Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai suatu individu dan sosial memiliki
fungsinya masing-masing didalam menjalankan peranannya di
masyarakat. peran manusia sebagai makhluk individu dan
sosial tersebut sangat menentukan komunikasi/interaksi yang
terjadi di dalam masyarakat. Individu merupakan unit terkecil
pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti
juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak
dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Dalam hubungannya dengan manusia

sebagai

makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan


manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak
lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk,
karena

itu

dengan

bermasyarakat

dalam

sendirinya

manusia

kehidupannya.

akan

Manusia

selalu

dikatakan

sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada


dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup
sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat manusia sebagai individu dan makhluk
sosial?
2. Bagaimana fungsi dan peran manusia sebagai individu dan
makhluk sosial?
3. Bagaimana interaksi sosial tentang akulturasi, asimilasi,
dan inovasi?

C. Tujuan
1

1. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai individu dan


makhluk sosial.
2. Untuk mengetahui fungsi dan peran manusia sebagai
individu dan makhluk sosial.
3. Untuk mengetahui interaksi sosial tentang akulturasi,
asimilasi, dan inovasi.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan
makalah ini menggunakan studi kepustakaan yang bersumber
dari berbagai media buku maupun media cetak/elektronik
yang sesuai dengan materi yang akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial
Di dalam diri manusia itu sendiri terdapat dua
kepentingan, yaitu kepentingan individu dan kepentingan
bersama. Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai
makhluk
memenuhi

individu,

karena

kebutuhan

pribadi

pribadi.

manusia

yang

Kepentingan

ingin

bersama

didasarkan manusia sebagai makhluk sosial (kelompok) yang


ingin memenuhi kebutuhan bersama.
Dalam
perjalanannya,
kepentingan-kepentingan
tersebut kadang saling berhadapan dan kadang pula saling
berkait. Terkadang muncul muncul suatu penolakan dan
penerimaan yang pada akhirnya bermuara pada etika, yaitu
suatu ajaran tentang norma dan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan manusia.
Menurut Jurgen Habermas

(2001),

masyarakat

memiliki tiga jenis kepentingan yang memiliki pendekatan


rasio berbeda. Kepentingan tersebut yaitu:

1. Kepentingan teknis (objective-welt)


Kepentingan ini sangat kuat berhubungan
penyediaan

sumber

daya

natural

(instrumentalis).
2. Kepentingan interaksi (social-welt)
Merupakan kepentingan praktis

dan

yang

juga

sesuai

dengan
kerja

dengan

hakikat manusia sebagai makhluk sosial.


3. Kepentingan kekuasaan
Di satu sisi, hal ini berhubungan erat dengan distribusi
kekuasaan dalam masyarakat. Di sisi lain, adanya sebuah
kebutuhan dasariah manusia untuk membebaskan diri dari
segala bentuk dominasi atau kebebasan.
Manusia sebagai makhluk individu merupakan suatu
sebutan

yang

dapat

dipakai

untuk

menyatakan

suatu

kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu bukan


berarti manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
dibagi-bagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu
sebagai manusia perorangan sehingga sering digunakan
sebagai sebutan orang-seorang atau manusia perorangan.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia
sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari tidak
lepas dari pengaruh orang lain. Setiap manusia hidup ia tidak
akan lepas dari pengaruh dari masyarakat, di rumah, di
sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar manusia tidak
lepas dari pengaruh orang lain. Manusia juga tidak mungkin
dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai
makhluk sosial itu ada. Yakni memiliki unsur-unsur keharusan
biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan
2. Dorongan untuk mempertahankan diri
3. Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.
Dalam perkembangannya, manusia mempunyai
kecenderungan sosial untuk selalu meniru guna membentuk

diri dala kehidupan masyarakatnya. Di antara kebutuhan


untuk meniru adalah dalam hal:
1. Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, yaitu menerima
bentuk-bentuk pembaruan yang berasal dari luar sehingga
dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2. Pengetahuan tenaga, yaitu tindakan meniru untuk tidak
terlalu

menggunakan

banyak

tenaga

dari

manusia

sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan


secara efektif dan efisien.
Banyak faktor yang mendorong manusia secara
individual membutuhkan dirinya sebagai makhluk sosial
sehingga terbentuk interaksi sosial antara manusia satu
dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal yakni:
1. Tenakan emosional
Kondisi psikologis

seseorang

sangat

mempengaruhi

bagaimana manusia berinteraksi satu sama lai.


2. Harga diri yang rendah
Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang
direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi
untuk berhubungan dengan orang lain. Karena ketika
seseorang merasa direndahkan dengan secara spontan ia
membutuhkan kasih sayang dari pihak lain atau dukungan
moral untuk membentuk kondisi psikologis kembli seperti
semula.
3. Isolasi sosial
Orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh
komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan
berupaya

melakukan

sepaham

aatau

interaksi

sepemikiran

dengan

agar

orang

terbentuk

yang
sebuah

interaksi yang harmonis.


Dengan demikian, sebagai individu perlu tumbuh dan
berkembang

dalam

kehidupan

bermasyarakat.

Sebagai

anggota masyarakat ia perlu menjalankan kewajiban dan


haknya dalam tatanan suatu kehidupan bersama.
B. Fungsi

dan

Peran

Manusia

sebagai

Individu

dan

Makhluk Sosial
Manusia dalam berinteraksi dengan sekitar, ada
hubungan secara vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan
secara horizontal (hubungan dengan sesama manusia, alam
sekitar, dan makhluk lainnya). Manusia sejak lahir sampai
sampai masuk liang kubur selalu membutuhkan kehadiran
orang lain selain dirinya. Jika manusia tidak berhubungan atau
interaksi dengan dengan sesama manusia lainnya, maka
orang tersebut belum bisa dikatakan manusia. Karena itu,
dalam hubungan sesama

manusia terdapat model dan

kualitasnya berbeda.
Ada teori yang dapat membantu menerangkan model
dan kualitas hubungan antarmanusia (Achmad Mubarok,
2009):
1. Teori transaksional (model pertukaran sosial)
Menurut teori ini, hubungan antarmanusia (interpersonal)
berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah
masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam
transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh
keuntungan, maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika
merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus
atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
2. Teori peran
Dalam masyarakat telah disusun skenario yang harus
dijalankan oleh manusia dalam pergaulan sosial. Skenario
tersebut mengatur apa dan bagaimana peran setiap
manusia dalam pergaulannya. Menurut teori ini, jika
seseorang

mematuhi

skenario,

maka

hidupnya

akan

harmonis, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan


dicemooh dan ditegur.
3. Teori permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga,
yaitu anak-anak, orang dewasa, dan orang tua.
Manusia memang tidak akan bisa lepas

dari

berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan itu kita


harus bisa memahami peranan dan kedudukan masingmasing. Jangan sampai terjadi kesalahan. Karena hal itu bisa
membuat tidak harmonisnya hubungan kita dengan sesama
manusia.
Untuk menjaga hubungan yang harmonis sebagai
individu dan makhluk sosial, umumnya setiap suku bangsa
memiliki nilai-nilai dan tradisi yang dapat dikembangkan
menjadi model kedamaian yang kondusif bagi keeratan antarsuku bangsa, agama, ras, dan perbedaan lainnya.
Dalam
praktiknya
hubungan
transaksional
bermacam-macam sifatnya. Adakalanya bersifat barter atau
pertukaran langsung seperti jual beli di pasar, dimana masingmasing individu mendapat manfaat dari proses interaksi
secara langsung dan seketika. Dapat pula transaksi bersifat
kekeluargaan. Jenis transaksional lainnya adalah hubungan
pertukaran bersifat pertemanan atau kesetiakawanan.
C. Dinamika Interaksi Sosial: Akulturasi, Asimilasi, dan
Inovasi
1. Akulturasi budaya
Akulturasi budaya adalah proses sosial yang timbul
apabila

suatu

kelompok

manusia

dengan

suatu

kebudayaan tertentu sedemikian rupa dipengaruhi oleh


unsur-unsur kebudayaan lain sehingga unsur-unsur lain itu
diterima dan disesuaikan dengan unsur-unsur kebudayaan

sendiri

tanpa

menyebabkan

kebudayaan asli.
Kajian
akulturaasi

hilangnya

meliputi

(Koentjaningrat (1997)):
a. Masalah mengenai metode

lima

untuk

identitas
hal

pokok

mengobservasi,

mencatat dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam


suatu masyarakat.
b. Masalah mengenai
mudah

diterima

unsur-unsur

dan

yang

kebudayaan

sukar

diterima

yang
oleh

maasyarakat
c. Masalah unsur kebudayaan yang mana saja yang
mudah diganti dan diubah dan unsur kebudayaan mana
saja yang tidak mjdah diganti dan diubah oleh unsurunsur kebudayaan asing.
d. Masalah mengenai indiidu-individu apa yang mudah dan
cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar
dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing
e. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis
sosial yang timbul akibat adanya akulturasi.
Dampak
meniscayakan

akulturasi
seorang

terhadap

peneliti

perlu

masyarakat
memperhatikan

beberapa hal berikut:


a. Keadaan
masyarakat

penerima

akulturasi mulai berjalan


b. Individu-individu
dari

kebudayaan

sebelum
assing

proses
yang

membawa unsur-unsur kebudayaan asing itu


c. Saluran-saluran
yang
dilalui
oleh
unsur-unsur
kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan
penerima
d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena
pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi
e. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur
kebudayaan asing

2. Asimilasi Budaya
Proses asimilasi dapat terjadi jika terjadi hal sebagai
berikut:
a. Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda-beda
b. Kelompok manusia ini saling bergaul secara intensif
dalam kurun waktu yang lama
c. Pertemuan budaya-budaya antarkelompok itu masingmasing

berubah

watak

khasnya

dan

unsur-unsur

kebudayaannya saling berubah sehingga memunculkan


suatu watak kebudayaan yang baru/campuran
Faktor penghambat adanya proses asimilasi budaya:
a. Kurangnya pengetahuan terhadap unsur kebudayaan
yang

dihadapi

(dapat)

bersumber

dari

pendatang

ataupun penduduk asli


b. Sifat takut terhadap kebudayaan yang dihadapi
c. Perasaan ego dan superioritas yang ada pada individuindividu dari suatu kebudayaan terhadap kelompok lain
Faktor yang memudahkan/penarik terjadinya asimilasi
budaya:
a. Faktor

toleransi,

kelakuan

saling

menerima

dan

memberi dalam struktur himpunan masyarakat


b. Faktor kemanfaatan timbal balik, memberi manfaat
kepada dua belah pihak
c. Faktor simpati, pemahaman saling menghargai dan
memperlakukan pihak lain secara baik
d. Faktor perkawinan
3. Inovasi (pembaruan) campuran, bermanfaat bagi proses
asimilasi
Proses pembaruan (inovasi) dapat digolongkan dalam
bentuk:
a. Discovery, atau penemuan unsur-unsur kebudayaan
yang baru berupa gagasan individu atau kelompok

b. Invention, atau tindak lanjut inovasi berupa pengakuan,


penerimaan, dan penerapan proses discovery oleh
masyarakat
Pemanfaatan hasil inovasi bergantung:
a. Persepsi masyarakat pendukung dalam

kelompok.

Sebuah penemuan perlu mendapat dukungan kelompok


guna pengakuan sebagai kebutuhan dasar
b. Mutu serta ketahanan SDM. Dalam sebuah kelompok
pasti

ada

kekurangan

individu

yang

sehingga

tidak

individu

puas
ini

dan

merasa

melaksanakan

aktivitas pengkajian, penelitian terhadap situasi yang


dihadapinya
c. Sistem perangsan, penghargaan, dan pengakuan dapat
berupa pengakuan ilmiah, pemberian gelar, rangsangan
materi dan fasilitas lain
d. Harus memberikan manfaat untuk masa depan.

Setiap gagasan baru atau inovasi pasti akan mendapat


penolakan dari beberapa kelompok masyarakat. Terdapat
12 prinsip yang dapat mengurangi penolakan (resistance)
atas gagasan baru. Penolakna-penolakan tersebut akan
berkurang apabila:
a. Seluruh perangkat masyarakat merasa bahwa inovasi
tersebut adalah milik mereka bukan sesuatu yang
direncanakan dan dilaksanakan oleh orang lain
b. Inovasi tersebut secara jelas mendapat dukungan
sepenuhnya

dari

pimpinan

tertinggi

kehidupan masyarakat itu.


c. Partisipan melihat perubahan

itu

dari

sistem

sebagai

upaya

pengurangan beban mereka sekarang dan justru bukan


menambah beban

10

d. Inovasi itu sesuai dengan nilai-nilai dan gagasangagasan yang telah lama diketahui masyarakat
e. Partisipan merasa bahwa kemandirian dan kemanan
mereka terjamin
f. Program
inovasi

tersebut

menawarkan

jenis

pengalaman yang dapat menarik minat partisipan


g. Partisipan diikutkan dalam upaya diagnostik yang
membawa mereka untuk menyetujui apa yang menjadi
problema mendasar dan untuk yang merasakan bahwa
hal itu penting dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya
h. Inovasi itu diadopsi atas dasar keputusan kelompok itu
sendiri
i. Penganjur mampu untuk memperkenalkan diri secara
baik/jelas terhadap penerima anjuran, memperkenalkan
kesulitan-kesulitan yang berarti atau perlu diatasi serta
mengambil langkah-langkah seperlunya terhadap halhal yang tidak pantas ditakuti
j. Diberitahukan dengan bijaksana

atas

penolakan

terhadap inovasi karena kesalahpahaman dan salah


penafsiran, dan jika ketentuan yang dibuat untuk
memanfaatkan

umpan

balik

persepsi

masyarakat

tentang inovasi serta penjelasan-penjelasan beriktnya


sesuai dengan yang mereka butuhkan
k. Partisipan
mendapatkan
penerimaan,
pembenaran

serta

kepercayaan

mereka satu sama lainnya.


l. Inovasi itu terbuak atas
pertimbangan

ulang

mendapatkan

perubahan

dari

kritikan

jika
yang

dukungan,
teman-teman

perbaikan

dibutuhkan
lebih

dan
untuk

memuaskan.

(Warner G. Bennis, 1969: 56-57)


Proses adopsi terjadi disebabkan oleh lima tahap,
yaitu:

11

a. Awareness (kesadaran)
Semula individu atau kelompok yang bersangkutan
tidak

mengetahui

Kemudia

atas

dan

mengabaikan

kesadarannya

mereka

inovasi
mulai

itu.

belajar

tentang inovassi yang belum diketahui tadi, meskipun


sebelumnya ia telah memiliki pengetahuan lama. Tahap
ini penggunaan inovasi masih ditangguhkan selama
mempertimbangkan nilai hakiki yang terkandung di
dalamnya

sambil

membandingkannya

lama.
b. Interest (menaruh minat)
Individu
yang
bersangkutan

dengan

mulai

cara

memperluas

informasi sebanyak-banyaknya tentang adat istiadat,


agama, pendapat warga masyarakat umumnya, yang
berkaitan dengan dorongan dan larangan berupa beban
sosial dan finansial jika inovasi itu digunakan. Jadi ia
mempelajari keadaan.
c. Evaluation (penilaian)
Individu yang bersangkutan meniali inovasi itu dan
mendorong jiwanya memilih hal-hal yang sesuai dengan
dirinya.

d. Trial (percobaan)
Individu bersangkutan mulai memberanikan diri untuk
menggunakan

inovasi

sebagai

percobaan

terlebih

dahulu. Ketika gagal, dicobanya lagi hingga berhasil.


e. Adopsi (penggunaan)
Individu bersngkutan menerima inovassi itu digunakan
seterusnya
sebelumnya.

atas
Akan

dasar

percobaan

tetapi,

jika

yang

pada

berhasil

penggunaan

berikutnya terus menerus gagal, maka penggunaan itu


akan dihentikan.

12

Sebaliknya penolakan terjadi karena tahapan-tahapan


berikut:
a. Awareness (kesadaran)
Individu
yang
bersangkutan
pengetahuan

tentang

inovasi

belum
dan

telah

memiliki
memiliki

pengetahuan lama. Ketika mengikuti pelajaran, inovasi


itu dirasakan lebih kompleks dan sulit dimengerti hingga
terjadi

kesalahpahaman

lalu

penggunaan

inovasi

ditangguhkan.
b. Indifference (acuh tak acuh)
Individu yang bersangkutan semakin acuh tak acuh
setelah melihat keadaan. Meskipun inovasi itu kelihatan
logis, tetapi kurang mereka perhatikankarena belum
biasa

dalam

masyarakat,

diragukan

bertentangan

dengan agama, adat istiadat, norma, nilai dan pendapat


orang umumnya.
c. Denial (penolakan)
Pada masa kebutuhan pemilihan inovasi yang sesuai
untuk dirinya, individu bersangkutan tidak memahami
betul fungsi itu sehingga ia menyangkal kehadiran
inovasi.
d. Trial (percobaan)
Ketika individu bersangkutan atau orang lain melakukan
percobaan dengan inovasi itu, terjadi insiden atau
kegagalan, individu bersangkutan tidak lagi berusaha
untuk mencoba hingga berhasil, akan tetapi kembali lagi
pada cara lama yang telah dia ketahui dan biasa
diparktikkan.
e. Rejection (penolakan)
Individu bersangkutan

akan

mengakhiri

dengan

penolakan seterusnya terhadap inovasi tersebut dan


tetap mempraktikkan cara biasa. Konsekuensi logis dari
penolakan

ini,

pemutusan

penggunaan

akan

13

berlangsung dalam waktu panjang yang tidak dipastikan


(Zaltman, et al., 1972:624).
D. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan
Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
sendirian

tanpa

bantuan

orang

lain

Kebutuhan

fisik

(sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulaan,


pengakuan,

sekolah,

pekerjaan),

dan

kebutuhan

psikis

termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasan religiusitas,


tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi
jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan
maupun berat. Pada saatsaat seperti itu seseorang akan
mencari

dukungan

sosial

dari

orangorang

sekitarnya,

sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai.


Contoh nyata yang paling sering kita lihat dan alami adalah
bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat dirumah
sakit , maka sanak saudara maupun temanteman biasanya
datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang
yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.
Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh
Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau non verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan
oleh

orangorang

yang

akrab

dengan

subjek

didalam

lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan halhal


yang

dapat

memberikan

keuntungan

emosional

atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini


orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara
emosional merasa lega karena diperhatikan , mendapat saran
atau kesan yang menyenangkan

pada dirinya. Pendapat

senada

Sarason

juga

dikemukakan

oleh

(19830

yang

14

mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan,


kesediaan,

kepedulian

dari

orang-orang

yang

dapat

diandalkan, menghargai, dan menyayangi kita. Pandangan


yang sama juga dikemukakan oleh Cobb yang mendifinisikan
dukungan sosial sebagai adanya kenyamanan, perhatian,
penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima
kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu
maupun

kelompok.

Sarason

(1983)

berpendapat

bahwa

dukungan sosial itu selalu mencangkup dua hal yaitu:


1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia , merupakan
persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat
diandalkan

saat

individu

membutuhkan

bantuan

(pendekatan berdasarkan kuantitas)


2. Tingkatan kepuasan atau dukungan sosial yang diterima,
berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya
akan terpenuhi (Pendekatan berdasarkan kualitas)
Hal di atas penting dipahami oleh individu yang ingin
memberikan dukungan sosial, karena menyangkup persepsi
tentang keberadaan (availability) dan ketepatan (adequacy)
dukungan sosial bukan sekadar memberikaan bantuan, tetapi
yang

penting

adalah

bagaimana

persepsi

si

penerima

terhadap makna dari bantuan itu. Hal itu erat hubungannya


dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti
bahwa orang yang menerima

sangat merasakan manfaat

bantuan bagi dirinya, karena sesuatu yang aktual dan


memberikan kepuasan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan
yang diterima oleh individu dari orang-orang tertentu dalam
kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu
yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai dan

15

dicintai.

Orang

yang

menerima

dukungan

sosial

yang

diberikan oleh orang lain.


Sumber sumber dukungan sosial banyak diperoleh
individu dari lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui
seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi
individu

yang

memerlukan

sumber

dukungan

sosial

merupakaan aspek paling untuk diketahui dan dipahami.


Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut , seseorang
akan tahu kepada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial
sesuai

dengan

situasi

dan

keinginannya

yang

spesifik,sehingga dukungan sosial memiliki makna yang


berarti bagi kedua belah pihak.
Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber
dukungan sosial yaitu :
1. Sumber artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang
kedalam kebutuhan primer seeorang, misalnya dukungan
sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan
sosial.
2. Sumber natural adalah dukungan sosial yaang diterima
seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya
secara

spontan

dengan

orang-

orang

yang

berada

disekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami,


dan kerabat), teman dekat atau relasi.
Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda
dengan sumber dukungan sosial yang bersifat artifisial.
Adapun perbedaannya sebagai berikut:
a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa
adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh
dan bersifat spontan
b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian
dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus
diberikan

16

c. Sumber

dukungan

sosial

yang

natural

berakar

dari

hubungan yang telah berakar lama


d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman
dalam

penyampaian

dukungan

sosial,

mulai

dari

pemberian barang-barang nyata hingga sekedar menemui


seseorang dengan menyampaikan salam
e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban
dan label psikologis.
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat
dibagi kedalam berbagai komponen yang berbeda-beda.
Misalnya Weiss (Cutrona dkk, 1994; 371) , mengemukakan
adanya enam komponen dukungan sosial yang disebut The
Social Provision Scale , di mana masing-masing komponen
dapat berdiri sendiri-diri ,namun satu sama lain saling
berhubungan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:
1. Kerekatan emosional (emotional attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan
seseorang

memperoleh

kerekatan

(kedekataan)

emosioanal sehingga menimbulkan rasaa aman bagi yang


menerima.

Orang

yang

menerima

semacam ini merasaa tenteram, aman,

dukungan

sosial

dan damai yang

ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber


dukungan semacam ini yang paling sering dan umum
adalah diperoleh dari pasangan hidup , atau anggota
keluarga / teman dekat/ sanak keluarga/ yang akrab dan
memiliki hubungan yang harmonis. Bagi lansia adanya
orang kedua yang cocok, terutama yang tidak memiliki
pasangan hidup, menjadi sangat penting untuk dapat
memberi dukungan sosial atau dukungan moral (moral
support)
2. Integrasi sosial (social integration)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia
untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok

17

yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian


serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara
bersama-sama.

Sumber

dukungan

semacam

ini

memungkinkan lansia mendapat rasa aman, nyaman, serta


merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya
kepedulian masyarakat untuk mengorganisasi lansia dan
melakukan kegiatan bersama tanpa adaa pamrih akan
banyak memberikan dukungan sosial. Mereka merasa
bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala ganjalan
yang ada pada dirinya untuk bercerita, atau mendengarkan
ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Hal
itu merupakan dukungan sosial yang sangat bermanfaat
bagi lansia.
3. Adanya pengakuan ( Reanssurance of worth )
Dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan atas
kemampuan

dan

keahliannya

serta

mendaapat

penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber


dukungan sosial semacam ini berasal dari keluarga atau
lembaga/instansi atau perusahaan / organisasi, dimana
lansia pernah berkerja. Karena jasa, kemampuan dan
keahliannya maka ia tetap mendapat perhatian dan
santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang
pensiun mungkin dapat dianggap sebagai salah satu
bentuk dukungan sosial juga. Bentuk lain dukungan sosial
berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada
setiap

event/

hari

besar

untuk

berpartisipasi

dalam

perayaan tersebut bersama-sama dengan para pegawai


yang masih berusia produktif. Contoh: setiap hari besar TNI
maka para mantan pejabat yang telah pensiun / memasuki
masa lansia biasa diundang hadir dalam upacara ataupun
resepsi yang diadakan oleh instansi tersebut.

18

4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable reliance)


Dukungan sosial ini, lansia mendapat dukungan sosial
berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan
bantuannya ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut.
Jenis dukungan sosial ini pada umumnya berasal dari
keluarga. Untuk lansia yang tinggal di lembaga, misalnya
pada Sasana Werdha ada petugas yang selalu siap untuk
membantu para lansia yang tinggal di lembaga tersebut,
sehingga

para

lansia

mendapat

pelayanan

yang

memuaskan.
5. Bimbingan ( guidance)
Adalah berupa adanya hubungan kerja ataupun hubungan
sosial yang memungkinkan lansia mendapatkan informasi,
saran, atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi,
Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru, alim, ulama,
pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga
orang tua.
6. Kesempatan untuk mengasuh ( opportunity for nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan
perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial
ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan
bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh
kesejahteraan. Menurut Weiss (Cotuna dkk, 1994), sumber
dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak) dan
pasangan hidup. Itulah sebabnya sangat banyak lansia
yang merasa sedih dan kurang bahagia jika beradaa jauh
dari cucu-cucu ataupun anak-anaknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

19

Individu yang artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan


sedangkan sosial itu selalu hidup bersama dengan manusia
lainnya. Dalam hal ini ada keterkaitan antara manusia sebagai
makhluk individu dengan manusia sebagai makhluk sosial,
diantara keduanya juga terdapat fungsi yang sebenarnya
saling melengkapi. Seperti contohnya fungsi dari manusia
sebagai

makhluk

sosial

yang

salah

satunya

adalah

terbentuknya konsep jati diri seorang individu dan fungsi


manusia

sebagai

makhluk

individu

yaitu

mengetahui

karakteristik yang khas dari seseorang. Hal ini menunjukan


bahwa

dengan

menjadi

makhluk

sosial

maka

manusia

tersebut juga akan mengetahui jati dirinya sendiri begitu juga


sebaliknya, ketika manusia tersebut menjadi makhluk individu
maka dia akan mengetahui karakteristik orang lain.
B. Saran
Menyadari bahwa kelompok kami masih jauh dari kata
sempurna, selanjutnya kelompok kami akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Tumanggor, Rusmin, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya dasar.
Jakarta: Kencana Perdana Media Group
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab_2_PL
SBT.baru.pdf. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai