Anda di halaman 1dari 12

Edutech, Volume 3, No.

3, Oktober 2015

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PRINSIP ANDRAGOGI


DENGAN SIKAP WIDYAISWARA DALAM PEMBELAJARAN
Correlation Between Application of Andragogy Principles with Lecturers Attitude in The
Learning Activity (Correlational Descriptive Study In lecturer at Bandung PPPPTK IPA).

Silmi Fitriani
Zainal Arifin1
Laksmi Dewi2

Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu


Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia,
silmi.fitriani@student.upi.edu
ABSTRAK
Pendidikan andragogi meliputi segala macam bentuk pengalaman belajar, yang dibutuhkan
oleh orang dewasa dari intensitas keikutsertaannya dalam proses belajar hingga sampai
peningkatan kompetensi yang dimilikinya, serta tidak dapat disamakan dengan pendidikan
anak di sekolah atau bisa disebut sebagai pendidikan pedagogik. Guna mencapai hasil
proses pembelajaran orang dewasa yang baik, perlu dilihat beberapa faktor yang
mempengaruhi kesungguhan orang dewasa dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara penerapan prinsip andragogi dengan sikap widyaiswara
dalam pembelajaran pada aspek empathy, aspek respect, dan aspek commitment. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen
yang digunakan angket. Teknik sampling yang digunakan yaitu random sampling, jumlah
sampel penelitian sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil data yang telah diperoleh, maka
kesimpulan umum dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara penerapan prinsip andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran. Kedua variabel antara penerapan prinsip andragogi dengan sikap
widyaiswara dalam pembelajaran saling mempengaruhi satu sama lain dari setiap aspek
pada prinsip andragogi dengan aspek pada sikap widyaiswara dalam pembelajaran yaitu
dari segi aspek empathy, respect, dan commitment, keduanya saling berkaitan guna
menciptakan proses pembelajaran orang dewasa bagi para peserta diklat.
Kata Kunci: Pendidikan Orang Dewasa, Penerapan Prinsip Andragogi, Sikap
Widyaiswara dalam Pembelajaran.

Penulis Penanggung Jawab 1


1

Silmi Fitriani, Zainal Arifin, Laksmi Dewi


HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PRINSIP ANDRAGOGI DENGAN SIKAP
WIDYAISWARA DALAM PEMBELAJARAN
2

Penulis Penanggung Jawab 2


Abstract

Andragogy education covering all forms of learning experiences, which are required by
adults from the intensity of its participation in the learning process up to increase its
competence, and can not be equated with the education of children in school, or can be
called as a pedagogic education. In order to achieve the results of the process of adult
learning is good, need to be several factors that influence the seriousness of adults in
learning. This study aims to determine the relationship between the application of the
principle andragogi with the attitude of lecturers in teaching on aspects of empathy,
respect aspects, and aspects of the commitment. This study uses a correlational study with
a quantitative approach. The instrument used questionnaire. The sampling technique was
random sampling, number of samples were 30 people. Based on the results of the data that
has been obtained, the general conclusion of this research shows that there is a positive
and significant correlation between the application of andragogy principle with lecturers
attitude in the learning activity. Both variables between the application of andragogy
principle with lecturer attitudes in the learning activity influence each other in every
aspect of the andragogy principle with aspects of lecturers attitude in the learning activity,
namely in terms aspects of empathy, respect, and commitment, both are interrelated in
order to create the adult learning process for the training participants.
Keywords: Adult Education, Lectures attitude in the Learning Activity, Andragogy
Principles.

Edutech, Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Pada masa saat ini, sejalan dengan


adanya perkembangan globalisasi serta
ilmu pengetahuan yang tentunya sudah
semakin sangat pesat menimbulkan bahwa
semakin banyaknya dibutuhkan sumber
daya
manusia yang handal serta
berkompeten dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan ruang lingkup pekerjaan
yang beragam. Oleh karena itu banyaknya
lembaga pendidikan dan pelatihan guna
meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia. Lembaga yang menyelenggarakan
suatu kegiatan program pendidikan dan
pelatihan tentunya harus memiliki tahapan
dalam proses penyelenggaraan diklat.
Dimulai dari perencanaan program diklat,
proses program diklat hingga pada evaluasi
program diklat.
Keberhasilan suatu program diklat
tentunya akan berjalan dengan baik dan
benar apabila terdapat widyaiswara dan
peserta diklat. Widyaiswara sendiri
merupakan pemateri atau pengajar yang
akan memberikan ilmu pengetahuan dilihat
dari sejauh mana kebutuhan peserta diklat
dalam bidang pekerjaan yang sedang
dijalani oleh peserta diklat. Widyaiswara
sendiri mempunyai peran penting dalam
lembaga
diklat,
karena
melalui
widyaiswaralah transfer ilmu dilakukan
yang tentunya berguna untuk menambah
pengetahuan
dan
meningkatkan
keterampilan para peserta diklat, serta
membantu
peserta
diklat
memiliki
kecakapan, sikap dan kepribadian yang
sesuai dengan persyaratan dalam jabatan
yang sedang atau akan dijabat olehnya.
Suatu proses pendidikan dan pelatihan
akan timbul terjadinya hubungan timbal
balik secara terus menerus antara
widyaiswara atau pelatih dengan para
peserta diklat. Menurut Hamalik (2003,
hlm. 8) hubungan timbal balik antara
pelatih dan peserta merupakan suatu
instrumen
yang
efektif
untuk
mentransmisikan
keterampilan

-keterampilan.
Keterampilan
yang
ditransmisikan secara efektif tersebut
tentunya harus dikuasai terlebih dahulu oleh
widyaiswara.
Widyaiswara memberikan pengetahuan
dan peserta diklat memberi umpan balik,
dengan cara merespon hasil transfer ilmu
yang telah diberikan dan mengaplikasikan
pada
kesehariannya
agar
semakin
berkompeten.
Widyaiswara
sendiri
memiliki kompetensi yang harus dimiliki
seperti yang dikemukakan dalam Peraturan
Kepala Lembaga Administrasi Negara
Nomor 6 Tahun 2008 BAB IV tentang
standar kompetensi widyaiswara yaitu
kompetensi pengelolaan pembelajaraan,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi substantif. Salah satu poin
dari kompetensi pengelolaan pembelajaran
yaitu widyaiswara diharuskan untuk
menerapkan pembelajaran orang dewasa
atau bisa dikatakan sebagai pendidikan
andragogi.
Pendidikan andragogi dapat diartikan
sebagai keinginan untuk belajar dan
menambah pengalaman belajar bagi orang
dewasa secara berkelanjutan dan sepanjang
hidup. Belajar untuk orang dewasa dapat
diasumsikan dengan bagaimana bertanya
dan mencari jawabannya untuk diarahkan
bagi diri pribadi. Seperti yang dikemukakan
oleh Bryson (dalam Suprijanto, 2008, hlm.
13) bahwa pendidikan orang dewasa
adalah semua aktivitas pendidikan yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam
kehidupan
sehari-hari
yang
hanya
menggunakan
sebagian
waktu
dan
tenaganya untuk mendapatkan tambahan
intelektual. Hal tersebut dianggap berperan
penting untuk diterapkan oleh widyaiswara
karena peserta diklat yang merupakan orang
dewasa dan berbeda dengan anak sekolah,
oleh karena itu widyaiswara diharapkan
mampu mengemas proses pembelajaran
secara sedemikian rupa sehingga tercipta
3

Silmi Fitriani, Zainal Arifin, Laksmi Dewi


HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PRINSIP ANDRAGOGI DENGAN SIKAP
WIDYAISWARA DALAM PEMBELAJARAN

pembelajaran
yang
sesuai
dengan
kebutuhan peserta diklat.
Seorang widyaiswara selain itu pula
harus pandai dalam bersikap dan
berperilaku. Widyaiswara harus mempunyai
moral dan etika yang baik dalam proses
pembelajaran. Sikap widyaiswara dalam
memberikan materi kepada peserta diklat
akan memiliki pengaruh dalam proses
pembelajaran yang berlangsung, serta dapat
menjadi tolak ukur kepuasan peserta diklat
dalam menerima pengetahuan yang
diberikan widyaiswara. Sebagai salah satu
tenaga kediklatan, widyaiswara harus
mampu menjadi seorang fasilitator yang
baik serta dapat menjadi panutan atau
contoh bagi para peserta diklat untuk
bersikap arif dan bijaksana, karena
widyasiwara dituntut mampu untuk
membimbing dan menjadikan seseorang
menjadi lebih pintar dalam berpikir dan
bertindak. Menurut William P. Golden Jr
(dalam Lunandi, 1993, hlm. 17)
mengemukakan beberapa sikap mental
yang dianggapnya tepat untuk para
pengajar, diantaranya yaitu empathy,
kewajaran, respect, commitment, mengakui
kehadiran orang lain dan membuka diri.
Melihat permasalahan yang sedang
terjadi yang berkaitan dengan penerapan
prinsip
andragogi
dengan
sikap
pembelajaran yang sebaiknya diterapkan
oleh widyaiswara bahwa sudah sebagian
widyaiswara
sudah
menerapkan
pembelajaran andragogi, namun memang
masih saja ada beberapa widyaiswara
belum sepenuhnya melakukan penerapan
pembelajaran
andragogi,
sehingga
terkadang ada widyaiswara yang diprotes
oleh peserta diklat mengapa memberikan
pembelajaran seperti layaknya kepada
siswa sekolah tingkat menengah, bukan
seperti kepada seorang pebelajara yang
pada dasarnya memang adalah orang
dewasa. Selain itu pula, karakteristik
peserta diklat harus dipahami oleh
widyaiswara sebab peran peserta diklat
dalam proses pembelajaran sangat dominan,
namun hanya beberapa widyaiswara saja

yang memperhatikan bagaimana kondisi


atau karakteristik dari peserta diklat
sedangkan widyaiswara yang lainnya
berpikir bahwa yang terpenting adalah
materi ajar atau materi diklat sudah
tersampaikan dengan baik.
Berdasarkan permasalahan yang telah
dijelaskan
di
atas
maka
peneliti
memfokuskan
diri
untuk
mengkaji
mengenai hubungan antara penerapan
prinsip
andragogi
dengan
sikap
widyaiswara dalam pembelajaran. Terdapat
beberapa hal yang menjadi aspek pengukur
dalam
sikap
widyaiswara
dalam
pembelajaran, diantaranya yaitu empathy,
respect dan commitment. Secara umum
tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara penerapan
prinsip
andragogi
dengan
sikap
widyaiswara dalam pembelajaran. Lebih
terfokus lagi untuk mengetahui mengetahui
hubungan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran
pada
aspek
empathy,
mengetahui hubungan antara penerapan
prinsip
andragogi
dengan
sikap
widyaiswara dalam pembelajaran pada
aspek respect dan mengetahui hubungan
antara penerapan prinsip andragogi dengan
sikap widyaiswara dalam pembelajaran
pada aspek commitment.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasional dengan pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian dalam penelitian ini
menggunakan
metode
korelasional.
Menurut Arifin (2011, hlm. 48), penelitian
korelasional
yang
bertujuan
untuk
melakukan pengukuran sejumlah variabel
dan menghitung koefisien korelasi (r)
antara variabel-variabel tersebut guna
menguji hipotesis, agar dapat ditentukan
variabel-variabel mana yang berkorelasi.
Tujuan peneliti menggunakan metode
deskriptif korelasional untuk mengetahui
hubungan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam

Edutech, Volume 3, No. 3, Oktober 2015

pembelajaran. Populasi dalam penelitian ini


adalah seluruh widyaiswara di PPPPTK IPA
Bandung. Teknik sampling yang digunakan
yaitu random sampling. Menurut Arifin
(2011,
hlm.
217)
memaparkan
bahwa,random sampling yaitu cara
pengambilan sampel secara acak (random),
dimana
semua
anggota
populasi
mendapatkan kesempatan atau peluang
yang sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel, karena sampel yang digunakan
diambil secara acak tanpa melihat tingkatan
usia, jenis kelamin ataupun cluster,
sehingga sampel yang diperoleh sebanyak
30 responden.
Instrumen yang digunakan yaitu angket
dengan jenis angket tertutup dan
menggunakan 4 skala. Penyusunan
instrumen sendiri dilakukan dengan

membuat kisi-kisi angket, melakukan


expert judgement dan melakukan uji coba
validitas empirik dan uji coba reliabilitas.
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan
pengolahan data untuk mengetahui hasil
dari penelitian dengan cara menghitung
skor penelitian, melakukan analisis korelasi
dengan
menggunakan
teknik
rank
spearman dan menguji tingkat signifikansi
juga
menjawab
hipotesis
dengan
menggunakan uji t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari pengolahan data
yang diperoleh dari lapangan, untuk
memecahkan permasalahan secara umum
pada angket penerapan prinsip andragogi
dan angket sikap widyaiswara dalam
pembelajaran yaitu sebagai berikut.

Tabel 1
Jumlah Skor Angket Penerapan Prinsip Andragogi dan Sikap Widyaiswara dalam
Pembelajaran
No

Variabel

1
2

Penerapan Prinsip Andragogi


Sikap Widyaiswara dalam
Pembelajaran

Selanjutnya
dilakukan
analisis
korelasi untuk mengetahui hubungan antara
penerapan prinsip andragogi

Persentas
e
80,31 %

Kategori
Sangat Baik

86,75 %

Sangat Baik

dengan
sikap
widyaiswara
pembelajaran, diperoleh hasil
berikut.

dalam
sebagai

Tabel 2
Uji Korelasi Penerapan Prinsip Andragogi dengan Sikap Widyaiswara dalam
Pembelajaran
Correlations
Penerapan
Prinsip
Andragogi
Spearman's rho

Penerapan
Prinsip
Andragogi
Sikap
Widyaiswara

Sikap
Widyaiswara
dalam
Pembelajaran

Correlation Coefficient

1,000

,849**

Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)

.
30
,849**
,000

,000
30
1,000
.

Silmi Fitriani, Zainal Arifin, Laksmi Dewi


HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PRINSIP ANDRAGOGI DENGAN SIKAP
WIDYAISWARA DALAM PEMBELAJARAN
dalam

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui


bahwa hasil uji korelasi antara variabel X
(penerapan prinsip andragogi) dengan
variabel Y (sikap widyaiswara dalam
pembelajaran) adalah sebesar 0,849 dengan
tingkat korelasi termasuk kategori sangat
kuat., maka terdapat hubungan antara
penerapan prinsip andragogi dengan sikap
widyaiswara
dalam
pembelajaran.
Selanjutnya dilakukan uji signifikansi
dengan uji t untuk mengetahui hubungan
kedua variabel tersebut signifikan atau tidak
serta mengetahui apakah hipotesis diterima
atau ditolak. Adapun hipotesis dari
penelitian ini adalah:
Hipotesis Nol

30

30

H0 : = 0
Tidak terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran.
Hipotesis Kerja
H1 : 0
Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran.
Data yang digunakan pada uji hipotesis
adalah jumlah skor keseluruhan antara
variabel X dan variabel Y. Hasil pengujian
hipotesis umum secara keseluruhan tersebut
adalah sebagai berikut:

Tabel 3
Hasil Uji Signifikansi Hipotesis Umum
Variabel
Penerapan Prinsip Andragogi
dengan Sikap Widyaiswara
dalam Pembelajaran
Setelah dilakukan perhitungan uji t,
maka diperoleh nilai thitung sebesar 8,507 dan
nilai ttabel dengan = 0,05 dan n = 30 adalah
sebesar
2,048.
Hasil
pengujian
menerangkan bahwa thitung > ttabel atau 8,507
> 2,048, maka dapat dikatakan H0 ditolak
dan H1 diterima, maka dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran. Berikut adalah kurva dari uji
hipotesis variabel penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut Knowles
Malcom menegaskan
seperti yang
dijelaskan dalam Mappa dan Anisah (1994,
hlm. 112) terdapat empat prinsip / asumsi

Nilai Signifikansi
8,507
utama yang membedakan andragogi dengan
pedagogi yaitu:
a. Konsep
diri,
orang
dewasa
membutuhkan kebebasan yang lebih
bersifat pengarahan diri.
b. Pengalaman,
orang
dewasa
mengumpulkan pengalaman yang
makin meluas, yang menjadi sumber
daya yang kaya dalam kegiatan belajar.
c. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa
ingin
mempelajari
bidang
permasalahan yang kini mereka hadapi
dan anggap relevan.
d. Orientasi ke arah kegiatan belajar,
orang dewasa orientasinya berpusat
pada
masalah
dan
kurang
kemungkinannya berpusat pada subjek.

Edutech, Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Pada penelitian ini selanjutnya sikap


widyaiswara pada pembelajaran yang
dimaksud adalah penafsiran yang terdiri
dari aspek
emphaty, respect
dan
commitment pada widyaiswara di lembaga
PPPPTK IPA Bandung.
Suatu proses pembelajaran tentunya
memiliki banyak faktor dalam keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran, salah
satunya adalah sikap dari pengajar itu
sendiri. Sikap mental dan sikap tubuh saling
mempengaruhi satu sama lain. Menurut
William P. Golden Jr (dalam Lunandi, 1993,
hlm. 17) terdapat beberapa sikap mental
yang dianggapnya tepat untuk para
pengajar, diantaranya yaitu sebagai berikut.
a. Empathy
b. Kewajaran
c. Respect
d. Commitment
e. Mengakui kehadiran orang lain.
f. Membuka diri.

pengalaman dari para peserta diklat itu


sendiri sebagai sumber belajar dengan cara
memunculkan pengalaman belajar peserta
diklat pada setiap pertemuan dan
memadukannya dengan materi pelatihan
selama program pembelajaran berlangsung.
Penerapan prinsip andragogi pada
aspek kesiapan untuk belajar, widyaiswara
pada umumnya sudah cukup baik dalam
merencanakan program penagajaran hingga
memberikan petunjuk mengenai tugas
perkembangan dalam artian merupakan
tugas yang mampu mengembangkan
kompetensi atau keahlian peserta diklat
secara berkelompok. Media pembelajaran
yang digunakan pada umumnya tentu
menggunakan alat peraga, serta slide power
point dan modul. Ketiga media tersebut
tentunya selalu digunakan dalam membantu
widyaiswara selama proses pembelajaran.
Namun, terkadang masih ada beberapa
widyaiswara yang mendeskrispsikan tujuan
umum dan memberikan bahan ajar seperti
modul
pada
pertengahan
proses
pembelajaran serta terdapat juga beberapa
widyaiswara yang kurang terampil dalam
menggunakan alat peraga, karena pada
umunya peserta diklat merupakan para guru
IPA dari segala jenjang sehingga
widyaiswara tentunya dituntut untuk ahli
dan mahir dalam menggunakan alat peraga.
Aspek orientasi terhadap belajar pada
penerapan prinsip andragogi diperoleh hasil
bahwa widyaiswara selalu bersikap sebagai
seorang fasilitator berkaitan dengan sikap
widyaiswara dalam pembelajaran yaitu
bersikap respect dan berkomitmen dalam
menjalani proses pembelajaran. Selain itu
pula
widyaiswara
lebih
sering
mengutamakan peserta diklat dalam
mencari informasi pada materi yang sedang
dipelajari
dan
dominan
melibatkan
partisipasi
peserta
diklat
dalam
mengemukakan pendapatnya dan sering
melakukan sesi tanya jawab guna
memunculkan keaktifan setiap peserta
diklat dan agar tentunya berbagi
pengalaman belajar yang telah mereka
alami. Seperti dalam Arif (1994, hlm. 3)

Berdasarkan data yang diperoleh


peneliti dan berkaitan dengan teori di atas
didapat hasil bahwa widyaiswara dalam
menerapkan prinsip andragogi dari aspek
konsep diri mampu menciptakan iklim
belajar yang sesuai dengan keadaan orang
dewasa baik itu dari segi tempat maupun
peralatan belajar yang digunakan, sehingga
para peserta diklat merasa nyaman dalam
melakukan proses pembelajaran. Sejalan
dengan hal tersebut berkaitan dengan sikap
widyaiswara
dalam
pembelajaran,
widyaiswara bersikap empati dengan selalu
memperhatikan bagaimana mood dari
peserta diklat itu sendiri guna menciptakan
iklim belajar yang menyenangkan. Selain
itu widyaiswara selalu melibatkan peserta
diklat dalam mendiagnosis apa saja
kebutuhan belajarnya guna membuat
mereka selalu termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran, tentu saja semua hal
tersebut sudah sepenuhnya sejalan dengan
aspek konsep diri dalam asumsi andragogi
itu sendiri.
Widyaiswara
selanjutnya
sudah
terbilang sangat baik dalam menggunakan
7

Silmi Fitriani, Zainal Arifin, Laksmi Dewi


HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PRINSIP ANDRAGOGI DENGAN SIKAP
WIDYAISWARA DALAM PEMBELAJARAN

bahwa, dalam andragogi terdapat suatu


asumsi yang mengemukakan bahwa
seorang guru tidak dapat mengejar dalam
arti membuat seseorang belajar, tetapi
seseorang hanya dapat membantu orang
lainnya belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua variabel antara penerapan
prinsip
andragogi
dengan
sikap
widyaiswara dalam pembelajaran saling
mempengaruhi satu sama lain dari setiap
aspek pada prinsip andragogi dengan aspek
pada
sikap
widyaiswara
dalam
pembelajaran keduanya saling berkaitan

guna menciptakan proses pembelajaran


orang dewasa bagi para peserta diklat.
Analisis korelasi dan uji signifikansi
secara khusus yaitu hubungan antara
penerapan prinsip andragogi dengan sikap
widyaiswara dalam pembelajaran pada
aspek empathy (Y1), hubungan antara
penerapan prinsip andragogi dengan sikap
widyaiswara dalam pembelajaran pada
aspek respect (Y2), dan hubungan antara
penerapan prinsip andragogi dengan sikap
widyaiswara dalam pembelajaran pada
aspek respect (Y3). Berikut adalah hasil dari
perolehan data.

Tabel 4
Analisis Hubungan Antara Penerapan Prinsip Andragogi (Variabel X) dengan Sikap
Widyaiswara dalam Pembelajaran (Variabel Y)
No
1
2
3

Aspek
Empathy
Respect
Commitment

Korelasi
0,780
0,733
0,826

Kategori
Kuat
Kuat
Sangat Kuat

Tabel 5
Hasil Uji Signifikasi Hipotesis Secara Khusus
No
1

Aspek
Empathy

Respect

Commitment

Signifikansi
6,592
5,702
7,748

Kategori
H0 = ditolak
H1 = diterima
H0 = ditolak
H1 = diterima
H0 = ditolak
H1 = diterima

a. Hubungan
Penerapan
Prinsip
Andragogi
dengan
Sikap
Widyaiswara dalam Pembelajaran
pada Aspek Empathy

dan menyatu dengan peserta diklat guna


memahami
dan
memaknai
setiap
pengalaman belajar dari para peserta diklat
itu sendiri.

b. Penerapan prinsip andragogi dalam


proses pembelajaran pada program diklat,
akan berpengaruh terhadap sikap empati
widyaiswara dalam mengajar para peserta
diklat karena widyaiswara dituntut untuk
melihat situasi atau kondisi dari setiap
peserta diklat. Selain itu pula berkaitan
dengan salah satu prinsip andragogi yaitu
pengalaman, widyaiswara akan membaur

c. Seperti yang dikemukakan menurut


William P. Golden Jr (dalam Lunandi,
1993, hlm. 17) bahwa sikap empati dalam
proses pembelajaran dapat dilakukan
dengan cara diantaranya sebagai berikut.
a. Mencoba melihat situasi sebagaimana
mereka melihatnya.

Edutech, Volume 3, No. 3, Oktober 2015

b. Mengadaptasikan kerangka acuan,


serta berada dan bersatu dengan
peserta didik.
c. Membiarkan diri sendiri menyatu
dalam pengalaman para peserta didik
sebari
merenungkan
makna
pengalaman itu sambil menekan
penilaian selaku pengajar selanjutnya
lalu mengkomunikasikan pengertian
tersebut.
d. Bersifat manusiawi dan tidak bereaksi
secara mekanis atau memahami
masalah peserta didik hanya secara
intelektual
dan
tentunya
ikut
merasakan apa arti manusia dan
benda bagi peserta diklat.
d.
e. Berdasarkan hasil angket yang
disebar kepada widyaiswara, dapat
dideskripsikan
bahwa
widyaiswara
menerapkan prinsip andragogi selama
proses
diklat
berlangsung
selalu
memperhatikan kondisi para peserta
diklatnya hal tersebut berkaitan dengan
salah satu prinsip andragogi yaitu konsep
diri yaitu dengan tujuan agar dapat
menciptakan iklim belajar yang sesuai
dengan keadaan orang dewasa. Akan
tetapi, tak jarang beberapa widyaiswara
tidak terlalu peka terhadap mood peserta
diklat, widyaiswara beranggapan lebih baik
memfokuskan pada materi pelatihan yang
akan diberikan, karena mood
peserta
diklat bisa saja disebabkan akan hal pribadi
yang tidak ada sangkut pautnya dengan
proses pembelajaran.
f. Widyaiswara terbilang sangat baik
dalam memaknai setiap pengalaman
belajar peserta diklat, sehingga menjadikan
pengalaman belajar tersebut dijadikan
sebagai salah satu sumber belajar. Selain
itu pula widyaiswara telah bersikap baik
dengan menyatu dan beradaptasi dengan
peserta diklat serta cukup mampu
memahami setiap permasalahan yang
diangkat oleh peserta diklat selama proses
pembelajaran berlangsung. Akan tetapi
terdapat beberapa widyaiswara yang
menyikapi permasalahan yang diangkat

oleh peserta diklat terkadang


sedikit
menyimpang dari materi yang sedang
diajarkan,
walau
begitu
tentunya
widyaiswara tetap menyikapinya secara
intelektual dan berdasarkan logika yang
benar.
g. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penerapan prinsip andragogi
berkaitan erat dengan sikap widyaiswara
dalam pembelajaran pada aspek empathy,
terutama dari segi konsep diri dan
pengalaman, yang mampu memunculkan
sikap berempati widyaiswara terhadap
peserta diklat selama proses pembelajaran
berlangsung.
h. Hubungan
Penerapan
Prinsip
Andragogi
dengan
Sikap
Widyaiswara dalam Pembelajaran
pada Aspek Respect
i.
Widyaiswara
dalam
menerapkan prinsip andragogi selalu
berpandangan positf kepada para
peserta diklat dengan bersikap ramah
selama
proses
pembelajaran
berlangsung dengan tujuan agar peserta
diklat merasa nyaman dan merasa
senang ketika proses pembelajaran.
Menurut William P. Golden Jr (dalam
Lunandi, 1993, hlm. 18) sikap respect
yang dilakukan oleh widyaiswara dalam
proses
pembelajaran
diantaranya
sebagai berikut.
a. Mempunyai
pandangan
positif
terhadap peserta.
b. Mengkomunikasikan
penuh
kehangatan dan perhatian.
c. Menerima orang lain dengan
penghargaan penuh.
d. Menghargai perasaan, pengalaman
dan kemampuan peserta didik dan
tentunya menghargai pengalaman
dan perasaan diri sendiri.
j. Komunikasi widyaiswara dalam
menyampaikan materi pun terbilang sudah
sangat baik, tentunya dengan menerapkan
cara mengajar pendidikan untuk para orang
dewasa. Widyaiswara pada umumnya
9

Silmi Fitriani, Zainal Arifin, Laksmi Dewi


HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PRINSIP ANDRAGOGI DENGAN SIKAP
WIDYAISWARA DALAM PEMBELAJARAN

menguasai teknik berkomunikasi yang


baik.
Tak
jarang
mereka
selalu
menghidupkan suasana belajar di kelas
dengan selingan humor, agar proses
pembelajaran terkesan menyenangkan dan
tidak monoton. Widyaiswara selain itu pula
berkomunikasi dengan peserta diklat
dengan cara menyadap pengalaman belajar
peserta diklat, dalam artian peserta diklat
dituntut untuk mengangkat pengalaman
belajar yang telah dilaluinya yang tentunya
berkaitan dengan materi pelatihan yang
sedang
berlangsung
dengan
cara
melakukan sesi tanya jawab yang
mengutamakan agar peserta diklat lebih
dominan
dalam
mengemukakan
pendapatnya, sehingga widyaiswara hanya
sebagai seorang motivator dan fasilitator
saja.
k. Namun terdapat pula beberapa
widyaiswara yang terkadang monoton
dalam menyampaikan materi ajar kepada
para peserta diklat dan terkadang suka
menanggapi pernyataan atau komentar dari
peserta diklat dengan sedikit mengomel
atau emosional. Walau begitu tujuan dari
widyaiswara tetaplah baik, yaitu guna
meluruskan argumen tersebut apabila
memang menyimpang atau tidak sesuai
dengan materi pelatihan yang sedang
dibahas dalam pertemuan. Widyaiswara
tetaplah akan selalu menghargai pendapat
yang dikemukakan oleh peserta diklat,
karena tujuan widyaiswara adalah untuk
memberi
materi
pelatihan
guna
meningkatkan
dan
mengembangkan
kompetensi para peserta diklat, sehingga
dalam proses pembelajaran bukanlah untuk
selalu beradu argumen apabila selalu
muncul argumen atau pendapat yang tidak
sesuai dengan materi pelatihan yang
sedang diberikan.
l. Penjelasan
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa widyaiswara dalam
menerapkan prinsip andragogi akan
berpengaruh dalam bersikap dari segi
aspek respect selama proses pembelajaran
di setiap program diklat. Hal tersebut dapat
dilihat ketika widyaiswara bersikap respect

akan berpengaruh pula terhadap penerapan


prinsip widyaiswara, terutama pada aspek
pengalaman dan orientasi terhadap belajar.
Seperti yang dikemukakan Knowles
(dalam Mappa, 1994, hlm. 125) bahwa,
...fasilitator
menerima
dan
memperlakukan peserta belajar sebagai
manusia yang memiliki harga diri.
Dengan demikian sejalan dengan teori
tersebut, widyaiswara sudah seharusnya
untuk saling menghargai satu sama lain
dengan peserta diklat. Walau widyaiswara
memiliki tingkat yang lebih tinggi karena
sebagai seorang yang mentransfer ilmu dan
membantu
mengembangkan
dan
meningkatkan kompetensi peserta diklat,
akan tetapi sikap respect sangat diperlukan
agar menimbulkan kesan sebagai seorang
pengajar yang profesional.
m. Hubungan
Penerapan
Prinsip
Andragogi
dengan
Sikap
Widyaiswara dalam Pembelajaran
pada Aspek Commitment
n.
Widyaiswara
sebagai
seorang pengajar tentunya dituntut
untuk bersikap komitmen. Menurut
William P. Golden Jr (dalam Lunandi,
1993, hlm. 17) adapun sikap komitmen
yang dapat dilakukan widyaiswara
dalam proses pembelajaran diantaranya
sebagai berikut.
a. Menghadirkan diri secara total
dalam proses pembelajaran.
b. Siap menyertai kelompok belajar
dalam segala keadaan.
c. Mengakui secara jujur apabila
merasa bosan atau pikiran
melayang
jauh
ketika
menyampaikan materi ajar.
d. Selalu melibatkan diri dalam
suka duka kelompok belajar.
e. Menempatkan
diri
sebagai
seorang motivator bukan hanya
sebagai seorang pemberi ilmu
pengetahuan.
o. Sikap commitment ditunjukkan
widyaiswara dengan selalu menghadirkan

Edutech, Volume 3, No. 3, Oktober 2015

diri atau jarang untuk absen dalam


memberi materi ajar selama program diklat
berlangsung, bersikap tidak diskriminatif
dengan selalu membagi perhatian kepada
seluruh peserta diklat. Misalnya saja ketika
sesi tanya jawab berlangsung, widyaiwara
tidak hanya terfokus pada peserta diklat
yang selalu aktif di kelas saja, akan tetapi
widyaiswara juga memfokuskan pada
peserta diklat yang bersikap pasif dengan
cara bertanya materi yang telah diajarkan
atau dengan cara menyadap pengalaman
belajar peserta diklat tersebut. Sehingga
dengan begitu peserta diklat yang bersikap
pasif dapat mengemukakan pendapatnya,
bukan hanya mendengar dan menerima
materi yang diberikan. Terlebih lagi
apabila dalam materi pelatihan yang
dituntut untuk melakukan praktek,
widyaiswara memberikan kesempatan
kepada seluruh peserta diklat untuk
melakukan praktek atau uji coba agar
mereka menjadi lebih paham serta
mengamati peserta diklat mana yang
kurang aktif selama proses praktek
berlangsung agar turut berpatisipasi dan
menjadi lebih aktif karena tujuan
widyaiswara
sendiri
adalah
untuk
meningkatkan kompetensi peserta diklat
sesuai dengan bidang yang sedang
dijalaninya.
p. Berkaitan dengan teori di atas yang
menyatakan bahwa seorang widyaiswara
dapat menempatkan diri sebagai seorang
motivator bukan hanya sebagai seorang
pemberi ilmu pengetahuan, sesuai dari data
yang di peroleh dari lapangan bahwa setiap
widyaiswara selalu memberikan motivasi
selama proses pembelajaran berlangsung.
Baik itu di awal pembelajaran, pada saat di
sela-sela pemberian materi atau biasanya
pada proses pembelajaran berakhir. Selain
itu pula widyaiswara selalu siap untuk
memberikan materi dalam segala keadaan
dan berkomitmen baik dari segi waktu.
Walau begitu, tidak semua widyaiswara
bersikap demikian. Terdapat beberapa
widyaiwara yang hanya memberikan
materi pelatihan seperlunya saja, dalam

artian materi pelatihan sudah tersampaikan


dengan baik tanpa ada yang terlewatkan
sehingga tidak terlalu mendominasikan
motivasi bagi peserta diklat.
q. Sejalan dengan penerapan prinsip
andragogi terutama pada aspek orientasi
terhadap belajar, widyaiswara selalu
mendorong para peserta diklatnya untuk
mengemukakan
pendapatnya
serta
menumbuhkan prakarsa dan meningkatkan
partisipasi peserta diklat selama proses
pembelajaran berlangsung. Widyaiswara
bersikap demikian, guna meningkatkan dan
mengembangkan
kepribadian
serta
kompetensi yang dimiliki peserta diklat.
r.
Menurut Arif (1994, hlm.
85),...ciri pribadi pelatih adalah memiliki
kemauan
dan
kemampuan
untuk
mengambil resiko pribadi dan mampu
mengatasi tekanan emosional yang erat
hubungannya
dengan
kemapuan
menghadapi
resiko-resiko.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
widyaiswara memiliki sikap komitmen
yang tinggi dalam mengajar para peserta
diklat selain itu pula widyaiswara selalu
mendorong dan memotivasi peserta diklat
guna mengembangkan kepribadian dan
kompetensi yang dimiliki peserta diklat itu
sendiri. Serta dengan melakukan penerapan
prinsip andragogi sendiri mampu memiliki
pengaruh terhadap sikap commitment para
widyaiswara guna menghargai para peserta
yang pada umumnya adalah orang dewasa
serta selalu siap sedia dalam memberikan
bantuan apabila terdapat banyak hal yang
belum dipahami atau belum diketahui para
peserta diklat.
s. SIMPULAN
t. Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh, secara umum dapat diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signfikan antara penerapan
prinsip
andragogi
dengan
sikap
widyaiswara dalam pembelajaran. Secara
khusus dapat disimpulkan bahwa:
a. Penerapan prinsip andragogi memiliki
hubungan yang signifikan dengan sikap
11

Silmi Fitriani, Zainal Arifin, Laksmi Dewi


HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PRINSIP ANDRAGOGI DENGAN SIKAP
WIDYAISWARA DALAM PEMBELAJARAN

widyaiswara dalam pembelajaran pada


aspek
empathy.
Hal
tersebut
ditunjukkan
dengan
adanya
widyaiswara
menerapkan
prinsip
andragogi selama proses diklat
berlangsung dengan memaknai setiap
pengalaman peserta diklat serta dapat
menyatu dan beradaptasi secara baik
dengan peserta diklat, selain itu selalu
memperhatikan bagaimana kondisi
peserta diklat itu sendiri selama proses
pembelajaran dalam setiap program
diklat berlangsung.
b. Penerapan prinsip andragogi memiliki
hubungan yang signifikan dengan sikap
widyaiswara dalam pembelajaran pada
aspek respect. Hal tersebut ditunjukkan
ketika widyaiswara dalam menerapkan
prinsip andragogi akan berpengaruh
dalam bersikap dari segi aspek respect
selama proses pembelajaran di setiap
program diklat. Hal tersebut dapat
dilihat ketika widyaiswara bersikap
respect akan berpengaruh pula terhadap
penerapan
prinsip
widyaiswara,
terutama pada aspek pengalaman dan
orientasi terhadap belajar. Widyaiswara
dalam menerapkan prinsip andragogi
dengan menghargai pendapat yang
dikemukakan peserta diklat, serta
komunikasi
widyaiswara
dalam
menyampaikan materi pun terbilang
sudah sangat baik, tentunya dengan
menerapkan cara mengajar pendidikan
untuk para orang dewasa.
c. Penerapan prinsip andragogi memiliki
hubungan yang signifikan dengan sikap
widyaiswara dalam pembelajaran pada
aspek commitment. Hal ini ditunjukkan
dengan widyaiswara dalam melakukan
penerapan prinsip andragogi dengan
memiliki sikap komitmen yang tinggi
dalam proses pembelajaran guna
menghargai para peserta yang pada
umumnya adalah orang dewasa, serta
widyaiswara selalu siap sedia dalam
memberikan bantuan apabila terdapat

banyak hal yang belum dipahami atau


belum diketahui para peserta diklat.
Selain itu pula widyaiswara selalu
mendorong dan memotivasi peserta
diklat
guna
mengembangkan
kepribadian dan kompetensi yang
dimiliki peserta diklat itu sendiri.
u.
v.
w.
x.
y. REFERENSI
z.

Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi.


Bandung: Penerbit Angkasa.

aa.

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian


Pendidikan: Metode dan Paradigma
Baru.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya.

ab.

Hamalik, Oemar. (2003). Manajemen


Pendidikan dan Pelatihan. Bandung:
Y.P Pemindo.

ac.

Lunandi. (1993). Pendidikan Orang


Dewasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

ad.

Mappa, S. Anisah Basleman. Teori


Belajar Orang Dewasa. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
ae. Peraturan LAN Nomor 5 Tahun
2008 tentang Standar Kompetensi
Widyaiswara.

af.

ag.

Suprijanto. (2008). Pendidikan Orang


Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai