Anda di halaman 1dari 10

ILMU ALAMIAH DASAR

PROSES PEMBENTUKAN TATA SURYA

Nama: Rezki Yul


Permatasari
NPM : 0101 15 12
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2015
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Tatasurya kita terdiri dari matahari, sebagai pusatnya, dan dikelilingi oleh
planet planet,satelit, meteor, debu dan gas antar planet. Bumi merupakan salah satu
planet yang menjadi bagian dari tatasurya tersebut. Ia terletak di urutan ketiga setelah
planet Merkurius dan Venus.
Bumi merupakan suatu planet yang istimewa bagi manusia. Bumi hingga sekarang
ini merupakan satu-satunya planet pada tata surya yang mempunyai kondisi yang
memungkinkan adanya suatu kehidupan karena adanya ketersediaan air dan uga oksigen,
namun para peneliti masih mencoba untuk mencari tahu apakah suatu hari nanti aka nada
suatu planet yang bisa ditinggali oleh manusia seperti Bumi sekarang ini.. Sebagaimana
planet yang lain, dari jauh bumi tampak sebagai bola yang melayang mengedari matahari
yang mempunyai sebuah satelit yang disebut bulan.
Bagi manusia, apa yang ada, yang telah disediakan oleh alam semesta masih
merupakan misteri, masih merupakan peristiwa yang gaib dan penuh rahasia, karena
manusia masih memiliki batas batas imajinasinya untuk menjawab atas apa yang terjadi
di alam semesta ini.. Namun, walaupun demikian, para ahli ilmu pengetahuan alam masih
terus mengadakan penelitian-penelitian untuk mengungkapkan tabir misteri tersebut.
Manusia masih menerka-nerka peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, seperti
peristiwa yang melihat bahwa matahari terbit di sebelah timur, tengah hari di atas kepala
dan terbenam di barat yang memunculkan hipotesis Geosentris dan Paleosentris.
Bagaimana terbentuknya benua dan Samudra yang memunculkan teori pergeseran
benua (Continental drift) oleh Alfred I. Wegener (1915) dan Teori lempeng tektonik
(Tectonic Plate Theory) yang dikemukakan oleh Harry. Dari penelitian pnelitian
manusia telah dapat menyimpulkan akibat yang terjadi dari adanya Rotasi Bumi, Gerak
Revolusi dan akibat dari Gravitasi Bumi. Bagaimana terjadinya peristiwa Gerhana
Matahari dan Gerhana Bulan. Serta terbentuknya Alam Semesta, terbentuknya Galaksi
serta Tatasurya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori pembentukan alam semesta
1. Teori Kabut (Nebula)
Yang pertama adalah Teori Kabut. Teori kabut adalah sebuah teori yang
dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804)
seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827)
ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755,
sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular
Hypothesis. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas
yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Nebula itu berotasi
dengan kecepatan sangat lambat sehingga mulai menyusut. Akibatnya
terbentuklah sebuah cakram datar bagian tengahnya.penyusutan berlanjut
dan terbentuklah matahari di pusat cakram. Cakram berotasi lebih cepat
sehingga bagian tepi-tepi cakram terlepas membentuk gelang-gelang bahan.
Kemudian bahan dalam gelang-gelang memadat menjadi planet-planet yang
berevolusi mengitari Matahari Teori Kabut Namun pada akhir abad ke-19
teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark Maxwell yang
memberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi di
sekitar Matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya
yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan
mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan
dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace,
menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik Matahari telah
merusak proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat
untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat membeku membentuk planet.
2. Teori Planetisimal
Teori Planetisimal adalah salah satu teori yang menerangkan tentang proses
pembuatan Tata Surya. Teori ini dicetuskan oleh
seorang astronom bernama Forest Ray Moulton dan seorang geolog bernama
Thomas C. Chamberlin dari Universitas Chicago, yang kemudian namakan
teori mereka ini dengan nama Teori Planetisimal. Teori ini menyatakan

bahwa suatu ketika sebuah bintang melintasi ruang angkasa dengan cepat
dan berada dekat sekali dengan Matahari. Daya tarik bintang ini sangat besar
sehingga menyebabkan daya pasang di bagian gas Matahari. Akibatnya,
massa gas terlempar dari Matahari dan mulai mengorbit. Karena daya tarik
Matahari, massa gas itu tertahan dan bergerak mengelilingi Matahari. Ketika
massa gas menjadi dingin, bentuknya kemudian berubah menjadi cairan
kemudian memadat. Akhirnya, massa gas itu menjadi planet yang ada
sekarang, termasuk Bumi.
3. Teori Pasang Surut Bintang
Teori Pasang Surut pertama kali dikemukakan oleh Buffon (1707-1788).
Menurut Buffon tata surya berasal dari materi Matahari yang terlempar
setelah bertabrakan dengan komet. Teori ini kemudian diperbaiki oleh James
Jeans dan Harold Jeffreys (1919). Menurut mereka Tata Surya terbentuk
berawal dari sebuah Matahari yang dilewati oleh bintang yang sangat dekat.
Lalu karena pengaruh gaya grafitasi, sebagian massa Matahari tertarik ke
arah bintang hingga membentuk seperti cerutu panjang. Pada bagian tengah
cerutu besar, sedangkan bagian ujung dan pangkalnya kecil. Setelah bintang
tersebut pergi, cerutu terus berputar mengelilingi matahari. Lama-kelamaan
cerutu tersebut mendingin dan membentuk bulatan menjadi planet.
Sedangkan Matahari awal tetap menjadi Matahari. Hipotesis Teori Pasang
Surut hampir mirip dengan Teori Platesimal.
4. Teori Kondensasi
Teori Kondensasi ini dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama
G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Teori ini menyatakan bahwa
sistem Tata Surya itu ternyata pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Dan
di dalam Kabut itu terdiri dari debu, es, dan gas. Teori Kondensasi Bola
kabut ini selanjutnya berotasi sehingga bagian yang ringan mudah terlempar
ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya. Lamakelamaan bola kabut ini membentuk sebuah cakram, perputarannya pun
semakin cepat, dan suhunya pun semakin bertambah. Akhirnya, cakram itu
kembali berbentuk bola gas yang cukup solid hingga terbentuklah Matahari.
Bagian tepi cakram yang berupa gas dan debu mulai bertarikan dan
membentuk suatu gumpalan. Selanjutnya, gumpalan tersebut terlepas dari
Matahari dan menyebar ke sekitarnya. Gumpalan-gumpalan itu disebut

protoplanet. Protoplanet lambat laun makin dingin dan padat sehingga


membentuk planet. Protoplanet tetap berotasi di orbitnya dan sambil
berotasi dia juga berevolusi mengelilingi Matahari.
5. Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli astronomi Inggris bernama R.A.
Lyttleton sekitar tahun 1930-an. Teori ini menyatakan bahwa pada mulanya
terdapat sepasang matahari kembar yang saling mengelilingi. Kemudian
melintaslah sebuah bintang dan menabrak salah satu matahari. Teori Bintang
Kembar Matahari yang tertabrak ini lalu hancur menjadi materi-materi kecil
yang terus berputar mengelilingi Matahari yang masih utuh. Materi-materi
kecil tadi kemudian mendingin dan menjadi planet.
6. Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Dan yang terakhir adalah Teori Ledakan Dahsyat atau lebih dikenal dengan
Big Bang (bahasa Inggris), merupakan teori yang paling popular dan paling
bisa diterima oleh masyarakat dunia. Teori ini menyatakan bahwa alam
semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian
mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu. Georges Lematre, seorang
biarawan Katolik Roma Belgia, dianggap sebagai orang pertama yang
mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta,
walaupun ia menyebutnya sebagai "hipotesis atom purba". Para ilmuwan
juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem Tata Surya hingga keluarga
Galaksi. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat
dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada
pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu
saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big
Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih
tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi. Hasil observasi Hubble
menunjukkan bahwa alam semesta terus bergerak semakin menjauh atau
mengembang Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble
melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu
menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara
Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan
bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama,

namun bergerak mengembang. Hasil observasi Hubble itu kemudian ini


menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari
pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar. Pada saat
itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada
kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang
dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk
membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya
menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun
berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian
lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan
mendingin. Menurut model ledakan dahsyat, alam semesta mengembang
dari keadaan awal yang sangat padat dan panas dan terus mengembang
sampai sekarang.
B. Proses Terbentuknya Alam Semesta
Setelah terjadinya ledakan (big Bang), terjadilah semacam bencana alam
semesta (cosmic cataclysm). Alam semesta dipenuhi oleh bola-bola api yang
sangat panas dan padat. Dari bola-bola api inilah kemudian terbentuk
partikel-partikel dasar dan muatan-muatan energi, dari muatan-muatan
energi ini kemudian terbentuk daya-daya kekuatan di alam semesta. Daya
kekuatan alam yang diperkirakan pertama kali terbentuk adalah daya
gravitasi, kemudian daya nuklir serta daya electromagnetis.
Partikel-partikel dasar yaitu elektron, phroton, neutron dan lain-lain saling
bertubrukan untuk kemudian membentuk proton dan neutron. Selama masa
ini sebagian besar energi masih berbentuk radiasi (percikan-percikan cahaya
dari bola-bola api).
Alam semesta terus mengembang dan perlahan-lahan mulai mendingin. Pada
tahap ini, inti atom hidrogen, helium dan litium mulai membentuk. Tahap
selanjutnya alam semesta mulai memasuki tahap suhu yang cukup dingin
sehingga partikel-partikel elektron yang bermuatan negatif dapat berkait dan
menyatu dengan inti-inti atom hidrogen dan helium yang bermuatan positif
untuk kemudian membentuk atom-atom yang netral.
Karena alam semesta terus membesar, kepadatannya otomatis semakin
berkurang dan suhunya juga semakin mendingin.

Proses pengembangan alam semesta terus berlanjut dengan tingkat


kecepatan yang tinggi. Daya gravitasi mulai mempengaruhi tingkat
kepadatan gas-gas yang terbentuk akibat Big Bang, sehingga
menciptakan gumpalan-gumpalan awan gas. Saat gumpalan-gumpalan ini
semakin memadat, inti gumpalan gas tersebut juga bertambah padat berlipatlipat dengan suhu yang juga terus meningkat panas sampai akhirnya
menyala sebagai bentuk awal sebuah bintang. Saat semua kantong-kantong
gas mengalami proses serupa maka kelompok bintang-bintang muda ini
membentuk menjadi sebuah gugusan bintang (galaksi). Seluruh proses di
atas, dari Big Bang hingga terbentuknya planet, bintang serta galaksi
berlangsung dalam kurun waktu milyaran tahun.Seperti halnya proses
pembentukan bintang-bintang yang lain, bintang kita, yang kita kenal
dengan nama Matahati (sun) juga terbentuk dari gumpalan atau kantong
awan gas. Gumpalan awan gas yang berbentuk piringan yang sangat luas ini
beterbangan berputar-putar. Bagian tengahnya mulai padat dan memanas
untuk kemudian menyala menjadi bintang sementara materi sisa
disekelilingnya saling bertumbukan, menyatu dan menggumpal membentuk
planet-planet, bulan-bulan dan asteroid. Bumi yang merupakan bagian kecil
dari material yang menggumpal ini menjadi planet ke tiga. Dengan suhunya
yang relatif lebih dingin, memungkinkan terbentuknya atmosfer pendukung
kehidupan.
3. Terbentuknya Materi Padat
Setelah big bang sampai 300.000 tahun kemudian, bentuk materi masih
berupa gas. Dari gumpalan-gumpalan gas ini selanjutnya bintang-bintang
berukuran sangat besar mulai terbentuk tetapi hanya berusia pendek karena
kemudian meledak (supernova). Setelah meledak gas-gasnya menggumpal
lagi, menjadi padat, kemudian menyala dan terbentuk bintang-bintang lagi
yang berukuran lebih kecil, meledak kembali, demikian terus menerus untuk
beberapa kali sampai akhirnya terbentuk materi-materi berat di inti bintangbintang yang meledak. Materi-materi padat inilah yang kemudian
membentuk benda-benda di alam semesta seperti yang sekarang ini seperti
planet-planet dll bahkan unsur-unsur pembentuk tubuh kita sebagian besar
dari materi-materi berat ini.

Jadi, materi-materi padat dibentuk di dalam inti bintang melalui proses fusi
nuklir (peleburan / penyatuan materi nuklir) dan dimulai dari materi-materi
ringan seperti hidrogen dan helium. Sementara materi-materi yang lebih
berat seperti karbon, oksigen, nitrogen hingga besi dibentuk di dalam inti
bintang karena memang suhu dan tekanannya lebih memungkinkan. Materimateri ini terlempar ke luar angkasa saat bintang-bintang tersebut meledak.
4. Evolusi Alam Semesta
Naluri manusia selalu ingin mengetahui asal usul sesuatu, termasuk asal-usul
alam semesta. Berbagai hasil pengamatan dianalisis dengan dukungan teoriteori fisika untuk mengungkapkan asal-usul alam semesta. Teori yang kini
diyakini bukti-buktinya menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari
ledakan besar (Big Bang) sekitar 13,7 milyar tahun yang lalu. Semua materi
dan energi yang kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi
yang berkerapatan tak berhingga. Tetapi ini jangan dibayangkan seolah olah
titik itu berada di suatu tempat di alam yang kita kenal sekarang ini. Yang
benar, baik materi, energi, maupun ruang yang ditempatinya seluruhnya
bervolume amat kecil, hanya satu titik tak berdimensi.
Tidak ada suatu titik pun di alam semesta yang dapat dianggap sebagai pusat
ledakan. Dengan kata lain ledakan besar alam semesta tidak seperti ledakan
bom yang meledak dari satu titik ke segenap penjuru. Hal ini karena pada
hakekatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan itu. Lebih tepatnya,
seluruh alam semesta mengembang tiba tiba secara serentak. Ketika itulah
mulainya terbentuk materi, ruang, dan waktu.
Materi alam semesta yang pertama terbentuk adalah hidrogen yang menjadi
bahan dasar bintang dan galaksi generasi pertama. Dari reaksi fusi nuklir di
dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat seperti karbon, oksigen,
nitrogen, dan besi. Kandungan unsur-unsur berat dalam komposisi materi
bintang merupakan salah satu "akte" lahir bintang. Bintang-bintang yang
mengandung banyak unsur berat berarti bintang itu "generasi muda" yang
memanfaatkan materi-materi sisa ledakan bintang-bintang tua. Materi
pembentuk bumi pun diyakini berasal dari debu dan gas antar bintang yang

berasal dari ledakan bintang di masa lalu. Jadi, seisi alam ini memang
berasal dari satu kesatuan.
Bukti-bukti pengamatan menunjukkan bahwa alam semesta mengembang.
Spektrum galaksi galaksi yang jauh sebagian besar menunjukkan bergeser ke
arah merah yang dikenal sebagai red shift (panjang gelombangnya
bertambah karena alam mengembang). Ini merupakan petunjuk bahwa
galaksi galaksi itu saling menjauh. Sebenarnya yang terjadi adalah
pengembangan ruang. Galaksi galaksi itu (dalam ukuran alam semesta hanya
dianggap seperti partikel partikel) dapat dikatakan menempati kedudukan
yang tetap dalam ruang, dan ruang itu sendiri yang sedang berekspansi. Kita
tidak mengenal adanya ruang di luar alam ini. Oleh karenanya kita tidak bisa
menanyakan ada apa di luar semesta ini.
Bukti lain adanya pengembangan alam semesta di peroleh dari pengamatan
radio astronomi. Radiasi yang terpancar pada saat awal pembentukan itu
masih berupa cahaya. Namun karena alam semesta terus mengembang,
panjang gelombang radiasi itu pun makin panjang, menjadi gelombang
radio. Kini radiasi awal itu dikenal sebagai radiasi latar belakang kosmik
(cosmic background radiation) yang dapat dideteksi dengan teleskop radio.

BAB III

PENUTUPAN
Kesimpulan
Teori pembentukan alam semesta yaitu:
Teori Dentuman atau Teori Ledakan
Teori Ekspansi dan Kontraksi
Hipotetsis pembentukan tata surya diantaranya:
hipotesis nebula, hipotesis planetesimal, hipotesis pasang surut, hipotesis
konsedensasi, dan hipotesis bintang kembar.
Kelompok planet tata surya terdiri atas: merkurius, venus, bumi, mars, yupiter,
saturnus, Uranus, dan neptunus. Bumi merupakan satu-satunya planet yang
memiliki suhu dan atmosfer yang sesuai dengan kehidupan mahluk hidup.Benua
terbentuk karena adanya pergeseran lapisan kulit bumi, dan semua benua yang ada
sekarang ini tergabung menjadi satu yang disebut Benua Pangea.

Anda mungkin juga menyukai