Anda di halaman 1dari 25

PSIKOLOGI REMAJA

Oleh: Maulita Eka Santi, S.Pd., M.A

A. HAKEKAT REMAJA
BATASAN REMAJA)

(PENGERTIAN

DAN

1. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin
adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja).
Remaja berdasarkan asal katanya berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa (Hurlock, 2004). Sedangkan World Health
Organization

(WHO)

mendefinisikan

remaja

dengan

menggunakan karakteristik perubahan biologis, psikologis dan


sosial yang menandai masa remaja, dengan penjelasan sebagai
berikut (Sarwono, 2009) :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Berdasarkan penjabaran beberapa pengertian di atas dapat


disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada
pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek
fisik, psikis dan sosial.

2. Batasan Remaja
World Health Organization (WHO) memberikan batasan usia
remaja berkisar antara 10-20 tahun, dengan rincian 10-14 tahun
sebagai remaja awal dan 15-20 tahun sebagai rentang usia remaja
akhir. Sedangkan Hurlock (2004) menjelaskan bahwa usia remaja
terbagi menjadi dua, yaitu remaja awal (kisaran usia 13 sampai
dengan 16 atau 17 tahun) dan remaja akhir (kisaran 16 atau 17
sampai dengan 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum).
Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada
pada rentang 12 sampai 23 tahun.
Beberapa batasan menurut para ahli tersebut ditetapkan
dengan tidak mudah, karena untuk memberikan batasan yang
jelas untuk rentang usia remaja menjadi sangat rumit dengan
berbagai perbedaan kultur

berbagai negara

yang sangat

berpengaruh. Berbicara kultur, Indonesia merupakan negara yang


multikultural.
Mendefinisikan remaja dalam masyarakat Indonesia sama
sulitnya dengan menetapkan definisi remaja secara umum.
Indonesia yang sangat multikultural, yang terdiri dari berbagai
macam suku, adat istiadat, tingkatan ekonomi, dan pendidikan,
menjadi kesulitan terbesar dalam penetapan batasan usia remaja
secara jelas. Dengan perkataan lain, tidak ada profil remaja
Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) akhirnya menetapkan batasan
usia remaja di Indonesia pada rentang usia 11-24 tahun dan belum
menikah. Pertimbangan-pertimbangan penetapan batasan usia
remaja Indonesia adalah sebagai berikut (dalam Sarwono, 2009):

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda


seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
b. Sudut pandang sebagian besar masyarakat Indonesia, usia 11
tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun
agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan
mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa dari perkembangan kognitif maupun
moral.
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk
memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut
masih menggantungkan diri pada orangtua, belum mempunyai
hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi).
e. Status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan
masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara
menyeluruh. Seseorang yang sudah menikah pada usia berapa
pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh,
baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan
keluarga.

B. STEREOTIP TENTANG REMAJA


Stereotip (steretype) adalah suatu kategori umum yang
merefleksikan kesan dan keyakinan kita tentang manusia. Semua
stereotip merujuk pada citra tentang seperti apa anggota dari
kelompok tertentu (Santrock, 2003). Stereotip sering muncul dengan
mudahnya pada seseorang, sekelompok orang ataupun pada
golongan dan budaya tertentu. Pemberian label pada sekelompok

orang, seperti stereotip anak muda jaman sekarang itu sembarangan.


Ketika stereotip itu sudah melekat akan sulit melepaskannya.
Walaupun pada kenyataannya, fakta berkata sebaliknya.
Stereotip tentang remaja yang sering muncul diantaranya
sebagai berikut:
1. Remaja identik dengan zona nyamannya. Contohnya: sekarang
remaja itu hidupnya enak, apa-apa pasti orangtua, hidup mereka
terlalu mudah, apa-apa sudah disediakan
2. Remaja generasi instan. Contohnya: remaja itu tidak bisa lepas
dengan gadget, jejaring sosial dan sejenisnya, generasi muda
sekarang generasi copas (copy paste).
3. Remaja itu sulit dan idealis. Contoh: remaja itu semaunya
sendiri, sulit diatur/ ngeyel.
4. Remaja dengan jiwa yang menggebu-gebu/penuh semangat.
Contoh:

jiwa

remaja

banget,

penuh

semangat

pantang

menyerah.
5. Remaja itu lebih suka hura-hura/sesuka hati. Contoh:generasi
muda sekarang itu generasi hura-hura.
6. Remaja dengan dunia modern. Contoh: generasi muda sekarang
generasi modern/ selalu up date mengikuti trend masa kini

C. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA


1. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA
Tahap-tahap perkembangan manusia memiliki fase yang
cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman,
pada umumnya kita menggambarkan perkembangan dalam
pengertian periode atau fase perkembangan. Klasifikasi periode

perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan


sebagai berikut: Periode pra- kelahiran, masa bayi, masa awal
anak-anak, masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja,
masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir
dewasa (lanjut usia).
Perkiraan rata-rata rentang usia menurut periode berikut ini
memberi suatu gagasan umum, kapan suatu periode mulai dan
kapan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
pada setiap periode tahap-tahap perkembangan manusia menurut
Santrock (2003):
a.

Tahap Pra-kelahiran (prenatal period)


Tahap pra-kelahiran ialah saat dari pembuahan hingga
kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang
luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme
yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang
dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan.

b.

Tahap Masa Bayi


Masa bayi (infacy) ialah periode perkembangan yang
merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi
adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.
Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai
permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi
sensorimotor, dan belajar sosial.

c.

Tahap Masa Awal Anak-Anak


Masa awal anak anak (early chidhood) yaitu periode
pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia
lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan

periode prasekolah. Selama masa ini, anak-anak kecil belajar


semakin mandiri

dan menjaga

diri

mengembangkan

keterampilan

kesiapan

(mengikuti

perintah,

mereka

mengidentifikasi

sendiri,

bersekolah
huruf),

dan

meluangkan waktu berjam-jam untuk bermain dengan


teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah
dasar, maka secara umum dapat dikatakan individu tersebut
telah mengakhiri masa awal anak-anak.
d.

Tahap Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak


Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late
childhood) ialah periode perkembangan yang merentang dari
usia kira-kira enam hingga sebelas tahun, periode ini
biasanya

disebut

dengan

tahun-tahun

sekolah

dasar.

Keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca,


menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal
berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan.
Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan
pengendalian diri mulai meningkat.
e.

Tahap Masa Remaja


Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi
dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang
dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir
pada usia 18 tahun hingga 23 tahun. Masa remaja bermula
pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan
tinggi badan, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik

seksual

seperti

pembesaran

buah

dada,

perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya/beratnya

suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan


identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di
luar keluarga.
f.

Tahap Awal Dewasa


Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode
perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun
atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada
usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan
kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir,
dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar
hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak-anak.

g.

Tahap Masa Pertengahan Dewasa


Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah
periode perkembangan yang bermula pada usia kira-kira 35
hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enam puluhan
tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan
tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu
generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten,
dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan
dalam berkarir.

h.

Masa Dewasa Akhir (late adulthood)


Masa dewasa akhir adalah periode perkembangan yang
bermula pada usia enam puluhan atau tujuh puluh tahun dan
berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri
atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali

kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peranperan sosial baru.

2. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA


Pada umumnya pada masa remaja, tahapan dasarnya dapat
dibagi dalam 2 tahapan, yaitu:
a.

Tahap Pubertas pada usia 12-18 tahun

1) Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanakkanak ke masa awal pubertas. Cirinya: individu dalam
masa pra puber tidak suka diperlakukan seperti anak kecil
lagi dan mulai bersikap kritis.

2) Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal.


Cirinya: individu pada masa ini mulai cemas dan bingung
tentang perubahan fisiknya, memperhatikan penampilan,
sikapnya tidak menentu/plin-plan dan suka berkelompok
dengan teman sebaya yang senasib.

3) Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari


masa

pubertas

ke

masa

adolesence.

Cirinya:

pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan


secara psikologisnya belum tercapai sepenuhnya, dan
proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih
awal dari remaja putra.
b.

Tahap Remaja Akhir pada usia 19-24 tahun (dengan catatan


belum menikah)
Tahap ini merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat
penting pada tahap ini adalah:

1) Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis


2) Mulai menyadari akan realitas kehidupan
3) Sikapnya mulai jelas tentang hidup
4) Mulai nampak bakat dan minatnya

Pendapat lain dijelaskan oleh Sarwono (2009) ada tiga tahap


perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju
dewasa :
a.

Remaja Awal (Early Adolescence)


Seorang remaja pada tahap ini berusia 11-12 tahun.
Remaja masih terheranheran akan perubahan-perubahan
yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan
yang

menyertai

perubahan-perubahan

itu.

Mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada


lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi
erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap ego. Hal ini menyebabkan
b.

para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.


Remaja Tengah / Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja
sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak
teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narsistic,
yaitu mencintai diri sendiri, dan menyukai teman-teman
yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia
tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau

meterialis,

dan

sebagainya.

Remaja

putra

harus

membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta


pada

ibu

sendiri

pada

masa

kanak-kanak)

dengan

mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan


jenis.
c.

Remaja Akhir (Late Adolescence)


Rentang usia pada tahap ini adalah usia 16-24 tahun.
Catatan penting pada rentang ini, usia 16-24 tahun ini belum
menikah. Tahap ini merupakan masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal
dibawah ini:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi kognitif.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya
(private self) dan orangtua serta masyarakat umum (the
public).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa pada masa remaja dapat dibagi menjadi beberapa tahapan


inti.

Tahapan

perkembangan

remaja

terdiri

dari

tahap

perkembangan remaja awal dan remaja tengah (pubertas) serta


remaja akhir, usia yang menunjukkan seorang individu menuju
pada persiapan diri menjadi sosok dewasa awal.

D. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan
yang menyatakan kesamaan sifat dan hakekat dalam perkembangan.
Prinsip perkembangan dapat dikatakan pula sebagai patokan generalisasi
mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri
manusia.
Menurut Yusuf (2009), prinsip-prinsip perkembangan diantara adalah
sebagai berikut:
1.

Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never


ending proces)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang di
pengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya.
Perkembangan berlangsung terus menerus sjak masa konsepsi
sampai mencapai kematangan atau masa tua.

2.

Semua aspek saling mempengaruhi


Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, kognisi
maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat
hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila
seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan
(sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami hambatan dalam
perkembangan

3.

aspek

lainnya,

seperti

kecerdasannya

kurang

berkembang dan mengalami kelabilan emosional.


Perkembangan itu mengikuti pola arah tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah
tertentu.

Setiap

tahapan

perkembangan

merupakan

hasil

perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat


bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan
seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan
merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya,yaitu berlari
4.

atau meloncat.
Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya yang
terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada yang
lambat). Misalnya: [a] otak mencapai bentuk ukurannya yang
sempurna pada umur 6-8 tahun; [b] tangan, kaki, dan hidung
mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja; dan [c]
imajinasi kreatif berkembang dangan cepat pada masa kanak-kanak

5.

dan mencapai puncaknya masa remaja.


Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: [a]
sampai usia dua tahun anak memusatkan untuk mengenal
lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara,
[b] pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan
untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
Jadi pada setiap rentang usia tersebut ada ciri khas yang

6.

membedakan disetiap fasenya.


Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/ fase
perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang
normal, individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua.

Prinsip-prinsip perkembangan dalam penjelasan lainnya, dikemukakan


pula oleh Sobur (2009) adalah sebagai berikut:
1.

Perkembangan tidak terbatas hanya pada proses menjadi tumbuh


besar, namun mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progesif,
teratur, koheren dan kesinambungan. Jadi, antara satu tahap
perkembangan dengan tahap perkembangan berikutnya saling
berkaitan, tidak berdiri sendiri-sendiri.

2.

Perkembangan selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi.


Proses diferensasi artinya ada prinsip totalitas pada diri anak.
Berawal dari penghayatan totalitas itu, lambat laun bagian-bagiannya
bertumbuh menjadi sangat nyata dan bertambah jelas secara
keseluruhan.

3.

Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum


mejadi khusus. Contoh, seorang bayi mula-mula akan beraksi
tersenyum bila melihat setiap wajah manusia. Dengan bertambahnya
usia bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah tertentu.

4.

Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang


berlangsung secara berantai. Walaupun tidak ada garis pemisah yang
jelas antara satu fase dan fase yang lain, tahapan perkembangan ini
sifatnya universal. Sebagai contoh, perkembangan anak yang normal
akan tampak berturur- turut: memiringkan badan, telungkup,
mengangkat kepala, duduk, merangkak, berjalan dengan bantuan,
dan akhirnya berjalan.

5.

Setiap anak mempunyai tempo kecakapan perkembangan yang


berbeda. Dengan kata lain, ada anak yang perkembangannya cepat,
ada yang sedang dan ada yang lambat. Jadi perkembangan anak yang
satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkambangan organ
atau aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya proses

perkembangan tersebut. Perkembangan, baik fungsi jasmani maupun


fumgsi rohani, tidaklah dapat disamakan waktunya. Tempo
perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, biasanya
menunjukkan kelainan yang relatif sangat jarang terjadi.
6.

Manusia dalam proses perkembangannya, dikenal adanya irama atau


naik turunnya proses perkembangan. Artinya proses perkembangan
manusia itu tidak tetap, terkadang naik, terkadang turun pada suatu
saat anak mengalami perkembangan yang tenang dan pada saat lain,
ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. Jadi, irama
perkembangan itu tidak menetap. Adakalanya tenang, adakalanya
goncang.

7.

Setiap anak, seperti juga organisme lainnya, memiliki dorongan dan


hasrat mempertahankan diri dari beberapa hal-hal yang negatif,
seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian dan lain sebagainya.
Mereka memerlukan sandang, pangan, papan, dan pendidikan.

8.

Manusia dalam proses perkembangannya akan ada pada masa-masa


peka. Masa peka ialah suatu masa dalam perkembangan anak, saat
suatu fungsi jasmani ataupu rohani, dapat berkembang dengan cepat
jika medapat latihan yang baik dan kontinyu. Masa peka diantara
anak yang satu dengan anak yang lainnya tidah mudah untuk
diketahui, karena hal ini memerlukan penelitihan yang seksama
melalui berbagai percobaan. Suatu gejala kepekaan seyogjanya
diselidiki dengan percobaan, yaitu apakah anak tersebut sudah
tampak terarah minatnya pada suatu fungsi tersebut apa belum.

9.

Perkembangan tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi


oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan. Anak
manusia dengan bakat pembawaanya itu, hanyalah merupakan bakatbakat yang tersedia untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan

berkembang saja. Agar bakat yang tersedia itu dapat berkembang


dengan sebaik-baiknya, diperlukan adanya suatu proses menjadi
matang, pemberian kesempatan kemungkinan berkembang dari alam
sekitarnya, serta pemeliharaan yang kontinyu dari manusia-manusia
dewasa/ lingkungan sekitar, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa


yang menjadi prinsip-prinsip perkembangan manusia timbul dari
kepribadian seseorang yang bisa memilah-milah/selektif, tempo setiap
individu berbeda, perkembangan tersebut akan saling berkaitan dan
mempengaruhi, ada tahapan disetiap fase perkembangan individu,
perkembangan tersebut tidak bisa di pandang satu sisi melainkan dua sisi
yaitu jasmani dan rohani yang mana perkembangan itu merupakan
kumpulan refleks diri yang perlu dibimbing sehingga akhirnya
membentuk manusia yang mempunyai tingkah laku yang baik.

E. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN REMAJA


Santrock (2003) menjelaskan bahwa ada beberapa teori perkembangan
remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.

Teori Psikoanalisis
Dua teori penting dari teori psikoanalisis adalah teori dari Freud
dan Erikson. Freud menjelaskan bahwa kepribadian terdiri dari tiga
struktur, yaitu: id (naluri dalam diri, tidak disadari), ego ( pembuat
keputusan rasional) dan super ego (hati nurani). Kebanyakan
pemikiran remaja bersifat tidak disadari. Tuntutan yang saling

bertentangan dari struktur kepribadian remaja menimbulkan rasa


cemas. Mekanisme pertahanan diri, terutama represi/ menekan,
melindungi ego remaja dan mengurangi rasa cemas.
Freud meyakini bahwa masalah berkembang karena pengalaman
masa kecilnya. Ia mengatakan bahwa individu melalui lima fase
psikoseksual, yaitu:
a.

Fase oral (18 bulan pertama, dimana kesenangan bayi berpusat


disekitar mulut).

b.

Fase anal (1,5 3 tahun, kesenangan terbesar anak meliputi anus


atau fungsi pembuanganyang berhubungan dengan anus, gerakan
otot anus mengurangi ketegangan).

c.

Fase falik (3 6 tahun, kesenangan pada alat kelamin karena anak


menemukan

bahwa

manipulasi

diri

sendiri

memberikan

kenikmatan).
d.

Fase latensi (usia 6 tahun dan pubertas, anak menekankan semua


minat seksual dan mengembangkan keterampilan kognitif dan
sosial).

e.

Fase genital (masa pubertas, kebangkitan kembali dorongan


seksual, mulai memasuki dunia cinta dengan lawan jenis).
Kritik untuk Freud, diungkapkan oleh Erikson dalam delapan

tahap perkembangan psikososial. Delapan tahap tersebut adalah


sebagai berikut:
a. Fase Bayi (0 1 tahun) : Trust versus Mistrust, Bagi Erikson
kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata. Pada tahap ini
bayi hanya memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui
mulut (menelan) tetapi juga dari semua indera. Tahap sensori oral
ditandai oleh dua jenis inkorporasi: mendapat (receiving) dan
menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi

memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi


(buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan
memberi makan/minum secara teratur, mereka belajar dan
memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama,
perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami
rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian
mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak
menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar
mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah
menjadi menyenangkan. Bayi menangkap hubungannya dengan
ibu sebagai sesuatu yang sakral (numinous).
b. Fase Anak-Anak (1 3 tahun): Autonomy versus Shame and
Doubt, Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan
dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari
keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi,
berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun
kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral
(Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya,
khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini
anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri
serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan
pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol
dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu
adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari
kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya
permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di dalam egonya.
Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar

atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana
(judicious).
c. Usia Bermain (3 6 tahun): Initiative versus Guilt, Pada tahap
ini Erikson mementingkan perkembangan pada fase bermain,
yakni; identifikasi dengan orang tua (odipus compleks),
mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin
tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan tujuan. Erikson
mengakui gejala odipus muncul sebagai dampak dari fase
psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang
berbeda. Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari
kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital
pada usia bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk
bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih dan mengejar
berbagai

tujuan,

seperti

kawain

dengan

ibu/ayah,

atau

meninggalkan rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu


tujuan. Konflik antara inisiatif dengan berdosa menghasilkan
kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi
dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik
untuk mengalahkan penjahat.
d. Usia Sekolah (6 12 tahun): Industry versus Inferiority, Pada
usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak
bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya.
Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu
berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan
(competence). Memendam insting seksual sangat penting karena
akan

membuat

anak

dapat

memakain

enerjinya

untuk

mempelajari teknologi dan budayanya serta interaksi sosialnya.


Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan

perasaan inferior (industry inveriority). Dari konflik antar


ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan
dasar: kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak
belajar tentang sistem, aturan, metoda yang membuat suatu
pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
e. Remaja (12 20 tahun): Identity versus Identity Confusion,
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap
perkembangan lainnya, karena orang harus mencapai tingkat
identitas ego yang cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty)
penting bukan karena kemasakan seksual, tetapi karena pubertas
memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang.
Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika
remaja berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar
yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolesen adalah
kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam beberapa pandangan
idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki ediologi
akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian,
pilihan musik dan buku bacaan, dan pengaturan waktu seharihari.
f.

Dewasa Awal (20 30 tahun): Intimacy versus Isolation,


Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh
dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut
perkelaminan

(genitality).

Keakraban

(intimacy)

adalah

kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas


orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta
adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan
dasar antara pria dan wanita. Cinta selain di samping bermuatan
intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing

partner tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi


pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya
cinta, mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.
g. Dewasa (30 65 tahun): Generativity versus Stagnation,
Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan
ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari
masyarakat. Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita,
yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru.
Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat
orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan
perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego
sebelumnya sebagai kekuatan dasar orang dewasa. Generasional
adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya
bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan
otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan
kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan
kemauan pribadi dalam interaksi.
h. Usia Tua (>65 tahun): Integrity versus despair, Menjadi tua
sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan
kreatif dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat
generasi penerus cucu dan remaja pada umumnya. Tahap
terakhir daroi psikoseksual adalah generalisasi sensualitas
(Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai
sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan,
dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial
terakhir ini, kualita distonik putus asa yang menang. Orang
dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan
integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun.

Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan


kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang
tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.

2.

Teori Kognitif
Dua teori kognitif yang penting adalah teori perkembangan
kognitif Piaget dan teori pemrosesan informasi. Piaget mengatakan
bahwa remaja termotivasi untuk memahami dunia dan menyesuaikan
diri dengan berpikir untuk mendapatkan informasi baru. Piaget
mengatakan bahwa manusia melalui empat tahap, yaitu:
a. Sensorimotor (0 2 tahun): Pengetahuan anak diperoleh melalui
interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skemaskemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti :
menggenggam atau mengisap.
b. Praoperasional (2 7 tahun): Anak mulai menggunakan simbolsimbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif.
Simbol-simbol itu seperti : kata-kata dan bilangan yang dapat
menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang
nampak).
c. Operasi Konkrit (7 11 tahun): Anak sudah dapat membentuk
operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki.
Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini
memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara
logis.
d. Operasi Formal (11 dan 15 tahun): Periode ini merupakan operasi
mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak,

tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat


berpikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian
semua alternatif yang ada. Remaja lebih logis dan idealis.
Teori pemrosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu
memproses informasi tentang dunianya dan bagaimana informasi
masuk ke dalam pikiran remaja. Bagaimana informasi disimpan dan
ditransformasi serta bagaimana informasi dikeluarkan kembali untuk
memungkinkan berpikir dan memecahkan masalah.
3.

Teori Tingkah laku dan Belajar Sosial


Behaviorisme menekankan bahwa kognisi tidaklah penting dalam
memahami tingkah laku remaja. Perkembangan adalah tingkah laku
yang diobservasi, yang ditentukan oleh reward / penghargaan dan
hukuman dalam lingkungan, menurut B.F. Skinner , seorang ahli
tingkah laku yang terkemuka. Teori belajar sosial, dikembangkan oleh
Albert Bandura dan lainnya, yang menjelaskan bahwa lingkungan
merupakan determinan tingkah laku yang penting, gtetapi begitu pula
proses kognitif. Remaja mempunyai kemampuan untuk mengontrol
tingkah laku mereka sendiri menurut teori belajar sosial.
a.

Teori Ekologis
Menurut Bronfenbrenner lima sistyem lingkungan merupakan
faktor penting yaitu:
1. Mikrosistem merupakan lingkungan dimana individu tinggal.
Konteks ini mencakup keluarga indoividu, teman sebaya,
sekolah dan lingkungan tempat tinggal.
2. Mesosistem merupakan hubungan antara sistem mikro atau
hubungan antar konteks. Contohnya: hubungan antara

pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah, pengalaman


sekolah dan pengalaman bekerja, pengalaman keluarga dan
pengalaman dengan teman sebaya.
3. Ekosistem mencakup apabila pengalaman dalam lingkungan
sosial lain, dimana individu tidak mempunyai peran aktif
mempengaruhi apa yang dialami individu dalam konteks
langsung.

Contohnya:

pengalaman

kerja,

seorang

Ibu

mendapatkan promosi kerja yang menyebabkan ia lebih


banyak bepergian, yang mungkin akan meningkatkan konflik
dalam hubungan pernikahan dan mengubah pola interaksi
orangtua dengan remaja.
4. Makrosistem melibatkan budaya dimana individu hidup.
Budaya menunjuk pada pola tingkah laku, kepercayaan, dan
semua produk lain dari sekelompok manusia yang diwariskan
dari generasi ke generasi berikutnya.
5. Kronosistem mencakup pola-pola kejadian lingkungan dan
transisi sepanjang perjalanan hidup dan kondisi sosial-sejarah.
Contohnya:

penelitian

mengenai

perceraian,

pengaruh

perceraian memberikan efek negatif. Dalam hubungan dengan


faktor sosial-sejarah, anak perempuan pada masa ini
disarankan untuk berkarir daripada di masa 20 atau 30 tahun
yang lalu. Dengan cara seperti ini, kronosistem mempunyai
pengaruh besar terhadap kehidupan remaja.
b.

Teori Eklektik
Orientasi teoretis eklektik tidak mengikuti salah satu
pendekatan teoretis, tetapi memilih dan menggunakan apa pun
yang dianggap paling baik dari semua teori. Tidak ada satu teori
pun yang dapat menjelaskan kompleksitas perkembangan remaja.

Masing-masing teori telah memberikan sumbangan yang


berbeda-beda dan strategi paling bijaksana adalah mengambil
perspektif teoritis yang eklektik dalam usaha kita memahami
dunia remaja.

Anda mungkin juga menyukai