Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 2

Assyifa Al Khansa (3415130998)


Awalia Rizka Maftuha (3415131002)
Farrah Meuthia (3415133065)
Kasih Anggraeni (3415136412)
Raden Roro Nurul Wardhani (3415133081)

Dosen: Drs. Refirman, M.Biomed.

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul Bahasa sebagai sarana komunikasi
ilmiah.
Penyusun Makalah ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak dan pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada orang orang yang telah
membantu kami hingga makalah ini dapat terselesaikan, baik bantuan moral
maupun material. Khususnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Filsafat Ipa yaitu Bapak Refirman. Kami sadar bahwa penulisan Makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang
membangun dan bermanfaat bagi kami untuk mencapai kesempatan.
Demikian kata pengantar yang kami berikan, semoga dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan umumnya bagi mahasiswa dan para pembaca.

Jakarta, 19 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................4
1.3 Metode Penulisan..........................................................................5
1.4 Tujuan............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................17

BAB I
3

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir. Berpikir
dimaksudkan untuk mengetahui segala sesuatu, memecahkan masalah atau
mencari kebenaran. Dalam proses berpikir, terjadi pengorganisasian dari
pengalaman-pengalaman secara empiris atau eksperimen sehingga tercapailah
suatu pengetahuan.
Dalam melakukan proses berpikir, manusia membutuhkan sarana untuk
berpikir. Sarana pada dasarnya adalah sesuatu yang digunakan sebagai alat. Hal
tersebut termasuk ke dalam ciri manusia yang disebut homo faber, yaitu mahluk
yang dapat menciptakan alat.
Pada dasarnya sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah. Melalui sarana berpikir ini, manusia dapat melakukan penelaahan ilmiah
secara teratur dan cermat. Adapun sarana dalam proses berpikir yaitu: bahasa,
logika, matematika, dan statistika. Masing-masing sarana ini memiliki fungsifungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Bahasa sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah memegang peran yang
penting mengingat bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam
peranannya sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain.
Sebagai peranannya sebagai sarana berpikir, bahasa digunakan dalam proses
berpikir itu sendiri dan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat
kepada pihak lain.
1.2.Rumusan Masalah
1.1.1. Bagaimana Pengertian Berfikir Ilmiah ?
1.1.2. Bagaimana Hal-Ihwall Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah ?
1.1.3. Bagaimana Pengertian dan Fungsi Bahasa ?
1.1.4. Apa Ciri-ciri Bahasa Ilmiah?
1.1.5. Apa Kelemahan Bahasa ?
1.3.Metode Penulisan
1.1.1. Mendeskripsikan Pengertian Berfikir Ilmiah.
1.1.2. Mendeskripsikan Hal-Ihwall Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah.
4

1.1.3. Mendeskripsikan Pengertian dan Fungsi Bahasa.


1.1.4. Mendeskripsikan Ciri-ciri Bahasa Ilmiah.
1.1.5. Mendeskripsikan Kelemahan Bahasa.
1.1.4. Tujuan
Untuk memahami dan menerapkan materi dari pembahasan makalah ini
(Bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah).

BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai mahluk sosial manusia harus dapat berkomunikasi dengan manusia
lainnya. Komunikasi berarti upaya untuk membuat pendapat, menyatakan
perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami
oleh orang lain. Proses komunikasi dikatakan efektif jika pesan atau informasi
yang akan disampaikan oleh seorang komunikator sama dengan yang didapatkan
oleh komunikan. Syarat utama bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi ilmiah
adalah Komunikatif.
Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi
verbal yaitu komunikasi melalui bahasa. Sedangkan komunikasi nonverbal
5

melalui isyarat (gestur), gerak-gerik, suatu barang atau hal yang lainnya. Dalam
komunikasi ilmiah yang digunakan tentu komunikasi verbal. Komunikasi verbal
yaitu komunikasi yang mengunakan bahasa sebagai hasil transformasi dari objek
yang bersifat faktual menjadi simbol yang abstrak. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan manusia mampu memikirkan sesuatu.
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang
berbentuk pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ilmiah
adalah bahwa bahasa harus terhindar dari unsur-unsur emotif. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi adanya salah informasi atau informasi yang
didapat tidak sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan.
Komunikasi ilmiah menuntut kemampuan berbahasa dengan jelas. Hal ini
berarti kata-kata yang digunakan harus diungkapkan secara eksplisit untuk
mencegah kasalahpahaman makna.
Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik, maka akan sulit bagi
ilmuan untuk dapat mengkomunikasikan gagasan kepada pihak lain. Karya ilmiah
pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi
tentang pengetahuan maupun jalan pikiran dalam mendapatkan pengetahuan itu.
Agar dapat mengemukakan informasi dan jalan pikirannya, seorang ilmuwan
dituntut mampu menguasaai pengunaan ejaan dan tanda baca yang benar serta
mampu membuat kalimat-kalimat yang efektif.
Melalui bahasa sebagai alat komunikasi ilmuwan bukan hanya
menyampaikan informasi, gagasan, atau pengetahuan saja tetapi juga harus
menyertakan argumentasi yang menuntut kejelasan kosakata dan logika tata
bahasa. Tata bahasa ialah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa
(Tim Redaksi KBBI, 1991). Charlton laird dalam Jujun mengatakan bahwa tata
6

bahasa merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran
untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan
tertentu. Hal ini berarti penguasaan tata bahasa yang baik harus dimiliki dalam
komunikasi ilmiah. Selain struktur atau tata bahasa, yang penting pula dikuasai
oleh ilmuwan adalah kosakata dan maknanya.
Karya ilmiah yang berbentuk tulisan harus menggunakan ragan bahasa
formal yang memenuhi kaidah tata bahasa baku. Hal ini untuk menghindari
ketaksaan/keambiguan makna. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang
bersifat abstrak atau konseptual yang sulit dicari analoginya dengan keadaan nyata.
Untuk mengungkapkan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan berbahasa
penulisnya agar gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahpahaman
makna.
Seorang ilmuwan sangat dituntut untuk menguasai bahasa sebagai sarana
berpikir ilmiah. Hal ini diperlihatkan dengan kemampuannya menyampaikan
gagasan, konsep atau informasi melalui tata bahasa yang baik dan kosakata yang
tepat. Dalam menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah harus
dihindari kecenderungan yang bersifat emosional. Selain itu, seorang ilmuwan
juga harus memperhatikan format-format penulisan karya ilmiah seperti penulisan
catatan kaki atau daftar pustaka. Bila semua telah dikuasai, maka seorang ilmuwan
akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik.
Bahasa secara khusus dikaji dalam disiplin linguistik. Studi tentang bahasa
dengan pendekatan tradisional telah dimulai sejak abad ke-5 SM di Yunani, dan
dilanjutkan dengan pendekatan modern pada abad ke-18 (Alwasilah, 1993). Kini,
linguistik, seperti disiplin-disiplin ilmu lain, kian berkembang dan maju.
Pengertian Bahasa
7

Ada beberapa pengertian bahasa seperti yang diutarakan oleh:


1. Ernest Cassirer, (Jujun dan Amsal Bachtiar), bahwa keunikan manusia
bukanlah terletak pada kemampuannya berfikir melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia
sebagai Animal Symbolycum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol.
Secara generik istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo
sapiens, sebab dalam kegiatan berfikir manusia mempergunakan symbol
2. Wittgenstein yang menyatakan: batas bahasaku adalah batas duniaku yaitu
dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berfikir
seseorang dan tiada batas dunia baginya
3. Bloch and Trager mengatakan, sebagaimana yang dikutip oleh Amsal Bachtiar,
bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a
social group cooperates (bahasa adalah suatu system simbol-simbol bunyi
yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi)
4. Joseph Broam mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Amsal Bachtiar,
bahwa a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means
of which members of social group interact (Bahasa adalah suatu system yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para
anggota sesuatu kelompok social sebagai alat bergaul satu sama lain)
5. Dalam KBBI, diterakan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Tim Redaksi KBBI, 1993).
Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah itu bersifat
deskriptif (descriptive language). Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan fakta dan
pemikiran; dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah bisa diuji benarsalahnya (Santoso, 1999).
8

Ciri-ciri Bahasa secara Umum (Alwasilah, 1993) :


1. Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan.
2. Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak
3.
4.
5.
6.
7.

logis dengan apa yang disimbolkannya.


Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi.
Bahasa itu simbol.
Bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.
Bahasa hanya dimiliki oleh manusia.
Bahasa itu komunikasi.
Ciri-ciri Bahasa Ilmiah
Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau

intersubjektif, dan antiseptik. Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah


mengungkapan informasi atau pengetahuan. Maksud ciri reproduktif adalah bahwa
pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi
yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
Unsur Bahasa
Batasan-batasan pengertian di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak
terjadi salah paham. Oleh karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di
dalamnya, yaitu:
1. Simbol-simbol
Simbol-simbol mengandung makna bahwa ucapan si pembicara
dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia
praktis.
2. Simbol-simbol Vokal

Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia yaitu bunyi-bunyi yang


urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat
tubuh dengan system pernapasan.
3. Simbol-simbol vokal arbitrer
Istilah arbitrer di sini bermakna mana suka dan tidak perlu ada hubungan
yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya.
Misalnya, untuk mengatakan jenis binatang yang disebut Equus Caballus, orang
Inggris menyebutnya horse, orang Perancis chevel, orang Indonesia kuda, dan
orang Arab hison. Semua kata ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya
adalah konvensi social yakni sejenis kesepakatan secara diam-diam antara
sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu.
4. Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer.
Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara
hati nurani, logika atau psikologi, namun kerja sama antara bunyi-bunyi itu
sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan
intern.
5. Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai
alat bergaul satu sama lain.
Fungsi Bahasa
1. Fungsi komunikatif (sebagai sarana komunikasi antar manusia)
Sebagai alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni,
pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang
berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga,
10

berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa


fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif,
afektif, dan penalaran.
2. Fungsi kohesif atau integrative (sebagai sarana budaya yang mempersatukan
kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut)
Fungsi-fungsi bahasa dikelompokkan jadi ekspresif, konatif, dan
representasional. Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara;
dalam fungsi konatif, bahasa terarah pada lawan bicara; dan dengan fungsi
representasional, bahasa terarah pada objek lain di luar si pembicara dan lawan
bicara (Halliday et al. 2007).

Kelemahan Bahasa
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif,
deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk
dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif
dan afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
Kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak.
Misalnya, kata cinta dipakai dalam lingkup yang luas dalam hubungan antara
ibu-anak, ayah-anak, suami-istri, kakek-nenek, sepasang kekasih, sesama
manusia, masyarakat-negara. Banyaknya makna yang termuat dalam kata
cinta menyulitkan kita untuk membuat bahasa yang tepat dan menyeluruh.
Bahasa acap kali bersifat sirkular (berputar-putar). Jujun mencontohkan kata
pengelolaan yang didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam
11

sebuah organisasi, sedangkan kata organisasi didefinisikan sebagai suatu


bentuk kerja sama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan.
Berpikir Ilmiah

Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang


benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan
deduksi (Suriasumantri, 1993). Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya
kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasuskasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan
yang bersifat umum.[5]
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola yang
disebut silogismus atau silogisme (Suriasumantri, 1993).
Induksi berkaitan dengan empirisme, yakni paham yang memandang rasio
sebagai sumber kebenaran. Sementara itu, deduksi berkarib dengan rasionalisme,
yaitu paham yang memandang fakta yang ditangkap oleh pengalaman manusia
sebagai sumber kebenaran (Suriasumantri, 1993).
Dalam proses berpikir ilmiah tersebut, diperlukan alat komunikasi verbal
sebagai alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran pada
orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif . Alat
yang dimaksud adalah bahasa. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa,
seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur
dalam menggapai ilmu dan pengetahuan.

12

Menggunakan bahasa yang baik dalam berfikir belum tentu mendapatkan


kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis
yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Ketika bahasa
disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah
juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan proses
penyampaian informasi berupa pengetahuan. Sifat bahasa ilmiah adalah terbebas
dari unsur emotif dan bersifat reproduktif, artinya jika si pengirim komunikasi
menyampaikan suatu informasi berupa X misalnya, si pendengar juga harus
menerima X juga. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi,
di mana suatu informasi berbeda maka proses berfikirnya juga akan berbeda.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode)
ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran.
Ada tiga sarana berpikir ilmiah, yakni bahasa, matematika, dan statistika.
Bahasa, dalam konteks ini, memungkinkan manusia berpikir secara abstrak,
sistematis, teratur dan terus-menerus dan menguasai pengetahuan. Dengan bahasa,
manusia berbeda dari binatang bisa memikirkan dan membicarakan objek-objek
yang tidak berada di depan matanya. Bahasa membantu ilmuwan berpikir ilmiah,
yaitu berpikir induktif dan deduktif.
Hubungan antara Sarana Ilmiah Bahasa dengan Filsafat Ilmu
Sifat Ilmu yang bersifat intersubyektif menimbulkan harapan akan adanya
istilah yang dirumuskan sejelas mungkin, yang dapat diterima secara umum
dengan saling mengetahui apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Dugaan-dugaan
yang dipunyai oleh A hendaknya dapat dikaji oleh B. Dan hasil kajian tersebut,
hendaknya dapat dievaluasi baik oleh C maupun oleh A dan B. Cara yang paling
tepat untuk menetapkan pemakaian suatu istilah ialah dengan menggunakan
13

definisi eksplisit. Dalam definisi seperti ini ditetapkan suatu istilah atau suatu
gabungan istilah dipakai dalam makna tertentu.
Dalam filsafat keilmuan, memikirkan sesuatu membuat manusia berpikir
terus menerus dan teratur, mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan.
Komunikasi ilmiah memberi informasi pengetahuan berbahasa dengan jelas bahwa
makna yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan dan diungkapkan secara
tersusun (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain. Sedangkan untuk
Karya ilmiah: tata bahasa, merupakan alat dalam mempergunakan aspek logis dan
kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan
aturan-aturan tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia yaitu
sebagai alat komunikasi verbal dan sebagai sarana berpikir. Sebagai sarana
berpikir ilmiah, bahasa juga memegang perangan yang tak kalah pentingnya.
Melalui bahasa manusia mampu memberikan simbol terhadap suatu objek
faktual tertentu. Hal ini memungkinkan manusia memikirkan suatu objek meski
objek tersebut tak berada di dekatnya. Sebagai sarana komunikasi ilmiah,
bahasa memungkinkan seseorang untuk berpikir dan harus mampu
menyampaikan hasil pemikirannya tersebut kepada pihak lain.
Seorang ilmuwan yang baik dituntut untuk dapat menguasai tata bahasa dan
kosakata yang baik dan benar agar dapat memikirkan sesuatu dengan sistematis
dan teratur. Selain itu, seorang ilmuwan harus mampu menyampaikan gagasan
atau pikirannya itu kepada pihak lain dengan tidak terjadi kesalahpahaman.
Bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif,apa yang
14

ingin disampaikan komunikator sama dengan yang didapatkan oleh komunikan.


Hal ini berarti bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi yaitu
harus komunikatif.
Dalam kondisi atau keadaan tertentu bahasa memiliki beberapa gejala yang
dapat menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah seperti
emosional, kabur, majemuk, dan sirkular( berputar-putar). Kekurangan ini
dalam keadaan tertentu dapat diefisienkan melalui sarana berpikir yang lain
yaitu matematika
.2. Saran
Berpikir ilmiah, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang lebih luas,
bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, kita manusia jelas memerlukan sarana atau alat
berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat niscaya, maka aktivitas keilmuan tidak akan
maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.

15

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Linguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.


Halliday, M. A. K dan Ruqaya Hasan. 2007. Bahasa Konteks dan Teks, terjemahan
oleh Asruddin Barori Tou. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Santoso, Slamet Imam. 1999. Fungsi Bahasa, Matematika dan Logika untuk
Ketahanan Indonesia dalam Abad 20 di Jalan Raya Bangsa-bangsa. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. 1991. Jakarta: Balai
Pustaka,

16

Anda mungkin juga menyukai