Anda di halaman 1dari 9

Toksin toksim

Bahan bahan toksinasi terbagi atas 4 bagian besar yaitu:


Pelarut Organik
Penggunaan Pelarut organik di bidang industri bermacam-macam,
contohnya benzena, toluena, xylena (BTX) di gunakan sebagai lem, pelarut, cat,
dan lain-lain. Penggunaan toluena sebagai sebagai pelarut cat, thinner, tinta, lem,
bahan
tambahan produk kosmetik, industri pestisida, crude petroleum, disinfektan,
industri plastik, dan serat sintetik.
Rute masuk ke dalam tubuh dapat melalui tiga mekanisme, yaitu inhalasi
(terhirup), ingesti (tertelan), dan kontak langsung melalui kulit. Pelarut organik
seperti benzena, toluena, xylena (BTX) mudah menguap, seringkali uap BTX
terhirup oleh pekerja yang tidak mengunakan alat pelindung diri.
Pelarut organik ini berbahaya bagi kesehatan pekerja karena dapat
menyebabkan (tergantung jenisnya):

Iritasi hidung, tenggorokan, dan saluran napas

Iritasi dan inflamasi pada paru

1.
2. Gas Beracun
Limbah merupakan sisa dari kegiatan atau aktivitas manusia. Perkembangan
teknologi mendorong makin banyak limbah yang dibuang ke lingkungan salah
satunya limbah berbentuk gas.
Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacammacam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), Nitrogen Pelarut organik adalah bahan kimia yang berbentuk

cair pada suhu kamar, berfungsi sebagai pelarut bahan kimia lainnya. Pelarut
organik sangat beragam dengan struktur kimia yang bermacam-macam:
golongan hidrokarbon aromatik (benzena, toluena, xylena, dll), hidrokarbon
alifatik, aldehida, alkohol, eter, keton, glikol, hidrokarbon terhalogenisasi, dan
lain-lain. Kesamaannya adalah kemampuannya melarutkan dan mendispersikan
lemak, minyak, cat, dan lain-lain.

Gangguan susunan saraf pusat

Gangguan susunan saraf tepi

Gangguan neurologis: gangguan pendengaran contohnya toluena

Gangguan sistem reproduksi

Beberapa bersifat karsinogenik contohnya benzena

Gangguan organ seperti ginjal, hati, dll

Iritasi mata

Iritasi kulit
Gangguan kesehatan akut pada pekerja yang terpajan benzena secara

berlebihan (overexposed workers) berupa sakit kepala, vertigo, mual, muntah.


Pajanan kronis benzena dapat menyebabkan gangguan darah seperti anemia dan
menurunnya jumlah sel darah putih. Kontak dalam waktu yang lama dengan kulit
menyebabkan kerusakan kulit mirip akibat terbakar. Studi epidemiologi terhadap
para pekerja yang terpajan benzena dalam periode waktu yang lama menunjukkan
bertambahnya pekerja yang menderita kanker, seperti kanker darah (leukemia).
Mengingat bahaya kesehatan yang ditimbulkan pelarut organik, maka dokter
perusahaan atau dokter kesehatan kerja (okupasi) perlu melakukan langkahlangkah pengendalian agar dapat memberikan perlindungan pada pekerja dan
mendeteksi penyakit secara dini.
Langkah pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Peningkatan pengetahuan pekerja mengenai bahaya potensial yang ada dan


kesadaran penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.

Monitoring lingkungan kerja. Monitoring lingkungan kerja adalah


metode untuk menilai pajanan bahaya potensial di area kerja dengan cara
mengukur keberadaan pajanan tersebut di udara, air dan tanah.

Monitoring biologi (Biomonitoring). Biomonitoring adalah metode untuk


menilai pajanan bahaya potensial tempat kerja dan atau efeknya pada tubuh
pekerja dengan cara mengukur keberadaan pajanan (umumnya bahan

kimia), metabolit atau produk reaksi yang terdapat dalam jaringan atau
specimen tubuh seperti darah, urin atau rambut.

Pemeriksaan Medical Check Up (MCU) sebelum kerja, berkala/tahunan,


dan pemeriksaan khusus.
oksida (NOx), Sulfur oksida (SOx), asam klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan

(CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung
partikel-partikel bahan padatan, disebut materi partikulat.
Gas-gas tersebut termasuk jenis senyawa kimia yang reaktif sehingga apabila
terpapar ke tubuh dapat bereaksi dengan banyak senyawa, yang dapat
mengakibatkan terganggunya salah satu sistem tubuh normal.
1.

Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tak berwarna, tak berbau,

dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen
berikatan dengan

satu

atom oksigen.

Karbon

monoksida

dihasilkan

dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. CO adalah senyawa yang
bersifat sangat beracun karena dapat mengikat hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin.

Kehadiran

senyawa

tersebut

dapat

menghambat

penghantaran oksigen ke sel tubuh sehingga sel tubuh tertentu mengalami


kekurangan oksigen, kondisi ini dapat menyebabkan kematian. Gas CO menjadi
berbahaya untuk tubuh karena daya ikat gas CO terhadap Hb adalah 240 kali
dari daya ikat CO terhadap O2. Apabila gas CO darah (HbCO) cukup tinggi,
maka akan mulai terjadi gejala antara lain pusing kepala (HbCO 10%), mual dan
sesak nafas (HbCO 20%), gangguan penglihatan dan konsentrasi menurun
(HbCO 30%) tidak sadar, koma (HbCO 40-50%) dan apabila berlanjut akan
dapat menyebabkan kematian.
3.

Karbon dioksida (CO2) atau dikenal juga asam arang adalah

senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon. Gas ini juga lawan dari oksigen yang
secara normal keduanya terdapat pada tubuh. Namun apabila jumlah CO 2
meningkat melebihi batas normal akan menjadi racun untuk tubuh dengan cara

memblok aliran oksigen di pembuluh darah ke sel atau jaringan. Kasus yang
sering ditemukan adalah kematian yang mengakibatkan kematian akibat jumlah
CO2 lebih banyak dari pada oksigen pada suatu ruangan tertutup seperti dalam
mobil.
4.

Sulfur

dioksida

(SO2)

dan

sulfur

trioksida

(SO 3)

merupakan gas beracun dengan bau menyengat yang banyak dilepaskan oleh
gunung berapi dan beberapa pemrosesan industri. Gas ini juga merupakan
limbah industri terutama dari pembakaran bahan bakan fosil dan batu bara, gas
yang berbahaya bila sampai masuk ke dalam paru-paru. Jumlah terbesar adalah
SO2 namun dengan adanya oksidasi dengan udara SO 2 dapat berubah menjadi
SO3. Sulfur dioksida sendiri dapat mengiritasi saluran pernafasan sedangkan SO 3
dapat bereaksi dengan air membentuk asam sulfat ( H2SO4 ) yang memiliki
sifat korosif dan penarik air, sehingga bila masuk ke paru-paru akan
mengakibatkan daerah tertentu dari paru-paru kehilangan air dan mengering.
5.

Amonia (NH3) Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau

tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan
penting

bagi

keberadaan nutrisi di bumi,

amonia

sendiri

adalah

senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Menghirup senyawa ini pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan
sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat
menyebabkan kebutaan.
6.

Metan (CH4) merupakan senyawa organik paling kecil dengan

reaktifitas yang tidak terlalu tinggi, tidak memiliki sifat sebagai racun, namun
dapat bersifat asfiksian (menggantikan oksigen) sehingga dalam konsentrasi
tinggi di udara terutama dalam gedung dapat menyebabkan kematian. Keracunan
metana terjadi bila senyawa tersebut tercampur dalam minuman, dalam jumlah
sangat kecil dapat menyebabkan kebutaan.
7.

Klorin (Cl2) lebih terkenal sebagai senyawa pemutih yang berupa

padatan atau cairan, padahal nama klorin sebetulnya milik Cl 2 yang berbentuk

gas. Bahaya dari gas klorin disebabkan sifatnya yang mudah beraksi dengan air
membentuk asam klorida.

3. Logam Logam Berbahaya


1. Arsens (As)

Arsens adalah suatu zat kimia yang sering terdapat pada makanan, minuman,
dan kosmetik. Arsens dapat merusak ginjal. Senyawa ini sulit dideteksi karena
tidak memiliki rasa yang menonjol. Sering digunakan sebagai bahan dalam
kosmetik dan pada insektisida.
2. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam atau timbal umumnya terdapat pada makanan, air, dan obatobatan terutama apabila kemasannya menggunakan unsur timah. Bersifat
kumulatif, artinya keracunan dapat timbul bila kadar Pb menumpuk dalam
tubuh.
3. Mercuri (Hg)
Gejala-gejala keracunan Hg atau raksa antara lain pada mulut dan pharyax,
yaitu terdapat bercak-bercak warna abu-abu. Keadaan ini disertai perasaan nyeri,
sehingga sering timbul keluhan rasa sakit pada mulut dan lambung.
4. Cadmium (Cd)
Biasanya cadmium terdapat pada tempat wadah makanan olahan, pemakaian
cadmium ini sudah mulai dilarang karena dapat menyebabkan makanan kaleng
terkena hama cadmium. Konsumsi cadmium ini dalam kadar 30% mg dapat
meracuni dan dapat menyebabkan pusing, shock, dan kejang otot.
5. Cuprum (Cu)
Adanya Cu atau tembaga pada makanan disebabkan terutama karena
penggunaan insektisida dan pestisida di dalam usaha-usaha pertanian. Banyak
pula kasus-kasus keracunan terjadi karena adanya Cu dalam tempat wadah

makanan dan minuman. Cu yang masuk ke dalam tubuh akan merusak ginjal,
hati dan saraf pusat.

4. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung

dan

hewan

lain

yang

dianggap

merugikan.

Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua
hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak,
ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan
lainnya

yang

terbukti

mengganggu

kesejahteraannya.

Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih
dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada
dibawah

batas

ambang

ekonomi

atau

ambang

kendali.

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad


pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam
bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular)
penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam
bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga
yang

lain.

Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu


tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan
manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan

menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan

pada

umumnya.

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
* harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen
hayati
*

efisien

untuk

meninggalkan

residu

tidak

boleh

mengendalikan
dalam

persistent,

waktu
jadi

hama
yang

tidak

harus

tertentu
diperlukan

mudah

terurai

* dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus


memenuhi

persyaratan

tersedia

harus
sejauh

mungkin

keamanan
antidote

harus

aman

yang

untuk
bagi

maksimum

pestisida

lingkungan

fisik

tersebut
dan

biota

* relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
* harga terjangkau bagi petani.
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan
fungsi

dan

asal

katanya.

Penggolongan

tersebut

disajikan

sbb.:

* Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau
atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh

tungau

atau

kutu.

* Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang
laut.

Berfungsi

untuk

melawan

alge.

* Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi
burung.
* Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi

untuk

melawan

bakteri.

* Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti
jamur.

Berfungsi

untuk

membunuh

jamur

atau

cendawan.

* Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun.
Berfungsi

membunuh

gulma

(tumbuhan

pengganggu).

* Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen

tubuh.

Berfungsi

untuk

membunuh

serangga.

* Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau
larva.
* Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung
tipis

lembek.

Berfungsi

untuk

membunuh

siput.

* Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang
berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang
hidup

di

akar).

* Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh

telur.

* Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh

kutu

atau

tuma.

* Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh

ikan.

* Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi
untuk

membunuh

binatang

pengerat,

seperti

tikus.

* Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi
untuk

membunuh

pemangsa

(predator).

* Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh

pohon.

* Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang
daun.

Berfungsi

untuk

membunuh

rayap.

Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya
tidak

menggunakan

akhiran

sida:

* Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi

tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya


dengan

perangkap.

* Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan


bertulang

belakang.

* Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya


memudahkan

panen,

digunakan

pada

tanaman

kapas

dan

kedelai.

* Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman
lainnya.
* Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan
mikroorganisme.
* Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan
menghentikan

pertumbuhan

tanaman.

* Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau
hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk
penolak

nyamuk.

* Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik
atau
*

biji
Pengawet

kayu,

biasanya

gulma.

digunakan

pentaclilorophenol

(PCP).

* Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin
dan

hujan.

* Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan
daun.
*

Inhibitor,

zat

untuk

menekan

pertumbuhan

batang

dan

tunas.

* Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan


memastikan terjadinya buah.

Anda mungkin juga menyukai