Anda di halaman 1dari 18

KETAHANAN TERHADAP STRES DAN KESEHATAN FISIK PADA

MASA REMAJA SERTA RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER


PADA USIA PERTENGAHAN
Cecilia Bergh,1 Ruzan Udumyan,1 Katja Fall,1 Henrik Almroth,2 Scott
Montgomery1,3,4

ABSTRAK
Obyektif
Stres psikososial adalah risiko yang dipertimbangkan terhadap penyakit jantung
koroner (PJK). Hubungan ketahanan stres pada remaja dengan risiko PJK belum
diteliti, sehingga tujuan kami adalah untuk menilai dan menyelidiki kemungkinan
ini serta keterlibatan peran dari kesehatan fisik.
Metode
Dalam penelitian berbasis registerini, 237.980 pria yang lahir antara tahun 1952
dan 1956 diikuti dari tahun 1987-2010 dengan menggunakan informasi dari
register Swedia. Ketahanan stres diukur pada pemeriksaan wajib militer
menggunakan wawancara semiterstruktur dengan psikolog. sebanyak 10.581
diidentifikasi terdiagnosis PJK. Regresi Cox memperkirakan hubungan antara
ketahanan

stres

dengan

PJK,

dengan

penyesuaian

bagi

faktor

risiko

kardiovaskular.
Hasil
Rendahnya ketahan terhadap stres dikaitkan dengan peningkatan risiko PJK.
Hubungan ini ditetapkan setelah disesuaikan dengan kesehatan fisik dan
kemungkinan pengacak lainnya serta faktor yang memperantarai, dengan HR
yang disesuaikan (95% CI) dari 1,17 (1,10-1,25), dengan beberapa bukti perantara
1

oleh latihan fisik. Rata-rata insiden PJK adalah 1000 orang pertahun (95% CI)
untuk ketahanan stres yang rendah, sedang dan tinggi masing masing 2,61 (2,522,70), 1,97 (1,92-2,03) dan 1,59 (1,53-1,67). Kesehatan fisik yang lebih baik
memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan risiko PJK; namun, ini
dilemahkan oleh ketahanan stres yang rendah, ditunjukkan pada interaksi interaksi
pengujian (p <0,001).
Kesimpulan
Rendahnya ketahanan terhadap stres pada masa remaja dikaitkan dengan
peningkatan risiko PJK pada usia pertengahan dan dapat mengurangi manfaat dari
latihan fisik. Hal ini merupakan bukti baru tentang peran ketahanan stres dalam
menentukan risiko PJK dan keterkaitan dengan kesehatan fisik.

PENDAHULUAN
Telah dikemukanan bahwa paparan stres psikososial sering dikaitkan dengan
berbagai hasil kesehatan yang merugikan, termasuk penyakit jantung koroner
(PJK),1 2 meskipun sampai saat ini belum ditemukan bukti yang meyakinkan. 2-4
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan stres juga memiliki potensi yang sama
besar dengan faktor risiko mayor penyakit kardiovaskcular lainnya. 5 Stres
psikososial kemungkinan memiliki potensi resiko penyakit kardiovaskular
melalui pengaruhnya terhadap sistem hipotalamic pituitari adrenal (HPA) dan
sistem saraf simpatik, yang dapat mengubah metabolisme dan kontrol otonom
jantung serta mengakibatkan peradangan.6 Selain itu, stres mungkin terkait dengan

faktor gaya hidup yang relevan dengan risiko PJK seperti merokok, konsumsi
alkohol dan aktifitas fisik yang terbatas.7
Ada potensi kekhawatiran secara metodologis dalam beberapa penelitian
mengenai stres psikososial dan risiko PJK, membuat sulitnya menari kesimpulan
yang jelas tentang penyebab, termasuk masalah penyimpangan pelaporan yang
disebabkan oleh penggunaan informasi yang dikumpulkan secara retrospektif.1,5
Pendeknya durasi follow up tidak memungkinkan untuk menemukan akumulasi
rasiko kronis yang signifikan. Hal ini juga memungkinkan paparan stres di usia
pertengahan dikacaukan oleh akumulasi risiko PJK sebelumnya.
Perhatian yang kecil telah diberikan untuk melihat akibat dari kemampuan
untuk mengatasi stres, atau ketahanan stres, dalam penilaian risiko PJK.
Rendahnya ketahanan terhadap stres, mungkin menghasilkan respon fisiologis
yang berkepanjangan dari paparan stres, mungkin penting dalam menentukan
risiko PJK akibat stres yang kronis. Penelitian pada hewan telah menunjukkan
bahwa stres yang muncul lebih awal dalam kehidupan dapat mengubah fungsi
sistem HPA yang menetap sebagai ketahanan yang rendah terhadap stres. 8,9 Bukti
terbaru memberi kesan bahwa faktor ini bekerja selama kehidupan sehingga
penting dalam menentukan risiko penyakit kardiovaskular.10 Rendahnya ketahanan
terhadap stres, sebagaimana dinilai selama penilaian wajib militer pada masa
remaja sebelum akumulasi faktor risiko PJK pada usia dewasa, sebelumnya telah
dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke pada pria paruh baya, dan hubungan
ini sebagian diperjelas dengan kesehatan fisik yang buruk.11 Penelitian lain yang
menggunakan data pemeriksaan wajib militer Swedia menemukan bahwa

kesehatan fisik yang lebih baik pada masa remaja dikaitkan dengan penurunan
risiko PJK,12 serta dengan risiko depresi yang lebih rendah di masa dewasa.13
Namun, review Cochrane baru-baru ini sangat tidak mendukung intervensi latihan
yang meningkatkan gejala depresi:14 hal ini menunjukkan bahwa stres dan stres
ketahanan dapat dapat mempengaruhi kesehatan dan olahraga. Jika demikian, kita
berhipotesis bahwa dengan tingkat kesehatan fisik yang lebih tinggi pada masa
remaja mungkin kurang protektif terhadap PJK jika disertai dengan tingkat
ketahanan stres yang rendah karena hal ini dapat menyebabkan redaman yang
lebih besar dari kesehatan fisik, atau manfaatnya, dari waktu ke waktu.
Tujuan utama kami adalah untuk menyelidiki ketahanan stres pada masa
remaja yang dikaitkan dengan PJK saat dewasa. Tujuan kedua adalah untuk
menguji peran kesehatan fisik dari dua perspektif. Pertama, kami menganggap
kesehatan fisik sebagai perantara untuk menjelaskan komponen dari hubungan
antara ketahanan stres dan risiko PJK. Kedua, kami memeriksa apakah ada
hubungan kesehatan fisik dengan variasi risiko PJK menurut tingkat ketahanan
terhadap stres (efek modifikasi), dengan hipotesis bahwa tingginya tingkat
kesehatan pada masa remaja mungkin tidak memberikan perlindungan terhadap
PJK di antara mereka dengan ketahanan stres yang rendah. Penelitian ini
menggunakan data register Swedia dengan informasi prospektif dikumpulkan
untuk kohort nasional seseorang, dengan informasi rinci dari masa kanak kanak
dan remaja dan follow up panjang hingga akhir usia paruh baya.
METODE
Populasi penelitian

Studi kohort terdiri dari semua warga Swedia berjenis kelamin laki-laki yang lahir
antara tahun 1952 dan 1956, yang memenuhi syarat untuk mengikuti wajib militer
dan termasuk dalam daftar Wajib Militer Swedia. Pada saat itu, wajib militer
adalah wajib bagi semua warga negara laki-laki dengan usia yang tepat (18 dan 19
tahun) dan pemeriksaan wajib militer termasuk penilaian medis, kejiwaan dan
fisik yang luas untuk membangun kesehatan, kebugaran dan profil psikologis.
Risiko PJK selanjutnya dinilai dari 1987 (ketika Register Pasien Nasional
Swedia11 mencapai cakupan penuh) hingga tahun 2010. Dengan total 284.198
orang teridentifikasi, tersedia 237.980 data yang lengkap setelah dieksklusi
sebagaimana tercantum dalam lampiran online. Sampel yang tersedia untuk
analisis utama terdiri 84% dari populasi target yang potensial. Data yang hilang
terutama terjadi karena penyakit kronis atau cacat. Sekitar 4% tidak menghadiri
penilaian. Di antara orang-orang yang tersisa dengan data yang hilang, 77%
memiliki kondisi yang membuat mereka tidak memenuhi syarat untuk wajib
militer dan tidak dilakukan pengujian lebih lanjut. Dengan demikian, kelompok
ini agaknya dipilih untuk kesehatan yang lebih baik pada awalnya.

Penilaian
Ketahanan stres, kesehatan fisik dan karakteristik lain pada masa remaja
Ketahanan terhadap stres, fungsi fisik dan kognitif, serta diagnosa penyakit
pada masa remaja dinilai sebagai bagian dari pemeriksaan wajib militer. Semua
pria menjalani pemeriksaan psikologis untuk menilai potensi kemampuan mereka
untuk mengatasi stres dalam dinas militer,15,16 berdasarkan kemampuan untuk

mengendalikan dan menyalurkan kegelisahan, toleransi stres dan pengaturan


kecemasan. Para wajib militer bertemu psikolog untuk wawancara semiterstruktur
yang mencakup area yang terkait secara umum dengan kehidupan sehari-hari,
termasuk yang berkaitan seperti maturitas sosial, ketertarikan terhadap rekreasi,
energi psikologis dan kestabilan emosi. 17 Wawancara ini digunakan untuk
menghasilkan skor ketahanan stres dari 1 sampai 9, yang kita kelompokkan
menjadi tingkat yang rendah (1-3), sedang (4-6) dan tinggi (7-9). Nilai yang lebih
tinggi menunjukkan ketahanan stres yang lebih besar. Untuk memastikan evaluasi
yang konsisten, pemerintah pusat mengawasi instruksi dan pelatihan psikolog
yang berpartisipasi, didukung dengan petunjuk tertulis. Beberapa rincian tes
hanya tersedia di Swedia,18 dan tidak semua informasi militer tersedia untuk
umum. Namun, telah digunakan dalam penelitian lain.11,15,19
Kesehatan fisik dinilai menggunakan tes siklus ergometer. Setelah dilakukan
EKG yang normal saat istirahat, tes yang maksimal dengan cara meningkatkan
beban secara bertahap sampai kelelahan. Variasi beban dimulai, tergantung pada
perawakan fisik, riwayat aktivitas fisik dan riwayat kesehatan. Pada pria dengan
kondisi medis tidak memungkinkan untuk tes

maksimal, dilakukan tes

submaksimal atau penilaiannya yang diturunkan untuk wajib militer dengan


penyakit menular atau kondisi lain, menurut perawakan fisik, riwayat aktivitas
fisik dan riwayat kesehatan. Hasil nilai diubah menjadi skor dengan rentang dari 0
sampai 9.20 Tinggi dan berat badan digunakan untuk menghitung indeks massa
tubuh (IMT), yang dikategorikan menggunakan kriteria WHO. Tekanan darah
sistolik dan diastolik diukur setelah istirahat dengan posisi berbaring dengan

menggunakan sphygmomanometer. Tes kognitif adalah penilaian tertulis dan


terdiri

dari empat

domain:

pemahaman

linguistik,

pengenalan spasial,

pengetahuan umum dan kemampuan untuk mengikuti instruksi mekanik; hasilnya


diubah menjadi skor tunggal dengan nilai mulai dari 1 sampai 9. Dari penilaian
medis di wajib militer, kami mengidentifikasi diagnosa dan digunakan
International Classification of Diseases (ICD)-8 dengan kode 393-458 untuk
menunjukkan diagnosis pada tiap penyakit kardiovaskular saat waktu wajib
militer.

Karakteristik sosial ekonomi dan demografi


Organisasi Pemerintah Statistik Swedia memberikan data sosial ekonomi dan
demografi termasuk informasi mengenai status penting dan emigrasi. Keadaan
sosial dan material saat masak kanak kanak diperkirakan dengan menggunakan
data dari Sensus Penduduk dan Perumahan pada tahun 1960.

11

Kepadatan dalam

rumah tangga didapatkan dengan membagi jumlah anggota rumah tangga dengan
jumlah kamar yang dihuni.

Penetapan kejadian PJK


Diagnosis PJK dalam kelompok ini diperoleh melalui Register Pasien Nasional
Swedia (pasien rawat inap dan rawat jalan) dan Register Penyebab Kematian
menggunakan kode ICD (lihat informasi tambahan secara online). Kami
mengidentifikasi tanggal pertama terdiagnosis PJK fatal dan non-fatal selama
periode 1969-2010.

Analisis statistik
Analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 22, Stata V.13 SE dan
R V.3.1.2. Regresi Cox digunakan untuk meneliti hubungan ketahanan stres pada
remaja dengan risiko PJK pada waktu selanjutnya antara usia 31 dan 58 tahun.
Follow up dimulai sejak 1 Januari 1987 dan berakhir pada tanggal pertama
terdiagnosis PJK, meninggal, emigrasi atau pada tanggal 1 Januari 2010,
tergantung apa yang terjadi pada pasien. Subyek yang terdiagnosis PJK sebelum
tahun 1987 dieksklusi (n = 140). PJK yang non-fatal dan fatal diperiksa secara
bersama-sama dan terpisah.
Hubungannya diperiksa menggunakan model yang tidak disesuaikan (model
1) dan lebih dari tiga model yang disesuaikan. Dalam model 2, yang disesuaikan
adalah faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi bdari keluarga: tahun
kelahiran, wilayah geografis, indeks sosial ekonomi orang tua dan kepadatan
dalam rumah tangga. Model 3 ditambahkan penyesuaian dengan karakteristik
pada masa remaja: fungsi kognitif (kontinu), tekanan darah sistolik dan diastolik
(kontinu) dan penyakit kardiovaskular saat wajib militer (kecuali PJK, laki-laki
dengan diagnosis ini pada masa remaja dieksklusi). Dalam model 4, faktor gaya
hidup pada masa remaja (diwakili oleh kesehatan fisik dan massa tubuh) juga
ditambahkan: BMI (dalam empat kategori) dan skor kesehatan fisik (kontinu).
Analisis Mediasi21 (dilakukan dengan menggunakan software R) digunakan untuk
menilai peran mediasi kesehatan fisik dalam hubungannya dengan ketahanan stres
pada remaja yang nantinya terdiagnosis PJK.

Hubungan abtara kesehatan fisik dengan PJK dihitung secara terpisah untuk
setiap tingkat ketahanan stres (stratifikasi). Efek modifikasi dengan ketahanan
diperiksa di seluruh populasi menggunakan pengujian interaksi pada skala
perkalian. Perbandingan resiko penerimaan terhadap ketahanan stres delamam
hubunganya dengan diagnosis PJK diuji secara nyata maupun mengunakan residu
Schoenfeld serta tidak ada bukti pelanggaran yang ditemukan. HR diperkirakan
dengan 95% CI dan signifikansi statistik didefinisikan sebagai p <0,05.

HASIL
Selama masa follow up dari 1987-2010, 10.581 orang (4,4%) menerima
rawat inap atau rawat jalan dengan diagnosis PJK, atau PJK tercatat sebagai
penyebab kematian. Semua kovariat secara statistik signifikan terkait dengan
ketahanan. Seseorang dengan ketahanan yang rendah cenderung memiliki tingkat
kesehatan fisik dan skor fungsi kognitif yang lebih rendah, tekanan darah tinggi,
kurus, kelebihan berat badan atau obesitas, terdiagnosis dengan penyakit
kardiovaskular saat wajib militer, orang tua dari keadaan sosial ekonomi rendah
dan kepadatan anggota keluarga yang lebih besar di masa kecil (tabel 1).

Semua karakteristik yang diteliti menunjukkan hubungan signifikan dengan


PJK (semua PJK, PJK fatal, infark miokard akut (IMA), IMA fatal dan angina
pektoris). Hubungan semua PJK dengan ketahanan stres, latihan fisik dan IMT
dilaporkan dalam tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan hubungan bertingkat
untuk ketahanan stres dengan PJK dengan risiko yang lebih tinggi pada individu
dengan ketahanan stres yang rendah. Angka kejadian juga menunjukkan hubungan
bertingkat dengan resiko tertinggi (absolut) pada kelompok dengan ketahanan
stres terendah. Ketika disesuaikan dengan faktor-faktor demografi dan sosial
ekonomi di masa kecil, HRs sedikit melemah tetapi tetap signifikan secara
statistik. Penyesuaian tambahan untuk kesehatan dan karakteristik perkembangan
pada masa remaja terutama melemahkan hubungannya. Penyesuaian lebih lanjut
untuk kesehatan fisik dan IMT memiliki dampak penting lebih lanjut pada HR

10

tapi tetap signifikan secara statistik. Analisis sensitivitas (lihat tabel tambahan
secara online S2-S4) secara tidak nyata mengubah hubungan. Analisis Mediasi
menunjukkan bahwa sekitar 19% (13,8-24,5%) dari hubungan antara ketahanan
stres yang rendah dan PJK diperantarai oleh latihan fisik, dan hubungan antara
ketahanan yang sedang dan PJK diperantarai oleh latihan fisik adalah sekitar 28%
(18,8-41,5%).

Tabel 3 menyajikan hasil untuk subkelompok PJK, IMA (n = 5820), IMA


yang fatal (n = 766), angina pektoris (n = 6171) dan PJK yang fatal (n = 1280).
Semua menunjukkan hubungan yang signifikan dan dinilai dengan ketahanan
stres dalam model baku yang tidak disesuaikan dan disesuaikan, dengan
hubungannya lebih tinggi untuk penyakit fatal.

11

Hubungan yang sebaliknya dari skor latihan fisik (0-9) dengan PJK kurang
nyata pada kelompok deban ketahanan yang rendah ketika diperiksa dalam
analisis stratifikasi. Secara statistik efek modifikasi telah dikonfirmasi
berpengaruh signifikan pada pengujian interaksi (Tabel 4). Seseorang dengan
ketahanan yang rendah memiliki risiko PJK bahkan jika mereka memiliki tingkat
kesehatan fisik yang lebih tinggi. Ketika analisis stratifiksi ini disesuaikan dengan
IMT, hanya ada perubahan kecil yang sedikit lebih rendah dalam perkiraan HR.

12

PEMBAHASAN
Dalam penelitian kohort berbasis populasi umum ini, kami menunjukkan
bahwa ketahanan stres yang rendah diukur pada masa remaja dikaitkan dengan
peningkatan risiko PJK pada pria paruh baya. Hasilnya agak dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi pada masa kanak-kanak, serta kesehatan dan karakteristik
perkembangan pada masa remaja. Hubungan ini selanjutnya melemah, tapi tidak
hilang, dengan penyesuaian untuk latihan fisik dan IMT pada masa remaja, yang
kemungkinan merupakan tanda karakteristik gaya hidup masa depan. Hasil
penelitian kami menunjukkan hubungan independen ketahanan stres dengan PJK.
Beberapa hubungan itu diperantarai melalui kesehatan fisik yang lebih rendah di
antara mereka dengan ketahanan stres yang lebih rendah. Seperti yang diharapkan,
latihan fisik yang lebih tinggi pada masa remaja dikaitkan dengan rendahnya
risiko PJK, tetapi perlu dicatat bahwa efek ini melamah atau hilang dalam
kelompok dengan ketahanan stres yanng rendah, yang sesuai dengan hipotesis
kami bahwa ketahanan stres memodifikasi hubungan latihan fisik dengan risiko
PJK.
13

Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan terbaru kami menunjukkan peran
stres dan ketahanan stres dalam etiologi stroke pada seseorang pada usia kerja. 11
Demikian pula, kesulitan dalam adaptasi sosial - kemungkinan merupakan tanda
ketahanan stres yang lebih rendah - telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
stroke22 dan kematian.23 Hasil ini sesuai dengan literatur yang menunjukkan peran
stres dalam pengembangan PJK dimana beberapa mekanisme telah diusulkan.3
Pengukuran stres dalam studi terbaru telah heterogen, namun beberapa penelitian
telah berfokus pada kerentanan atau ketahanan stres yang diperiksa di sini.
Dengan demikian, kita berhipotesis bahwa sumber-sumber ketahanan stres yang
rendah termasuk kurangnya kontrol terhadap respon stres akibat paparan stres
psikososial pada awal kehidupan8 atau karakteristik yang diwariskan.
Kondisi sosial ekonomi yang merugikan di masa kanak-kanak dapat
mempengaruhi risiko PJK nantinya, jadi kami menyesuaikan faktor-faktor
tersebut dengan sedikit dampak pada hubungan ketahanan stres dengan PJK.
Penyesuaian untuk perkembangan karakteristik pada masa remaja, termasuk
fungsi kognitif dan tekanan darah, memiliki hubungan yang berpengaruh.
Penanda paparan stres pada awal kehidupan telah dikaitkan dengan perkembangan
kognitif yang kurang24 dan tekanan darah tinggi,25 sehingga faktor ini dapat
mewakili akibat dari paparan stres sebelumnya yang mengakibatkan ketahanan
sters yang rendah. Oleh karena itu, penyesuaian faktor ini mungkin telah
menghasilkan perkiraan konservatif dari hubungan ini, bisa dikatakan sebuah
penyesuaian yang berlebihan. Penanda paparan stres dalam kehidupan awal juga
dikaitkan dengan kenaikan berat badan yang tidak sehat,26 yang dapat

14

mempengaruhi latihan fisik atau menjadi akibat dari tingkat latihan yang rendah. 27
Setidaknya sebagian IMT dan latihan fisik bisa menjadi akibat dari ketahanan
stres yang lebih rendah. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa proporsi
hubungan stres dan ketahanan stres dengan risiko penyakit kardiovaskular adalah
karena faktor risiko gaya hidup, ditandai dengan skor kesehatan fisik dan IMT,
sekitar 19% dari hubungan ini dengan ketahanan yang rendah dan 28% dari
hubungan dengan ketahanan tingkat sedang yang diperantarai oleh kesehatan
fisik. Hal ini sesuai dengan hasl tebaru dari penelitian kohort di Inggris dengan
peserta yang lebih tua, yang menemukan bahwa hubungan antara tekanan
psikologis dengan penyakit kardiovaskular sebagian besar dijelaskan oleh faktor
perilaku atau gaya hidup;28 Namun, penelitian tersebut tidak membedakan antara
berbagai jenis diagnosis penyakit kardiovaskular. Penelitian kami menunjukkan
bahwa proses tersebut mungkin memiliki perjalanan alamiah yang panjang,
dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja. Hasil yang kami dapatkan sesuai
antara subtipe PJK yang berbeda, meskipun besarnya hubangan agak lebih besar
untuk kejadian yang fatal, sesuai dengan penemuan kami untuk stroke, 11
menunjukkan bahwa ketahanan stres dikaitkan dengan kedua risiko dan tingkat
keparahan penyakit kardiovaskular. Kita hanya bisa berspekulasi mengenai
mekanisme yang mungkin, tetapi hal ini mungkin termasuk faktor-faktor seperti
isolasi sosial29 karena hal ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas
kardiovaskular, terutama pada seseorang dengan kepribadian tipe A.30 Dengan
demikian, ketahanan stres yang rendah mungkin memiliki karakteristik yang mirip

15

dengan seperti ciri kepribadian atau mungkin akibat dari suatu sifat, seperti
kepribadian tipe A.
Perlu dicatat bahwa interaksi pengujian mengungkapkan bahwa di antara
mereka dengan ketahanan stres yang rendah, hubungan yang menguntungkan
dengan latihan fisik yang tinggi dapat hilang. Kesehatan fisik dapat gagal untuk
memberikan efek yang besar sebagai perlindung dalam menghadapi paparan lain
yang terkait dengan ketahanan stres yang rendah. Atau, mereka dengan ketahanan
stres yang rendah pada masa remaja mungkin telah gagal untuk mempertahankan
tingkat kesehatan yang tinggi pada kemudian hari saat dewasa. Kami
menyarankan bahwa penjelasan ini semata-mata tidak digonta ganti. Jika latihan
fisik berkurang dengan bertambahnya usia pada mereka dengan ketahanan stres
yang rendah, maka peran perantara kesehatan fisik mungkin lebih besar daripada
yang dipertimbangkan oleh analisis kami bila hanya diukur pada masa remaja.
Kegemukan, obesitas dan kurangnya latihan fisik pada masa remaja
cenderung menjadi tanda akumulasi perilaku kesehatan yang berisiko yang terus
berlanjut sampai dewasa. Faktor gaya hidup lainnya di tahun-tahun antara wajib
militer dan diagnosis PJK, seperti merokok, alkohol dan diet, juga mungkin
merupakan faktor perantara yang relevan. Kami yakin bahwa ketahanan stres
terlibat dalam etiologi PJK dan juga bahwa komponen asosiasi diperantarai oleh
faktor gaya hidup. Kami yakin bahwa ketahanan stres dapat mempengaruhi
terjadinya penyakit kardiovaskular melalui jalur yang berbeda: seseorang dengan
ketahanan stres yang rendah akan lebih dipengaruhi oleh peristiwa stres dalam
kehidupan sehari-hari mereka dan lebih mungkin untuk menderita stres kronis

16

dengan konsekuensi fisiologis yang potensial; dan ketahanan stres juga dapat
mempengaruhi faktor perilaku seperti olahraga, merokok, dan pola makan.
Kekuatan dari penelitian ini meliputi penggunaan data prospektif direkam dari
beberapa register terkait dengan kelengkapan yang tinggi dan follow up jangka
panjang setelah mengukur ketahanan. Populasi penelitian sebagian besar diwakil
umumnya dari populasi laki-laki. Penilaian fisik dan psikologis yang luas
dilakukan pada masa remaja; Oleh karena itu, penyesuaian dapat dibuat untuk
pengukuran faktor resiko penyakit kardiovaskular yang kuat secara objektif
seperti kesehatan fisik, IMT dan fungsi kognitif. Durasi antara pemeriksaan wajib
militer dan awal follow up mengurangi kemungkinan kebalikan penyebab, yang
berarti tidak mungkin bahwa gejala awal penyakit kardiovaskular mengiringi
ukuran ketahanan stres. Kami juga memiliki kemungkinan untuk mengidentifikasi
penyakit kardiovaskular yang sudah ada dan menyesuaikan tekanan darah.
Validitas diagnosis PJK tercatat dalam Register Rawat Inap National Swedia.31
Keterbatasan yang potensial adalah bahwa penelitian ini hanya mencakup lakilaki, yang mengikuti wajib militer saat. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa
hasilnya tidak akan sama pada wanita. Kita tidak bisa memastikan stabilitas
ukuran ketahanan stres dari waktu ke waktu seperti yang diukur hanya sekali dan
tidak tahu persis bagaimana karakteristik ini dapat berinteraksi dengan paparan
stres. Hubungan temporal antara ketahanan stres dan kesehatan fisik pada masa
remaja tidak dapat dibangun, tapi kami berhipotesis bahwa kurangnya ketahanan
stres cenderung memiliki sumber dalam kehidupan sebelumnya dan ketahanan
yang berpotensi memiliki pengaruh buruk pada kesehatan fisik.

17

Sayangnya, kita tidak memiliki data tentang kebiasaan merokok, yang bisa
menambahkan lebih lanjut pemahaman kita tentang risiko gaya hidup. Namun,
sebuah penelitian dari wajib militer di Swedia pada tahun 1969 dengan informasi
tentang merokok (tidak tersedia dalam penelitian kami) menemukan bahwa 59%
secara keseluruhan adalah perokok dan di antara mereka dengan pengendalian
emosi yang rendah, yang setara dengan ketahanan stres yang rendah, dengan
proporsinya adalah 66%.32 Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa merokok
merupakan akibat dari ketahanan stres yang rendah dan bertindak sebagai faktor
parantara untuk komponen yang berhubungan dengan risiko PJK. Namun, kita
tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa jika merokok terlibat dalam
asosiasi ini, maka sebelumnya sudah ada gilirannya yang mempengaruhi
ketahanan terhadap stres. Demikian pula, merokok dapat menjadi salah satu faktor
yang mengurangi efek perlindungan dari kesehatan fisik yang lebih baik pada
seseorang dengan ketahanan stres yang lebih rendah.

KESIMPULAN
Ketahanan stres yang rendah pada masa remaja dikaitkan dengan
peningkatan risiko PJK pada usia pertengahan dan dapat mengurangi manfaat dari
latihan fisik. Hasil ini memberikan bukti baru peran ketahanan stres dalam
menentukan risiko PJK dan keterkaitan dengan kesehatan fisik.

18

Anda mungkin juga menyukai