3, Oktober 2015
Silmi Fitriani
Zainal Arifin1
Laksmi Dewi2
Andragogy education covering all forms of learning experiences, which are required by
adults from the intensity of its participation in the learning process up to increase its
competence, and can not be equated with the education of children in school, or can be
called as a pedagogic education. In order to achieve the results of the process of adult
learning is good, need to be several factors that influence the seriousness of adults in
learning. This study aims to determine the relationship between the application of the
principle andragogi with the attitude of lecturers in teaching on aspects of empathy,
respect aspects, and aspects of the commitment. This study uses a correlational study with
a quantitative approach. The instrument used questionnaire. The sampling technique was
random sampling, number of samples were 30 people. Based on the results of the data that
has been obtained, the general conclusion of this research shows that there is a positive
and significant correlation between the application of andragogy principle with lecturers
attitude in the learning activity. Both variables between the application of andragogy
principle with lecturer attitudes in the learning activity influence each other in every
aspect of the andragogy principle with aspects of lecturers attitude in the learning activity,
namely in terms aspects of empathy, respect, and commitment, both are interrelated in
order to create the adult learning process for the training participants.
Keywords: Adult Education, Lectures attitude in the Learning Activity, Andragogy
Principles.
-keterampilan.
Keterampilan
yang
ditransmisikan secara efektif tersebut
tentunya harus dikuasai terlebih dahulu oleh
widyaiswara.
Widyaiswara memberikan pengetahuan
dan peserta diklat memberi umpan balik,
dengan cara merespon hasil transfer ilmu
yang telah diberikan dan mengaplikasikan
pada
kesehariannya
agar
semakin
berkompeten.
Widyaiswara
sendiri
memiliki kompetensi yang harus dimiliki
seperti yang dikemukakan dalam Peraturan
Kepala Lembaga Administrasi Negara
Nomor 6 Tahun 2008 BAB IV tentang
standar kompetensi widyaiswara yaitu
kompetensi pengelolaan pembelajaraan,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi substantif. Salah satu poin
dari kompetensi pengelolaan pembelajaran
yaitu widyaiswara diharuskan untuk
menerapkan pembelajaran orang dewasa
atau bisa dikatakan sebagai pendidikan
andragogi.
Pendidikan andragogi dapat diartikan
sebagai keinginan untuk belajar dan
menambah pengalaman belajar bagi orang
dewasa secara berkelanjutan dan sepanjang
hidup. Belajar untuk orang dewasa dapat
diasumsikan dengan bagaimana bertanya
dan mencari jawabannya untuk diarahkan
bagi diri pribadi. Seperti yang dikemukakan
oleh Bryson (dalam Suprijanto, 2008, hlm.
13) bahwa pendidikan orang dewasa
adalah semua aktivitas pendidikan yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam
kehidupan
sehari-hari
yang
hanya
menggunakan
sebagian
waktu
dan
tenaganya untuk mendapatkan tambahan
intelektual. Hal tersebut dianggap berperan
penting untuk diterapkan oleh widyaiswara
karena peserta diklat yang merupakan orang
dewasa dan berbeda dengan anak sekolah,
oleh karena itu widyaiswara diharapkan
mampu mengemas proses pembelajaran
secara sedemikian rupa sehingga tercipta
3
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
kebutuhan peserta diklat.
Seorang widyaiswara selain itu pula
harus pandai dalam bersikap dan
berperilaku. Widyaiswara harus mempunyai
moral dan etika yang baik dalam proses
pembelajaran. Sikap widyaiswara dalam
memberikan materi kepada peserta diklat
akan memiliki pengaruh dalam proses
pembelajaran yang berlangsung, serta dapat
menjadi tolak ukur kepuasan peserta diklat
dalam menerima pengetahuan yang
diberikan widyaiswara. Sebagai salah satu
tenaga kediklatan, widyaiswara harus
mampu menjadi seorang fasilitator yang
baik serta dapat menjadi panutan atau
contoh bagi para peserta diklat untuk
bersikap arif dan bijaksana, karena
widyasiwara dituntut mampu untuk
membimbing dan menjadikan seseorang
menjadi lebih pintar dalam berpikir dan
bertindak. Menurut William P. Golden Jr
(dalam Lunandi, 1993, hlm. 17)
mengemukakan beberapa sikap mental
yang dianggapnya tepat untuk para
pengajar, diantaranya yaitu empathy,
kewajaran, respect, commitment, mengakui
kehadiran orang lain dan membuka diri.
Melihat permasalahan yang sedang
terjadi yang berkaitan dengan penerapan
prinsip
andragogi
dengan
sikap
pembelajaran yang sebaiknya diterapkan
oleh widyaiswara bahwa sudah sebagian
widyaiswara
sudah
menerapkan
pembelajaran andragogi, namun memang
masih saja ada beberapa widyaiswara
belum sepenuhnya melakukan penerapan
pembelajaran
andragogi,
sehingga
terkadang ada widyaiswara yang diprotes
oleh peserta diklat mengapa memberikan
pembelajaran seperti layaknya kepada
siswa sekolah tingkat menengah, bukan
seperti kepada seorang pebelajara yang
pada dasarnya memang adalah orang
dewasa. Selain itu pula, karakteristik
peserta diklat harus dipahami oleh
widyaiswara sebab peran peserta diklat
dalam proses pembelajaran sangat dominan,
namun hanya beberapa widyaiswara saja
Tabel 1
Jumlah Skor Angket Penerapan Prinsip Andragogi dan Sikap Widyaiswara dalam
Pembelajaran
No
Variabel
1
2
Selanjutnya
dilakukan
analisis
korelasi untuk mengetahui hubungan antara
penerapan prinsip andragogi
Persentas
e
80,31 %
Kategori
Sangat Baik
86,75 %
Sangat Baik
dengan
sikap
widyaiswara
pembelajaran, diperoleh hasil
berikut.
dalam
sebagai
Tabel 2
Uji Korelasi Penerapan Prinsip Andragogi dengan Sikap Widyaiswara dalam
Pembelajaran
Correlations
Penerapan
Prinsip
Andragogi
Spearman's rho
Penerapan
Prinsip
Andragogi
Sikap
Widyaiswara
Sikap
Widyaiswara
dalam
Pembelajaran
Correlation Coefficient
1,000
,849**
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
30
,849**
,000
,000
30
1,000
.
30
30
H0 : = 0
Tidak terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran.
Hipotesis Kerja
H1 : 0
Terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran.
Data yang digunakan pada uji hipotesis
adalah jumlah skor keseluruhan antara
variabel X dan variabel Y. Hasil pengujian
hipotesis umum secara keseluruhan tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Signifikansi Hipotesis Umum
Variabel
Penerapan Prinsip Andragogi
dengan Sikap Widyaiswara
dalam Pembelajaran
Setelah dilakukan perhitungan uji t,
maka diperoleh nilai thitung sebesar 8,507 dan
nilai ttabel dengan = 0,05 dan n = 30 adalah
sebesar
2,048.
Hasil
pengujian
menerangkan bahwa thitung > ttabel atau 8,507
> 2,048, maka dapat dikatakan H0 ditolak
dan H1 diterima, maka dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran. Berikut adalah kurva dari uji
hipotesis variabel penerapan prinsip
andragogi dengan sikap widyaiswara dalam
pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut Knowles
Malcom menegaskan
seperti yang
dijelaskan dalam Mappa dan Anisah (1994,
hlm. 112) terdapat empat prinsip / asumsi
Nilai Signifikansi
8,507
utama yang membedakan andragogi dengan
pedagogi yaitu:
a. Konsep
diri,
orang
dewasa
membutuhkan kebebasan yang lebih
bersifat pengarahan diri.
b. Pengalaman,
orang
dewasa
mengumpulkan pengalaman yang
makin meluas, yang menjadi sumber
daya yang kaya dalam kegiatan belajar.
c. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa
ingin
mempelajari
bidang
permasalahan yang kini mereka hadapi
dan anggap relevan.
d. Orientasi ke arah kegiatan belajar,
orang dewasa orientasinya berpusat
pada
masalah
dan
kurang
kemungkinannya berpusat pada subjek.
Tabel 4
Analisis Hubungan Antara Penerapan Prinsip Andragogi (Variabel X) dengan Sikap
Widyaiswara dalam Pembelajaran (Variabel Y)
No
1
2
3
Aspek
Empathy
Respect
Commitment
Korelasi
0,780
0,733
0,826
Kategori
Kuat
Kuat
Sangat Kuat
Tabel 5
Hasil Uji Signifikasi Hipotesis Secara Khusus
No
1
Aspek
Empathy
Respect
Commitment
Signifikansi
6,592
5,702
7,748
Kategori
H0 = ditolak
H1 = diterima
H0 = ditolak
H1 = diterima
H0 = ditolak
H1 = diterima
a. Hubungan
Penerapan
Prinsip
Andragogi
dengan
Sikap
Widyaiswara dalam Pembelajaran
pada Aspek Empathy
aa.
ab.
ac.
ad.
af.
ag.