Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Infeksi Saluran Pernafasan Akut
260110090007
Miski Aghnia
260110090008
Nicky Niken L
260110090009
M. Irfan
260110090010
260110090012
Diastry Winanda
260110090013
Ismil Imama
260110090014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha peningkatan
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
diobati
dengan
antibiotic
dapat
mengakibat
kematian.
Program
karena
meningkatnya
kemungkinan
infeksi
silang,
beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing,
serta
Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan
tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam
dan dingin.
BAB III
ISI
OTITIS MEDIA
2.1 Terminologi
menjaga
keseimbangan
tekanan
udara
di
dalam
telinga
dan
Otitis media efusi (OME) adalah peradangan telinga tengah dan mastoid
yang ditandai dengan akumulasi cairan di telinga tengah tanpa disertai tanda
atau gejala infeksi akut.
Otitis media akut (OMA) adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya
cairan di telinga tengah dan disertai tanda dan gejala seperti nyeri telinga
(otalgia), rasa penuh di telinga atau gangguan dengar, serta gejala penyerta
lainnya tergantung berat ringannya penyakit, antara lain: demam, iritabilitas,
letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi membrana timpani,
yang dapat diikuti dengan drainase purulen.
Otitis media kronik (OMK) adalah proses peradangan di telinga tengah dan
mastoid yang menetap > 12 minggu.
Otitis media efusi (OME)
Penyakit ini dikenal pula dengan serous otitis media, glue ear, dan non
purulen otitis media. OME adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi
pada anak. Pada populasi anak, OME dapat timbul sebagai suatu kelainan shortterm menyertai suatu infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), ataupun sebagai
usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak
dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada
beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai
OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.
OMA
+
+
+
+/+
+
Otitis media
dengan efusi
+
+/+
+
( Itqiyah, 2007)
SINUSITIS
2.1 Terminologi
Sinusitis adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus. Sinus sendiri adalah
rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi
dari rongga sinus sendiri adalah untuk menjaga kelembapan hidung dan menjaga
pertukaran udara di daerah hidung. Sinusitis dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu :
infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus ( Bekti, 2009).
2.2 Epidemiologi
Di
belahan
bumi
utara,
sinusitis
biasanya
terjadi
akibat
akan
meningkatkan
morbiditas
bahkan
mortalitas.
Penyebaran
Faktor lokal
Faktor lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat
Faktor sistemik.
Faktor sistemik adalah keadaan di luar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata,
pecahnya bola mata)
Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari
wajah, perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)
Radang amandel
2.6 Patofisiologi
Setiap orang dapat melakukan diagnosis pada dirinya sendiri apakah
terkena sinusitis atau tidak. Untuk memudahkan diagnosis sinusitis dapat
berpatokan pada The Task Force on Rhinosinusitis of The American Assosiation of
Otolaryngology Head and Neck Surgery, dengan menggunakan gejala mayor dan
minor
GEJALA MAYOR
GEJALA MINOR
-Nyeri kepala
-Hidung buntu
-Napas bau
-Nyeri gigi
-Gangguan membau
-Batuk
-Panas
pada telinga
Sangkaan sinusitis apabila terdapat
-
Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis
kelamin, dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak.
Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya
meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut
sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang
diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi
penyakit ini ( Hudachairi,2009).
2.3 Etiologi
Radang tenggorokan bisa disebabkan bermacam-macam penyebab, bisa
karena infeksi virus, infeksi bakteri,infeksi fungal hingga alergi dan iritasi,di
antaranya adalah:
Virus,
80
% sakit
tenggorokan disebabkan
oleh
virus,
dapat
menyebabkan demam .
Batuk dan pilek, dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat
tenggorokan teriritasi.
Alergi.
Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat
kronis (menetap).
Difteri
Merokok.
ditemukan
pada penyakit
yang
disebabkan oleh
penyakit yang disebabkan oleh virus dengan bakteri. Seluruh masa sakit dapat
berlangsung kurang dari 24 jam dan biasanya tidaka kan bertahan lebih lamna dari
5 hari. Penyulit-penyulit lainnya jarang ditemukan.
Faringitis streptokokus pada seorang anak berumur lebih dari 2 tahun,
seringkali dimulai dengan keluhan-keluhan sakit kepala, nyeri abdomen dan
muntah-muntah. Gajala-gajala tersebut mungkin berkaitan dengan terjadinya
demam yang dapat mencapai suhu 40OC (104O F); kadang-kadang kenaikan suhu
tersebut tidak ditemukan selama 12 jam. Berjam-jam setelah keluhan-keluhan
awal maka tenggorokan penderita mulai terasa sakit dan pada sekitar sepertiga
penderita mengalami pembesaran kelenjar-kelenjar tonsil, eksudasi serta eritem
faring. Derajat rasa nyeri faring tidak tetap dan dapat bervariasi dari yang sedikit
hingga rasa nyeri demikian hebat sehingga membuat para penderita sukar
menelan. Dua per tiga dari para penderita mungkin hanya mengalami eritema
tanpa pembesaran khusus kelenjar tonsil serta tidak terdapat eksudasi.
Limfadenopati servikal anterior biasanya terjadi secara dini dan nodus-nodus
kelenjar mengalami nyeri tekan. Demam mungkin berlangsung hingga 1-4 hari;
pada kasus-kasus sangat berat penderita tetap dapat sakit hingga 2 minggu.
Temuan-temuan fisik yang paling mungkin ditemukan berhubungan dengan
penyakit yang disebabkan oleh streptokokus adalah kemerahan pada kelenjarkelenjar tonsil beserta tiang-tiang lunak, terlepas dari ada atau tidaknya
limfadenitis dan eksudasi-eksudasi. Gambaran-gambaran ini walaupun sering
ditemukan pada faringitis yang disebabkan oleh streptokokus, tidak bersifat
diagnostik dan dengan frekuensi tertentu dapat pula dijumpai pada faringitis yang
disebabkan oleh virus. Konjungtivitis, rinitis, batuk, dan suara serak jarang terjadi
pada faringitis yang disebabkan streptokokus dan telah dibuktikan, adanya 2 atau
lebih banyak lagi tanda-tanda atau gejala-gejala ini memberikan petunjuk pada
diagnosis infeksi virus( Hudachairi,2009).
2.5 Prognosis
Nyeri tenggorokan cenderung diabaikan, karena memang pada umumnya
ringan. Padahal pada sebagian kasus sekitar 10 -20% jika dibiarkan berlarut-larut,
radang ini bisa memicu munculnya penyakit lain. Hampir semua orang pernah
mengalami nyeri tenggorokan. Namun, belum banyak yang mau memeriksakan
diri ke dokter sebelum nyeri tenggorokannya menjadi lebih parah. Bahkan,
mereka biasanya baru pergi ke dokter saat radang parah, nyaris tidak sanggup lagi
menelan makanan. Radang tenggorokan sesungguhnya bukanlah nama penyakit.
Ia hanyalah gejala dari berbagai penyakit yang muncul. Dalam terminologi
kesehatan, radang tenggorokan biasa disebut dengan sore throat atau faringitis.
Keluhan yang muncul bervariasi, dari sekadar rasa gatal di tenggorokan sampai
nyeri berat sehingga menelan ludah pun terasa menyakitkan. Tidak sampai di situ
saja, stres dan kerja berlebihan dapat memperlemah sistem pertahanan tubuh dan
memicu infeksi tenggorokan. Penyebab radang atau sore throat bermacammacam. Bisa karena infeksi virus, infeksi bakteri, hingga alergi dan iritasi.
Seluruhnya dapat ditularkan melalui ludah, yang keluar saat batuk,atau
yang terdapat pada tangan atau barang pribadi penderita infeksi. Rata-rata masa
inkubasi radang tenggorokan antara dua hingga lima hari. Namun bila disebabkan
virus, masa inkubasinya berkisar antara tiga hari hingga dua minggu. Infeksi yang
disebabkan virus influenza bersifat menular dan sangat mudah tersebar. Pada
kondisi ini, peradangan berlangsung sekitar tiga sampai sepuluh hari. Umumnya,
peradangan terasa lebih berat pada pagi hari dan akan membaik seiring
berjalannya hari.
Biasanya disertai rasa lemas, menurunnya nafsu makan, demam, dan
batuk. Sakit tenggorokan juga ditemukan pada infeksi virus lainnya seperti bisul
dan campak. Tubuh memerlukan satu minggu untuk membangun antibodi untuk
menghancurkan virus-virus tersebut. Infeksi mononucleosis, atau yang umumnya
disebut Mono disebabkan virus Epstein Barr,dan membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk sembuh.Virus ini memengaruhi sistem limpa sehingga menyebabkan
pembesaran pada amandel dan muncul bercak putih pada permukaannya. Selain
itu, juga terjadi pembengkakan pada pembuluh di leher.
Infeksi seperti ini biasanya menimbulkan sakit tenggorokan yang parah,
sehingga membuat si penderita kesulitan bernapas. Virus ini juga menyebabkan
kelelahan luar biasa yang dapat berlangsung lebih dari enam minggu. Terkadang
virus ini juga menyerang hati dan menyebabkan sakit kuning. Walaupun Mono
diberi nama panggilan Kissing Disease, ia tidak hanya bisa ditularkan melalui
ludah. Penularan juga dapat terjadi dari mulut ke tangan, kemudian dari tangan ke
mulut atau dari penggunaan handuk atau alat-alat makan bersama.
Untuk bakteri, yang paling umum dan paling serius dalam hal komplikasi
adalah grup A betahemolitis streptococcus. Bakteri ini menyebabkan penyakit
strep throat dan diasosiasikan dengan kerusakan klep di jantung (demam rematik)
dan ginjal (nephritis), tonsillitis, radang paru, sinusitis, dan infeksi telinga.
Penyebab sakit tenggorokan yang lain adalah laryngo-pharyngeal reflux (LPR).
Pada penderita alergi biasanya mengalami sakit di tenggorokan pada pagi hari saat
asam lambung naik ke atas dan masuk bagian belakang tenggorokan. Pada
tenggorokan terasa ada benjolan dan berasa asam. Penderita sering mengeluarkan
dahak untuk membersihkan tenggorokan (Judarwanto,2010).
2.6 Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat
mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering
dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding
faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi
meradang dan membengkak (Hudachairi,2009).
Gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
Infeksi bakteri memang tidak sesering infeksi virus, tetapi dampaknya bisa
lebih serius. Umumnya, radang tenggorokan diakibatkan oleh bakteri jenis
streptokokus sehingga disebut radang streptokokus. Seringkali seseorang
menderita infeksi streptokokus karena tertular orang lain yang telah menderita
radang 2-7 hari sebelumnya. Radang ini ditularkan melalui sekresi hidung atau
tenggorokan.
Gejala umum radang streptokokus berikut:
demam seringkali lebih tinggi dari 38 derajat celsius dan sering disertai
rasa menggigil
DAFTAR PUSTAKA
Bekti.
2009.
Sinusitis
Available
online
at
2010.
Otitis
media
efusi.
Available
online
at
http://craizes456.blogspot.com/2010/10/otitis-media-efusi-ome.html
(diakses tanggal 18 Mei 2011)
Hudachairi.
2009.
Faringitis.
Available
online
at
Nurul.
2007.
Otitis
Media.
Available
online
at
2010.
Radang
Tenggorok.
Available
online
at
2009.
Sinusitis.
Available
online
at
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=88&Itemid=74 (diakses tanggal 18
Mei 2011).
Zoomyadam. 2009. Radang tenggorokan. Available online at : http://artikel-infokesehatan.blogspot.com/2009_09_01_archive.html (diakses tanggal 18
Mei 2011).