Anda di halaman 1dari 12

HEMATOLOGI I

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok

: Mutajahidin Salas
: B0A012012
:6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBER DAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemeriksaan

hematologi

merupakan

sekelompok

pemeriksaan

laboratorium klinik yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan seperti


kadar hemoglobin, hitung lekosit, eritrosit, trombosit, laju endap darah
(LED), sediaan hapus, hematokrit, retikulosit, dan pemeriksaan hemostatis.
(Depkes RI, 1989).
Pemeriksaan kadar hemoglobin termasuk salah satu pemeriksaan darah
rutin yang dibutuhkan untuk mendiagnosa suatu penyakit dan banyak diminta
diklinik. Hal ini disebabkan oleh makin meningkatnya kebutuhan akan data
tersebut. Dengan meningkatnya permintaan pemeriksaan kadar hemoglobin
maka pemeriksaan kadar hemoglobindengan alat spektrofotometerkurang
memenuhi kebutuhan tersebut.Oleh karena itu dibuatlah alat BC-2600 Auto
analizer hematologi. Dengan alat BC-2600 Auto analizer hematologi maka
pemeriksaan kadar hemoglobin menjadi lebih mudah, cepat, dan teliti di
bandingkan dengan alat spektrofotometer. Walaupun demikian pemeriksaan
kadar hemoglobin dengan alat speYktrofotometer masih di pertahankan. Hal
ini disebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan alat spektrofotometer
masih merupakan metode rujukan.
Hemoglobin adalah senyawa protein dengan protoporfirin dan globin
(tetraphyrin) dimana hemoglobin ini yang menyebabkan warna darah menjadi
merah karena adanya senyawa Fe. (Syamsul Bakhri, Kalma,1988)
Menggunakan alat spektrofotometer merupakan cara yang paling banyak
digunakandengan mengubah hemoglobin menjadi sianmethemoglobin, sebab
reagens dan alat untuk mengukurnya dapat dapat dikontrol terhadap suatu

larutan standard yang stabil. Keterbatasan pada teknik ini, yang umumnya
terjadi adalah dalam hal pengenceran sampel secara akurat dan pembuatan
reagens serta kalibrasi instrumen secara teliti. Dengan menggunakan alat BC2600 auto analizer hematologi memungkinkan kadar hemoglobin diukur
dengan cepat dan teliti. Hemoglobin ditentukan secara tidak langsung dengan
mengolah data mengenai jumlah dan volume eritrosit, konduktivitas elektrik
dan variabel lain yang ditunjukkan oleh instrumen. Automatisasi tidak
menghilangkan kesulitan mengenai pengenceran sampel dan standarisasi alat,
tetapi cara ini meningkatkan kecepatan pemeriksaan dan ketelitian dibanding
menggunakan alat spektrofotometer 4010. Karena pemeriksaan kadar
hemoglobin menggunakan alat BC-2600 auto analyzer hematology ini
mempunyai ketepatan tinggi dan kalkulator elektrik merupakan bagian dari
instrumen. (Frances K. Widmann, 1995)
I.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum hematologi I ini adalah memberikan keterampilan
pada mahasiswa tentang cara pengambilan darah hewan, mengetahui
perbedaan bentuk sel darah pada berbagai hewan, serta cara perhitungan sel
darah merah, sel darah putih dan kadar hemoglobin hewan.

II. MATERI DAN CARA KERJA


II.1

Materi
Alat - alat yang digunakan dalam praktikum hematologi I ini adalah

haemositometer , tabung sahli, haemometer, pipet kapiler, mikroskop, objek


gelas dan kaca penutup, spuit dan hand counter.
Bahan yang digunakan dalam praktikum hematologi I ini adalah larutan
Hayem, larutan 0.1 N HCl, larutan Turk, darah Ikan Lele (Clarias batracus),
Mencit (Mus musculus), Katak (Fejervarya Cancrivora).

II.2

Cara Kerja

A. Menghitung jumlah leukosit


1. Dihisap darah ikan menggunakan mikropipet sampai pengenceran
menunjukan angka 0,5, kemudian ujungnya dibersihkann dengan kertas
isap.
2. Dihisap larutan turk yang telah dutuangkan terlebih dahulu ke tabung
reaksi, sampai angka 11.
3. Diambil pipet karet (yang dipakai untuk menghisap) dari pipet, kemudian
pipet dipegang kedua ujungnya dengan ibu jari telunjuk kemudian
kocoklah.
4. Dibuang beberapa tetes (1-2 tetes), kemudian tetes berikutnya dipakai
untuk menghitung.
5. Disiapkan bilik hitung, tetskan cairan kedalam pipet sehinggacairan dapat
masuk dengan sendirinya kedalam bilik hitung.
6. Dilihat di bawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah,
kemudian dengan pembesaran kuat.
7. Dihitung semua leukosit yang terdapat dalam bujur sangkar pojok. Jadi
jumlah bujur sangkar yang dihitung menjadi 4 x 16 = 64 bujur sangkar
dengan sisi masing-masing =1/4 mm.
B. Menghitung jumlah erittrosit.
Untuk menghitung jumlah eritrosit, kerjanya sama dengan menghitung
leukosit bedanya hanya:
1. Diencerkan 200 kali.
2. Cairan yang digunakan larutan hayem.
3. Semua erittrosit yang dihitung terdapat di dalam bujur sangkar kecil
dengan sisi 1/20 atau dengan volume masing-masing 1/4000 mm3.
C. Pengukuran kadar hemoglobin dengan metode sahli
1. Disediakan tabung sahli (berskala) ke dalamnya ditetskan 0,1 N larutan
HCl hingga batas 10.
2. Jari dibersihkan dan dikeringkan, selanjutnya ditusuk menggunkan
lancet.
3. Darah yang keluar diisap dengan pipet isap hinggaskala 20 l (diisap
4.
5.
6.
7.
8.

dengan tepat).
Dibersihkan darah yang tersisa dengan menggunakan kapas.
Diteteskan darah kedalam tabung sahli yang sudah berisi HCl.
Dibilas beberapa kali dengan larutan HCl.
Diaduk larutan HCl dengan menggunakan batang pengaduk
Setelah satu menit ditambahkan dengan aquades secara perlahan, hingga
terlihat perubahan warna dengan sasuai.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1 Hasil
Tabel hasil pengmatan perhitungan hematologi.

Sampel
Darah

Kelompok
1
2
3
4
5
6

Ikan
Mencit
Katak

Kadar Hb
(gr/dl)
6,4
9,8
3,2
3
4
18,2

Leukosit
(sel/mm3)

Eritrosit
(sel/mm3)

54.775

375.000

16.900
24.100

195.000
180.000

6.125
149.000

2285000
35.040.000

166.400

370.000

Perhitungan (Kelompok 6)
Leukosit =

L1 = 1584
L2 = 1840
L3 = 1760
L4 = 1472+
L = 6656

Leukosit

= 25 . L
= 25 . 6656= 166.400 sel/mm3

Eritrosit =

E1 = 22
E2 = 10
E3 = 13
E4 = 15
E5 = 14

E = 74
Eritrosit = 5000 E
= 5000 (74)
= 370.000 sel/mm3
III.2 Pembahasan
Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan
yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai

jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsurunsur sel dan substansi intraselular yang berbentuk plasma (Subowo, 1992).
Hematologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari komponen sel darah
serta kelainan fungsional dari sel tersebut. Selain itu juga mempelajari
volume darah, sifat aliran darah, dan hubungan fisik antara sel-sel darah dan
plasma (Yuwono, 2001). Menurut Soetrisno (1987), darah merupakan
jaringan pengikat yang terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan selsel darah. Volume darah pada individu berkisar antara 6-10 % dari bobot
tubuh, volume darah dapat berkurang karena dehidrasi misalnya diare,
muntah, dan cekaman panas. Darah pun dapat bertambah karena memperoleh
sejumlah asupan cairan misalnya injeksi dari luar tubuh atau absorbsi dari
intestinum.
Eritrosit merupakan sel darah dengan jumlah paling banyak (dapat
mencapai 4 juta per mm3). Eritrosit bersifat fleksibel dan sifat ini
memungkinkan eritrosit beradaptasi terhadap bentuk irregular dan garis
papilla kecil, sehingga memungkinkan perubahan yang besar pada bentuk sel
bila eritrosit melewati kapiler (Junqueira dan Canneiro, 1980). Eritrosit yang
telah masak mengandung banyak hemoglobin. Bentuk eritrosit pada mamalia,
burung dan ikan berbeda-beda. Pada mamalia sel darah merahnya tidak
mempunyai inti dan juga tidak mempunyai organela seperti mitokondria. Sel
darah merah vertebrata selain mamalia (ikan, amphibi, reptil dan burung)
memiliki inti dan bentuknya secara umum oval (Yuwono, 2001). Leukosit
mempunyai bentuk khas yaitu memiliki sitoplasma, nukleus dan organela
yang semuanya bersifat bergerak dalam keadaan tertentu. Jumlah leukosit
jauh di bawah eritrosit dan bervariasi tergantung dari jenis hewannya.
Fluktuasi dari jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi
tertentu seperti stress, umur dan aktivitas fisiologis (Dellman and Brown,
1989).
Jumlah eritrosit tetap dalam keadaan normal adalah 20.000 3.000.000
per mililiter darah dengan eritrosit baru disintesis secepat perusakan eritrosit
lama. Jumlah eritrosit akan diperbanyak apabila pengangkutan oksigen ke
jaringan berkurang, seperti halnya jika terjadi pendarahan atau pada waktu

berada di daerah yang tinggi, sehingga pengangkutan oksigen ke jaringan


menjadi normal kembali (Villee et al, 1988). Pompa kalsium selaput plasma
(PMCA) adalah satu-satunya pengangkut Ca2+ aktif di dalam sel darah merah
manusia. Pengukuran sebelumnya dari tingkat tekanan Ca2+ maksimal (Vmax)
melaporkan hanya harga rata-rata di dalam populasi sel darah merah (Lew et
al, 2003).
Kadar haemoglobin dalam darah katak berdasarkan pengukuran sebesar
18.7 g/dl,. Kadar haemoglobin katak pada praktikum berbeda dengan kadar
haemoglobin pada katak yang ditetapkan oleh Evans (1998), yaitu sebesar 7,9
mg/dl. Hemoglobin mempunyai kapasitas 15 sampai 25 kali lipat kapasitas air
untuk mengikat oksigen. Pada darah mamalia jumlah oksigen yang secara
fisik terlarut kira-kira 0,2 ml O 2 per 100 ml darah dan jumlah oksigen yang
diikat ke hemoglobin mencapai 100 kali lebih besar yaitu 20 ml O 2 per 100
ml darah. Jadi hanya 1% dari total oksigen yang diambil oleh plasma darah
sedangkan 99% total oksigen diambil oleh hemoglobin. Dengan demikian,
jelaslah bahwa pigmen respiratori hemoglobin (protein yang mengandung Fe)
penting dalam pengangkutan oksigen dalam darah dan meningkatkan jumlah
oksigen yang dapat diangkut (Yuwono, 2001).
Darah menurut Evans (1988), terdiri dari sel darah merah (eritrosit) dan
sel darah putih (leukosit). Sedangkan Brown (1989), menambahkan selain
kedua jenis sel darah tersebut ada satu jenis lain yaitu keping darah. Plasma
darah terdiri atas benda cair dimana sebagian besar komposisinya terdiri dari
air.
Eritrosit (sel darah merah) secara umum berbentuk cawan bikonkaf, tidak
berinti, bila diwarnai kresik biru terlihat anyaman retikulum dalam sitoplasma
oleh karena itu dikenal sebagai retikulosit belum masak (Dellman dan Brown,
1989). Menurut Ville et al. (1988), bentuk cawan bikonkaf memiliki
permukaan yang lebih luas ini akan mempermudah lewatnya gas dan zat lain
melalui membran plasma. Eritrosit mempunyai warna pucat, tetapi dalam
jumlah besar akan terlihat berwarna merah dan akan memberi warna pada
darah. Eritrosit pada hewan dewasa mengandung 62-72 % air dan 35 % zat

padat, sebagian zat padat terdiri dari hemoglobin 95 % dan sisanya 5 % terdiri
dari protein, lemak, enzim, dan mineral.
Leukosit (sel darah putih) berbentuk bulat telur sampai bulat, mempunyai
inti dan dapat bergerak secara aktif (motil), diameter rata-rata 10 m.
Leukosit dihasilkan oleh sel-sel retikulo-endothelial dalam hati, kantung
empedu, saluran limfe dan sum-sum, hidup selama 2-3 minggu dalam
sirkulasi. Leukosit pada hewan vertebrata memiliki beberapa tipe, semuanya
berasal dari sel prekursor yang sama. Jumlah leukosit lebih sedikit
dibandingkan dengan eritrosit 1;700 (Frandson), dan lebih banyak berfungsi
dalam keadaan sakit, karena itu sel darah putih berperan dalam menjaga
tubuh dari serangan organisme penyebab penyakit (Yuwono, 2001).
Pengenceran eritrosit yang dilakukan dalam praktikum menggunakan
larutan hayem, dan jumlah eritrosit dari hasil pengamatan kelompok 6 pada
katak sebesar 370.000 sel/mm3 dan 35juta sel/mm3, sedangkan jumlah
leukosit 166.400 sel/mm3 dan 149.600 sel/mm3, eritrosit mencit sebesar
2.285.000 sel/mm3 dan 180.000 sel/mm3 ,sedangkan leukositnya 6.125
sel/mm3 dan 24.100 sel/mm3 , eritrosit pada ikan lele sebesar 375000 sel/mm 3
dan leukositnya 54.775 sel/mm3 hal ini berarti terbukti bahwa jumlah eritrosit
lebih banyak bila dibandingkan leukosit. Leukosit dalam darah jumlahnya
lebih sedikit dari pada eritrosit (Frandson, 1992). Menurut Dellman dan
Brown (1989), jumlah leukosit dipengaruhi oleh faktor-faktor patologis yang
terjadi di dalam tubuh dan akan meningkat bila terjadi infeksi yaitu pada saat
sel-sel leukosit diperlukan untuk memfagositosis benda-benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.
Hasil pengamatan yang diperoleh tidak sesuai dengan pustaka. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan ketelitian penglihatan dalam menghitung
jumlah leukosit dengan menggunakan alat haemocytometer. Besarnya jumlah
leukosit selalu dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, dimana jumlah leukosit
selalu lebih rendah daripada jumlah eritosit (Bevelander dan Judith, 1979).
Sebagian hasil pengamatan ternyata tidak sesuai dengan pernyataan tersebut.
Hal ini disebabkan fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup

besar pada kondisi tertentu, misalnya stress, aktifitas fisiologis, gizi, umur,
dan lain-lain (Hadikastowo, 1982).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit pada individu dari
satu spesies menurut Soetrisno (1987), adalah:
1. Umur semakin tua jumlah eritrosit menurun.
2. Jenis kelamin (sex), individu jantan lebih banyak dari individu betina.
3. Exercise emosi mengakibatkan jumlah eritrosit meningkat.
4. Status makanan, makanan yang baik maka jumlah eritrosit banyak.
5. Pregnancy (kehamilan) dan menstruasi menyebabkan jumlah eritrosit
menurun.
6. Ketinggian tempat/iklim, di daerah pegunungan (dingin) jumlah eritrosit
lebih banyak daripada di daerah pantai.
Selain itu pengamatan ini juga melihat kadar Hb dalam darah pada ikan
lele, mencit, dan katak. Hasilnya menunjukkan bahwa dari setiap sampel
darah yang diambil memiliki kadar Hb yang berbeda dari setiap hewan uji.
Perbedaan ini disebabkan karena kadar eritrosit berbeda. Peningkatan kadar
hemoglobin umumnya diiringi dengan peningkatan jumlah eritrosit. Dalam
pengambilan darah hewan uji ini ditambahkan larutan EDTA (Etylen Diemin
Tetra Acetic Acid) agar darah tidak cepat menggumpal selama pengamatan
berlangsung. Larutan ini berfungsi sebagai antikoagulan atau zat yang
menyebabkan daerah tidak membeku (Hoffbrand, 1987).
Haemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks terdiri atas 4
pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin yang
merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino). Haemoglobin yang
mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin (Evans, 1988). Haemoglobin
bertanggungjawab terhadap transport oksigen dan karbondioksida dalam
darah. Peningkatan kadar haemoglobin akan diikuti oleh peningkatan kadar
hematokrit (Soetrisno, 1987). Hematokrit adalah istilah yang menunjukan
besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya didalam 100 mm 3 darah dan
dinyatakan dalam % (Dellman dan Brown, 1989). Nilai hematokrit atau
volume sel packed adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan
volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Mengukur kadar

hematokrit darah hewan uji digunakan tabung mikrohematokrit yang berupa


pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) yang berfungsi
sebagai bahan anti pembekuan darah (Frandson, 1986).
Berdasarkan

IV. KESIMPULAN
hasil dan pembahasan

sebelumnya

dapat

diambil

kesimpulan bahwa :
1. Hasil perhitungan kelompok 6 terhadap jumlah eritrosit ,leukosit,Hb
pada katak sebesar 370.000 sel/mm3, sedangkan jumlah leukosit 166.400
sel/mm3, eritrosit mencit sebesar dan Hb 18.7 g/dl.
2. Hasil
dari kelompok 1-6 pada perhitungan

,leukosit,Hb pada

ikan,mencit katak sebesar 370.000 sel/mm3 dan 35juta sel/mm3,


sedangkan jumlah leukosit 166.400 sel/mm3 dan 149.600 sel/mm3,
eritrosit mencit sebesar 2.285.000 sel/mm3 dan 180.000 sel/mm3
,sedangkan leukositnya 6.125 sel/mm3 dan 24.100 sel/mm3 , eritrosit pada
ikan lele sebesar 16.900 sel/mm3 dan 375000 sel/mm3 dan leukositnya
16.900 sel/mm3 dan 54.775 sel/mm3.
3. Eritrosit mempunyai fungsi sebagai media transport yaitu, transport zatzat terlarut, transport gas, transport panas, transport energi sedangkan
leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh (sistem imun).
4. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah jenis kelamin, umur,
kondisi tubuh, variasi harian, aktifitas, species, musim dan keadaan
stress. Sedangkan faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah
kondisi tubuh, stress, dan kurang makan.
5. Eritrosit (sel darah merah) secara umum berbentuk cawan bikonkaf, tidak
berinti, bila diwarnai kresik biru terlihat anyaman retikulum dalam
sitoplasma. Leukosit (sel darah putih) berbentuk bulat telur sampai bulat,
mempunyai inti dan dapat bergerak secara aktif (motil), diameter ratarata 10 m.
6. Kadar Hb berturut-turut dari kelompok 1-6 yaitu 6.4 (gr/dL); 9.8 (gr/dL);
3,2

(gr/dL); 3 (gr/dL); 4 (gr/dL); dan 18,2 (gr/dL). Hasilnya

menunjukkan bahwa dari setiap sampel darah yang diambil memiliki


kadar Hb yang berbeda dari setiap hewan uji. Perbedaan ini disebabkan
karena kadar eritrosit berbeda.

V. DAFTAR REFERENSI

Alamanda,I.E., N.S Handajani, A. Budiharjo. 2006. Penggunaan Metode


Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan
Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ) di Kolam Budidaya
Desa Mangkubumen Boyolali. Jurnal Biodiversitas, Vol 8, No 1, Hal
34-38.
Beuler, E., Barry Sku .C., Marshal A.L., Thomas J.K., and Uri S. 2001. Williams
Hematology Sixth edition. McGraw-Hill Book Medical Publishing
Division, New York.
Bevelander, G dan Judith A. Ramaley. 1988. Dasar-dasar Histologi. Erlangga,
Jakarta.
Dukes, H. H. 1995. The Phisiology of Domestic Animals. Constock Publishing
Associates, New York.
Frandson, R.D. 1992 Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology. W. B. Saunders Company
Philadelphia London, Toronto.
Hoffbrand, A. V dan J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit EGC, Jakarta.
Junqueira, L. C. 1989. Histologi Dasar. Penerbit EGC, Jakarta.
Lehninger, A. L. 1994. Dasar-dasar Biokimia Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Maheswaran, R., A. Devapaul, S. Muralidharan, B. Velmurugan, dan S.
Ignacimuthu. 2008. Haematological Studies Of Fresh Water Fish,
Clarias batrachus (L.) Exposed to Mercuric Choloride. IJIB, Vol. 2,
No.1: 49-54.
Prosser and Brown. 1961. Comparative Animal Physiology. WB Saunders
Company, London.

Anda mungkin juga menyukai