PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu
ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada
seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hakhak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang
demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami,
diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta
demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KBK 2004 dan
Standar Isi 2006) ditegaskan bahwa :
4. Menganalisis peran dan hak warganegara dan system pemerintahan Negara Kesatuan
Repbulik Indonesia
7. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan pancasila dan
UUD 1945
8. Mengaalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan Internasional, regional dan
kerjasama Global lainnya
Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir ketiga yaitu
meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan
HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri, sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas
ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini
pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang
menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di
sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan
eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa
percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru
sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan
lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi
harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman
belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and
contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat
diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini
penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING)
dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa
terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat
permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk
berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk
bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat
berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. [1] Pembelajaran harus dibuat
dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai
akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based
Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran PKn.
Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji
penerapan pembelajaran model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
3. Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa?
C. PEMECAHAN MASALAH
PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan How to Develop Better Civics
Behaviours membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan
moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS
yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship
Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya.
Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan
telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu
dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2].
Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut
menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
Selanjutnya UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam
pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :
4. Learning to be [3]
Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem Based Learning
apabila diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM
dalam mata pelajaran PKn.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
HAM dalam mata pelajaran PKn khususnya kelas X Ak pada SMKN 3 Sragen, sehingga
pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. KAJIAN TEORI
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan
( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya
sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian
pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural
Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah kepada
kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain)
maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan[4]
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan
orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
5.
B. KERANGKA BERPIKIR
1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang
berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa
dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka
mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa
dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara
PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa
untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi:
keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan)
serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari
hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek),
hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa
termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak
memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada
hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan
komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar
hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk
melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam
proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas
adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem
Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar
didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian
siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan
dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah
merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta
mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang
berbeda diantara mereka.
Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning
dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional
(metode ceramah).
2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam mata pelajaran PKn
Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari
pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna
belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar
bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar,
membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi
belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, diaman siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya
sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa
merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan
hasil belajar yang didapat bkan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada
kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)
C. HIPOTESIS TINDAKAN
1. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran PKn siswa kelas X Ak SMKN 3 Sragen
2. Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.
BAB III
Pelaksanaan Penelitian
A. Perencanan Penelitian
1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam
penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu
penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable
yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa,
rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan
evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata
pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah)
untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya
yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan
diatas.
Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif
yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi,
kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.
Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul
dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Sragen pada siswa kelas I AK, dengan jumlah
siswa 37 orang, yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 34 orang perempuan. Penelitian
dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok
bahasan Peran Serta dalam Penghormatan dan Penegakan HAM.
3. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Agustus sampai
dengan pertengahan bulan Desember 2007.
4. Prosedur Penelitian
Siklus I
A. Perencanaan
Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
B. Tindakan
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
C. Pengamatan
Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu
dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
D. Refleksi
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan
waktu dari setiap macam tindakan.
Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan
lembar kerja siswa.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus
berikutnya.
Siklus II
A. Perencanaan
Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan
alternative pemecahan masalah.
B. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada
siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
5. Siswa menceritakan unsure-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada gambar.
C. Pengamatan (Observasi)
Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua
hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
D. Refleksi
Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada
siklus III
Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal
10% dari siklus I.
Siklus III (bila diperlukan).
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya
siswa memecahkan masalah melalui Pembelajaran berbasis masalah dengan mengadakan
diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan /
atau berbeda pendapat tentang masalah Hak Asasi Manusia, khususnya :
Belajar PKn serasa lebih menyenagkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan
partisipasi siswa semakin meningkat.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal
harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil
, permasalahan kasus-kasus bentuk-bentuk HAM dari pasal 9 uu no 39 tahun 1999 s/d pasal 66
uu no 39 tahun 1999 melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut
diasumsikan sudah berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi Masalah HAM dan aktivitas siswa
ditetapkan sebagai berikut :
Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi / kasus HAM (Hak Hidup, Hak Wanita, Hak Anak)
No
1
2
3
4
NIlai
< 5,9
6,0 7,50
7,51 8,99
9,00 10
Kriteria
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
NIlai
< 50
60 69
70 89
90 100
Kriteria
Kurang
Sedang
Baik
Baik Sekali
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Pembelajaran PKn dikelas I SMK Negeri 1 Sragen ini dilakukan dalam dua siklus.
Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evalusi pada akhir siklus.
Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini :
Indikator
3
4
5
6
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
dan52,75%
69,44%
83,35%
88,32%
91,66%
86,11%
94,45%
85,55%
Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar
12,42%.
Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada table 4.
Table 4. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.
No
1
2
3
Indikator
Tidak memperhatikan penjelasan guru
Mengobrol dengan teman
Mengerjakan tugas lain
Rata rata
Ketercapaian
Siklus I
27,75%
19,44%
16,60%
21,26%
Siklus II
13,88%
8,33%
5,50%
9,25%
Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan
pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar
12,01%.
Data pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat
dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5. Data Pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar siswa .
No
1
2
3
Ketercapaian
Siklus I
7,01%
74,82%
16,52%
Siklus II
7,80%
89,96%
7,88%
Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang masalah HAM mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan
belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus2 sebesar 15,14%.
B. Pembahasan
Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan
kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 5 orang. Setiap anggota
kelompok diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok
melakukan pembahasan dengan mengacu kepada buku pegangan dan Undang-Undang no. 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia serta Undang Undang Dasar 1945 (yang telah
diamandemen).
Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama dengan judul hak hidup
(pro dan kontra masalah pengguguran kandungan/aborsi), terlihat para siswa sangat antusias
dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat,
rerata perolehan skor pada siklus pertama 52,75 % menjadi 69,44 %, mengalami kenaikan 16,69
%. Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada
siklus pertama rata-rata 63,82 % dan pada siklus kedus 83,35 % mengalami kenaikan 19,53 %.
Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 72,25
% dan pada siklus kedua 88,32 % mengalami kenaikan sebesar 16,07 %. Dalam indikator
hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus pertama 75 % dan pada
siklus kedua 91,66 % mengalami kenaikan sebesar 16,66 %. Dalam indikator hubungan siswa
dengan siswa, pada siklus pertama 77,65 % sedangkan pada siklus kedua 86,11 % mengalami
kenaikan sebesar 8,46 %. Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihata pada
siklkus pertama 80,55 %, sedangkan pada silklus kedua 94,45 % mengalam kenaikan sebesar
13,9 %.
Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat
signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra
untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan
invention serta creativity and diversity sangat menunjol dalam model pembelajaran ini. Dengan
model problem based learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu
belajar bagaimana cara belajar ( learning how to learn). Dalam metode learning how to learn
guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan
kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn
siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus Hak Asasi Manusia
yang meliputi:
1. Hak untuk hidup (membahas tentang pro dan kontra pengguguran kandungan/aborsi)
2. Hak wanita (Hak perempuan) membahas tentang pro dan kontra perkawinan dibawah
tangan ( nikah syiri)
3. Hak anak (membahas tentang peluang anak yang cacat untuk memperoleh pendidikan
serta untuk memperoleh perlakuan bahwa setiap orang baik yang normal maupun yang
cacat dilindungi oleh hukum
Dalam model Problem Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati
karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka
membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan
kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya
belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi
dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian
menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas
Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain
melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan,
mampu membuktikan teori kedalam praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional,
tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya
belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana
siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan
kata tanya How (bagaimana).
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus npertama
mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa
temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi
Manusia dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 1 Sragen.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan
kelas ini yaitu:
1. Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan
dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 %
mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
2. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami
penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor
aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus kedua sebesar
9,25 % mengalami penurunan sebesar 12,01 %
3. Skor rerata pemahaman siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia, pada siklus
pertama sebesar 7,01 % dan pada siklus kedua pada siklus kedua 7,80 %, tergolong baik
demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 74,82 % dan pada siklus
kedua menjadi 89,96 %
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat dismpulkan bahwa model Problem Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah Hak Asasi Manusia
dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 1 Sragen.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan
Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Sragen, PT. Ghalia Indonesia
Affan Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, JogSragen, Pustaka Pelajar
Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Sragen, LP3ES
Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi
Nasional Hak Asasi Manusia
, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,
Sragen
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Sragen, Bina
Aksara
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD
1945, JogSragen, FHUII Press
BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Sragen, BP7 Pusat
Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT.
Genesindo
Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Sragen, Gramedia
Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006,
Sragen, Depdiknas
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Sragen, Bina Aksara
Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, JogSragen, Edisi reformasi, penerbit Paradigma
Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Sragen, Gramedia Pustaka Umum
Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Sragen, Gramedia
Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi
Manusia, JogSragen, UII Press
Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Persekolahan
Indonesia, Bandung, PT. Alumni
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
No.
Indikator
1.
Ketercapaian
Ya
Tidak
2.
3.
4.
5.
6.
pendapat
Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru)
Interaksi
siswa
dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran kelompok
Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran
Hubungan siswa dengan siswa lain selama
pembelajaran ( dalam kerja kelompok
Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut
melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti
petunjuk guru)
B. Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
Ketercapaian
Ya
Tidak
No.
Indikator
1.
2.
3.
Nama.
Keberanian
Kerjasama
Penguasaan
Materi
5
7
9
Ketepatan
Jawaban
5 7 9
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama :
Kelas :
Lampiran 2LEMBARAN KASUS 1
HAK UNTUK HIDUP
Martina seorang gadis berusia 19 tahun berpacaran dengan pria bernama Anton berusia 25 tahun.
Mereka sudah berhubungan lebih kurang 1 tahun, sehingga dalam hubungan mereka yang begitu
akrab mereka melakukan hubungan suami istri yang mengakibatkan Martina hamil. Pacarnya
Anton tidak menghendaki kehamilan tersebut karena Anton belum punya pekerjaan tetap dan
belum siap untuk menikah. Saat itu Anton menyuruh Martina menggugurkan kandungannya.
Pertanyaan untuk didiskusikan:
Nilai :
Paraf Guru:
Nama :
Kelas :
LEMBARAN KASUS 2HAK WANITA
Banyaknya kasus pernikahan dibawah tangan karena rendahnya sanksi hukum di Sragen,
ternyata banyak para suami yuang memiliki istri lebuih dari satu dengan cara dnikah di bawah
tangan. Menurut ketua Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Sragen,
Ismail, maraknya perkawinan dibawah tangan karena dalam undang undang perkawinan tersebut
tidak ada sanksi hukum yang cukup berat. Menurut Ismail, secara keagamaan, pernikahan yang
dilakukan di bawah tangan itu tetap syah. Hanya saja secara hukum normatif, kegiatan
perkawinan itu tidak tercatat. Dampaknya istri maupun anak-anak dari hasil perkawinan dibawah
tangan itu tidak memiliki hak kepedataan misalnya, hak waris atau hak memperoleh nafkah.
(Sumber: Republika 28 Mei 2004)
Pertanyaan:
3. Bagaimana perlindungan Hak-hak istri serta anak dari hasil pernikahan di bawah
tangan?
4. Pendapat apa yang dapat anda berikan untuk melindungi istri dan anak-anak dari hasil
pernikahan di bawah tangan?
Nilai :
Paraf Guru:
Lampiran 3
DATA HASIL PENELITIAN
Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran
No.
Indikator
Jumlah Siswa
Siklus 1
Siklus 2
Prosentase
Siklus 1
Siklus 2
28
52,77
69,44
30
63,88
83,33
32
72,22
88,32
33
75,00
91,66
32
77,65
86,11
34
80,55
94,55
31,00
70,34
85,55
No.
1.
2.
3.
Rerata
Indikator
Jumlah Siswa
Siklus 1
Siklus 2
Prosentase
Siklus 1
Siklus 2
27,75
13,88
3
2
3,33
19,44
16,60
21,26
8,33
5,50
9,23
No.
Nama
Nilai Siklus 1
Nilai Siklus 2
1
Abdurrahman Saleh
2
Agung Novianto
3
Agustia Ardila
4
Allisa Septia Indriani
5
Aprilia Rulis
6
Dessy Lestari
7
Dini Tri Rulita Sari
8
Eka Novita Sari
9
Elysa Andelany A
10
Erliawati Suci
11
Evany Rodhiyah
12
Fina Nurfitriana
13
Fitria Aprilliani
14
Fitria Nurtiani
15
Ika Ayu Puji Lestari
16
Kuni Julita Sari
17
Mentari
18
Nungki Saraswati
19
Okti Marina
20
Putri Dina Sulistiyani
21
Resti Pratiwi
22
Ris Triadi
23
Septiasih
24
Siti Lutfiah
25
Sri Wahyuni
26
Syadat Faillah Syaifatul
27
Syawallyyah Handayani
28
Tia Ashari
29
Tria Oktarianti
30
Ulfah Nurillah
31
Umanti
32
Wenny Wulandari
33
Wike Widowati
34
Wina Waskilah Dewi
35
Wisika
36
Wulandari
37
Yuli Yana Wulansari
Rerata
8,00
8,00
7,50
5,25
8,50
4,75
9,00
5,50
6,75
9,75
7,75
6,25
6,00
9,75
9,00
6,50
4,75
4,75
8,00
8,00
8,25
9,00
7,50
4,00
8,00
4,00
5,25
8,75
6,00
7,75
6,00
7,25
9,00
5,50
6,50
6,00
7,01
8,50
8,25
8,00
6,.50
8,50
6,00
9,50
7,00
7,50
9,75
8,75
7,00
7,00
9,75
9,00
7,50
6,00
6,00
8,50
9,00
8,50
9,00
8,00
6,00
8,50
6,00
6,75
9,00
7,50
8,00
7,00
7,75
9,00
6,50
7,50
7,25
7,80
Diketahui oleh:
Kepala SMK Negeri 1 Sragen
Indro Sulistyo, S. Pd
NIP. 131765462
Sragen, November 2007
Peneliti
Inelarka.
NIP. 130523414
Lampiran 4
TIPE GAYA BELAJAR ANDA
PETUNJUK PENGISIAN
1. Baca pernyataan/pertanyaan, pilih jawaban yang paling cocok dan paling natural pada
anda!
2. Pertanyaan yang mungkin perlu anda perhatikan adalah, Manakah yang paling cocok
dengan diri saya saat ini?
3. Anda boleh memilih dua atau bahkan semua pilihan jawaban yang tersedia dengan
catatan demikianlah adanya diri anda !
5. Apabila anda tidak menjawab dengan akurat maka hasil tes ini tidak akan
menggambarkan diri anda yang sesungguhnya.
SELAMAT MENGERJAKAN
1. Jika anda bertemu dengan teman baru, apa yang biasanya anda perhatikan pertama
kali?
a. penampilan dan cara berpakaiannya
2. beberapa hari setelah anda bertemu dengan orang baru, apa yang biasanya paling anda
ingat dari orang tersebut?
a. wajah
b. nama
c. sesuatu yang anda lakukan bersamanya meski lupa nama dan wajahnya
3. saat anda memasuki ruangan yang baru apa yang paling anda perhatikan
a. keadaan ruangan
4. Jika anda mempelajari sesuatu yang baru, cara mana yang paling anda sukai?
a. diberui bahan untuk dibaca dan ditunjukkan buku-buku, gambar, grafik, peta, bagan
atau objek
b. diberikan penjelasan melalui diskusi dan kesempatan bertanya, tetapi tidak diberikan
sesuatu untuk dilihat, dibaca, ditulis atau dikerjakan
5. Saat anda harus mengajar orang lain, manakah yang akan anda lakukan?
a. memberikan sesuatu kepada mereka untuk dihormati seperti suatu objek, gambar atau
bagan
b. anda akan menjelaskan dengan berbicara, tetapi tidak memberikan materi visual
apapun
c. buku saku yang berisi tips olahraga, hobi, atau cara mengembangkan bakat
7. Jenis aktivitas apa yang akan anda lakukan dalam waktu senggang anda?
8. Berikut ini situasi mana yang anda anggap paling enak untuk membaca atau
mempelajari sesuatu
a. anda tetap bisa belajar dengan diiringi musik atau suara-suara bising disekelling anda
b. anda tidak akan bisa belajar bila ada musik atau kebisingan di sekeliling anda
c. anda harus merasa nyaman, tetap bisa belajar baik dengan atau tanpa musik tapi
aktivitas dan kegiatan yang berlagsung di ruangan bisa mempengaruhi proses belajar
anda
9. Saat anda berbicara dengan seseorang kemanakah arah pandangan mata anda?
a. anda merasa harus melihat tepat diwajah orang yang anda ajak berbicara dan iapun
harus melihat wajah anda
b. anda memandangnya hanya sekilas saja dan kemudian mata anda melihat dari satu sisi
ke sisi yang lain, ke kanan atau kekiri
c. anda sering memandangnya dan melihat ke bawah atau ke arah lain, tetapi jika ada
suatu gerakan maka anda akan mengalihkan pandangan ke arah gerakan tersebut
b. anda tidak biasa tinggal diam dan jika sekeliling anda begitu sunyi maka anda akan
bersenandung atau menghidupkan tv agar diruangan tersebut selalu ada suara
c. Anda merasa kesulitan bila harus duduk berlama-lama dan harus banyak bergerak dan
bila anda harus duduk anda akan membungkuk, bergeser-geser, atau sering menggerakgerakkan kaki
Lampiran 5
RENCANA PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas
: I (satu) SMK
Semester
Waktu
: 2 X 45 menit (1 x pertemuan)
Kompetensi Dasar
: 1 (satu)
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menganalisis pengertian HAM, macam-macam HAM dan perkembangan Hak Asasi
Manusia
4. Kertas
5. Alat tulis
Kegiatan Inti:
Membagi siswa dalam kelompok belajar, masing-masing kelompok belajar terdiri dari 4
5 orang :
a. siswa 1 membahas hak untuk hidup
Siswa-siswa dengan nomor yang sama membentuk kelompok baru membahas hak asasi
sesuai tugas pada nomornya
Memastikan semua siswa memiliki catatan hasil diskusi tersebut, sehingga dalam waktu
yang bersamaan semua siswa akan mendapat jawaban dari kelima kasus
Salah satu siswa melaporkan hasilnya didepan kelas dan yang lainnya menyimak laporan
tersebut
Guru memberikan penguatan dan klarifikasi terhadap laporan dan jawaban siswa
Kegiatan Akhir:
Penilaian
Data kemajuan belajar siwa diperoleh dari:
Catatan:
Dilakukan refleksi diakhir pembelajaran:
1. Bertanya kepada siswa apakah senang dengan kegiatan belajar yang baru saja diikuti?
2. Apakah melalui kegiatan belajar demikian anda lebih memahami Hak Asasi Manusia?
Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 1 Sragen
Indro Sulistyo, S. Pd
NIP. 131765462
Sragen, November 2007
Inelarka
NIP. 130523414
Lampiran 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONALIA PENELITIAN
NIP : 130523414
Agama : Kristen
Umur : 56 tahun
Riwayat Pendidikan :
Inelarka
Lampiran 7
FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN
Guru Sedang Menjelaskan pengertian Hak Asasi Manusia dengan metode Problem Based
Learning
Murid-murid sedang memperoleh penjelasan dari guru tentang masalah HAM dan model
pembelajaran Problem Based Learning
Para siswa sedang mendiskuskan materi/kasus dengan metode Problem Based Learning
Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok mereka dengan
bimbingan guru
Guru sedang menulis pokok-pokok masalah HAM sesuai UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (gambar atas),
Guru sedang memberikan pertanyaan kepada salah seorang siswa tentang masalah Hak Asasi
Manusia (gambar bawah)
Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok mereka dengan
bimbingan guru
Para siswa melalui kelompok belajar (diskusi kelompok) mempresentasikan hasil kerja mereka
di depan kelas dibawah bimbingan dan arahan guru
[1] E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteistik dan implementasi
( Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003) Halaman 45
[2] NADIROH, Profesionalisme Guru PKn sebagai esensi dari Social Studies, dalam JURNAL
DIAMIKA PENDIDIKAN ( Jurnal Pasca Sarjana UNJ) Volume 1, No.1, Sept. 2007, p. 1-2
[3] NADIROH, Loccit
[4] Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Sragen, Bina Aksara, 1998, h. 2