Anda di halaman 1dari 10

Tuberculosis

Nama : Tammy Stephanie Kabinani


NIM : 102013325
E-mail : tamy.2013fk325@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Gamaliel 2013

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan bimbingannya saya boleh makalah tentang TBC
ini dengan baik. Dalam penyelesaiannya saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Donna selaku tutor kami juga kepada temanteman dan keluarga yang memberi dukungan selama penyusunan
makalah dengan judul Tuberculosis ini.
Telah disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu segala bentuk kritikan dan saran yang bersifat
membangun diharapkan demi penyempurnaannya.

Jakarta, 2 September 2013

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar
------------------------------------------------------------------------------------------------------X
Daftar isi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------1
Pendahuluan
--------------------------------------------------------------------------------------------------------2
Pembahasan

Gejala
TBC----------------------------------------------------------------------------------------------

---2
Penularan Penyakit

TBC-------------------------------------------------------------------------------3
Pencegahan TBC

-----------------------------------------------------------------------------------------4
Pengobatan TBC
-----------------------------------------------------------------------------------------5

Penutup

Kesimpulan

------------------------------------------------------------------------------------------------7
Daftar Pustaka
--------------------------------------------------------------------------------------------8

Pendahuluan
TBC adalah akronim dari Tuberkulosis dan merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
batang tahan Asam (BTA) yang pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tangga 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama basil Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit ini paling sering
menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ
tubuh lain. Penyakit ini pula dapat ditularkan dari seorang ke orang lain.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi Gejala umum dan khusus,
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
a) Gejala Umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan pada malam hari disertai keringat dingin. Kadang
kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang

timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan
Batuk- batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan

darah)
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

b) Gejala Khusus
Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara

mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.


Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disetai dengan keluhan sakit dada.


Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kuliy di atasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejangkejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat


terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.

Penularan TBC
Penyakit ini biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri mikobaktrium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita tbc
batuk, dan khusus pada anak anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TBC dewasa.
Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran
napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (droplet
infection) yang mengandung hasil yang dibatukkan oleh penderita TBC
terbuka. Ataupun juga karena adanya kontak antara tetes ludah/dahat
tersebut dengan luka di kulit.
Bila bakteri ini sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru maka
akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya
X

tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Oleh sebeb itulah infeksi TBC dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti : paru- paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena adalah paru- paru.
Saat mikobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru paru,
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular
(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi immunologis bakteri TBC ini
akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan
di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan system imun yang baik, bentuk ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang orang dengan
system kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.

Cara Pencegahan TBC


Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan tindakan
pencegahan selayaknya untuk menghindarkan infeksi tetes dari penderita ke
orang lain. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup
mulut/hidung dengan sapu tangan atau kertas tissue untuk kemudian

didesinfeksi dengan Lysol atau dibakar. Ventilasi yang baik dari ruangan juga
memperkecil bahaya penularan.
1. Reaksi Mantoux (Reaksi Tuberkulin)
Dilakukan untuk menentukan belum atau sudahnya seseorang
terinfeksi basil TBC. Reaksi ini dilakukan dengan penyuntikan dengan
penyuntikan intradermal dari tuberculin, suatu filtrat dari pembiakan
basil yang mengandung produk pemisahannya (protein) yang khas.
a. Reaksi Positif
Tampak sebagai kemerah-merahan setempat dan
menunjukkan terdapatnya antibodi terhadap basil TBC di
dalam darah. Hal ini berarti bahwa yang bersangkutan
pernah mengalami infeksi primer atau telah divaksinasi
dengan BCG. Orang dengan reaksi tuberculin positif harus
diperiksa lebih lanjut pada sputum dan paru-parunya
dengan sinar rontgen
b. Reaksi Negatif
Berarti bahwa orang yang bersangkutan belum pernah
mengalami infeksi primer. Ia lebih mudah terserang TBC
daripada orang dengan reaksi positif.
2. Vaksin BCG
Daya tangkis seseorang dengan reaksi tuberculin negatif dapat
diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG. Vaksin ini
mengandung basil TBC sapi yang telah dihilangkan keganasannya
(virulensi) setelah dbiakkan di laboratorium selama bertahun-tahun.

Pengobatan Penyakit TBC


Pengobatan TBC dilakukan dengan cara mengonsumsi obat-obatan
salah satunya antobiotik, sesuai dengan dosisnya. Pengobatan harus
dilakukan dengan hati-hati dan teratur. Oleh sebab itulah para penderita
sangat membutuhkan dukungan dan perhatian yang intensif dari orangorang disekitarnya.
X

Pengobatan bagi orang dewasa pengidap TBC tentu berbeda dengan


anak-anak pengidap TBC.
Bagi orang dewasa :
o Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH (izoniazid), Rifampizin, dan
Etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya
minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap
lanjutan). Diberikan kepada :
1) Penderita baru TBC paru BTS positif
2) Penderita TBC ekstra paru (TBC diluar paru-paru berat)
o Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
diberikan kepada :
1) Penderita kambuh
2) Penderita gagal terapi
3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat
o Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada :
1) Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif

Bagi anak-anak
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6-9 bulan,
yaitu :
1) 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan
pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kai
seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambuol bila diduga
ada resistensi terhadap INH)
2) 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid : setiap hari
selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap
hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan
Etambuol bila diduga ada resistensi terhadap INH)

Penutup
Kesimpulan
TBC adalah penyakit yang mudah menular, baik dari seorang penderita ke
orang lain, maupun secara khusus, dari satu organ tubuh ke organ tubuh
yang lain. Oleh sebab itu, penyakit ini patut kita cegah dan harus segera
dihentikan.

Daftar Pustaka

penyakit tbc,http://penyakittbc.org, 31/08/2013


http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm,31/08/2013
tuberculosis,http://tuberkulosis.org/cara-penularan-tbc/,31/08/2013
Saktiyono.2006.IPA Biologi.Esis

Anda mungkin juga menyukai