indonesia
tentang rencana tersebut.
"Saya mau saja dipulangkan ke kampung kalau pemerintah Bangladesh membiayai," jelas
Mohamad Mizan (35) pengungsi Bangladesh di Bireum Bayeun, Aceh Timur.
Sementara pengungsi Bangladesh yang berada di lokasi pengungsian di Kuala Langsa, Mohamad
Malik mengaku tak ingin kembali ke negara asalnya.
"Di sana tidak ada pekerjaan, saya tak mau kembali ke Bangladesh," jelas Malik dalam bahasa
Melayu.
Kedatangan hampir 1.800 pengungsi dalam kurun waktu kurang dari dua minggu sempat
memunculkan kembali wacana menempatkan pengungsi di satu pulau khusus, seperti ketika
Indonesia menampung pengungsi Vietnam di Pulau Galang pada tahun 1970-an.
Tetapi penentuan lokasi diperkirakan memakan waktu lama karena melewati beberapa proses
sedangkan pemerintah daerah yang saat ini menampung pengungsi mengharapkan segera
ada solusi.

Pengungsi Rohingya akan ditempatkan


di Aceh sampai setahun

4 Juni 2015
Kirim

Pengungsi Rohingya akan ditempatkan di tempat penampungan sementara di sejumlah wilayah di


Aceh sampai setahun ke depan.
Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan bahwa sekitar 964 pengungsi Rohingya
asal Myanmar akan ditempatkan di lokasi penampungan sementara di Lhokseumawe,
Aceh Timur, dan Aceh Utara sampai satu tahun ke depan.
"Tempat (penampungan sementara) yang akan kita bangun, (yaitu) di lokasi yang sudah ditempati
oleh para pengungsi tersebut. Jadi, ada di Lhokseumawe, Aceh Utara dan Aceh Timur. Kita siapkan
di sana," kata Direktur Keamanan internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian luar negeri,
Andy Rachmianto, dalam jumpa pers, Kamis (04/06).
Pemerintah Indonesia saat ini sedang menyiapkan rencana kerja untuk membangun penampungan
sementara (temporary shelters) tersebut, terutama soal "siapa yang membangun dan di mana
lokasi persisnya".
Pada 20 Mei lalu, pemerintah Indonesia dan Malaysia menyatakan siap menampung para
pengungsi dan pendatang yang terapung-apung di laut dengan syarat mereka
ditempatkan di negara ketiga atau dipulangkan dalam waktu satu tahun.

Tempat (penampungan sementara) yang akan kita bangun, (yaitu) di lokasi


yang sudah ditempati oleh para pengungsi tersebut. Jadi, ada di
Lhokseumawe, Aceh Utara dan Aceh Timur.Direktur Keamanan Internasional
dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri, Andy Rachmianto
Ditanya apa yang akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap pengungsi Rohingnya
setelah masa satu tahun itu berakhir, Andy Rachmianto tidak menjawab secara tegas.
"Kita harapkan dalam setahun sudah banyak yang kita lakukan," katanya.

Dalam penelusuran BBC Indonesia di Kuala Lumpur,ada ribuan orang Rohingya yang
menetap di sana lebih dari tiga tahun sembari menunggu negara yang bersedia
mengambil mereka sebagai warga negara.
Mohammad Sadek, misalnya, telah tertahan di Malaysia selama delapan tahun.
Saya masuk ke Malaysia tahun 2006. Jadi delapan tahun saya menunggu di sini, ungkapnya di
sebuah kawasan yang ramai ditempati pendatang di Kuala Lumpur.
Apa yang ditunggu Sadek adalah penempatan di negara lain setelah negara asalnya, Myanmar,
mengabaikannya.

Pemulangan pendatang Bangladesh


Para pengungsi Rohingya saat ini ditampung di sejumlah lokasi di Aceh, antara lain di Kota Langsa,
Kabupaten Aceh Timur, dan Kabupaten Aceh Utara.
Pengungsi etnik Rohingya dari Myanmar itu diselamatkan oleh nelayan-nelayan di Aceh bersama
720 pendatang Bangladesh pada awal Mei lalu.

Pengungsi etnik Rohingya dari Myanmar itu diselamatkan oleh nelayan-nelayan di Aceh bersama
720 pendatang Bangladesh pada awal Mei lalu
Sejauh ini Myanmar menolak disalahkan atas persoalan pengungsi Rohingya yang dianggap
sebagai pendatang dari Bangladesh.
Adapun pendatang dari Bangladesh, para pejabat negara di Asia Selatan itu telah mengatakan
akan memulangkan mereka, kata Andy Rachmianto.
"Sebagai migrant economy, kita bisa melakukan pemulangan. Proses sudah dimulai, tinggal
menunggu kecepatan pemerintah Bangladesh menyelesaikan dokumen perjalanan mereka," kata
Andy.

Pemerintah Didesak Bikin Kebijakan untuk Lindungi


Pengungsi Rohingya

Politikus PKS Nasir Djamil (Antara)

Jakarta - Pemerintah diharapkan segera melakukan kajian secara mendalam mengenai manfaat dan kendala yang akan
dihadapi Indonesia apabila meratifikasi Konvensi Internasional 1151 dan Protokol 1967 tentang status pengungsi.
"Lemahnya posisi tawar Indonesia terhadap intervensi pihak luar terhadap penanganan pengungsi ini mengakibatkan
penanganan pengungsi di Indonesia tidak efektif dalam memberikan kepastian hukum terhadap pengungsi," kata Anggota
Komisi III DPR RI, Nasir Djamil, saat interupsi sidang paripurna DPR, di Jakarta, Senin (18/5).
Nasir juga menyoroti keterbatasan sarana dan prasarana pemerintah untuk memberikan tempat singgah sementara terhadap
para pengungsi dan minimnya pengawasan terhadap para pengungsi. Menurutnya, hal itu justru tak jarang menimbulkan
keresahan baru di tengah masyarakat.
Dia mengusulkan DPR perlu memanggil pemerintah untuk menyamapaikan langkah dan strategi kemanusiaan dalam
merespons masifnya jumlah pengungsi yang akan singgah ke Indonesia. Hal itu mengingat adanya tindakan kontraproduktif
yang dilakukan TNI AL yang telah mencoba menolak kedatangan pengungsi Rohingya.
"Saya juga berharap perlu segera melakukan langkah politik dengan pemerintah wilayah asal pengungsi untuk segera
mengkhiri konflik di wilayahnya dan mengembalikan hak warga negaranya yang menjadi pengungsi di Indonesia," tutur Nasir.
Dia berharap keprihatinannya itu mendapat perhatian dari pemimpin DPR RI. Legislator asal Aceh itu mengatakan, semua
pihak harus memberikan apresiasi pada Pemprov Aceh yang telah melakukan tindakan kemanusiaan dengan menyediakan
tempat persinggahan sementara. Selain itu, Aceh juga memberikan respons cepat terhadap penanganan medis dan
pemenuhan kebutuhan para pengungsi di wilayahnya.

http://ferryefendi.blogspot.com/2007/12/konsep-pengungsi.html
http://www.antaranews.com/berita/499295/kamp-pengungsi-rohingya-aman-dari-penyakitmenular
http://beritasore.com/2015/06/20/10-pengungsi-positif-suspect-tbc/
http://portalsatu.com/news/derita-tbc-13-migran-rohingya-dan-bangladesh-diboyong-kemedan/
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/05/27/70405/kpai-serukanperlindungan-anak-indonesia-dari-penularan-yang-dibawa-pengungsi.html

http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pengungsi

Anda mungkin juga menyukai