Yodium Dan Besi
Yodium Dan Besi
Merupakan konstituen dari tiroksin (T4) dan triodotironin (T3) yang disekresi glandula
tiroid yang berfungsi mengendalikan aktivitas jaringan, kecepatan metabolisme, dan
integritas jaringan penyambung, serta perkembangan sistem saraf fetus pada trimester
pertama kehamilan. Kurang asupan yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan kretinisme,
sindrom retardasi mental, dan dwarfisme. Yodium terdapat sangat sedikit dalam makanan.
Paling baik berasal dari sayur dan ikan laut, serta susu sapi.
Beberapa makanan yang mengandung substansi yang menghambat pengambilan yodium
oleh glandula tiroid disebut sebagai goitrogen, yaitu:
HORMON THYROID
Kelenjar thyroid mensekresi tiroksin dan triyodotironin yang mempunyai efek nyata pada
kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan atau kehilangan hormon thyroid akan
menyebabkan penurunan laju metabolisme tubuh sekitar 40% dibawah normal dan sekresi
tiroksin yang berlebihan dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat 60%-100%
diatas normal. Sekresi ini diatur oleh hormon perangsang thyroid yang dikeluarkan oleh
kelenjar hipofisis anterior. Fungsi kedua hormon ini secara kualitatif adalah sama, tetapi
berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Triyodotironin kira-kira empat kali kekuatan
tiroksin, tetapi ia terdapat jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh lebih singkat
daripada tiroksin.
Untuk membentuk tiroksin dalamjumlah normal, dibutuhkan makan kira-kira 50 mg yodium
setiap tahun atau kira-kira 1 mg per minggu. Untuk mencegah defisiensi yodium, garam
meja yang biasa diyodisasi dengan satu bagian natrium yodida untuk setiap 100.000 bagian
natrium klorida.
kelenjar thyroid menjadi aktif sepenuhnya, rasio konsentrasi dapat meningkat sampai
beberapa kali lipat.
Pembentukan dan sekresi tiroglobulin sebagai bahan dasar hormon thyroid dilakukan oleh
sel-sel thyroid. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosin
merupakan substrat utama yang berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon
thyroid dimana hormon ini dibentuk dalam molekul tiroglobulin. Oksidase ion yodida adalah
langkah penting dalam pembentukan hormon thyroid yaitu perubahan ion yodida menjadi
bentuk yodium teroksidasi yang kemudian mampu berikatan langsung dengan asam amino
tirosin. Proses oksidasi ini dipermudah oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksida yang
menyertainya. Pengikatan yodium dengan molekul tiroglobulin dinamai organifikasi
tiroglobulin. Yodium yang telah dioksidasi dalam bentuk molekul akan terikat langsung tetapi
perlahan-lahan dengan asam amino tirosin, tetapi bila yodium yang btelah teroksidasi
disertai dengan sistem enzim peroksidasi, maka proses ini dapat terjadi dalam beberapa
detik atau menit. Stadium akhir dari yodinasi tirosin adalah pembentukan dua hormon
thyroid yang penting yaitu tiroksin dan triyodotironin. Tirosin mula-mula dioksidasi menjadi
monoyodotironin dan diyodotironin. Dua molekul diyodotironin bergabung membentuk
tiroksin
(T4),
dan
satu
molekul
diyodotironin
bergabung
dengan
satu
molekul
afinitasnya yang lebih rendah untuk protein, maka dikeluarkan ke sel kira-kira 1 hari. Waktu
masuk sel, kedua hormon ini sekali lagi berikatan dengan protein intrasel, tiroksin berikatan
lebih kuat daripada triyodotironin. Oleh karena itu, sekali lagi tiroksin disimpan dan
digunakan dengan lambat selama berhari-hari atau berminggu-minggu.
Menyuntikkan tiroksin dalam jumlah besar pada manusia, pada hakekatnya tidak
akan memiliki efek pada kecepatan metabolisme tubuhnya selama dua sampai tiga hari. Hal
ini menggambarkan bahwa terdapat masa laten yang lama sebelum aktivitas tiroksin mulai.
Sekali aktivitas timbul, ia secara progresif meningkat dan mencapai maksimum dalam 10
sampai 12 hari dan setelah itu turun dengan waktu paruh sekitar 15 hari. Beberapa aktivitas
menetap selama 6 minggu sampai 2 bulan kemudian.
ZAT BESI
0,5-1 gram besi disimpan dalam bentuk ferritin dan haemosiderin dalam hati, limpa,
dan sumsum tulang. Kadar plasma ferritin merupakan indikator kadar simpanan besi.
Kandungan total besi dalam tubuh sangat sedikit, yaitu sekitar 4 gr. Besi berfungsi untuk
pembentukan hemoglobin, terdapat dalam pigmen myoglobin otot, serta penting sebagai
konstituen banyak sistem enzim.
2 jenis besi dapat ditemukan dalam makanan:
Ferritin; adalah bentuk storage Fe, dan mengandung bentuk Ferri. Kalau Fe Ferritin
diberikan pada transterin untuk ditransfor, zat besinya diubah menjadi
Berikut fungsi Besi dalam tubuh.
Metabolisme energi
Fungsi besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi.
Kemampuan belajar
Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport
besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Defisiensi besi berpengaruh negatif
terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter. Akibatnya,
kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya
reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu,
ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur
suhu tubuh menurun.
Sistem kekebalan
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel oleh
limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sistesis
DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang
membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.
SUMBER
Besi biasanya selalu terkandung dalam makanan. Diet orang barat diperkirakan tidak
lebih dari 5-7 mg besi per 1.000 kkal. Diet besi ditemukan dalam satu dari dua
bentuk dalam makanan yaitu hem dan non hem. Besi heme terutama berasal dari
hemoglobin dan mioglobin. Besi hem berada pada makanan hewani dan besi non
hem berada pada makanan nabati. Besi nonheme umumnya terdapat dalam
makanan (kacang-kacangan, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan tofu) dan
dairy produk (susu, keju dan telur), meskipun dairy produk sangat sedikit
mengandung besi. Besi nonheme biasanya berikatan dengan komponen makanan
dan harus di hidrolisis atau dilarutkan terlebih dahulu baru di absorbsi. Sumber besi
ialah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.. Sumber baik yang lainnya
ialah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis
buah. Makanan yang memiliki banyak kadar besi, yaitu hati dan organ daging, yang
bukan merupakan bahan yang popular di kebanyakan diet orang barat. Beberapa
makanan yang lebih popular yang secara keseluruhan merupakan sumber besi yang
baika dalah daging merah, tiram dan kerang, kacang (lima,laut), dark green, sayur
daun-daunan, dan buah kering. Sebagai tambahan untuk sejumlah besi alami
ditemukan pada makanan, makanan seperti roti, roti kadet, paset, sereal, kersik, dan
tepung yang difortifikasi dengan besi. Besi alami, besi askorbat, besi karbonat,besi
sitrat, besi fumarat, besi glukonat, besi laktat, besi pirofosfat, dan besi sulfat
disediakan dan digunakan untuk fortifikasi makanan.
suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat
dalam makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum)
dengan bantuan alat angkut-protein di dalam sel mukosa usus halus yang membantu
penyerapanbesi, yaitu transferin dan feritin. Transferin, protein yang disintesis di
dalam hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferin dan feritin. Transferin, protein
yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferin mukosa
mengangkut besi dari saluran cerna untuk mengikat besi lain, sedangkan transferin
reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh. Dua ion feri
diikatkan pada transferin untuk dibawa ke jaringan-jaringan tubuh. Banyaknya
reseptor transferin yang terdapat pada membran sel bergantung pada kebutuhan tiap
sel. Kekurangan besi pertama dapat dilihat dari tingkat kejenuhan transferin.
Pencernaan dan Absorbsi Besi Heme
Besi heme sebelumnya dihidrolisis dari hemoglobin bagian dari globin atau mioglobin
untuk absorpsi. Percernaan dibantu oleh proteases dalam lambung dan usus kecil
dan hasilnya berupa pelepasan besi heme. Demikian , heme mengandung ikatan
besi berupa cincin porphyrin sehingga lebih mudah diabsorpsi sebagai
metaloporphyrin ke dalam sel mokusal dari usus kecil.
Absorpsi besi heme dipengaruhi oleh simpanan besi tubuh. Absorpsi heme
berhubungan dengan simpanan besi dan kemungkinan range dari 15% dengan
status besi normal sampai 35% pada orang yang kekurangan besi. Absorpsi besi
berlangsung seluruhnya di usus kecil tetapi lebih efisiens dalam proximal portion,
khususnya di duodenum. Dalam mokusal sel absorpsi heme cincin porphyrin
dihidrolisis oleh heme oksigenase ke dalam besi ferrous inorganic dan
protoporphyrin. Pelepasan besi digunakan oleh mokusal sel usus atau transport
selanjutnya ke sel usus dan kemudian transport diteruskan darah untuk digunakan
oleh sel tubuh yang lain.
Reaksi penting yang lain untuk melindungi tubuh juga menggunakan besi yang
mengandung enzim, seperti katalisis dan mieloperoksidasi.
Katalisis, dengan empat kelompok heme, mengubah hydrogen perooksida menjadi
air dan molekul oksigen. Katalisis membantu mencegah sel rusak yang diakibatkan
oleh hydrogen perioksida.
Mieloperoksida, heme lain mengandung enzim, ditemukan dalam plasma sama
dangan granula dalam neutrofil (sel darah putih). Selama fagositosis bakteri,
mieloperooksida dilepaskan dari fagositosis vesikel dalam neutrofil. Vesikel
fagositosis mengandung berbagai senyawa termasuk peroksida (H2O2), hidroksi
radikal bebas (OH-) dan ion lain seperti klorida (Cl-).
Bentuk hipoklorit dalam reaksi sitoksida kuat yang penting untuk menghancurkan
subtansi asing seperti bakteri. Aktivitas Mieloperoksida mungkin dilemahkan oleh
defisiensi besi dengan meningkatnya susceptibilitas atau infeksi sederhana.
Beberapa oksidereduktase yang termasuk besi-terikat
Aldehid oksidase, yang menggunakan oksigen untuk mengubah alehid (RCOH)
menjadi alcohol (RCOOH):
Oksidasi sulfit, besi sulfur mengandung enzim yang mengubah suilfit (SO3-) menjadi
sulfat (SO4-) : dan
Oksidasi xanthin dan dehidrogenase, kedua non besi heme tersebut dan
molybdenum yang mengandung enzim yang mengubah hipoxantine dihasilkan dari
kataboisme purin menjadi xantin dan ketika xantin menjadi asam uric untuk
pengeluaran.
Enzim non heme terikat lain yang dibutuhkan dalam sintesis DNA dan replikasi sel
adalah ribonukleotida reduktase yang mengubah adenosine difosfat (ADP) menjadi
dioksi ADP (dADP) . Dalam glikolisis, gliserol fosfat dehidrogenase, flavoprotein,
adalah komponen besi non heme. Dalam Siklus krebs, akonitasi yang mengubah
sitrat menjadi isositrat, membutuhkan satu sampai dua atom besi non heme.
Fosfoenolpirufat karbosikinase, penting dalam glukoneogenesis, juga membutuhkan
besi untuk fungsinya. Tiroperoksida, enzim besi heme terikat lain, dibutuhkan untuk
organifikasi iodida (penambahan 2I- menjadi tiroglobulin tirosin) dan konjugasi residu
iodinated tirosin pada tiroglobulin. Reaksi ini dibutuhkan untuk sintesis dari hormone
tiroid T3 dan T4.
Sebagai peroksidan, besi ferro bebas mengkatalisis reaksi non enzimatik fenton,
yang mana reaksi besi ferrous dengan hydrogen perioksida untuk menghasilkan besi
ferrik dan radikal bebas. Dalam reaksi diketahui sebagai reaksi Haber Weiss,
superoksida radikal O2- kemungkinan bereaksi dengan molekul hydrogen perioksida
lain untuk menghasilkan molekul oksigen dan hidroksil radikal bebas seperti OH-,
sebuah membrane oksida berbahaya.
Kebanyakan besi masuk ke dalam plasma untuk distribusi dan redistribusi oleh
transferin yang juga berkonstribusi melalui bagian pengrusakan hemoglobin dan
bagian degradasi ferritin dan hemosiderin. Hemoglobin didegradasi terutama oleh
fagosit pada system retikuloendotelia (ditemukan dalam hati, limfa dan sumsum
tulang). Simpanan besi sebagai feritin dan hemosiderin didegradasi terutama dalam
hati, limfa dan sumsum tulang.
Kebanyakan sel darah merah berumur sekitar 120 hari, yang tua selanjutnya
dimakan oleh makrofag di dalam limfa dan diturunkan (fagositosit); walaupun , sel
makrofag retikuloendotelial dalam sumsum tulang dan sel kupfer dalam hati juga
mendegradasi sel darah merah.
Selama degradasi sel darah merah, bagian heme dari molekul hemoglobin dalam sel
darah marah dikatabolis oleh oksigenase heme menjadi biliverdin dan selanjutnya
menjadi bilirubin, yang kemudian dikeluarkan ke empedu untuk diekskresi dari tubuh.
Sebagai tambahan, sekitar 20 sampai 25 mg besi per hari dilepaskan dari
katabolisme hemoglobin. Besi itu akan digunakan kembali, sebagai contoh untuk
eritropoiesis atau untuk penggabungan kedalam enzim besi terikat, atau besi
menjadi cadangan untuk disimpan.
Walaupun kebanyakan sel darah merah didegradasikan dalam system
retikuloendotelial, beberapa lisis sel darah merah berlangsung dalam darah. Dua
protein, haptoglobin dan hemopexin, berfungsi untuk melepaskan pelepasan
hemoglobin dan heme bebas, secara berturut-turut di dalam darah. Haptoglobin,
disintesis oleh hati, bentuk kompleks dengan hemoglobin bebas , sementara
hemopexin, juga disintesisoleh hati, bentuk kompleks dengan heme bebas dalam
darah. Protein lalu mengantarakan komponen yang mengandung besi ke hati,
dimana degradasi lebih jauh berlangsung untuk dapat digunakan kembali besi
tersebut.
Kecuali kalau simpanan tubuh dihabiskan, persedian besi pada plasma pool dapat
disesuaikan dengan batas banyaknya. Kebutuhan untuk besi transferin ditentukan
oleh kebutuhan sumsum tulang untuk sintesis sel darah merah. Walaupun ,
hemolisis kronik kuantiti besi melewati plasma dapat dikembangkan enam sampai
delapan kali normal.
EKSKRESI
Kehilangan besi sehari-hari oleh laki-laki dewasa kira-kira antara 0,9 dan 1,0 mg/hari
(12-14 mg/Kg/hari). Kehilangan tersebut berlangsung dari berbagai letak: