Anda di halaman 1dari 14

YODIUM

Merupakan konstituen dari tiroksin (T4) dan triodotironin (T3) yang disekresi glandula
tiroid yang berfungsi mengendalikan aktivitas jaringan, kecepatan metabolisme, dan
integritas jaringan penyambung, serta perkembangan sistem saraf fetus pada trimester
pertama kehamilan. Kurang asupan yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan kretinisme,
sindrom retardasi mental, dan dwarfisme. Yodium terdapat sangat sedikit dalam makanan.
Paling baik berasal dari sayur dan ikan laut, serta susu sapi.
Beberapa makanan yang mengandung substansi yang menghambat pengambilan yodium
oleh glandula tiroid disebut sebagai goitrogen, yaitu:

Kubis dan lobak yang mengandung goitrogenic cyanoglucocides


Singkong, jagung, ubi, dan kacang lima
Air yang tercampur feses
Ion kalsium, fluor, mangan, dan magnesium yang terdapat pada air keras
Kekurangan yodium dibarengi dengan bahan-bahan goitrogen pada satu area tertentu dapat
menyebabkan goiter endemik, ditandai dengan pembengkakan leher. Asupan yodium
berlebih juga dapat menyebabkan goiter.

METABOLISME IODIUM PADA PEMBENTUKAN HORMON TYROID

ANATOMI KELENJAR THYROID


Thyroidea berasal dari sebuah bahasa yunani yakni thyreos yang berarti pelindung,
suatu kelenjar endokrin yang sangat vaskuler, merah kecoklatan, terdiri dari lobus kiri dan
lobus kanan berhubungan melintasi garis tengah oleh isthmus. Tiap lobus mencapai
superior sejauh linea obliqua cartilago thyroidea, sedangkan isthmus terletak diatas cincin
kedua dan ketiga trachea dan ujung bawah lobus biasanya diatas cincin trachea keempat
atau kelima. Kelenjar ini tertanam dalam dalam lapisan pretrachealis fascia cervicalis
profunda. Berat kelenjar thyroid sekitar 20-25 gram dan pada orang dewasa sedikit lebih
berat pada wanita dan membesar secara fisiologis pada pubertas serta selama menstruasi
dan kehamilan.
Permukaan medial tiap lobus dibentuk diatas larynx dan trachea. Secara
superficialis, kelenjar ini ditutupi oleh musculus sternothyroideus dan dibagian bawah batas

anterior dibatasi oleh musculus sternocleidomastoideus. Di superior kelenjar ini dalam


hubungan dengan musculus cricothyroideus. Ramus externus nervus laryngeus superior
berjalan profunda terhadap bagian kelenjar ini untuk mensarafi otot tersebut. Di
posterolateral, thyroidea berkontak dengan arteri carotis, nervus laryngeus recurrens dan
esophagus di belakang. Glandula parathyroidea biasanya ditemukan berhubungan dengan
permukaan posterolateral thyroidea. Titik anatomi ini penting dalam pendekatan bedah.
Kelenjar thyroid tersusun dari banyak folikel tertutup yang terisi oleh zat hasil sekresi
yang dinamakan koloid dan dibatasi oleh sel epitel kuboid yang mensekresi kebagian dalam
folikel. Unsur utama koloid adalah glikoprotein besar tiroglobulin, yang mengandung hormon
thyroid. Sekali sekresi telah memasuki folikel, ia harus diabsorbsi kembali melalui epitel
folikel masuk ke darah sebelum dapat berfungsi dalam tubuh.

HORMON THYROID
Kelenjar thyroid mensekresi tiroksin dan triyodotironin yang mempunyai efek nyata pada
kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan atau kehilangan hormon thyroid akan
menyebabkan penurunan laju metabolisme tubuh sekitar 40% dibawah normal dan sekresi
tiroksin yang berlebihan dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat 60%-100%
diatas normal. Sekresi ini diatur oleh hormon perangsang thyroid yang dikeluarkan oleh
kelenjar hipofisis anterior. Fungsi kedua hormon ini secara kualitatif adalah sama, tetapi
berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Triyodotironin kira-kira empat kali kekuatan
tiroksin, tetapi ia terdapat jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh lebih singkat
daripada tiroksin.
Untuk membentuk tiroksin dalamjumlah normal, dibutuhkan makan kira-kira 50 mg yodium
setiap tahun atau kira-kira 1 mg per minggu. Untuk mencegah defisiensi yodium, garam
meja yang biasa diyodisasi dengan satu bagian natrium yodida untuk setiap 100.000 bagian
natrium klorida.

PEMBENTUKAN HORMON THYROID


Tahap pertama pembentukan hormon thyroid adalah pemindahan yodida dari cairan
ekstrasel ke sel kelenjar thyroid dan kemudian ke folikel. Membran sel mempunyai
kemampuan khas mentransport yodida secara aktif ke bagian dalam folikel. Hal ini
dinamakan pompa yodida atau iodine trapping. Pada kelenjar normal, pompa yodida dapat
memekatkan ion yodida sekitar 40 kali konsentrasi yodida dalam darah. Akan tetapi bila

kelenjar thyroid menjadi aktif sepenuhnya, rasio konsentrasi dapat meningkat sampai
beberapa kali lipat.
Pembentukan dan sekresi tiroglobulin sebagai bahan dasar hormon thyroid dilakukan oleh
sel-sel thyroid. Setiap molekul tiroglobulin mengandung 140 asam amino tirosin, dan tirosin
merupakan substrat utama yang berikatan dengan yodium untuk membentuk hormon
thyroid dimana hormon ini dibentuk dalam molekul tiroglobulin. Oksidase ion yodida adalah
langkah penting dalam pembentukan hormon thyroid yaitu perubahan ion yodida menjadi
bentuk yodium teroksidasi yang kemudian mampu berikatan langsung dengan asam amino
tirosin. Proses oksidasi ini dipermudah oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksida yang
menyertainya. Pengikatan yodium dengan molekul tiroglobulin dinamai organifikasi
tiroglobulin. Yodium yang telah dioksidasi dalam bentuk molekul akan terikat langsung tetapi
perlahan-lahan dengan asam amino tirosin, tetapi bila yodium yang btelah teroksidasi
disertai dengan sistem enzim peroksidasi, maka proses ini dapat terjadi dalam beberapa
detik atau menit. Stadium akhir dari yodinasi tirosin adalah pembentukan dua hormon
thyroid yang penting yaitu tiroksin dan triyodotironin. Tirosin mula-mula dioksidasi menjadi
monoyodotironin dan diyodotironin. Dua molekul diyodotironin bergabung membentuk
tiroksin

(T4),

dan

satu

molekul

diyodotironin

bergabung

dengan

satu

molekul

monoyodotironin membentuk triyodotironin (T3).


Setelah sintesis hormon thyroid berlangsung, setiap molekul tiroglobulin mengandung 5
sampai 6 molekul tiroksin, dengan rata-rata datu molekul triyodotironin untuk setiap tiga
sampai empat molekul tiroglobulin dan sekitar 18 molekul tiroksin untuk setiap satu molekul
triyodotironin. Dalam bentuk ini, hormon thyroid sering disimpan dalam folikel selama
beberapa bulan. Ternyata jumlah total yang disimpan cukup untuk mensuplai tubuh dengan
kebutuhan normal akan hormon thyroid selama satu sampai tiga bulan. Oleh karena itu,
walaupun sintesis hormon thyroid berhenti seluruhnya, efek defisiensi mungkin tidak
ditemukan selama berbulan-bulan.

SEKRESI HORMON THYROID


Tiroglobulin sendiri tidak pernah dikeluarkan ke sirkulasi darah, melainkan melalui
pemecahan tiroksin dan triyodotironin yang mula-mula terlepas dari tiroglobulin dan
kemudian hormon ini dilepaskan untuk berdifusi melalui basis sel thyroid ke dalam kapiler
yang terdapat di sekitarnya. Saat masuk ke dalam darah, tiroksin dan triyodotironin yang
bberikatan dengan protein segera berikatan dengan beberapa protein plasma, terutama
dengan globulin pengikat tiroksin yang merupakan glikoprotein. Kemudian separuh tiroksin
dilepaskan ke sel jaringan kira-kira setiap 6 hari,sedangkan separuh triyodotironin karena

afinitasnya yang lebih rendah untuk protein, maka dikeluarkan ke sel kira-kira 1 hari. Waktu
masuk sel, kedua hormon ini sekali lagi berikatan dengan protein intrasel, tiroksin berikatan
lebih kuat daripada triyodotironin. Oleh karena itu, sekali lagi tiroksin disimpan dan
digunakan dengan lambat selama berhari-hari atau berminggu-minggu.
Menyuntikkan tiroksin dalam jumlah besar pada manusia, pada hakekatnya tidak
akan memiliki efek pada kecepatan metabolisme tubuhnya selama dua sampai tiga hari. Hal
ini menggambarkan bahwa terdapat masa laten yang lama sebelum aktivitas tiroksin mulai.
Sekali aktivitas timbul, ia secara progresif meningkat dan mencapai maksimum dalam 10
sampai 12 hari dan setelah itu turun dengan waktu paruh sekitar 15 hari. Beberapa aktivitas
menetap selama 6 minggu sampai 2 bulan kemudian.

ZAT BESI
0,5-1 gram besi disimpan dalam bentuk ferritin dan haemosiderin dalam hati, limpa,
dan sumsum tulang. Kadar plasma ferritin merupakan indikator kadar simpanan besi.
Kandungan total besi dalam tubuh sangat sedikit, yaitu sekitar 4 gr. Besi berfungsi untuk
pembentukan hemoglobin, terdapat dalam pigmen myoglobin otot, serta penting sebagai
konstituen banyak sistem enzim.
2 jenis besi dapat ditemukan dalam makanan:

Daging dan olahannya mengandung besi hem


Sayur dan buah mengandung kompleks ferri.
Besi diperlukan tubuh untuk mengimbangi kehilangan besi akibat urin, menstruasi,
pembentukan hemoglobin tambahan karena kehamilan dan masa pertumbuhan, laktasi,
serta pendarahan.

METABOLISME ZAT BESI (Fe)


Tubuh manusia mengandung sekitar 2 sampai 4 gram besi. Lebih dari 65% zat besi
ditemukan di dalam hemoglobin dalam darah atau lebih dari 10% ditemukan di mioglobin,
sekitar 1% sampai 5% ditemukan sebagai bagian enzim dan sisa zat besi ditemukan di
dalam darah atau ditempat penyimpanan. Jumlah total besi ditemukan dalam orang tidak
hanya terkait berat badan tetapi juga pengaruh dari berbagai kondisi psikologi termasuk
umur, jenis kelamin kehamilan dan status tingkat pertumbuhan. Besi merupakan mineral
mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram di
dalam tubuh manusia dewasa. Didalam tubuh sebagian besar Fe terkonjugasi dengan
protein dan terdapat dalam bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat
sebagai ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri(misalnya dalam bentuk
storage). Besi, mempunyai beberapa tingkat oksidasi yang bervariasi dari Fe6+ menjadi
Fe2-, tergantung pada suasana kimianya. Hal yang stabil dalam cairan tubuh manusia dan
dalam makanan adalah bentuk ferri (Fe3+) dan ferro (Fe2+).

Bentuk-bentuk konjugasi Fe adalah:

Hemoglibin; mengandung bentuk ferro. Fungsi hemoglobin adalah mentranspor CO2


dari jaringan keparu-paru untuk dieksresikan kedaam udara pernapasan dan
membawa O2 dari paru-paru ke sel-sel jaringan. Hemoglibin terdapat pada erytrocyt.

Myoglobin; terdapat dalam sel-sel otot, mengandung Fe bentuk ferro. Fungsi


myoglobin adalah dalam proses kontraksi otot.

Transferrin; mengandung Fe bentuk ferro. Transferrin merupakan konjugat Fe yang


berfungsi mentranspor Fe tersebut didalam plasma darah dari tempat penimbunan
Fe kejaringan-jaringan (sel) yang memerlukan (sumsum tulang dimana terdapat
jaringan hemopoletik).

Ferritin; adalah bentuk storage Fe, dan mengandung bentuk Ferri. Kalau Fe Ferritin
diberikan pada transterin untuk ditransfor, zat besinya diubah menjadi
Berikut fungsi Besi dalam tubuh.

Alat angkut oksigen


Sebagian besar besi berada dalam hemoglobin (molekul protein mengandung besi
dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot. Hemoglobin dalam darah
membawa oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Miogloboin berperan sebagai
reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot.

Metabolisme energi
Fungsi besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi.

Kemampuan belajar
Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport
besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Defisiensi besi berpengaruh negatif
terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter. Akibatnya,
kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya
reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu,
ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur
suhu tubuh menurun.

Sistem kekebalan
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel oleh
limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sistesis
DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang
membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.

SUMBER
Besi biasanya selalu terkandung dalam makanan. Diet orang barat diperkirakan tidak
lebih dari 5-7 mg besi per 1.000 kkal. Diet besi ditemukan dalam satu dari dua
bentuk dalam makanan yaitu hem dan non hem. Besi heme terutama berasal dari
hemoglobin dan mioglobin. Besi hem berada pada makanan hewani dan besi non
hem berada pada makanan nabati. Besi nonheme umumnya terdapat dalam
makanan (kacang-kacangan, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan tofu) dan
dairy produk (susu, keju dan telur), meskipun dairy produk sangat sedikit
mengandung besi. Besi nonheme biasanya berikatan dengan komponen makanan
dan harus di hidrolisis atau dilarutkan terlebih dahulu baru di absorbsi. Sumber besi
ialah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.. Sumber baik yang lainnya
ialah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis
buah. Makanan yang memiliki banyak kadar besi, yaitu hati dan organ daging, yang
bukan merupakan bahan yang popular di kebanyakan diet orang barat. Beberapa
makanan yang lebih popular yang secara keseluruhan merupakan sumber besi yang
baika dalah daging merah, tiram dan kerang, kacang (lima,laut), dark green, sayur
daun-daunan, dan buah kering. Sebagai tambahan untuk sejumlah besi alami
ditemukan pada makanan, makanan seperti roti, roti kadet, paset, sereal, kersik, dan
tepung yang difortifikasi dengan besi. Besi alami, besi askorbat, besi karbonat,besi
sitrat, besi fumarat, besi glukonat, besi laktat, besi pirofosfat, dan besi sulfat
disediakan dan digunakan untuk fortifikasi makanan.

PENCERNAAN, ABSORPSI, DAN TRANSPOR


Tubuh sangat efisien dalam penggunaan besi. Sebelum diabsorpsi, di dalam
lambung besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam

suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat
dalam makanan. Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum)
dengan bantuan alat angkut-protein di dalam sel mukosa usus halus yang membantu
penyerapanbesi, yaitu transferin dan feritin. Transferin, protein yang disintesis di
dalam hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferin dan feritin. Transferin, protein
yang disintesis di dalam hati, terdapat dalam dua bentuk. Transferin mukosa
mengangkut besi dari saluran cerna untuk mengikat besi lain, sedangkan transferin
reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh. Dua ion feri
diikatkan pada transferin untuk dibawa ke jaringan-jaringan tubuh. Banyaknya
reseptor transferin yang terdapat pada membran sel bergantung pada kebutuhan tiap
sel. Kekurangan besi pertama dapat dilihat dari tingkat kejenuhan transferin.
Pencernaan dan Absorbsi Besi Heme
Besi heme sebelumnya dihidrolisis dari hemoglobin bagian dari globin atau mioglobin
untuk absorpsi. Percernaan dibantu oleh proteases dalam lambung dan usus kecil
dan hasilnya berupa pelepasan besi heme. Demikian , heme mengandung ikatan
besi berupa cincin porphyrin sehingga lebih mudah diabsorpsi sebagai
metaloporphyrin ke dalam sel mokusal dari usus kecil.
Absorpsi besi heme dipengaruhi oleh simpanan besi tubuh. Absorpsi heme
berhubungan dengan simpanan besi dan kemungkinan range dari 15% dengan
status besi normal sampai 35% pada orang yang kekurangan besi. Absorpsi besi
berlangsung seluruhnya di usus kecil tetapi lebih efisiens dalam proximal portion,
khususnya di duodenum. Dalam mokusal sel absorpsi heme cincin porphyrin
dihidrolisis oleh heme oksigenase ke dalam besi ferrous inorganic dan
protoporphyrin. Pelepasan besi digunakan oleh mokusal sel usus atau transport
selanjutnya ke sel usus dan kemudian transport diteruskan darah untuk digunakan
oleh sel tubuh yang lain.

Pencernaan dan Absorbsi Besi Non Heme


Besi non heme, berikatan dengan komponen makanan, harus dibebaskan secara
enzymatic dalam sialuran pencernaan untuk diabsorbsi lebih lanjut. Sekresi lambung
mengandung HCL dan pepsin protease membantu melepaskan besi nonheme dari

komponen bahan makanan. Pelepasan pertama dari komponen bahan makanan,


banyak besi nonheme tampil sebagai Ferric (Fe3+) dalam lambung. Besi bentuk
ferric dapat larut dalam waktu lama pada pH asam lambung, juga dalam suasana
asam lambung, banyak besi bentuk ferric di reduksi menjadi bentuk ferro. Besi
bentuk ferro dapat larut bahkan pada pH 8. Meskipun memiliki kelarutan pada pH
basa dalam usus kecil, beberapa besi bentuk ferro mungkin mengalami oksidasi
menjadi besi bentuk ferric. Besi bentuk ferric lebih kompleks untuk memproduksi
ferric Hodroxida (Fe(OH)3 yang cenderung tidak larut dan membentuk agregat
sehingga menyebabkan ketersediaan besi menurun untuk di absorbsi.

BESI LAIN-MENGANDUNG ENZIM


Enzim tubuh yang lain termasuk dalam berbagai proses, disamping rangkaian
respirasi, juga permintaan besi besi. Banyak monooksigen, sebagai contoh,
mengandung besi. Fungsi monooksigen adalah memasukan satu dari dua molekul
oksigen ke dalam subtract. Contoh besi mengandung oksigen termasuk Fenilalanin
monooksigen Tirosin monooksigen dan Triptofan monooksigen.
Enzim itu memasukan molekul oksigen kedalam fenilalanin, tirosin, dan triptofan,
saling berhubungan. Monooksigen lebih jauh diklasifikasi berdasarkan pada cosubstrat yang berperan dalam reaksi. Fungsi co-subtract untuk menyediakan atom
hydrogen yang dikurangi molekul oksigen kedua dalam air. Fenilalanin monooksigen,
tirosin monooksigen dan triptofan monooksigen semuanya menggunakan
tetrahidrobiopterin sebagai co-subtract dan selama reaksi, tetrabiopetrin dioksidasi
menjadi dihidrobiopetrin. Reaksi dikatalisis oleh fenilalanin monooksigen (juga
disebut hidroksilase karena subtract utama fenilalanin menjadi hidrisilat). Enzim ini
mengandung satu sampai dua atom besi dan konversi fenilalanin menjadi tirosin;
vitamin C termasuk dalam reaksi ini.
Banyak dioksigenase juga mengandung besi. Katalis dioksigenase menempatkan
dua atom oksigen kedalam subtract. Ada banyak besi penting yang dibutuhkan
dioksigenase dalam tubuh. Beberapa contoh termasuk Triptofan dioksigenase
(metabolism asam amino), Homogentisate dioksigenase (metabolime asam amino)
Trimetil lisin dioksigenase dan -butirobetain dioksigenase (sintesis karnitin), Lisin
dioksigenase dan prolin dioksigenase (sintesis prokolagen), Sintesis nitric oksida
-karoten dioksigenase (sintesis vitamin A).

Reaksi penting yang lain untuk melindungi tubuh juga menggunakan besi yang
mengandung enzim, seperti katalisis dan mieloperoksidasi.
Katalisis, dengan empat kelompok heme, mengubah hydrogen perooksida menjadi
air dan molekul oksigen. Katalisis membantu mencegah sel rusak yang diakibatkan
oleh hydrogen perioksida.
Mieloperoksida, heme lain mengandung enzim, ditemukan dalam plasma sama
dangan granula dalam neutrofil (sel darah putih). Selama fagositosis bakteri,
mieloperooksida dilepaskan dari fagositosis vesikel dalam neutrofil. Vesikel
fagositosis mengandung berbagai senyawa termasuk peroksida (H2O2), hidroksi
radikal bebas (OH-) dan ion lain seperti klorida (Cl-).
Bentuk hipoklorit dalam reaksi sitoksida kuat yang penting untuk menghancurkan
subtansi asing seperti bakteri. Aktivitas Mieloperoksida mungkin dilemahkan oleh
defisiensi besi dengan meningkatnya susceptibilitas atau infeksi sederhana.
Beberapa oksidereduktase yang termasuk besi-terikat
Aldehid oksidase, yang menggunakan oksigen untuk mengubah alehid (RCOH)
menjadi alcohol (RCOOH):
Oksidasi sulfit, besi sulfur mengandung enzim yang mengubah suilfit (SO3-) menjadi
sulfat (SO4-) : dan
Oksidasi xanthin dan dehidrogenase, kedua non besi heme tersebut dan
molybdenum yang mengandung enzim yang mengubah hipoxantine dihasilkan dari
kataboisme purin menjadi xantin dan ketika xantin menjadi asam uric untuk
pengeluaran.
Enzim non heme terikat lain yang dibutuhkan dalam sintesis DNA dan replikasi sel
adalah ribonukleotida reduktase yang mengubah adenosine difosfat (ADP) menjadi
dioksi ADP (dADP) . Dalam glikolisis, gliserol fosfat dehidrogenase, flavoprotein,
adalah komponen besi non heme. Dalam Siklus krebs, akonitasi yang mengubah
sitrat menjadi isositrat, membutuhkan satu sampai dua atom besi non heme.
Fosfoenolpirufat karbosikinase, penting dalam glukoneogenesis, juga membutuhkan
besi untuk fungsinya. Tiroperoksida, enzim besi heme terikat lain, dibutuhkan untuk
organifikasi iodida (penambahan 2I- menjadi tiroglobulin tirosin) dan konjugasi residu
iodinated tirosin pada tiroglobulin. Reaksi ini dibutuhkan untuk sintesis dari hormone
tiroid T3 dan T4.

Sebagai peroksidan, besi ferro bebas mengkatalisis reaksi non enzimatik fenton,
yang mana reaksi besi ferrous dengan hydrogen perioksida untuk menghasilkan besi
ferrik dan radikal bebas. Dalam reaksi diketahui sebagai reaksi Haber Weiss,
superoksida radikal O2- kemungkinan bereaksi dengan molekul hydrogen perioksida
lain untuk menghasilkan molekul oksigen dan hidroksil radikal bebas seperti OH-,
sebuah membrane oksida berbahaya.

INTERAKSI DENGAN BAHAN MAKANAN LAIN


Zat gizi lain yang memiliki kemungkinan untuk berinteraksi dalam hal penyerapan
adalah zinc. Ingestion kedua zat gizi adalah 25: 1 molar hal ini mengurangi absorpsi
zinc dari air sampai 34% pada manusia; meskipun, ketika rasio besi sama dengan
zinc yang diberikan lewat daging, tidak ada efek inhibitor yang diperlihatkan. Rasio
besi non heme dengan zinc pada 2:1 dan 3:1 juga menunjukkan adanya hambatan
absorpsi zinc, sementara rasio yang sama antara besi heme dengan zinc tidak ada
efek absorpsi zinc.
Asosiasi lain antara vitamin A dan besi. Status kekurangan vitamin A merubah
distribusi besi antara jaringan. Konsentrasi rendah plasma retinol diasosiasi dengan
pengurangan plasma besi dan hemoglobin darah dan hematrokit sebanding
bertambahnya akumulasi hepatic besi dalam tikus.
Besi dan timah juga berinterksi. Timah menghalangi aktifitas -aminolevulinik asam
dehidratase, enzim dimasukkan dalam sintesis heme. Timah juga menghalangi
aktifitas ferochelatase enzim yang menggabungkan besi ke heme. Sebagai
tambahan, absorpsi timah meningkat berlangsung dengan kekurangan besi pada
hewan dan dapat bermasalah untuk anak-anak yang sering kekurangan besi dan
dapat meningkatkan perombakan ke timah. Seluruh Mekanisme kekurangan besi
yang diperbaiki oleh absorpsi timah tidak diketahui.
Defisiensi besi diasosiasi dengan penurunan konsentrasi selenium sama dengan
sintesis dan aktivitas glutation peroksida. Glutation peroksida, sebuah enzim yang
diperlukan oleh selenium, untuk mengkatalisis reduksi hydrogen peroksida dengan
menggunakan glutation (GSH). Sebagai tambahan enzim ini mengubah peroksida
organic (ROOH) menjadi bentuk hidroksinya (atau alcohol). Mekanisme interaksi
antara besi dan selenium tidak diketahui. Besi jumlah sedikit dibutuhkan dalam

regulasi pretranslasional sintesis glutation peroksida. Secara berurutan, defisiensi


besi berpengaruh pada absorpsi selenium atau peningkatan penggunaan selenium
pada tubuh. Kemungkinan lain besi atau protein yang mengandung besi dibutuhkan
untuk aktifitas glutation peroksida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besi yaitu:
Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi-hem,
yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat di dalam
daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-nonhem.
Asam organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerpan besi-nonhem dengan
merubah bentuk feri menjadi fero. Bentuk fero lebih mudah diserap oleh tubuh.
Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran
menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga
mempersulit penyerapannya.
Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa jenis
sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi namun mekanismenya belum
diketahui dengan pasti.
Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida
di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid
menghalangi absorpsi besi.
Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi, diduga karena hem
mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.
Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Bila tubuh
kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absorpsi besi
non-hem dapat meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi-hem dua kali.

B. PERTUKARAN BESI DALAM TUBUH

Meskipun diet besi penting dalam mempertahankan adekutnya dalam jangka


panjang oleh tubuh besi, namun jumlah absorpsi besi, sekitar 0,06% total kandungan
besi tubuh hal ini tidak menyediakan konsentrasi besi yang dibutuhkan.

Kebanyakan besi masuk ke dalam plasma untuk distribusi dan redistribusi oleh
transferin yang juga berkonstribusi melalui bagian pengrusakan hemoglobin dan
bagian degradasi ferritin dan hemosiderin. Hemoglobin didegradasi terutama oleh
fagosit pada system retikuloendotelia (ditemukan dalam hati, limfa dan sumsum
tulang). Simpanan besi sebagai feritin dan hemosiderin didegradasi terutama dalam
hati, limfa dan sumsum tulang.
Kebanyakan sel darah merah berumur sekitar 120 hari, yang tua selanjutnya
dimakan oleh makrofag di dalam limfa dan diturunkan (fagositosit); walaupun , sel
makrofag retikuloendotelial dalam sumsum tulang dan sel kupfer dalam hati juga
mendegradasi sel darah merah.
Selama degradasi sel darah merah, bagian heme dari molekul hemoglobin dalam sel
darah marah dikatabolis oleh oksigenase heme menjadi biliverdin dan selanjutnya
menjadi bilirubin, yang kemudian dikeluarkan ke empedu untuk diekskresi dari tubuh.
Sebagai tambahan, sekitar 20 sampai 25 mg besi per hari dilepaskan dari
katabolisme hemoglobin. Besi itu akan digunakan kembali, sebagai contoh untuk
eritropoiesis atau untuk penggabungan kedalam enzim besi terikat, atau besi
menjadi cadangan untuk disimpan.
Walaupun kebanyakan sel darah merah didegradasikan dalam system
retikuloendotelial, beberapa lisis sel darah merah berlangsung dalam darah. Dua
protein, haptoglobin dan hemopexin, berfungsi untuk melepaskan pelepasan
hemoglobin dan heme bebas, secara berturut-turut di dalam darah. Haptoglobin,
disintesis oleh hati, bentuk kompleks dengan hemoglobin bebas , sementara
hemopexin, juga disintesisoleh hati, bentuk kompleks dengan heme bebas dalam
darah. Protein lalu mengantarakan komponen yang mengandung besi ke hati,
dimana degradasi lebih jauh berlangsung untuk dapat digunakan kembali besi
tersebut.
Kecuali kalau simpanan tubuh dihabiskan, persedian besi pada plasma pool dapat
disesuaikan dengan batas banyaknya. Kebutuhan untuk besi transferin ditentukan
oleh kebutuhan sumsum tulang untuk sintesis sel darah merah. Walaupun ,
hemolisis kronik kuantiti besi melewati plasma dapat dikembangkan enam sampai
delapan kali normal.
EKSKRESI

Kehilangan besi sehari-hari oleh laki-laki dewasa kira-kira antara 0,9 dan 1,0 mg/hari
(12-14 mg/Kg/hari). Kehilangan tersebut berlangsung dari berbagai letak:

Dinding gastrointersinal : 0,6


Kulit : 0,2-0,3
Ginjal : 0,1
Dapat dilihat dari angka tersebut, kebanyakan kehilangan besi via daerah
gastrointestinal (0,6 mg). dari 0, 6 mg, sekitar 0,45 mg sesuai dari kehilangan darah
menit (-1 mL) dan 0,15 mg besi yang lain sesuai kehilangan empedu dan kematian
sel mokusa. Kehilangan pada kulit kira-kira 0,2 sampai 0,3 mg besi berlagsung untuk
kematian permukaan sel dari kulit. Terakhir, kira-kira sangat sedikit , sekitar 0,1 mg,
hilang di urin. Kehilangan besi , walaupun mungkin meningkat pada orang dengan
ulkus gastrointensial atau parasit intestinal atau hemorange ditimbulkan oleh operasi
atau luka yang sesuai.
Kehilangan besi basal baru digambarkan sedikit (0,7-0,8 mg/hari) pada wanita
karena daerah permukaannya lebih kecil. Kehilangan total premanopause wanita,
walaupun diperkirakan kurang lebih 1,3 sampai 1,4 mg/hari karena kehilangan besi
pada saat menstruasi. Rata-rata kehilangan darah selama siklus menstruasi sekitar
35 mL, dengan batas lebih sekitar 80 mL. Kandungan besi dalam darah sekitar 0,5
mg/100 mL darah, yang kehilangan hampir 17,5 mg besi per periode. Ketika dirataratakan lebih sebulan, kehilangan besi dalam menstruasi sekitar 0,5 mg per hari;
pada beberapa wanita, kehilangan besi untuk menstruasi mungkin melebihi 1,4
mg/hari. Ekskresi besi meningkat pada orang sehat dengan asupan yang melebihi
rata-rata konsentrasi besi ferritin pada kematian sel mokusa sel.

Anda mungkin juga menyukai