Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
: Mutajahidin Salas
: B0A012012
:6
hematologi
merupakan
sekelompok
pemeriksaan
larutan standard yang stabil. Keterbatasan pada teknik ini, yang umumnya
terjadi adalah dalam hal pengenceran sampel secara akurat dan pembuatan
reagens serta kalibrasi instrumen secara teliti. Dengan menggunakan alat BC2600 auto analizer hematologi memungkinkan kadar hemoglobin diukur
dengan cepat dan teliti. Hemoglobin ditentukan secara tidak langsung dengan
mengolah data mengenai jumlah dan volume eritrosit, konduktivitas elektrik
dan variabel lain yang ditunjukkan oleh instrumen. Automatisasi tidak
menghilangkan kesulitan mengenai pengenceran sampel dan standarisasi alat,
tetapi cara ini meningkatkan kecepatan pemeriksaan dan ketelitian dibanding
menggunakan alat spektrofotometer 4010. Karena pemeriksaan kadar
hemoglobin menggunakan alat BC-2600 auto analyzer hematology ini
mempunyai ketepatan tinggi dan kalkulator elektrik merupakan bagian dari
instrumen. (Frances K. Widmann, 1995)
I.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum hematologi I ini adalah memberikan keterampilan
pada mahasiswa tentang cara pengambilan darah hewan, mengetahui
perbedaan bentuk sel darah pada berbagai hewan, serta cara perhitungan sel
darah merah, sel darah putih dan kadar hemoglobin hewan.
Materi
Alat - alat yang digunakan dalam praktikum hematologi I ini adalah
II.2
Cara Kerja
dengan tepat).
Dibersihkan darah yang tersisa dengan menggunakan kapas.
Diteteskan darah kedalam tabung sahli yang sudah berisi HCl.
Dibilas beberapa kali dengan larutan HCl.
Diaduk larutan HCl dengan menggunakan batang pengaduk
Setelah satu menit ditambahkan dengan aquades secara perlahan, hingga
terlihat perubahan warna dengan sasuai.
Sampel
Darah
Kelompok
1
2
3
4
5
6
Ikan
Mencit
Katak
Kadar Hb
(gr/dl)
6,4
9,8
3,2
3
4
18,2
Leukosit
(sel/mm3)
Eritrosit
(sel/mm3)
54.775
375.000
16.900
24.100
195.000
180.000
6.125
149.000
2285000
35.040.000
166.400
370.000
Perhitungan (Kelompok 6)
Leukosit =
L1 = 1584
L2 = 1840
L3 = 1760
L4 = 1472+
L = 6656
Leukosit
= 25 . L
= 25 . 6656= 166.400 sel/mm3
Eritrosit =
E1 = 22
E2 = 10
E3 = 13
E4 = 15
E5 = 14
E = 74
Eritrosit = 5000 E
= 5000 (74)
= 370.000 sel/mm3
III.2 Pembahasan
Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan
yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai
jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsurunsur sel dan substansi intraselular yang berbentuk plasma (Subowo, 1992).
Hematologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari komponen sel darah
serta kelainan fungsional dari sel tersebut. Selain itu juga mempelajari
volume darah, sifat aliran darah, dan hubungan fisik antara sel-sel darah dan
plasma (Yuwono, 2001). Menurut Soetrisno (1987), darah merupakan
jaringan pengikat yang terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan selsel darah. Volume darah pada individu berkisar antara 6-10 % dari bobot
tubuh, volume darah dapat berkurang karena dehidrasi misalnya diare,
muntah, dan cekaman panas. Darah pun dapat bertambah karena memperoleh
sejumlah asupan cairan misalnya injeksi dari luar tubuh atau absorbsi dari
intestinum.
Eritrosit merupakan sel darah dengan jumlah paling banyak (dapat
mencapai 4 juta per mm3). Eritrosit bersifat fleksibel dan sifat ini
memungkinkan eritrosit beradaptasi terhadap bentuk irregular dan garis
papilla kecil, sehingga memungkinkan perubahan yang besar pada bentuk sel
bila eritrosit melewati kapiler (Junqueira dan Canneiro, 1980). Eritrosit yang
telah masak mengandung banyak hemoglobin. Bentuk eritrosit pada mamalia,
burung dan ikan berbeda-beda. Pada mamalia sel darah merahnya tidak
mempunyai inti dan juga tidak mempunyai organela seperti mitokondria. Sel
darah merah vertebrata selain mamalia (ikan, amphibi, reptil dan burung)
memiliki inti dan bentuknya secara umum oval (Yuwono, 2001). Leukosit
mempunyai bentuk khas yaitu memiliki sitoplasma, nukleus dan organela
yang semuanya bersifat bergerak dalam keadaan tertentu. Jumlah leukosit
jauh di bawah eritrosit dan bervariasi tergantung dari jenis hewannya.
Fluktuasi dari jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi
tertentu seperti stress, umur dan aktivitas fisiologis (Dellman and Brown,
1989).
Jumlah eritrosit tetap dalam keadaan normal adalah 20.000 3.000.000
per mililiter darah dengan eritrosit baru disintesis secepat perusakan eritrosit
lama. Jumlah eritrosit akan diperbanyak apabila pengangkutan oksigen ke
jaringan berkurang, seperti halnya jika terjadi pendarahan atau pada waktu
padat, sebagian zat padat terdiri dari hemoglobin 95 % dan sisanya 5 % terdiri
dari protein, lemak, enzim, dan mineral.
Leukosit (sel darah putih) berbentuk bulat telur sampai bulat, mempunyai
inti dan dapat bergerak secara aktif (motil), diameter rata-rata 10 m.
Leukosit dihasilkan oleh sel-sel retikulo-endothelial dalam hati, kantung
empedu, saluran limfe dan sum-sum, hidup selama 2-3 minggu dalam
sirkulasi. Leukosit pada hewan vertebrata memiliki beberapa tipe, semuanya
berasal dari sel prekursor yang sama. Jumlah leukosit lebih sedikit
dibandingkan dengan eritrosit 1;700 (Frandson), dan lebih banyak berfungsi
dalam keadaan sakit, karena itu sel darah putih berperan dalam menjaga
tubuh dari serangan organisme penyebab penyakit (Yuwono, 2001).
Pengenceran eritrosit yang dilakukan dalam praktikum menggunakan
larutan hayem, dan jumlah eritrosit dari hasil pengamatan kelompok 6 pada
katak sebesar 370.000 sel/mm3 dan 35juta sel/mm3, sedangkan jumlah
leukosit 166.400 sel/mm3 dan 149.600 sel/mm3, eritrosit mencit sebesar
2.285.000 sel/mm3 dan 180.000 sel/mm3 ,sedangkan leukositnya 6.125
sel/mm3 dan 24.100 sel/mm3 , eritrosit pada ikan lele sebesar 375000 sel/mm 3
dan leukositnya 54.775 sel/mm3 hal ini berarti terbukti bahwa jumlah eritrosit
lebih banyak bila dibandingkan leukosit. Leukosit dalam darah jumlahnya
lebih sedikit dari pada eritrosit (Frandson, 1992). Menurut Dellman dan
Brown (1989), jumlah leukosit dipengaruhi oleh faktor-faktor patologis yang
terjadi di dalam tubuh dan akan meningkat bila terjadi infeksi yaitu pada saat
sel-sel leukosit diperlukan untuk memfagositosis benda-benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.
Hasil pengamatan yang diperoleh tidak sesuai dengan pustaka. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan ketelitian penglihatan dalam menghitung
jumlah leukosit dengan menggunakan alat haemocytometer. Besarnya jumlah
leukosit selalu dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, dimana jumlah leukosit
selalu lebih rendah daripada jumlah eritosit (Bevelander dan Judith, 1979).
Sebagian hasil pengamatan ternyata tidak sesuai dengan pernyataan tersebut.
Hal ini disebabkan fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup
besar pada kondisi tertentu, misalnya stress, aktifitas fisiologis, gizi, umur,
dan lain-lain (Hadikastowo, 1982).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit pada individu dari
satu spesies menurut Soetrisno (1987), adalah:
1. Umur semakin tua jumlah eritrosit menurun.
2. Jenis kelamin (sex), individu jantan lebih banyak dari individu betina.
3. Exercise emosi mengakibatkan jumlah eritrosit meningkat.
4. Status makanan, makanan yang baik maka jumlah eritrosit banyak.
5. Pregnancy (kehamilan) dan menstruasi menyebabkan jumlah eritrosit
menurun.
6. Ketinggian tempat/iklim, di daerah pegunungan (dingin) jumlah eritrosit
lebih banyak daripada di daerah pantai.
Selain itu pengamatan ini juga melihat kadar Hb dalam darah pada ikan
lele, mencit, dan katak. Hasilnya menunjukkan bahwa dari setiap sampel
darah yang diambil memiliki kadar Hb yang berbeda dari setiap hewan uji.
Perbedaan ini disebabkan karena kadar eritrosit berbeda. Peningkatan kadar
hemoglobin umumnya diiringi dengan peningkatan jumlah eritrosit. Dalam
pengambilan darah hewan uji ini ditambahkan larutan EDTA (Etylen Diemin
Tetra Acetic Acid) agar darah tidak cepat menggumpal selama pengamatan
berlangsung. Larutan ini berfungsi sebagai antikoagulan atau zat yang
menyebabkan daerah tidak membeku (Hoffbrand, 1987).
Haemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks terdiri atas 4
pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin yang
merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino). Haemoglobin yang
mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin (Evans, 1988). Haemoglobin
bertanggungjawab terhadap transport oksigen dan karbondioksida dalam
darah. Peningkatan kadar haemoglobin akan diikuti oleh peningkatan kadar
hematokrit (Soetrisno, 1987). Hematokrit adalah istilah yang menunjukan
besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya didalam 100 mm 3 darah dan
dinyatakan dalam % (Dellman dan Brown, 1989). Nilai hematokrit atau
volume sel packed adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan
volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Mengukur kadar
IV. KESIMPULAN
hasil dan pembahasan
sebelumnya
dapat
diambil
kesimpulan bahwa :
1. Hasil perhitungan kelompok 6 terhadap jumlah eritrosit ,leukosit,Hb
pada katak sebesar 370.000 sel/mm3, sedangkan jumlah leukosit 166.400
sel/mm3, eritrosit mencit sebesar dan Hb 18.7 g/dl.
2. Hasil
dari kelompok 1-6 pada perhitungan
,leukosit,Hb pada
V. DAFTAR REFERENSI