013.a-Hal 104-111 PDF
013.a-Hal 104-111 PDF
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
penduduk,
urbanisasi dan kenaikan pendapatan di
Negara
Negara
berkembang
menyebabkan
terjadinya
kenaikan
permintaan sumber pangan asal hewan
seiring dengan terjadinya kompetisi
lahan untuk budidaya tanaman dan
peternakan (IFAD, 2004). Konsumsi
protein daging per kapita di Indonesia
mencapai 3,41 g/kapita pada tahun 2012
104
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013
mengintegrasikan
peternakan
sapi
potong dan sapi bibit dengan pengolahan
kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk
organik. Suplai pakan didapatkan dari
limbah pertanian yang ditingkatkan nilai
nutrisinya dengan proses silase. Kajian
ini bertujuan untuk mengevaluasi
penerapan system pertanian terpadu
yang telah diterapkan di wilayah
wilayah tersebut dengan memperhatikan
faktor faktor yang mungkin
berpengaruh pada keberhasilan maupun
kegagalan penerapan sistem pertanian
terpadu.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan
membangun usaha peternakan dan
pertanian terpadu berkonsep terintegrasi
di beberapa daerah dengan tipologi
geografis yang berbeda di wilayah
Indonesia. Lokasi tersebut adalah
Wonosobo, Temanggung dan Tanah
Datar (wilayah dataran tinggi atau
pegunungan),
Banyumas, Belu dan
Gunungkidul (wilayah dataran sedang),
serta Kaur dan Bantul (wilayah dataran
rendah dan panas). Desain sistem
pertanian terpadu yang dibangun adalah
berbasis
ternak
sapi
potong
diintegrasikan dengan usaha tanaman
pertanian atau perkebunan disesuaikan
dengan potensi lokal daerah tersebut.
Kotoran ternak yang merupakan limbah
hasil usaha peternakan diproses terlebih
dahulu menggunakan teknologi Biogas
guna
menghasilkan pupuk
yang
merupakan input bagi sistem produksi
tanaman pertanian atau perkebunan.
Skala yang dibangun disesuaikan
dengan potensi ternak yang tersedia,
yaitu berkisar antara 5 sampai 200 ekor
ternak sapi potong. Skala unit biogas
yang dibangun disesuaikan dengan
jumlah kotoran yang dihasilkan, yaitu
dengan kapasitas 3 27 meter kubik.
Penerapan sistem pertanian terpadu
berbasis sapi potong di masing masing
wilayah kemudian dikarakterisasi dan
diamati keberlanjutan sistem yang
diterapkan dan usaha yang dijalankan.
Data yang didapat dianalisis secara
deskriptif.
105
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013
106
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013
Hasil
yang
didapat
menunjukkan bahwa produksi biogas
yang dihasilkan dari 2 ekor sapi jenis
Peranakan Ongole adalah rata-rata 201
liter/hari dari total input/hari 30 kg feses.
Jumlah sludge padat dan cair yang
dihasilkan dapat digunakan untuk
keperluan pemupukan organik. Jumlah
sludge (pupuk organik) yang dihasilkan
melalui proses biogas dari dua ekor sapi
adalah 92,5 kg dengan total padatan 7%.
Pupuk organik dibuat dari sludge biogas
yang keluar dalam bentuk lumpur
(slurry), untuk itu dilakukan upaya
untuk mendapatkan pupuk padat dan
cair (Febrisiantosa dkk., 2007). Metoda
yang
dilakukan
adalah
dengan
melaklukan pemisahan sludge antara
padat
dan
cair
dengan
carta
pengendapan dan penyaringan. Padatan
diendapkan satu malam dan cairannya
disaring (Julendra dkk, 2009). Pada
Tabel 1 ditampilkan data penerapan
biogas dalam konsep IFS pada beberapa
lokasi di Indonesia. Besarnya kapasitas
digester biogas disesuaikan dengan
jumlah
dan
jenis
sapi
yang
dibudidayakan. Digester biogas yang
digunakan umumnya tipe floating roof.
Tipe ini dipilih karena lebih mudah
pembuatan dan perawatannya serta lebih
murah biaya pembuatannya.
Tipe
biogas
Volume
digester
Volume
gas
Produk pupuk
organik
Jenis Tanaman
Budidaya
Wonosobo,
Jawa Tengah
Floating
Roof
6 m kubik
4000 liter
Langsung ke lahan
Singkong
Temanggung,
Jawa Tengah
Floating
roof
10 m
kubik
Nd
Difermentasi
menjadi pupuk
padat dan cair
Tembakau, padi
Banyumas,
Jawa Tengah
Floating
roof
3 m kubik
Nd
Langsung dialirkan
ke lahan
Sayuran, rumput
Belu, NTT
Floating
roof
27 m
kubik
5,2 liter/
menit
Langsung dialirkan
ke lahan
Palawija
Kaur,
Bengkulu
Floating
roof
3 m kubik
Nd
Langsung dialirkan
ke lahan
Sawit
Tanah Datar,
Sumatera Barat
Fix Dome*
7 m kubik
2
liter/menit
Diproses fermentasi
menjadi pupuk
padat dan pupuk
cair
Rumput, padi,
sayuran
Gunungkidul,
D.I.Yogyakarta
Floating
roof
12 m
kubik
Nd
Langsung dialirkan
ke lahan
Rosella
Bantul,
D.I.Yogyakarta
Tanpa
digester
biogas
Diproses fermentasi
menjadi pupuk
padat
Usaha pupuk
organik dan
kebun
Pisang dan Jati
107
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013
Letak
geografis
Sumber
pakan
Jenis sapi
Wonosobo,
Jawa Tengah
Pegunungan
Rumput
Hijauan
Ongole
dan
Simental
5 10 ekor
Taraf
Pendidikan
SDM
SLTP
Temanggung,
Jawa Tengah
Pegunungan
Hijauan,
ampas bir
Ongole
dan
simental
15 ekor
Sarjana
2009
Banyumas,
Jawa Tengah
Dataran
tinggi
Hijauan,
limbah
pertanian
Ongole
dan
Simental
20 ekor
SMA,
Sarjana
2010
Belu, NTT
Dataran
rendah
Padang
rumput
Sapi Bali
200 ekor
Diploma
2007
Kaur,
Bengkulu
Dataran
rendah
Hijauan dan
pelepah sawit,
alang-alang,
dedak
Ongole
10 ekor
Sarjana
2013
Tanah Datar,
Sumatera Barat
Dataran
tinggi, basah
Hijauan,
jerami, kulit
kakao, dedak
Simental
10
90 ekor
SD - SMA
2013
Berjiharjo,
Gunungkidul
Dataran
tinggi,
kering
Hijauan,
limbah
pertanian
(rending,
jerami)
Peranakan
ongole dan
Simental
5 ekor
Sarjana
2006
Bantul, D.I.Y
Dataran
rendah
Jerami,
rumput,
dedak,
onggok,
Peranakan
Ongole,
Simental
15
50 ekor
SMA
2010
108
Jumlah
peternak
Populasi
sapi
Tahun
Penerapan
IFS
2009
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013
Gambar 2. Sistem irigasi tetes memanfaatkan limbah cair biogas Istiqomah, 2011)
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan penerapan
IFS diantaranya adalah faktor sumber
daya alam, lingkungan dan sumber daya
manusia. Faktor sumber daya alam yaitu
tersedianya ternak sapi potong sebagai
sumber penghasil kotoran guna diolah
menjadi pupuk bagi pertanian. Sumber
daya manusia yang tersedia sangat
berpengaruh terhadap keberlanjutan
usaha pertanian terpadu ini. Budaya etos
kerja yang tinggi dapat menunjang
keberhasilan penerapan usaha terpadu
ini. Lingkungan memberikan pengaruh
karena dapat mempengaruhi kinerja unit
biogas
yang
dibangun,
kondisi
lingkungan yang mendukung proses
biogas adalah ketersediaan air dan suhu
yang ideal untuk proses fermentasi di
dalam digester biogas.
Beberapa
kajian
memperlihatkan pengaruh SDM pada
keberhasilan
program
introduksi
terknologi.
Hutagalung
(2011)
menyebutkan
bahwa
program
penyuluhan pertanian terkait dengan
karakteristik social ekonomi petani yang
keberhasilannya
dipengaruhi
oleh
tingkat pendidikan, luas lahan dan
produksi, sedangkan lamanya usaha dan
109
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013
2012.
http://www.bps.go.id/tab_sub/vie
w.php?kat=1&tabel=1&daftar=1
&id_subyek=05¬ab=4
BPS. 2013b. Populasi Ternak (000 ekor)
2000-2011.
http://www.bps.go.id/tab_sub/vie
w.php?kat=3&tabel=1&daftar=1
&id_subyek=24¬ab=12.
BPN. 2013. Luas lahan rumah tangga
pertanian Indonesia 2003 2013.
IFAD, 2004. Integrated crop-livestock
farming
systems.
www.ifad.org/lrkm/factsheet/inte
gratedcrop.pdf
van Keulen, H. and H. Schiere. 2004.
Crop-livestock systems: old wine
in new bottles? "New directions
for a diverse planet". Proceedings
of the 4th International Crop
Science Congress, 26 Sep 1 Oct
2004,
Brisbane,
Australia.
Published on CDROM. Web site
www.cropscience.org.au.
Febrisiantosa, A., R. Maryana, P. I.
Pudjiono, H. Herdian. 2007.
Implementasi Teknologi Biogas
Sebagai Penyedia Energi dan
Pupuk Organik Pada Rumah
Tangga Petani di Pedesaan.
Prosiding Seminar Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pemanfaatan
Bahan Baku Lokal, Yogyakarta 5
Desember 2007.
Julendra, H., Putut Irwan Pudjiono,
Roni
Maryana.
2007.
Pemanfaatan
Kotoran
Sapi
sebagai Energi Alternatif dan
Pupuk Organik Dalam Rangka
Pengembangan Sistem Pertanian
Terpadu. Prosiding Nasional
Implementasi Hasil Hasil Riset.
110
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan LIPI 2013
111