Anda di halaman 1dari 3

Definisi Konsentrat

Konsentrat adalah pakan yang mengandung kepadatan nutrien tinggi,


biasanya rendah serat kasar (kandungan serat kasar kurang dari 18% bahan kering)
dan tinggi TDN. Konsentrat dapat mengandung tinggi energi maupun protein
tinggi. Konsentrat dapat diberikan sebagai pakan tunggal atau dicampur dalam
ransum seimbang untuk tujuan produksi tertentu. Ada dua macam konsentrat,
yaitu carbonaceous concentrate dan proteinaceous concentrate. Carbonaceous
concentrate atau pakan sumber energi sangat tinggi kandungan TDN tetapi rendah
protein (8 11%), contohnya adalah biji-bijian sereal (jagung, oat, barley,
gandum).

Proteinaceous

concentrate

atau

bahan

pakan

sumber

protein

mengandung tinggi protein (lebih dari 15%) misalnya bungkil kedelai, bungkil
kacang, canola, biji bunga matahari, bungkil kelapa, tepung ikan (FAO, 1983).
Carbonaceous concentrate. Biji-bijian sereal tergolong sebagai carbonaceous
concentrate karena mengandung tinggi energi, sedangkan kandungan proteinnya
rendah atau sedang. Biji-bijian kecil seperti barley dan oat memiliki nilai energi
sebesar 85 95% jagung, dengan nilai protein yang lebih tinggi dari jagung.
Molasses memiliki nilai energi sebesar 80% dari jagung dan mengandung kadar air
14% lebih tinggi, digunakan untuk meningkatkan palatabilitas dan sebagai carrier
bagi produk lain seperti NPN atau mineral.
Minyak mengandung 2 2,25 kali lipat energi jagung namun hanya boleh
digunakan sedikit dalam ransum ruminansia, penggunaan minyak melebihi 5%
dalam ransum dapat mengganggu fungsi rumen. Hasil samping industri pangan
seperti ampas bir, kulit ari kedelai, dan gluten jagung mengandung energi tinggi
dan protein sedang.

Proteinaceous concentrate.

Contoh konsentrat sumber protein asal tanaman

adalah berbagai bungkil seperti bungkil kedelai, bungkil kapas, dan sebagainya.
Bungkil kedelai adalah sumber protein yang banyak digunakan dalam ransum
berbagai ternak. Kedelai mentah mengandung protein 15% lebih rendah dari
bungkil kedelai namun kandungan lemaknya lebih tinggi.
Tepung bulu tinggi protein namun sebagian besar adalah protein by pass
dan rendah asam amino. Tepung ikan dan tepung daging unggas merupakan bahan
pakan sumber protein asal hewan dengan kandungan protein lebih dari 50% dengan
kandungan asam amino yang cukup lengkap. Tepung daging dan tulang (meat bone
meal) mengandung protein dan mineral yang tinggi, penggunaan MBM dalam
ransum runinansia dihindari di negara-negara maju karena adanya resiko penularan
penyakit sapi gila (mad cow's disease).
Urea adalah sumber NPN (non protein nitrogen) yang baik diberikan bagi
ruminansia dengan kadar 1 3% dari campuran konsentrat. Pemberian urea harus
disertai dengan bahan pakan sumber energi yang cepat tersedia bagi rumen. Urea
banyak digunakan dalam amoniasi produk hasil samping pertanian, misalnya
jerami, atau ditambahkan langsung dalam ransum untuk meningkatkan kadar
protein kasar (Hall et al., 2009).
Mutu Konsentrat
Konsentrat biasanya disusun dari bahan-bahan yang berbentuk bijian yang
umumnya memiliki nilai nutrisi lebih baik dibandingkan dengan rumput. Kandungan
nutrisinya

yang

tinggi

menyebabkan

konsentrat

mudah

sekali

mengalami

penyusutan. Penyusutan ini dapat berupa penyusutan kualitatif dan penyusutan


kuantitatif. Penyusutan kualitatif adalah kerusakan yang terjadi akibat perubahan

biologi (mikroba, serangga, tungau dan respirasi), perubahan fisik (tekanan,


getaran, suhu dan kelembaban) serta perubahan kimia dan biokimia (reaksi
pencoklatan, ketengikan, penurunan nilai gizi dan aspek keamanan terhadap
kesehatan ternak). Penyusutan kuantitatif adalah kehilangan jumlah atau
bobot hasil pertanian karena penanganan pascapanen yang tidak memadai dan
adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga dan tikus).
Penyusutan ini erat kaitannya dengan lama waktu penyimpanan (Krisnan, 2008).
Fahrenholz, C. 1996. Cereal Grains and By-Products: What's in Them and How Are They
Processed? (halaman 57-70). SmithKline Beecham, Pennsylvania.
FAO. 1983. The Use of Concentrate Feeds in Livestock Production Systems.
Hall, J.B., W.W. Seay, dan S.M. Baker. 2009. Nutrition and Feeding of the Cow-Calf Herd:
Essential Nutrients, Feed Classification and Nutrient Content of Feeds. Virginia
Cooperative Extension Publication 400-011. Virginia State University, Virginia.
Krisnan, R. 2008. Perubahan karakteristik fisik konsentrat domba selama penyimpanan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008 : 491 497.
Pathak, N. 1997. Textbook of Feed Processing Technology Manufacturing Association, Inc.
Arlington, Virginia.
Rooney, L.W. dan R.L.R. Pflugfelder. Factors affeting starch digestibility with special
emphairs on sorghum and corn Journal of Animal Science 63 (5) : 1607-1623.
Schroeder, J.W. dan C.S. Park. 2010. Using a Total Mived Ration for Dairy Cows. North
Dakota State University Extension Service (NDSU).
Soeharsono,. 2004. Laporan Pengkajian Sistem Usaha Tani Integrasi Tanaman Ternak di
Lahan Kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Sunarso, L.K Nuswantara, A. Setiadi dan Budiyono. 2011. The Performance of Beef Cattle
Fed by Complete Feed. International Journal of Engineering & Technology IJETIJENS 11 (1) : 196 199.
Weurding, R.E., A.Veldman, W.Veen, P.J. van der Aar dan W.A. Verstegen. 2001. Starch
digestion rate in the small intestine of broiler chickens differs among feedstuffs. The
Journal of Nutrition 131(9) : 2329-2335.

Wright, T. dan R. Lackey. 2008. Drfinition of Feed Manufacturing and Livestock Nutrition
Terms. Ontario Ministry of Agriculture, Food, and Rural Affairs.

Anda mungkin juga menyukai