Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
angka kematian bayi (AKB) di indonesia adalah 32 per 1 000 kelahiran hidup.
Angka tersebut masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs)
pada tahun 2015 yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
SDKI Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi penyumbang AKB cukup besar
sebanyak 30 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut Sacrapu (2011) di negara berkembang termasuk Indonesia
angka kesakitan dan kematian masih menjadi masalah utama. Faktor penyebab
kematian bayi paling tinggi adalah Badan Lahir Rendah sebanyak (29%) dari
1.000 kelahiran hidup.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Maryunani (2009)
data Berat Berat Lahir Rendah (BBLR) dirincikan sebanyak 17% dari 25 juta
persalinan pertahun di dunia dan hampir semua terjadi di negara berkembang.
Indonesia merupakan negara di kawasan ASEAN dengan kejadian BBLR
cukup tinggi yaitu sebanyak 10,5% dari 1.000 kelahiran hidup.
Proverawati (2010) berat badan merupakan ukuran antropometri yang
sering diterapkan pada bayi baru lahir. Berat badan digunakan sebagai acuan
untuk mendiagnosa apakah bayi baru lahir termasuk kedalam golongan bayi
normal atau BBLR.

Bayi dalam klasifikasi BBLR apabila beratnya dibawah 2500 gram atau
2,5 kg. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan. (Proverawati, 2010)
Pada BBLR banyak sekali resiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh,
oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi
BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk
bila berat badan semakin rendah. Kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan
intrakranial, hipoglikemia. Apabila hidup sering akan dijumpai kerusakan
syaraf, gangguan bicara, tingkat kecerdasan rendah. Prognosis ini juga
tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua, perawatan pada
saat kehamilan, persalinan dan postnatal, pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi,

makanan,

pencegahan

infeksi,

asfiksia,

hiperbilirubinemia,

hipoglikemia dan lain lain (Proverawati, 2010)


Penatalaksanaan pada bayi BBLR menurut Pantiawati, (2010) meliputi
medika mentosa, diatetik, suportif dan pemantauan. Untuk melengkapi
penatalaksanaan

tersebut

maka

diperlukan

terapi

pelengkap

untuk

meningkatkan berat badan bayi dan perubahan fisiologis agar komplikasi pada
bayi BBLR tidak memburuk.
Kini banyak para ahli yang telah mengemukakan bahwa terapi musik
klasik dan murottal merupakkan salah satu terapi pelengkap (Complementary
Medicine) dalam penatalaksanaan untuk meningkatkkan berat badan serta

memberikkan dampak positif terhadap respon fisiologis pada bayi. Diantara

para ahli yang berpendapat bahwa terapi musik klasik dan murottal memiliki
manfaat terhadap peningkatan berat badan bayi dan respon fisiologis
diantaranya yaitu penelitian yang dilakukkan oleh Caine (1991) penelitian ini
mengemukakan bahwa musik bermanfaat untuk mengurangi kehilangan berat
badan, meningkatkkan berat badan harian, meningkatkan pemasukkan formula
dan kalori, menurunkan lama hari rawat, menurunkan prilaku stress pada bayi.
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kulitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan
gaya yang terorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2010).
Eskandari et al (2012) dalam penelitiannya berjudul: Quran Recitation:
Short-Term Effects and Related Faktors in Preterm Newborn bertujuan untuk
mengetahui pengaruh bacaan ayat suci Al-Quran terhadap respon fisiologis bayi
baru lahir prematur yang dilakukan di Iran. Penelitian dilakukan pada 120 bayi
baru lahir prematur di sebuah rumah sakit secara acak dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Bacaan Al-Quran
surat Yusuf ayat 7-23 oleh Shahhat Mohammad Anvar diperdengarkan melalui
headphone dengan kisaran volume 50-60 dB pada kelompok eksperimen dengan
durasi 20 menit. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran sebelum intervensi, 10
menit intervensi, 20 menit intervensi, dan 10 menit setelah intervensi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa bacaan Al Quran dapat mempengaruhi saturasi
oksigen, pernapasan, dan denyut jantung .

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Gunung Jati


kota Cirebon menunjukkan bahwa angka kejadian BBLR masih cukup tinggi
tercatat pada tahun 2010 sebanyak 369 kasus dari 1.923 kelahiran hidup, 2011
sebanyak 296 kasus dari 1.884 kelahiran hidup, 2012 sebanyak 291 kasus dari
1.815 kelahiran hidup, 2013 sebanyak 283 kasus dari 1.958 kelahiran hidup,
dan pada tahun 2014 sebanyak 303 kasus dari 2.246 kaelahiran hidup. (Buku
laporan BBLR Ruang Perinatologi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, 2014).
Selain itu, peneliti pun melakukkan wawancara kepada narasumber yang
merupakkan CI ruang Perinatologi, bahwa terapi musik klasik dan terapi
murottal belum dikembangkan sebagai salah satu terapi komplementer dalam
merangsang pertumbuhan dan perkembangan bayi BBLR.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut diketahui bahwa terapi musik dan
murottal memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan berat badan dan
respon fisiologis pada bayi BBLR sehingga peneliti merasa tertarik untuk
melakukkan penelitian tentang perbedaan antara terapi musik klasik dan
murottal terhadap peningkatan berat badan dan respon fisiologis pada bayi
BBLR. Oleh karena itu peneliti mengambil judul Perbedaan antara terapi
musik klasik dengan terapi murottal terhadap berat badan dan respon fisiologis
pada bayi BBLR di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Januari 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti dapat


membuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan
antara terapi musik klasik dengan terapi murottal Al-Quran terhadap
perubahan tingkat Dismenore pada mahasiswi Program Studi SI Ilmu
Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kuningan tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan rerata antara terapi musik klasik
dengan terapi murottal terhadap perubahan tingkat Dismenore pada
mahasiswi Program Studi SI Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan tahun
2015
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui rarata perubahan tingkat dismenore sebelum
dan setelah pada terapi musik klasik pada mahasiswi Program
Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kuningan tahun 2015.

b. Untuk mengetahui rarata perubahan tingkat dismenore sebelum


dan setelah pada terapi murottal pada mahasiswi Program Studi
Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
tahun 2015.

c. Untuk mengetahui perbedaan rarata perubahan tingkat dismenore


sebelum dan setelah pada terapi murottal pada mahasiswi Program
Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kuningan tahun 2015.
d. Untuk mengetahui perbedaan rarata perubahan tingkat dismenore
sebelum dan setelah pada terapi murottal pada mahasiswi Program
Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kuningan tahun 2015.
e. Untuk mengetahui perbedaan rerata antara perubahan tingkat
dismenore dengan terapi murottal terhadap rerata perubahan
tingkat dismenore pada pada mahasiswi Program Studi Ilmu
Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan tahun
2015.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bidang
keilmuan keperawatan dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya mengenai perbedaan musik klasik dengan terapi
murottal terhadap perubahan tingkat dismenore.
2. Manfaat Praktis
a. Melalui penelitian ini diharapkan menjadi alternatif terapi
kompementer dan terapi non-farmakologi untuk menurunkan
intensitas nyeri haid.

b. Mempromosikan kepada masyarakat beragama terapi mana yang


paling efektif untuk menurunkan intensitas nyeri haid.
c. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi perawat
dalam melakukan intervensi mandiri pada asuhan bayi BBLR,
sehingga intervensi yang diberikan berdasarkan pembuktian ilmiah.
d. Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan
untuk meyusun kebijakan standar asuhan bayi BBLR di ruang
perinatologi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai