Anda di halaman 1dari 19

DERMATITIS KONTAK

ALERGI

PENDAHULUAN
Perkembangan aneka industri yang menggunakan
berbagai macam bahan kimia di Indonesia kini kian
pesat.Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor
penyebab meningkatnya insiden Dermatitis Kontak
di tengah masyarakat.Dermatitis Kontak adalah
dermatitis yang disebabkan oleh bahan-bahan dari
luar tubuh yang berkontak langsung dengan kulit
yang bersifat toksik, alergi maupun immunologis.

TERMINOLOGI

CURAH PENDAPAT MASALAH

CURAH PENDAPAT PENYELASAIAN MASALAH

Dalam kasus ini,didapat hasil dari anamnesis


(pekerjaan dan kontaktan dengan bahan
kimia yang ada pada cat rambut),gejala yang
timbul setelah pemakaian cat rambut untuk
yang kedua kalinya.Sementara dari hasil
pemeriksaan fisik didapat adanya ruam
berupa makula eritema dan skuama halus
yang kadang-kadang timbul oedem,dan
ruam
semakin
bertambah
luas
pada
wajah,kepala berketombe,telinga punggung
dan dada juga gatal.

DIANOSIS BANDING
Kelainan kulit DKA sering tidak
menunjukkan gambaran morfologik
yang
khas,dapat
menyerupai
dermatitis atopik atau bisa juga
dermatitis seboroik.

Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel


perlu dipertimbangkan untuk menentukan,apakah
dermatitis tersebut karena kontak alergi atau
bukan.
Pada uji tempel diperlukan antigen,pada bahan
yang rutin digunakan yang diduga sebagai
penyebab alergi dan dibiarkan menempel dikulit
sekurang-kurangnya 48 jam.Setelah itu uji tempel
dilepas dan dilakukan pembacaan 1 setelah 15-30
menit dilepas,lalu pembacaan 2 setelah 72-96
jam setelah aplikasi yang sangat penting
dilakukaan karena dapat membantu membedakan
antara respon alergik atau iritasi.

Dermatitis kontak alergi


Penyebab DKA adalah bahan kimia
sederhana yang merupakan alergen yang
belum diproses (hapten) ,sangat reaktif,bisa
menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis dibawahnya (sel
hidup).
Berbagai faktor mempengaruhi timbulnya
DKA,misal:potensi sensitisasi alergen,luas
daerah yang terkena,lama pajanan,atau
bahkan juga faktor individu,misal:keadaan kulit
pada lokasi kontak maupun status imunologik.

Mekanisme terjadinya kelainan kulit


pada DKA mengikuti respons imun
diperantarai oleh sel atau reaksi
imunologik tipe 4 (hipersensitivitas tipe
lambat).Reaksi ini melalui 2 fase,yaitu
sensitisasi dan elisitasi.

Fase sensitisasi
Alergen akan ditangkap oleh sel langerhans dan diproses
secara kimiawi menjadi antigen,diikat oleh HLA-DR kemudian
diekspresikan dipermukaan sel.Selanjutnya kompleks HLA-DR
antigen dipresentasikan ke sel T memori.Sel langerhans
mensekresi sitokin tertentu (misal:IL-1) yang menstimulasi sel T
untuk mensekresi IL-2 dan mengekspresikan IL-2R.Sitokin ini akan
menstimulasi proliferasi sel T.Turunan sel ini yaitu sel T memori
teraktivasi dan meninggalkan kelenjar getah bening dan beredar
keseluruh tubuh.Pada saat ini individu tersensitisasi.Fase ini
berlangsung sekitar 2-3 minggu.

Fase elisitasi
Fase elisitasi hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada
pajanan ulang alergen.Sama dengan fase
sensitisasi,setelah sel T teraktivasi,keratinosit juga
aktif.Keratinosit menghasilkan sejumlah sitokin (IL-1,IL-6)
yang semuanya mengaktivasi sel T.IL-1 menstimulasi
keratinosit menghasilkan eikosanoid.Sitokin dan eikosanoid
ini akan mengaktifkan sel mast dan makrofag.Sel mast
yang berada didekat pembuluh darah dermis akan
melepaskan antara lain histamin dan berbagai jenis faktor
kemotaktik.Eikosanoid baik yang berasal dari sel mast
maupun dari keratinosit menyebabkan dilatasi vaskular
dan meningkatkan permeabilitas sehingga molekul larut
seperti komplemen mudah berdifusi kedalam dermis dan
epidermis.Selain itu faktor kemotaktik dan eikosanoid akan
menarik neutrofil ,monosit dan sel darah lain dari dalam
pembuluh darah masuk kedalam dermis.
Rentetan kejadian tersebut akan menimbulkan respon
klinik DKA.Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 2448 jam

kesimpulan
DKA adalah epidermodermatitis yang
menimbulkan gejala
umum adanya rasa gatal dan lesi. Tempat timbulnya
lesi biasanya merupakan tempat kontak dengan
alergen,sehingga corak dan keadaan lesi yang ada
seringkali dapat menunjukkan
penyebabnya.
Dalam melakukan diagnosis DKA, jika anamnesis
dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan secara teliti belum
dapat
menemukan dermatitis jenis apa, maka uji tempel
bisa membantu untuk mengetahui penyakit
termasuk dematitis kontak atau alergika saja.

POHON
TOPIK

1.Fase
sensitisasi
2.Fase
elisitasi
Gatal,erite
m,edema,s
kuama

Patogenesi
s

Anamnesis,fi
sik,pembant
u

1.Dermatitis
atopik
2.Dermatitis
seboroik

Pemeriksaan
Diagnosi
s
banding

Gejal
a
DKA

Learning objective
1. Agar mahasiswa / mahasiswi
mengetahui gejala DKA.
2. Agar mahasiswa / mahasiswi
mengetahui patogenesis DKA.
3. Agar mahasiswa / mahasiswi
mengetahui pemeriksaan apa saja yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosa.
4. Agar mahasiswa / mahasiswi
mengetahui diagnosis banding untuk
kasus DKA.

REFERENSI
1. Kumala,Poppy.dkk.Kamus Saku
Kedokteran
Dorland.Ed.25.Jakarta:EGC.1998.
2. Imunologi Dasar.Ed.4.Jakarta:FKUI.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai