TINJAUAN PUSTAKA
A.
Klasifikasi
dan
Morfologi
(Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan
Kerapu
Macan
Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005) bahwa ikan kerapu macan ini
memiliki
bentuk
tubuh
memanjang
dan
gepeng
(compressed),
tetapi
kadang-kadang ada juga agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan bibir
bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi geratan
yang berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung luar
bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi - gigi yang besar. Badan kerapu
macan ditutupi oleh sisik yang mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan.
Menurut Kordi (2001), bentuk tubuh ikan kerapu macan menyerupai kerapu
lumpur, tetapi tubuh kerapu macan lebih tinggi. Kulit tubuh ikan kerapu macan
dipenuhi dengan bintik-bintik gelap yang rapat. Sirip dadanya
berwarna
Kebiasaan Makan
Ikan kerapu macan dikenal sebagai predator atau piscivorous yaitu
(trokofor),
rotifer,
microcrustacea,
copepoda
dan
zooplankton
teknis. Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam
kegiatan pembenihan ikan kerapu macan yang berhubungan langsung dengan
aspek teknis dalam memproduksi benih (Subyakto dan Cahyaningsih, 2005).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) beberapa aspek penting yang harus
dipenuhi adalah letak unit pembenihan di tepi pantai untuk memudahkan
perolehan sumber air laut. Pantai yang tidak terlalu landai dengan kondisi dasar
laut yang tidak berlumpur dan mudah dijangkau untuk memperlancar transportasi.
Air laut harus bersih, tidak tercemar dengan salinitas 28 - 35 ppt. Sumber air laut
dapat dipompa minimal 20 jam per hari. Sumber air tawar tersedia dengan
salinitas maksimal 5 ppt. peruntukan lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata
Ruang Daerah/Wilayah (RUTRD/RUTRW).
Faktor non teknis merupakan pelengkap dan pendukung faktor-faktor teknis
dalam pemilihan lokasi pembenihan. Persyaratan lokasi yang termasuk dalam
faktor non teknis meliputi beberapa kemudahan seperti sarana transportasi,
termasuk
dukungan
masyarakat
sekitar
(Subyakto
dan
Cahyaningsih, 2005).
E.
Pemeliharaan Benih
1.
Persiapan Bak
Minjoyo, dkk., (1998) menyatakan bahwa bak pemeliharaan benih biasanya
berbentuk segi empat atau bulat dengan kedalaman air 1 - 1,5 m. Umumnya bak
yang digunakan adalah 10 - 20 ton. Penggunaan bak yang berukuran besar
bertujuan untuk mengurangi fluktuasi suhu, khususnya pada waktu larva masih
berumur 0 - 10 hari. Terlebih dahulu, bak dibersihkan lalu dikeringkan dan dibilas
dengan kaporit.
2.
satuan luas atau volume. Apabila populasi atau padat penebaran terlalu padat, ikan
sangat rentan untuk terserang penyakit. Penebaran benih yang terlalu padat bisa
menyebabkan pertumbuhan lambat dan kematian tinggi selama pemeliharaan
(Sudradjat, 2008). Selain itu, kepadatan yang tinggi akan menyebabkan kematian
yang cukup tinggi pula. Kematian terjadi dikarenakan tingkat kompetisi yang
tinggi, sehingga akhirnya memunculkan sifat kanibalisme benih ikan kerapu
(Subyakto dan Cahyaningsih, 2003). Padat penebaran ikan yang terlalu tinggi
juga akan menyebabkan konsumsi makanan yang lebih rendah karena akan
digunakan berumur 4 minggu dengan panjang awal 2,33 cm dan berat 0,25 gram.
Perlakuan yang diterapkan dengan tingkat kepadatan 5, 10 dan 15 ekor per
aquarium, Pemeliharaan dilakukan selama
4 minggu. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa rata rata pertambahan bobot dan panjang terbaik dicapai
ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan padat penebaran
5 ekor/wadah dengan berat 3,67 gram dan panjang 0.63 cm. Pertambahan bobot
dan panjang terendah pada perlakuan 15 ekor/wadah sebesar 2,16 gram dan
0,5 cm.
penelitian
dkk
(2008),
pengaruh
padat
penebaran
terhadap
3.
Pakan
Ikan kerapu merupakan ikan laut yang buas (karnivora) dan sifat
kanibalisme akan muncul bila kekurangan pakan. Oleh sebab itu pakan yang
diberikan harus cukup baik kuantitas maupun kualitasnya. Pemilihan jenis dan
ukuran pakan yang tepat akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan. Pakan
yang digunakan dapat berupa pakan alami/pakan segar atau pakan buatan. Ikan
rucah merupakan pakan segar yang biasa digunakan untuk ikan kerapu yang
dibudidayakan dikurungan apung. Ikan rucah yang digunakan diusahakan agar
dalam keadaan segar. Pakan ikan segar harus dicacah hingga ukurannya sesuai
dengan bukaan mulut ikan. Apabila telah busuk atau rusak jangan dipakai karena
dapat mengakibatkan kematian ikan, pakan di berikan dengan sistem addlibitum
yaitu dimana memberi makan secara sedikit sedikit sampai ikan tersebut
kanyang (Sudirman dan Karim, 2008).
4.
cangkang dan telur yang menetas. Minjoyo dkk, (1998) menyatakan larva umur
2 - 7 hari tidak dilakukan penyifonan kerena masih dalam masa kritis sehingga
sangat membutuhkan kondisi lingkungan yang stabil. Penyifonan dilakukan pada
larva umur 8 - 20 hari tiap 3 hari sekali, larva umur 21 hari penyifonan dilakukan
setiap 2 hari sekali. Pergantian air mulai dilakukan pada larva umur 8 - 15 hari
sebanyak 5 - 10% tiap 3 hari sekali. Pada larva umur 15 - 25 hari sebanyak
10 - 25% dan umur 25 - 35 hari sebanyak 20 - 30% tiap hari sekali. Pada larva
umur 35- 45 hari sebanyak 40 - 60% tiap hari.
10
5.
Hipotesa Penelitian
Hipotesa dari penelitian adalah :
H0 =
pertumbuhan
benih
ikan
kerapu
macan
(Epinephelus fuscoguttatus).
H1 =
Padat
tebar
pertumbuhan
yang
berbeda
benih
ikan
berpengaruh
terhadap
kerapu
macan
(Epinephelus fuscoguttatus).
Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika Fhitung< Ftabel pada taraf 0,05 maka terima H0 atau tolak H1.
Jika Fhitung > Ftabel pada taraf 0,05 maka terima H1 atau tolak H0.
11
G.
Kerangka Pikir
Penelitian dengan judul Pengaruh padat tebar ikan kerapu macan
- Potensi
- Harga
- Ekspor
Endrawati
dkk, 2008
Pengaruh Padat
Tebar
Ukuran
Pakan
Sifat Kanibalisme
Kualitas Air
Benih
Analisis
Laju
Pertumbuhan
Mutlak
Laju
Pertumbuhan
Harian (DGR)
ANOVA
12
Sintasan