1.erriska R P (SPS + Bab 4) REVISISIAN 1 Bu Erda
1.erriska R P (SPS + Bab 4) REVISISIAN 1 Bu Erda
Oleh
Erriska Rahma Putri
3325102418
Program Studi Kimia
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
ABSTRAK
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..........................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................
iii
DAFTAR TABEL................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................
viii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .....................................................................
2.1.1. Udang.......................................................................
39
40
42
42
44
46
48
iv
4.8. Uji Antioksidan dengan Metode DPPH.................................
49
55
5.2. Saran.....................................................................................
56
57
LAMPIRAN .......................................................................................
63
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Halaman
Komposisi Kimia Limbah Udang dan Kulit Udang
..............................................................................................
6
Perbandingan Sifat Fisik dari Gas, Cairan, dan Fluida
Superkritis
..............................................................................................
..............................................................................................
11
Beberapa Jenis Pelarut Organik dan Sifat Fisiknya
..............................................................................................
..............................................................................................
14
Spektrum
Cahaya
Tampak
dan
Warna-Warna
Komplementer
..............................................................................................
..............................................................................................
24
Pengaruh Waktu Maserasi terhadap Jumlah Ekstrak
Astasantin
..............................................................................................
v
..............................................................................................
34
Pengaruh Rasio Tepung Kulit Udang : Volume Aseton
terhadap
Jumlah
Ekstrak
Astasantin
..............................................................................................
..............................................................................................
34
Interpretasi
Spektra
FTIR
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
..............................................................................................
36
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH
..............................................................................................
..............................................................................................
38
Panjang Gelombang Maksimum Pelarut untuk Ekstraksi
Astasantin
..............................................................................................
42
Hasil Absorbansi Ekstrak Astasantin dari Perlakuan Waktu
Maserasi
..............................................................................................
43
Hasil Absorbansi Ekstrak Astasantin dari Perlakuan Rasio
Pelarut
..............................................................................................
44
Interpretasi
Spektra
FTIR
..............................................................................................
46
Nilai Inhibisi terhadap Konsentrasi pada Uji Antioksidan
..............................................................................................
49
Kisaran
Kekuatan
Potensi
Antioksidan
..............................................................................................
51
DAFTARviGAMBAR
Halama
Gambar 1. Alat Soklet .............................................................................
8
vii
Karakterisasi
Ekstrak
Astasantin
dengan
Uji
Aktivitas
Antioksidan...........................................................................
69
Lampiran 7 Bagan Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan.
70
Lampiran 8 Pembuatan Larutan Kontrol Uji Aktivitas Antioksidan
71
viii
difokuskan
untuk
menghasilkan
kitin
dan
kitosan.
Hal
ini
KCKT,
dan
pengujian
aktivitas
antioksidan
dilakukan
yang
diperlukan
untuk
menghasilkan
dalam bentuk beku (block frozen) yang terdiri dari produk head on (utuh),
headless (tanpa kepala) dan peeled (tanpa kepala dan kulit).
Usaha ekspor udang tersebut menghasilkan limbah udang dalam
jumlah cukup besar yang terdiri dari bagian kepala, kulit dan ekor. Limbah
udang yang dihasiikan dari proses pembekuan udang, pengalengan
udang dan pengolahan kerupuk udang berkisar antara 60-70 % dari berat
udang. Dengan demikian, jumlah bagian yang terbuang dari usaha
pengolahan udang cukup tinggi.
Di Indonesia saat ini ada sekitar 170 industri pengolahan udang
dengan kapasitas produksi sekitar 500.000 ton per tahun. Diperkirakan,
dari proses pengolahan oleh seluruh unit pengolahan yang ada, akan
dihasilkan limbah sebesar 325.000 ton per tahun (Departemen Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia, 2006). Limbah sebanyak itu, jika tidak
ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan sebab limbah tersebut dapat menimbulkan bau busuk yang
memberikan ketidaknyamanan pada lingkungan. Sebagian kecil dari
limbah udang sudah termanfaatkan dalam hal pembuatan kerupuk udang,
petis, terasi, dan bahan pencampur pakan ternak serta pupuk.
Pemanfaatan limbah udang tidak hanya memberikan nilai tambah
pada usaha pengolahan udang, tetapi juga dapat menanggulangi masalah
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan, terutama masalah bau yang
dikeluarkan serta estetika lingkungan yang kurang baik (Manjang, 1993).
Limbah kulit udang mengandung konstituen utama yang terdiri dari
protein, kalsium karbonat, khitin, pigmen dan abu. Kulit udang
mengandung protein sebanyak (25 % - 40%), kalsium karbonat (CaCO3)
(45% - 50%) dan kitin (15% - 20%), tetapi besarnya kandungan komponen
tersebut tergantung pada jenis udangnya (Focher et al., 1992). Komposisi
kimia limbah udang dan kulit udang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Limbah Udang dan Kulit Udang (No et al, 1989)
Komposisi
Protein kasar (%)
Limbah Udang
35,8
Kulit Udang
16,9
Lemak (%)
9,9
0,6
Serat Kasar (%)
13,20
0
Abu (%)
38,1
63,6
Ca (%)
12,3
24,8
Astasantin (ppm)
78
108
Astasantin merupakan pewarna alam yang sehat dan aman
dimakan, maka perlu diuji metode esktraksi yang paling banyak
mengekstrak Astasantin. Pada penelitian digunakan metode ekstraksi
dengan cara maserasi menggunakan pelarut aseton.
2.1.2. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan
menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Pemindahan komponen
dari padatan ke pelarut pada ekstraksi padat-cair melalui tiga tahapan,
yaitu difusi pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding sel, di dalam
dinding sel terjadi pelarutan padatan oleh pelarut, dan tahapan terakhir
adalah pemindahan larutan dari pori-pori menjadi larutan ekstrak.
Ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu, pengadukan,
dan banyaknya pelarut yang digunakan (Harborne, 1987). Tingkat
ekstraksi bahan ditentukan oleh ukuran partikel bahan tersebut. Bahan
yang diekstrak sebaiknya berukuran seragam untuk mempermudah
kontak antara bahan dan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan
baik. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu ekstraksi
bertahap, ekstraksi kontinyu, ekstraksi counter current dan ekstraksi fluida
super kritis.
a. Ekstraksi Bertahap
Ekstraksi bertahap adalah metode ekstraksi yang paling mudah dan
sederhana, dan pada pengerjaannya hanya memerlukan corong pisah.
Pada metode ini larutan sampel yang akan diekstrak, dimasukkan ke
dalam corong pisah, kemudian tambahkan pelarut yang sesuai. Campuran
tersebut kemudian digoncang beberapa lama sampai komponen yang
b. Ekstraksi Kontinyu
Ekstraksi kontinyu dapat dilakukan dengan menggunakan sokletasi.
Sokletasi dilakukan dengan pemanasan, sehingga uap yang timbul
setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara teratur
pelarut tersebut akan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa
kimia yang terekstrak oleh pelarut tersebut. Pada gambar 1 menunjukkan
bagian dari alat soklet. Perangkat untuk sokletasi terdiri dari kolom
ekstraksi (B) yang dilengkapi dengan pipa-pipa penghubung di salah satu
kolom, labu bulat (A), kondesor dan alat pemanas.
Jika sampel yang akan diekstrak berupa zat padat, maka zat tersebut
dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabung yang terbuat
dari kertas yang kalis air. Selanjutnya tabung (kertas yang berisi sampel)
tersebut dimasukkan ke dalam kolom B. Lalu dimasukkan beberapa butir
batu didih kedalam labu A. Susun alat seperti gambar 1 sokletasi. Isi labu
A dengan pelarut. Kemudian alirkan air pendingin, nyalakan alat pemanas,
sehingga pelarut dalam labu A mendidih. Uap dari labu A naik akan naik
ke kolom B melalui pipa C. Dalam kolom B, uap dari pelarut akan
terkondensasi menjadi cair, dan setelah beberapa lama, sampel yang ada
dalam tabung kertas akan terendam dengan cairan pelarut.
Karena labu A terus dipanaskan, maka uap dari pelarutnya terus
menerus terbentuk, dan tabung B lama kelamaan akan penuh dengan
pelarut. Jika permukaan pelarut sama tinggi dengan permukaan pipa di
sisi soklet, secara otomatis pelarut ini akan masuk ke dalam labu A sambil
membawa komponen yang terlarut. Proses ini terus berlangsung selama
alat pemanas dinyalakan. Akhirnya pada labu A akan terkumpul komponen
yang diekstraksi, dan pada kolom B tinggal komponen yang tidak
terekstraksi.
c. Ekstraksi Counter Current (Ekstraksi Craig)
Sebuah
metode
multiple
ekstraksi
cair-cair
adalah
ekstraksi
Efstathiou, 2000)
10
fluida
superkritis
adalah
suatu
proses
ekstraksi
11
Tabel 2. Perbandingan Sifat Fisik Dari Gas, Cairan, dan Fluida Superkritis (Sumber
: Hbshmann, H.J., 2009)
Fase
Gas
Fluida Superkritis
Cair
Densitas
(g.cm-3)
10-3
0,1-1,0
1
Difusivitas
(cm2.s-1)
10-1
10-3-10-4
<10-5
Viskositas
(g.cm-1.s-1)
10-4
10-3-10-4
10-2
a. Sokletasi
Ekstraksi dengan menggunakan alat soklet ini dipakai untuk
mengekstrak senyawa organik dari bahan alam seperti daun, akar, dan
batang. Keuntungan ekstraksi dengan metode ini yaitu sampel dan pelarut
yang diperlukan sedikit, proses ekstraksi berlangsung cepat, dan dapat
12
jaringan
tanaman
yang
belum
diketahui
kandungan
sering
diartikan
sebagai
adanya
pemisahan
kutub
13
tumbuhan
kering
adalah
dengan
proses
ekstraksi
digunakan,
ukuran
partikel
contoh
uji,
kondisi
dan
waktu
14
Titik Didih
Titik Beku
Konstanta
(C)
(C)
Dielektrik
Dietil eter
35
-116
4,3
Karbon disulfit
46
-111
2,6
Aseton
56
-95
20,7
Kloroform
61
-64
4,8
MetanoI
65
-98
32,6
Tetrahidrofuran
66
-65
7,6
Di-isopropil eter
68
-60
3,9
N-heksan
Karbon
69
-94
1,9
76
-23
2,2
tetraklorida
Etil asetat
77
-84
6,0
Etanol
78
-117
24,3
Benzena
80
5,5
23
Siklolieksana
81
6,5
2,0
Isopropanol
82
-89
18,3
Air
100
78,5
Dioksan
102
12
2,2
Toluena
Asam asetat
111
-95
2,4
118
17
6,2
N.N
dimetil
glacial
154
61
34,8
formamida
Dietilenaglikol
245
-10
37,7
Pelarut
15
untuk
16
seperti inisalnya
warna merah muda pada salmon dan kulit udang yang disebabkan
adanya komponen karotenoid jenis Astasantin yang berasal dari tumbuhtumbuhan laut yang dimakannya (Schwartz, 1994).
Berdasarkan unsur-unsur penyusunnya, karotenoid digolongkan
menjadi dua kelompok pigmen, yaitu karoten dan xantofil. Karoten
memiliki susunan kimia yang hanya terdiri dari gugus C dan H seperti
alfa, beta, dan gamma karoten, sedangkan xantofil terdiri atas gugus
atom C, H, dan O. Contoh-contoh dari senyawa yang termasuk golongan
xantofil yaitu kantaxantin, Astasantin, kapaxantin, rodoxanthin, dan
torularhodin (Hendry dan Houghton, 1996). Menurut Khanafari et al.
(2007), Astasantin merupakan jenis karotenoid utama yang terdapat
pada kulit udang.
-Karoten
Astasantin
17
akan
ditransfer
melalui
mekanisme
pelepasan
energi.
O2 + 1Karotenoid
O2 + 3Karotenoid
Karotenoid*
proses
transfer
elektron.
Reaksi
karotenoid
sebagai
RH + Karotenoid*
R + Karotenoid
R- + Karotenoid+
Aktivitas
antioksidan
pada
karotenoid
didasarkan
pada
karotenoid
dalam menangkal
singlet oxygen
sangat
18
2.1.5. Antioksidan
Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,
memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus,
antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya
reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid.
Tubuh dapat menghasilkan antioksidan yang berupa enzim yang
aktif bila didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral yang disebut juga
ko-faktor. Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh antara lain:
1. Superoksida dismulase
Antioksidan
ini
merupakan
enzim
yang
bekerja
bila
ada
19
3. Katalase
Enzim katalase di samping mendukung aktivitas enzim SOD juga
dapat mengkatalisa perubahan berbagai macam peroksida dan radikal
bebas menjadi oksigen dan air.
Enzim-enzim
tersebut
di
atas
dalam
bekerjanya
Manganese (Mn)
Zinc (Zn)
Besi (Fe)
Selenium (Se)
sengat
20
Berdasarkan
dikelompokkan
sumbernya,
menjadi
dua
antioksidan
kelompok,
di
yaitu
luar
tubuh
antioksidan
dapat
sintetik
21
Antioksidan
sekunder
merupakan
senyawa
yang
berfungsi
hidroperoksida
dan
radikal
asam
lemak
baru.
penuaan
kardiovaskuler,
dan
penyumbatan
penyakit
degeneratif
pembuluh
darah
seperti
yang
kanker
meliputi
22
bioaktif.
Zat-zat
ini
mempunyai
kemampuan
sebagai
positif
kardiovaskuler
antioksidan
(terutama
terhadap
yang
penyakit
diakibatkan
oleh
kanker
dan
aterosklerosis
sangat
rendah
(VLDL)
dari
reaksi
oksidasi.
Pencegahan
23
metode
maserasi,
karena
metode
maserasi
tidak
24
25
Panjang Gelombang
Warna yang
Warna
(nm)
diabsorp
komplementer
400-435
Violet
Kuning-hijau
435-480
Biru
Kuning
480-490
Hijau-biru
Jingga
490-500
Biru-hijau
Merah
500-560
Hijau
Ungu
560-580
Kuning-hijau
Violet
580-595
Kuning
Biru
595-610
Jingga
Hijau-biru
610-750
Merah
Biru-hijau
26
sampel
gugus
fungsional,
mengidentifikasi
senyawaan
dan
maka
pada
sistem
Fourier
Trasform
Infra
Red
(FTIR)
bersifat polar dan fase diamnya bersifat non polar disebut kolom fase
terbalik. Fase diam pada kolom fase terbalik yang umum digunakan
antara lain adalah C18, C8, dan C2.
KCKT selain digunakan untuk pemisahan suatu komponen juga
dapat digunakan untuk mengetahui besar konsentrasi komponen yang
terkandung didalamnya. Penggunaan metode kurva kalibrasi absolut dan
standar internal dapat digunakan dalam penentuan konsentrasi suatu
komponen,
yaitu
setelah
pemisahan
preparatif
dilakukan
konsentrasi
suatu
komponen
dilakukan
dengan
digunakan
dalam
proses
pemisahan
serta
penentuan
lain
dari
penelitian
Mezzomo
adalah
terdapatnya
analitik,
rotary
evaporator,
spektrofotometer
UV-Vis,
dipisahkan
dengan
menggunakan
kertas
saring.
Untuk
yang
besar dilakukan maserasi pada waktu yang berbeda beda yaitu 3, 5, dan
7 hari seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.
*Absorbansi
5
7
*Nilai absorbansi didapatkan setelah ekstrak dimurnikan
N
o
1
2
*Absorbansi
1 : 8 (5 mL : 40 g)
1 : 9 (5 mL : 45 g)
*Nilai absorbansi didapatkan setelah ekstrak dimurnikan
yang
telah
bebas
dari
pelarut
kemudian
diukur
absorbansi
dilakukan
dengan
menggunakan
panjang
2001).
3.4.5. Karakterisasi Ekstrak Astasantin dengan Spektrofotometer
Infra Merah
Karakterisasi senyawa yang terkandung dalam ekstrak yang
dihasilkan
dilakukan
dengan
menggunakan
spektrofotometer
infra
Data yang diperoleh dari hasil spektrum infra merah berupa informasi
gugus-gugus fungsional yang menyusun suatu struktur senyawa. Gugus
tersebut diidentifikasi sesuai dengan yang ditunjukkan pada tabel 7.
Tabel 7. Interpretasi Spektra FTIR
Bilangan
No
Gelomban
g (cm-1)
Range
Intensitas
(cm-1)
Referensi
3750-3000
Sedang-kuat
Vibrasi Referensi
2955-2935
Sedang-kuat
1900-1650
1665-1630
Lemah
Lemahsedang
Uluran C=O
Uluran C=C dari alkena
DPPH
merupakan
senyawa
organik
yang
memiliki
kandungan nitrogen yang tidak stabil dengan nilai absorbansi yang kuat
pada panjang gelombang 517 nm dan memiliki warna ungu gelap. Warna
ungu pada DPPH akan tereduksi menjadi warna kuning apabila bereaksi
dengan senyawa antioksidan. Besarnya tingkat perubahan warna yang
terjadi diukur dengan menggunakan spektrofotometer (Molyneux, 2004).
Pada pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
dilakukan proses pembuatan larutan DPPH 0,4 mM adalah dengan cara
melarutkan
DPPH
melarutkannya
sebanyak
dalam
7,4
methanol
mg
pro
(BM
analisis.
394,32
g/mol)
Larutan
dan
kemudian
spektrofotometer
cahaya
tampak.
IC50
(Inhibition
Concentration
50)
adalah
konsentrasi
Y = a+bX
Berdasarkan literatur Y bernilai 50,
sehingga
nilai X yang
Nama
Sampel
C
(ppm)
A1
A2
A
Blank
Inhibis
i
(%)
IC50
(ppm)
Sampel
Vitamin
C
Keterangan : C (ppm)
=konsentrasi (ppm)
= absorbansi rata-rata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu dan rasio pelarut
aseton yang tepat untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak Astasantin
yang besar dari tepung kulit udang. Mengetahui konsentrasi ekstrak
Astasantin dari tepung kulit udang yang diukur dengan menggunakan
KCKT dan menguji aktivitas antioksidan ekstrak Astasantin tepung kulit
udang dengan menggunakan metode DPPH. Hasil penelitian diuraikan
menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
4.1. Preparasi Sampel,
4.2. Pemurnian Sampel,
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 10. Pembuatan tepung kulit udang. (a) Limbah kulit udang yang telah bersih,
(b) Kulit udang setelah dikukus, (c) Kulit udang setelah dikeringkan, dan (d)
Kulit udang digiling hingga menjadi tepung.
(a)
(b)
(c)
(a)
(b)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 13. Pemurnian ekstrak Astasantin. (a) Waktu maserasi 3 hari, (b) Waktu
maserasi 5 hari, (c) Waktu maserasi 7 hari, (d) Volume aseton 40
mL, dan (e) Volume aseton 45 mL.
spektrofotometer
UV-Vis.
Rentang
panjang
pengukuran
absorbansi
ekstrak
didapatkan
Pelarut
Aseton
Benzena, Kloroform
Etanol
Petroleum Eter
Panjang Gelombang
Maksimum (nm)
480
485
478
468
Tabel 10. Hasil Absorbansi Ekstrak Astasantin dari Perlakuan Waktu Maserasi
Waktu Maserasi
Absorbansi
3 hari
5 hari
7 hari
0,819
0,919
0,438
0.9
0.8 0.82
0.7
0.6
5 Hari
7 Hari
Waktu Maserasi
Gambar 14. Grafik Waktu Maserasi terhadap Nilai Absorbansi
Ekstrak Astasantin. Sumbu X merupakan waktu maserasi tepung
kulit udang. Sumbu Y merupakan nilai absorbansi dalam satuan nm.
pada
hari
ke-5.
Hal
ini
dikarenakan
selama
titik didihnya
mencapai
56,2 oC
(Science
Lab.com).
Hal
ini
Rasio
Volume
Pelarut
Absorbansi
Pelarut
1:8
1:9
(mL)
40
45
2,882
2,582
2.88
2.8
2.7 Pelarut Aseton terhadap Nilai Absorbansi Ekstrak
Grafik Rasio
Absorbansi
Astasantin
2.6
2.58
2.5
2.4
40 mL aseton
45 mL aseton
Volume Pelarut Aseton
Gambar 15. Grafik Rasio Pelarut Aseton terhadap Nilai Absorbansi Ekstrak
Astasantin. Sumbu X merupakan volume pelarut aseton. Sumbu Y
merupakan nilai absorbansi dalam satuan nm.
ekstrak
Astasantin
spektrofotometer
infra
dilakukan
merah,
dengan
sehingga
dapat
Bilangan
No
Gelomban
g (cm-1)
Range
Intensitas
(cm-1)
Referensi
Vibrasi Referensi
3369,64
3750-3000
Sedang-kuat
ikatan hidrogen
intermolekuler
Uluran C-H asimetris
2924,09
2955-2935
Sedang-kuat
1712,79
1900-1650
Lemah
Uluran C=O
1620,21
1665-1630
Lemah-
sedang
5
1463,97
1377,17
alkena
Lentur C-H
1475-1300
Sedang
1220,94
1300-1200
Lemah
1170,79
1115-1090
Sedang-kuat
1049,28
1060-1020
Kuat
10
960,55
11
916,19
1000-650
Lemah
12
840,96
Lentur C-H
Tekuk C-H
Goyangan C=C dari
alkena
Uluran C-O dari
alkohol
Tekukan CH kibasan
dari CH=CH2
bilangan
gelombang
2924,09
cm -1.
Vibrasi
ulur
C=O
Astasantin
dengan
instrumen
KCKT
dilakukan
di
Penelitian
Pengembangan
Kelautan
dan
Perikanan,
Nama
Sampel
0,798
Inhibisi
(%)
0,125
10
0,786
1,690
25
0,779
2,503
50
0,770
3,630
C
(ppm)
Sampel
100
3
6
Vitamin C
9
14
15
Keterangan : C (ppm)
0,677
15,332
0,480
39,987
0,264
66,959
0,042
94,806
0,035
95,620
0,029
96,370
= konsentrasi (ppm)
= absorbansi rata-rata
yang
dipakai
untuk
menunjukkan
aktivitas
dari
merupakan
penelitian
konsentrasi
ini.
IC 50
(Inhibition
suatu
zat
antioksidan
Concentration)
yang
dapat
< 50
50 100
Kuat
100 150
Sedang
150 200
Lemah
>200
Tidak Berpotensi
regresi
hubungan
persentase
inhibisi
dengan
18.000
16.000
14.000 Inhibisi dengan Konsentrasi pada Me
Grafik Hubungan
f(x) = 0.15x - 1.08
12.000
R = 0.92
10.000
Inhibisi (%)
8.000
6.000
4.000
3.630
Linear (Grafik Hubungan Inhibisi dengan
2.503 Konsentrasi p
2.000
1.690
0.125
0.000
0
10 20 30 40 50 60
Konsentrasi (ppm)
52
(a)
(b)
Gambar 16. Grafik Hubungan Inhibisi dengan Konsentrasi pada Metode DPPH. (a)
Kontrol Positif (Vitamin C), (b) Ekstrak Astasantin; Sumbu X merupakan
konsentrasi ekstrak Astasantin dalam satuan ppm. Sumbu Y merupakan
nilai inhibisi dalam satuan %.
Astasantin
dalam
bentuk
bebas.
Ketidakstabilan
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada
penelitian
ini
telah
dilakukan
ekstraksi,
pemurnian,
Soxhlet
extractor.
Spectroscopy.
http://faculty.sdmiramar.edu/fgarces/LabMatters/Instruments/UV_Vis/
Cary50.htm. (Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 02.19
WIB).
Arab, L., S. Steck-Scott and P. Bowen. 2001. Partisipation of Lycopen and
Betacarotene in Carcinogenesis: Defenders, Aggresors, or Passive
Bystanders. Epidemiologic Reviews, Vol 23. No 2, p.221-229
Arifin, Z., Adiwijaya, D., Komaruddin, U., dan Susanto, A. 2007.
Penerapan Best Management Practises (BMP) pada Budidaya
Udang Windu. Jepara : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Balai Besar Pengembang
Budidaya Air Payau.
Astawan, M., Kasih, L.A. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Brand-Williams, W., Cuvelier, M.E., Berset C. 1995. Use of Free Radical
Method
to
Evaluate
Antioxidant
Activity,
cit.
Journal
of
Pharmacheutical 3: 96-105.
Britton, G, Jensen, S.L., and Pfander, H. 1995. Carotenoids Volume IA:
Isolation and Analysis. Birkhauser Verlag. Berlin p: 211.
Britton, G, Jensen, S.L., and Pfander, H. 1995. Carotenoids Volume
IB:Spectroscopy. Birkhauser Verlag. Berlin p: 211.
Darmanto, W. 2005. Pemanfaatan Polysaccharide Krestine (PSK) dalam
Menurunkan Radikal Bebas pada Darah Mencit Akibat Induksi 2Methoxyethanol. Jurnal ILMU DASAR Vol. 6 No. 2, 2005 : 96-102.
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga.
DeMan,
John.
1997.
Kimia
Makanan
Edisi
Kedua.
Penerjemah
E.G.
2007.
Spektrofotometri
http://persembahanku.
Infra
Merah.
Word
press
.com/2007/06/26/spektrofotometri-infra-merah/.
(Diakses
pada
Jeana.
1991.
Pigments
In
Vegetables
(Chlorophylls
and
arn.
Subsp.
Pallsiana
(Lamb.)
Holmboe.
Journal
of
Gary.
2011.
Karakterisasi
Aktivitas
Antioksidan
Ekstrak
A.,
Saberi,
A.,
Azar,
M.,
Vosooghi,
Gh.
Jamili,Sh.,
senyawa.
1981.
Technische
Verfahren
zur
Synthese
von
LAMPIRAN
64
65
Lampiran 2. Bagan ekstraksi Astasantin (Penentuan Waktu Optimum)
Dilihat spektrumnya dengan spektrofotometer infra merah pada bilangan gelombang 750-4000 cm-1
67
7,9mgDPPH
Dilarutkandenganmetanolproanalisis hingga 50 mL.
Ditempatkandalambotolgelap.
Untuksetiappengujianlarutandibuatbaru
Larutan DPPH
69
1mLlarutanDPPH1mM
Dipipetkedalamtabung
reaksi yang telah ditara 5 mL
5 mg ekstrak
Ditambahkanmetanolproanalisishingga tanda batas dan dihomogenkan
Muluttabung
Dilarutkan
ditutupdenganaluminiumfoil
kedalam 5,0 mL metanol proanalisis
70
Larutan Induk
Larutan Blanko
Dipipet
ke dalam Lampiran
5 buah tabung
reaksi Pembuatan
yang telah ditara
5 mL
8. Bagan
Larutan
Ujisebanyak
Aktivitas50,100,250,500 dan 1000
Ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH
Antioksidan
Ditambahkan dengan
metanol pro analisis sampai 5 mL.
Dihomogenkan
5 L/mL
10 L/mL
25 L/mL
50 L/mL
100 L/mL
Larutan Uji
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum (kisaran 500-530 nm) dengan menggunakan spektrofotome
71
3 mg vitamin C
Dilarutkan kedalam 5,0 mL metanol proanalisis
Larutan Induk
Dipipet ke dalam 5 buah tabung reaksi yang telah ditara 5 mL sebanyak 250,200,150,100 dan 500 L
Ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH
Ditambahkan dengan metanol pro analisis sampai 5 mL.
Dihomogenkan
14 L/mL
15 L/mL
9 L/mL
6 L/mL
3 L/mL
Larutan Kontrol
1712.79
1620.21
1463.97
1377.17
1220.94
1170.79
1049.28
960.55
916.19
840.96
100
2924.09
%T
80
60
40
20
3369.64
73
mAU
445nm
450nm
8.0 455nm
460nm
7.5 465nm
470nm
475nm
7.0
6.5
6.0
5.5
5.0
13.4
13.5
13.6
13.7
13.8
min
mAU
250
13.624/29080
200
150
100
50
0
-50
0.0
2.5
5.0
7.5
10.0
12.5
15.0
17.5
20.0
22.5
min
10
5
0
-5
0.0
2.5
5.0
7.5
10.0
12.5
15.0
17.5
20.0
22.5
25.0
27.5
min
mAU
445nm
5.5 450nm
455nm
5.0 460nm
465nm
4.5 470nm
475nm
4.0
3.5
3.0
2.5
13.25
13.50
13.75
14.00
min
Diketahui
: 13,5 ppm
: 52,582
Ditanya
Jawab
Faktor respon
Faktor respon
52,582
13,5 ppm
Faktor respon
= 3,895 ppm-1
29,080
3,895 ppm
76
N
a
m
a
S
a
m
p
el
A1
A2
n
o
0,7
0,7
0,
10
0,7
0,7
0,
I
n
h
i
b
i
s
i
(
0
,
1
2
5
1
,
6
,
9
%)
pe
l
a
k
(p
S
a
A
B
I
C50
(
p
p
m
)
3
3
8
,
5
0
0
9
0
25
50
10
0,7
0,7
0,7
0,7
0,6
0,6
2
,
5
0
3
3
,
6
3
0
0,
0,
0,
3
3
Vi
ta
mi
0,5
0,4
2
3
9
0,
0,2
0,2
7
6
6
0,
9
5
0,0
0,0
0,
9
9
4
,
2
,
7
9
7
8
0
14
0,0
0,0
6
9
5
0,
6
2
15
0,0
0,0
0,
0
9
6
,
3
7
0
Keterangan :
C (ppm)
: konsentrasi (ppm)
A1
: absorbansi simplo
A2
: absorbansi duplo
: absorbansi rata-rata
IC50
: Inhibisi konsentrasi 50
77
7
Konsentrasi 5 ppm
(Serapan BlankoSerapan Sampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
(0,7990,798)
Inhibisi ( )=0,125
100
Inhibisi()=
0,799
Konsentrasi 10 ppm
(Serapan BlankoSerapan Sampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
(0,7990,786)
Inhibisi ( )=1,690
100
0,799
Konsentrasi 25 ppm
(Serapan BlankoSerapan Sampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
(0,7990,779)
Inhibisi ( )=2,503
100
Inhibisi()=
0,799
Konsentrasi 50 ppm
(Serapan BlankoSerapan Sampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
( 0,7990,770 )
100
Inhibisi ( )=3,630
Inhibisi ( )=
0,799
Konsentrasi 100 ppm
(Serapan BlankoSerapan S ampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
(0,7990,677)
Inhibisi ( )=15,332
Inhibisi( )=
100
0,799
Inhibisi()=
Konsentrasi 3 ppm
(Ser apan BlankoSerapan Sampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
(0,7990,480)
100
Inhibisi ( )=39,987
Inhibisi()=
0,799
Konsentrasi 6 ppm
(Serapan BlankoSerapan Sampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
(0,7990,264)
Inhibisi ( )=66,959
100
Inhibisi()=
0,799
Konsentrasi 9 ppm
(Serapan BlankoSerapan Sampel)
Inhibisi()=
100
Serapan blanko
(0,7990,042)
100
Inhibisi ( )=94,806
Inhibisi()=
0,799
Konsentrasi 14 ppm
Serapan blanko
(0,7990,029)
100
Inhibisi ( )=96,370
Inhibisi()=
0,799
Inhibisi()=
a. Ekstrak Astasantin
Persamaan regresi linier pada grafik : Y = 0,150x
50
= 0,150x
IC50
= 338,500
50
0,150
a. Vitamin C
Persamaan regresi linier pada grafik : Y = 4,353x
50
= 4,353x
IC50
= 2,797
50
4,353