1.
2. Gas Beracun
Limbah merupakan sisa dari kegiatan atau aktivitas manusia. Perkembangan
teknologi mendorong makin banyak limbah yang dibuang ke lingkungan salah
satunya limbah berbentuk gas.
Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacammacam senyawa kimia. Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), Nitrogen Pelarut organik adalah bahan kimia yang berbentuk
cair pada suhu kamar, berfungsi sebagai pelarut bahan kimia lainnya. Pelarut
organik sangat beragam dengan struktur kimia yang bermacam-macam:
golongan hidrokarbon aromatik (benzena, toluena, xylena, dll), hidrokarbon
alifatik, aldehida, alkohol, eter, keton, glikol, hidrokarbon terhalogenisasi, dan
lain-lain. Kesamaannya adalah kemampuannya melarutkan dan mendispersikan
lemak, minyak, cat, dan lain-lain.
Iritasi mata
Iritasi kulit
Gangguan kesehatan akut pada pekerja yang terpajan benzena secara
kimia), metabolit atau produk reaksi yang terdapat dalam jaringan atau
specimen tubuh seperti darah, urin atau rambut.
(CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung
partikel-partikel bahan padatan, disebut materi partikulat.
Gas-gas tersebut termasuk jenis senyawa kimia yang reaktif sehingga apabila
terpapar ke tubuh dapat bereaksi dengan banyak senyawa, yang dapat
mengakibatkan terganggunya salah satu sistem tubuh normal.
1.
Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tak berwarna, tak berbau,
dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen
berikatan dengan
satu
atom oksigen.
Karbon
monoksida
dihasilkan
dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. CO adalah senyawa yang
bersifat sangat beracun karena dapat mengikat hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin.
Kehadiran
senyawa
tersebut
dapat
menghambat
senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon. Gas ini juga lawan dari oksigen yang
secara normal keduanya terdapat pada tubuh. Namun apabila jumlah CO 2
meningkat melebihi batas normal akan menjadi racun untuk tubuh dengan cara
memblok aliran oksigen di pembuluh darah ke sel atau jaringan. Kasus yang
sering ditemukan adalah kematian yang mengakibatkan kematian akibat jumlah
CO2 lebih banyak dari pada oksigen pada suatu ruangan tertutup seperti dalam
mobil.
4.
Sulfur
dioksida
(SO2)
dan
sulfur
trioksida
(SO 3)
merupakan gas beracun dengan bau menyengat yang banyak dilepaskan oleh
gunung berapi dan beberapa pemrosesan industri. Gas ini juga merupakan
limbah industri terutama dari pembakaran bahan bakan fosil dan batu bara, gas
yang berbahaya bila sampai masuk ke dalam paru-paru. Jumlah terbesar adalah
SO2 namun dengan adanya oksidasi dengan udara SO 2 dapat berubah menjadi
SO3. Sulfur dioksida sendiri dapat mengiritasi saluran pernafasan sedangkan SO 3
dapat bereaksi dengan air membentuk asam sulfat ( H2SO4 ) yang memiliki
sifat korosif dan penarik air, sehingga bila masuk ke paru-paru akan
mengakibatkan daerah tertentu dari paru-paru kehilangan air dan mengering.
5.
Amonia (NH3) Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau
tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan
penting
bagi
amonia
sendiri
adalah
senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Menghirup senyawa ini pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan
sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat
menyebabkan kebutaan.
6.
reaktifitas yang tidak terlalu tinggi, tidak memiliki sifat sebagai racun, namun
dapat bersifat asfiksian (menggantikan oksigen) sehingga dalam konsentrasi
tinggi di udara terutama dalam gedung dapat menyebabkan kematian. Keracunan
metana terjadi bila senyawa tersebut tercampur dalam minuman, dalam jumlah
sangat kecil dapat menyebabkan kebutaan.
7.
padatan atau cairan, padahal nama klorin sebetulnya milik Cl 2 yang berbentuk
gas. Bahaya dari gas klorin disebabkan sifatnya yang mudah beraksi dengan air
membentuk asam klorida.
Arsens adalah suatu zat kimia yang sering terdapat pada makanan, minuman,
dan kosmetik. Arsens dapat merusak ginjal. Senyawa ini sulit dideteksi karena
tidak memiliki rasa yang menonjol. Sering digunakan sebagai bahan dalam
kosmetik dan pada insektisida.
2. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam atau timbal umumnya terdapat pada makanan, air, dan obatobatan terutama apabila kemasannya menggunakan unsur timah. Bersifat
kumulatif, artinya keracunan dapat timbul bila kadar Pb menumpuk dalam
tubuh.
3. Mercuri (Hg)
Gejala-gejala keracunan Hg atau raksa antara lain pada mulut dan pharyax,
yaitu terdapat bercak-bercak warna abu-abu. Keadaan ini disertai perasaan nyeri,
sehingga sering timbul keluhan rasa sakit pada mulut dan lambung.
4. Cadmium (Cd)
Biasanya cadmium terdapat pada tempat wadah makanan olahan, pemakaian
cadmium ini sudah mulai dilarang karena dapat menyebabkan makanan kaleng
terkena hama cadmium. Konsumsi cadmium ini dalam kadar 30% mg dapat
meracuni dan dapat menyebabkan pusing, shock, dan kejang otot.
5. Cuprum (Cu)
Adanya Cu atau tembaga pada makanan disebabkan terutama karena
penggunaan insektisida dan pestisida di dalam usaha-usaha pertanian. Banyak
pula kasus-kasus keracunan terjadi karena adanya Cu dalam tempat wadah
makanan dan minuman. Cu yang masuk ke dalam tubuh akan merusak ginjal,
hati dan saraf pusat.
4. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung
dan
hewan
lain
yang
dianggap
merugikan.
Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua
hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak,
ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan
lainnya
yang
terbukti
mengganggu
kesejahteraannya.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih
dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada
dibawah
batas
ambang
ekonomi
atau
ambang
kendali.
lain.
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan
pada
umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan
sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
* harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen
hayati
*
efisien
untuk
meninggalkan
residu
tidak
boleh
mengendalikan
dalam
persistent,
waktu
jadi
hama
yang
tidak
harus
tertentu
diperlukan
mudah
terurai
persyaratan
tersedia
harus
sejauh
mungkin
keamanan
antidote
harus
aman
yang
untuk
bagi
maksimum
pestisida
lingkungan
fisik
tersebut
dan
biota
* relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
* harga terjangkau bagi petani.
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan
fungsi
dan
asal
katanya.
Penggolongan
tersebut
disajikan
sbb.:
* Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau
atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh
tungau
atau
kutu.
* Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang
laut.
Berfungsi
untuk
melawan
alge.
* Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi
burung.
* Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi
untuk
melawan
bakteri.
* Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti
jamur.
Berfungsi
untuk
membunuh
jamur
atau
cendawan.
* Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun.
Berfungsi
membunuh
gulma
(tumbuhan
pengganggu).
* Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen
tubuh.
Berfungsi
untuk
membunuh
serangga.
* Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau
larva.
* Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung
tipis
lembek.
Berfungsi
untuk
membunuh
siput.
* Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang
berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang
hidup
di
akar).
* Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh
telur.
* Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh
kutu
atau
tuma.
* Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh
ikan.
* Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi
untuk
membunuh
binatang
pengerat,
seperti
tikus.
* Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi
untuk
membunuh
pemangsa
(predator).
* Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh
pohon.
* Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang
daun.
Berfungsi
untuk
membunuh
rayap.
Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya
tidak
menggunakan
akhiran
sida:
perangkap.
belakang.
panen,
digunakan
pada
tanaman
kapas
dan
kedelai.
* Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman
lainnya.
* Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan
mikroorganisme.
* Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan
menghentikan
pertumbuhan
tanaman.
* Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau
hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk
penolak
nyamuk.
* Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik
atau
*
biji
Pengawet
kayu,
biasanya
gulma.
digunakan
pentaclilorophenol
(PCP).
* Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin
dan
hujan.
* Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan
daun.
*
Inhibitor,
zat
untuk
menekan
pertumbuhan
batang
dan
tunas.