Anda di halaman 1dari 28

Profil Pemecahan Masalah Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif : Field

Dependent dan Field Independent

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Kelas B

Oleh :

Dyas Arintya Purwitasari (120210101086)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Adanya globalisasi akan berpengaruh pada suatu bangsa dan negara,

masyarakat bahkan individu dalam masyarakat. Pengaruh yang ditimbulkan


globalisasi pada suatu bangsa terjadi di berbagai bidang, antara lain : bidang
ekonomi, politik, bidang sosial budaya, bidang pertahanan dan keamanan, bidang
agama, bidang pendidikan, dan sebagainya. Semakin berkembangnya zaman yang
diwarnai oleh globalisasi maka pendidikan juga harus mampu menyeimbangi dan
mengembangkan mutu serta kualitas dalam bidang pendidikan agar dapat bertahan
dari terpaan globalisasi.
Mahmud (2012:14) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah usaha yang
dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu,
serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia
mencapai kualitas diri yang lebih baik. Pendidikan bisa didapatkan dan dilakukan
dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga, dan yang
penting untuk diperhatikan adalah bagaimana memberikan atau mendapat
pendidikan dengan baik dan benar, agar manusia tidak terjerumus dalam kehidupan
yang negatif.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjamin
kelangsungan hidup negara, karena pendidikan merupakan sarana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM)
yang handal, melalui pendidikan yang baik diharapkan tujuan nasional dapat
tercapai yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia. Mahmud (2012:64) menyatakan bahwa pendidikan juga bertujuan
membangun karakter anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam
kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang digali untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, salah satunya adalah ilmu matematika.

Hobri (2009: 155) mendefinisikan bahwa ilmu matematika merupakan


konsep abstrak yang ide, gagasan dan strukturnya diatur secara logika. Hal ini
membuat peserta didik menganggap mata pelajaran matematika sulit untuk
dikuasai. Sedangkan matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan sangat
penting dalam pengembangan sains dan teknologi, karena matematika merupakan
sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan daya nalar, cara berpikir logis,
sistematis, dan kritis.
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata
pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata
pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka kemampuan berpikir kreatif sangat dibutuhkan terutama
dalam pembelajaran matematika. Permasalahan mendasar dalam dunia pendidikan
adalah rendahnya kualitas proses berpikir matematis. Hal ini ditunjukkan dengan
rendahnya penalaran dan kemampuan menyelesaikan masalah. Rendahnya
kemampuan ini akan berakibat pada rendahnya sumber daya manusia, sehingga
perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Pendidikan pun pada hakekatnya adalah suatu proses secara terus menerus
yang ada pada manusia untuk menanggulangi masalah-masalah dalam hidupnya.
Perlu adanya upaya untuk melatih dan membiasakan peserta didik untuk
menyelesaikan suatu masalah, sehingga peserta didik akan bisa memiliki
keterampilan pemecahan masalah tersebut.
Polya (dalam Hobri, 2009:176) menyatakan Pemecahan masalah sebagai
usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak
begitu saja dengan segera dapat dicapai. Pemecahan masalah pun tidak menjadi
hal yang asing dalam pendidikan. Namun kegiatan ini malah dijadikan model
pengajaran dalam suatu kegiatan di sekolah.
Banyak sekali ahli yang berpendapat tentang cara-cara dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Salah satu tahapan yang sangat terkenal di dalam matematika

adalah tahapan penyelesaian yang disusun oleh George Polya (1973). Polya
mengemukakan 4 langkah pemecahan masalah yaitu : (1) memahami masalah, (2)
menyusun rencana, (3) melaksanakan rencana, dan (4) meninjau kembali.
Setiap siswa pasti memiliki cara unik tersendiri dalam menyelesaikan suatu
permasalahan matematika. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, ada siswa yang memiliki kemampuan yang sangat baik, ada
siswa yang memiliki kemampuan biasa saja, dan ada pula siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, sebagian besar siswa telah menuliskan apa saja yang diketahui dan
apa yang ditanyakan dari permasalahan tersebut. Namun, dalam proses
penyelesaiannya, siswa yang satu memiliki penyelesaian yang berbeda dari siswa
yang lain, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa.
Slameto (1995:160) menyatakan bahwa gaya kognitif dapat dikonsepsikan
sebagai pilihan, sikap, atau strategi yang secara stabil menentukan cara-cara
seseorang yang khas dalam menerima, mengingat, berpikir dan memecahkan
masalah. Gaya kognitif sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang, misalnya
menentukan bidang akademiknya, menentukan cara belajar, bagaimana seseornag
tersebut berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya.
Menurut Uno (2010 : 186), gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antar
individu dalam pendekatannya terhadap suatu tugas, tetapi variasi itu tidak
menunjukkan tingkat intelegensi atau kemampuan tertentu. Siswa yang memiliki
gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan atau intelegensi yang
sama, apalagi siswa yang berbeda pasti perbedaan kemampuan atau intelegensi
antara satu dengan yang lain berbeda pula.
Salah satu gaya kognitif yang ditinjau dari perbedaan aspek psikologis adalah
gaya kognitif Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD). Gaya kognitif ini
mencerminkan analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut
Uno (2010:190) menyatakan bahwa dalam situasi sosial orang yang FD umumnya
lebih tertarik mengamati kerangka situasi sosial, memahami wajah/cinta orang lain,
tertarik pada pesan verbal dengan social content, lebih besar memperhitungkan
kondisi sosial eksternal sebagai feeling dan bersikap. Orang yang FI, dalam situasi

sosial sebaliknya merasa ada tekanan dari luar (eksternal pressure), dan
menanggapi situasi secara dingin, ada jarak, tidak sensitif.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian
Profil Pemecahan Masalah Siswa di tinjau dari Gaya Kognitif : Field Dependent
dan Field Independent.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :


a.

Bagaimanakah profil pemecahan masalah dalam menyelesaikan


permasalahan tentang himpunan ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent
siswa kelas VII?

b.

Bagaimanakah profil pemecahan masalah dalam menyelesaikan


permasalahan tentang himpunan ditinjau dari gaya kognitif Field
Independent siswa kelas VII?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun diatas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian ini adalah :


a.

Untuk mengetahui profil pemecahan masalah dalam menyelesaikan


permasalahan tentang himpunan ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent
siswa kelas VII?

b.

Untuk mengetahui profil pemecahan masalah dalam menyelesaikan


permasalahan tentang himpunan ditinjau dari gaya kognitif Field
Independent siswa kelas VII?

1.4
a.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Bagi siswa, untuk mengetahui dimana letak ketidakpahaman dengan materi
yang diajarkan oleh guru, mengetahui gaya kognitif yang dimiliki oleh
masing-masing

siswa,

mengetahui

bagaimana

cara

siswa

dalam

menyelesaikan permasalahan himpunan, serta sebagai evaluasi dalam upaya


memperbaiki hasil belajar pada materi himpunan,
b.

Bagi peneliti, untuk memberikan wawasan dan pengalaman yang lebih


tentang profil pemecahan masalah siswa ditinjau dari gaya kognitif yang
dimiliki oleh siswa.

c.

Bagi guru, untuk memberikan pengetahuan tentang gaya kognitif yang


dimiliki oleh siswa-siswa di SMP Negeri 1 Jember sehingga bisa
menerapkan model pembelajaran yang sesuai.

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Masalah Matematika
Menurut Bell (dalam Hobri, 2009:174) mengemukakan, suatu situasi

merupakan masalah bagi seseorang bila ia menyadari keberadaan situasi tersebut,


mengakui bahwa situasi tersebut memerlukan suatu tindakan, namun tidak dengan
segera dapat menemukan pemecahan terhadap situasi tersebut. Suatu pertanyaan
disebut masalah hanya jika seseorang tersebut tidak mempunyai aturan tertentu
yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Dalam kehidupan, seringkali seseorang menjumpai situasi sulit yang membutuhkan
suatu penyelesaian dengan pemikiran yang dalam, namun apabila seseorang
menjumpai situasi kemudian dengan cepat dia bisa menyelesaikan permasalahan
tersebut, maka situasi tersebut bukan merupakan permasalahan.
Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang membahas tentang
bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam pembelajaran matematika,
pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting sehingga sering kita
jumpai. Gagne (dalam Isnawati, 2011:26) menyatakan bahwa sebuah soal atau
pertanyaan akan disebut masalah jika dalam penyelesaiannya menuntut adanya
pemahaman tinggi terhadap konsep, prinsip, dan keterampilan yang dipelajari.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah matematika
merupakan suatu pertanyaan/soal matematika yang tidak dengan segera
menemukan pemecahan permasalahan tersebut sehingga membutuhkan suatu
pemahaman yang tinggi serta prosedur yang tidak rutin untuk dapat
menyelesaikannya.
2.2

Pemecahan Masalah
Solso (2008:434) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu

pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan
keluar untuk masalah yang spesifik. Menurut Rodney (dalam Susanto, 2011 : 50)
penyelesaian masalah didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu dalam
mengombinasikan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya untuk menghadapi
situasi baru. Sehingga dalam suatu kegiatan menemukan solusi dari suatu

permasalahan, pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan sebelumnya sangat


diperlukan untuk bisa menyelesaikan permasalahan tersebut.
Menurut NCTM (2000:52) menyatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan keterlibatan siswa dalam menyelesaikan permasalahan dimana metode
untuk menemukan solusinya tidak diketahui. Polya (dalam Hobri, 2009:176)
mendefinisikan pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu
kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dapat
dicapai. Sehingga untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut, siswa harus
bisa berpikir secara kreatif dengan menggunakan pengetahuan yang telah
didapatkannya.
Salah satu tahapan pemecahan masalah yang sering dijumpai dalam
matematika adalah tahapan Polya. Polya (dalam Hobri, 2009:176) menyatakan
bahwa dalam matematika terdapat dua macam masalah, yaitu (1) masalah untuk
menemukan (problem to find), dan (2) masalah untuk membuktikan (problem to
prove). Selanjutnya menurut Polya, kegiatan-kegiatan yang diklasifikasikan
sebagai pemecahan masalah dalam matematika seperti :
(1)

Penyelesaian soal cerita dalam buku teks

(2)

Penyelesaian soal-soal non rutin atau memecahkan teka-teki

(3)

Penerapan matematika pada masalah dalam dunia nyata, dan

(4)

Menciptakan dan menguji konjektur matematika


Menurut Polya (dalam Eganinta, 2012:18), secara garis besar tahap-

tahap pemecahan masalah dapat digambarkan sebagai berikut :


Gambar 2.1 Tahap pemecahan masalah Polya
Pemahaman Soal (Understanding the Problem)

Perencanaan Cara Penyelesaian (Devising a Plan)

Pelaksanaan Suatu Rencana (Carrying on the Plan)

Peninjauan Kembali (Looking Back)

Adapun penjabaran dari keempat langkah yang diajukan Polya yang


digunakan sebagai landasan dalam memecahkan suatu masalah, dapat diuraikan
sebagai berikut :
a.

Tahap Pemahaman Masalah (Understanding the Problem)


Tahap pemahaman soal menurut Polya ialah bahwa siswa harus dapat
memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut.
Menurutnya ciri bahwa siswa paham terhadap isi soal ialah siswa dapat
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya. Tahap ini
merupakan tahap permulaan dalam memecahkan suatu masalah, dan tahap ini
sangat berpengaruh terhadap langkah penyelesaian selanjutnya.
Sasaran penilaian pada tahap pemahaman soal meliputi :
1. Siswa mampu menganalisis soal. Hal ini dapat terlihat apakah siswa
tersebut paham dan mengerti terhadap apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam soal.
2. Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
dalam bentuk rumus, symbol, atau kata-kata sederhana.

b.

Tahap Perencanaan Cara Penyelesaian (Devising a Plan)


Menurut G. Polya pada tahap pemikiran suatu rencana, siswa harus dapat
memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Yang harus dilakukan siswa pada tahap ini adalah sebagai berikut :
1) Mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang
2) Mencari rumus-rumus yang diperlukan
Berdasarkan hal diatas, maka pada tahap ini dibutuhkan pengetahuan siswa
untuk

bisa

memilah

konsep-konsep

yang

akan

digunakan

dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.


c.

Pelaksanaan Rencana (Caryying Out the Plan)


Yang dimaksud tahap pelaksanaan rencana adalah siswa telah siap melakukan
perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep atau
rumus yang sesuai. Pada tahap ini, siswa harus dapat membentuk sistematika
soal yang baku, rumus-rumus yang telah disiapkan harus sesuai dengan apa

yang ditanyakan pada soal, kemudian siswa mulai memasukkan data-data


hingga menjurus ke rencana pemecahannya, setelah itu baru siswa
melaksanakan langkah-langkah rencana sehingga akan diharapkan dari dari
soal dapat dibuktikan atau diselesaikan.
d. Tahap Peninjauan Kembali (Looking Back)
Yang diharapkan dari keterampilan siswa dalam memecahkan masalah untuk
tahap ini adalah siswa harus berusaha mengecek ulang dan mendalam kembali
dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukannya.
Tabel 2.1 Indikator Pemecahan Masalah Matematika (Eganinta, 2012:22)
Langkah

Langkah Pemecahan

Indikator

Masalah

1. Siswa dapat menentukan syarat


cukup dan syarat perlu.
I

Memahami Masalah

2. Siswa dapat menceritakan


kembali masalah (soal) dengan
bahasanya sendiri
1.

Siswa dapat mengetahui


keterkaitan antara syarat cukup

II

Merencanakan
Penyelesaian

dan syarat perlu.


2.

Siswa dapat menggunakan


semua informasi yang penting
pada soal.

1.

Siswa dapat menggunakan


langkah-langkah secara benar.

III

Melaksanakan Rencana

2.

Siswa terampil dalam


algoritma dan ketepatan
menjawab soal

1. Siswa dapat menggunakan


IV

Melihat Kembali

informasi yang ada untuk


menyimpulkan permasalahan

2.3

Profil Pemecahan Masalah Matematika


Menurut Ilmiah (tanpa tahun), profil pemecahan masalah matematika

merupakan gambaran atau deskripsi tentang bagaimana upaya siswa dalam


menyelesaikan soal matematika dengan menerapkan pengetahuan matematika yang
dimilikinya. Dalam menyelesaikan permasalahan matematika dibutuhkan
pengetahuan matematika yang cukup, serta harus mengetahui metode dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
2.4

Gaya Kognitif
Slameto (1995:162) menyatakan, setiap individu memiliki cara-cara sendiri

yang disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat dan dipikirkannya.
Perbedaan-perbedaan antarpribadi dalam menyusun dan mengolah informasi yang
akan digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dikenal dengan nama
gaya kognitif.
Berbagai definisi gaya kognitif menurut beberapa ahli. Within (dalam
Nasution, 2006:94) mengungkapkan bahwa gaya kognitif adalah model yang
berfungsi sebagai karakteristik kognitif yang kita nyatakan diseluruh presepsi kita
dan kegiatan intelektual dalam cara yang sangat konsisten dan meresap. Ausburn
(dalam Uno, 2005:186) merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses
kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi,
pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Desmita menjelaskan bahwa gaya
kognitif adalah karakteristik individu dalam menggunakan fungsi kognitif
(berpikir, mengingat, memecahkan masalah, dan seterusnya) yang bersifat
konsisten dan lama..
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif
adalah karakteristik kognitif yang dimiliki oleh individu dalam menerapkan
pengetahuan, persepsi, pemahaman, dan pemecahan masalah.
Nasution (2006:200) menyatakan, gaya kognitif secara lebih spesifik dalam
kaitannya dengan proses belajar mengajar dibagi menjadi:
a.Field Dependent Field Independent
b.Impulsif Refleksif

c.Presentif Reseptif, dan


d.Sistematis Intuitif
Dari sekian banyak jenis gaya kognitif yang telah dikemukakan di atas maka
gaya kognitif field dependent dan field independent yang akan menjadi fokus dalam
penelitian ini.
Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh H.Witkin atas 1600
mahasiswa sejak tahun 1954 sampai 1970 ia menemkan test untuk membedakan
tipe-tipe gaya belajar para mahasiswa. Pertama-tama akan dibicarakan beda gaya
belajar field dependent dan field independent. Secara kasarnya ada pelajar yang
field dependent artinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau bergantung pada
lingkungan, ada pula yang tidak atau kurang dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk
jelasnya mari kita bandingkan kedua tipe itu dalam tabel 2.1 berikut
Tabel 2.2 Perbandingan Field Dependent dan Field Independent
Type : Field Dependent

Tipe : Field Independent

sangat dipengaruhi oleh lingkungan kurang dipengaruhi oleh lingkungan


banyak bergantung pada pendidikan dan oleh pendidikan di masa lampau.
sewaktu kecil;
dididik untuk selalu memperhatikan dididik untuk berdiri sendiri dan
orang lain;

mempunyai

otonomi

atas

tindakannya.
mengingat hal-hal dalam konteks tidak peduli akan norma-norma
sosial, misalnya gadis : mengenakan orang lain.
rok menurut panjang yang lazim;
bicara lambat agar dapat dipahami berbicara cepat tanpa menghiraukan
orang lain;

daya tangkap orang lain.

mempunyai hubungan sosial yang kurang

mementingkan

hubungan

luas; cocok untuk bekerja dalam sosial; sesuai untuk jabatan dalam
bidang

guidance,

pendidikan, dan sosial;

counseling, bidang
insinyur.

matematika,

science,

lebih cocok untuk memilih psikologi lebih


klinis

sesuai

memilih

psikologi

eksperimental

lebih banyak terdapat di kalangan banyak pria, namun banyak yang


wanita
lebih

overlapping
sukar

memastikan

bidang lebih

cepat

memilih

bidang

mayornya dan sering pindah jurusan. mayornya


tidak senang pelajaran matematika, dapat juga menghargai humanitas
lebih menyukai bidang humanitas dan ilmu-ilmu sosial, walaupun lebih
dan ilmu-ilmu sosial

cenderung kepada matematika dan


ilmu pengetahuan alam.

guru yang field dependent cenderung guru


diskusi, demokratis

yang

cenderung
kuliah,

field
untuk

independent
memberikan

menyampaikan

pelajaran

dengan memberitahukannya
memerlukan petunjuk yang lebih tidak memerlukan petunjuk yang
banyak untuk memahami sesuatu, terperinci
bahkan hendaknya tersusun langkah
demi langkah
lebih peka akan kritik dan perlu dapat

menerima

kritik

demi

mendapat dorongan, kritik jangan perbaikan.


bersifat pribadi.
(Nasution, 2006:100)
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yaitu penelitian
tentang profil pemecahan masalah matematika siswa SMP pada materi pecahan
ditinjau dari gaya belajar oleh Ilmiyah dan Masriyah (tanpa tahun). Penelitian lain
yang relevan adalah penelitian tentang proses berpikir siswa SMA dalam
memecahkan masalah matematika materi turunan ditinjau dari gaya kognitif field
dependent dan field independent. Penelitian yang dilakukan oleh Ilmiyah dan
Masriyah tersebut adalah meneliti profil pemecahan masalah yang ditinjau dari
gaya belajar, sedangkan peneliti ingin meneliti bagaimana profil pemecahan

masalah yang ditinjau dari gaya kognitif anak, apakah anak yang memiliki gaya
kognitif sama akan memiliki profil pemecahan masalah yang sama juga, atau malah
sebaliknya.
2.6 Himpunan
Himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan
jelas. Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan,
negara dan sebagainya.
Untuk mendefinisikan himpunan digunakan 4 cara, yaitu :
1.

Mendaftarkan semua anggotanya.


Contoh:
- A = {a,e,i,o,u}
- B = {2,3,5,7,11,13,17,19}

2.

Menyatakan sifat yang dimiliki anggotanya


Contoh:
Perhatikan himpunan pada contoh 1 di atas dan bandingkan dengan
pendefinisian di bawah ini
- A = Himpunan vokal dalam abjad latin
- B = Himpunan bilangan prima yang kurang dari 20

3.

Menyatakan sifat dengan pola


Contoh:
- P = {0,2,4,8,10,,48}
- Q = {1,3,5,7,9,11,13,15,}

HIMPUNAN KOSONG
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota.
Dilambangkan dengan atau { }
Contoh:
- {x | x2 < 0, x bilangan real}
HIMPUNAN BAGIAN
Diberikan himpunan A dan B. Jika setiap anggota A merupakan anggota B
maka dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B
memuat A dan dilambangkan dengan A B. Jadi A B jika dan hanya jika x A,

x B Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan anggota B maka A bukan
bukan himpunan bagian dari B, dilambangkan dengan A B.
OPERASI-OPERASI PADA HIMPUNAN
1. Irisan (Intersection)
Diberikan himpunan A dan B. Irisan himpunan A dan B ditulis dengan A
B adalah suatu himpunan yang anggotanya berada di A dan juga berada di
B.
Jadi A B = { x | x A dan x B }
Diagram venn dari daerah yang diarsir menyatakan A B
Gambar 2.3 Diagram Ven A B
S

Contoh:
1. A = {a,b,c, } dan B = {c,d,e,f}. Maka A B = {c}
2. P = {a,b,c} dan Q = {d,e,f}. Maka A B =
3. Siswa yang senang makan :
-

Rujak = 12 + 9 = 21 Orang

Bakso = 12 + 14 = 26 Orang

Rujak dan bakso = 12 orang

Siswa yang tidak senang makan rujak maupun bakso = 5 orang


berapa jumlah siswa seluruhnya:
Jawab :
Gambar 2.4 Diagram Venn
S

Bakso

Rujak

5
9

12

14

Banyak siswa seluruhnya adalah = 9 + 12 + 14 + 5 = 40 orang


2. Gabungan (Union)
Diberikan himpunan A dan B. Gabungan himpunan A dan B ditulis
dengan A B adalah suatu himpunan yang anggotanya berada di A
atau berada di B. Jadi A B = { x | x A atau x B }
Diagram venn dari daerah yang diarsir menyatakan A B
Gambar 2.5 Diagram Ven A B
S

Contoh:
4. A = {a,b,c} dan B = {c,d,e,f}. Maka A B = {a,b,c,d,e,f}
5. Siswa yang senang makan rujak 21 orang, siswa yang senang makan
bakso 26 orang dan siswa yang senang makan bakso dan rujak 12
orang. Berapa siswa yang senang makan rujak maupun bakso.
Jawab :
n (A B) = n (A) + n (B) n (A B)
= 21 + 26 12
= 35
Jadi, yang senang makan rujak maupun bakso adalah 35 orang
3. Selisih
Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri
dari semua anggota A yang bukan anggota B. A - B = { x | x A dan
x B }
Diagram Venn dari daerah yang diarsir menyatakan A - B

Gambar 2.5 Diagram Ven A - B

contoh:
A = {1,2,3,4,5}
B = {2,4,6,7,10}
Maka A - B = {1,3,5}
4. Komplemen
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang terdiri dari
semua anggota himpunan S yang bukan anggota A. Ac = { x | x S
dan x A }
Diagram Venn daerah yang diarsir menyatakan Ac
Gambar 2.5 Diagram Ven A B
S

contoh:
S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
A = {1,2,3,4,5}
Maka Ac = {6,7,8,9,10}

BAB 3.METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian deksriptif merupakan prosedur penelitian


berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau kata tertulis dari seorang
objek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang
diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan cara
sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Sugiyono,
2008:3). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang
dihasilkan akan disajikan dalam bentuk kalimat deskriptif. Deksripsi yang
dimaksud adalah mengenai profil pemecahan masalah siswa berdasarkan
langkah-langkah Polya ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki siswa.
3.2

Daerah dan Subyek Penelitian


Daerah penelitian merupakan tempat atau lokasi obyek penelitian yang akan

dilakukan. Pada penelitian ini mengambil daerah penelitian di SMP Negeri 1


Jember dengan beberapa pertimbangan berikut :
a. Adanya kesediaan dari SMP Negeri 1 Jember untuk dijadikan tempat
penelitian.
b. Di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian sejenis.
c. Subjek penelitian merupakan siswa kelas VII. Kelas dipilih menggunakan
teknik purposive sampling dengan pertimbangan guru matematika kelas
VII, dimana kelas yang dipilih adalah kelas heterogen yang didalamnya
terdapat

siswa dengan kemampuan beragam,

yaitu siswa

yang

berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.


Subjek penelitian ditetapkan 6 siswa, masing-masing adalah tiga orang siswa
yang memiliki gaya kognitif Field Dependent, dan tiga orang siswa yang memiliki
gaya kognitif Field Independent. Enam subjek tersebut dipilih dari siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Jember pada semester ganjil 2015/2016 berpedoman pada hasil tes

gaya kognitif dengan menggunakan Group Embedded Figures Test (GEFT) yang
telah valid dan reliabel .
3.3

Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran, perlu adanya definisi

operasional untuk beberapa istilah yang terdapat pada penelitian ini, yaitu :
a. Masalah matematika adalah suatu pertanyaan/soal matematika yang tidak
dengan segera menemukan pemecahan permasalahan tersebut sehingga
membutuhkan suatu pemahaman yang tinggi serta prosedur yang tidak rutin
untuk dapat menyelesaikannya.
b. Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan,
mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dapat dicapai.
Sehingga untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut, siswa harus
bisa berpikir secara kreatif dengan menggunakan pengetahuan yang telah
didapatkannya.
c. Profil pemecahan masalah matematika adalah gambaran atau deskripsi
tentang bagaimana upaya siswa dalam menyelesaikan soal matematika
dengan menerapkan pengetahuan matematika yang dimilikinya.
d. Gaya kognitif adalah karakteristik kognitif yang dimiliki oleh individu
dalam menerapkan pengetahuan, persepsi, pemahaman, dan pemecahan
masalah
3.4

Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, diperlukan suatu prosedur penelitian.

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui


atau dilaksanakan dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini diperlukan suatu
prosedur yang merupakan tahapan yang dilakukan sampai diperoleh data-data
untuk dianalisis hingga dicapai suatu kesimpulan sesuai dengan tujuan pendidikan.
a. Kegiatan Pendahuluan
Tahap pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan
daerah penelitian, menentukan banyak objek kelas yang digunakan,
membuat surat ijin penelitian, menggandakan instrumen test GEFT, serta

berkoordinasi dengan pihak sekolah dalam menentukan jadwal pelaksanaan


kegiatan. Kemudian dilakukan tes GEFT kepada siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Jember untuk mengetahui gaya kognitif yang dimiliki siswa.
Instrumen tes GEFT untuk mengetahui siswa memiliki gaya kognitif Field
Dependent atau Field Independent.
b. Pembuatan tes pemecahan masalah dan pedoman wawancara.
Membuat tes (soal) berupa permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan materi himpunan dan pedoman wawancara. Soal
yang digunakan berupa soal cerita yang berkaitan dengan karakteristik
tahapan Polya. Pedoman wawancara digunakan untuk menuliskan garis
besar pertanyaan yang akan diajukan maupun yang ingin diketahui dari
kegiatan wawancara yang akan dilakukan.
c. Memvalidasi tes
Melakukan validasi soal tes pemecahan masalah dengan memberikan
lembar validasi kepada tiga orang validator, yaitu dua orang dosen
Pendidikan Matematika dan seorang guru matematika SMP Negeri 1
Jember. Lembar validasi berisi tentang kesesuaian validasi isi, validasi
konstruksi, bahasa soal, alokasi waktu dan petunjuk pengerjaan soal.
d. Menganalisis data yang diperoleh dari lembar validasi
Bila memenuhi kriteria valid, maka dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu
uji reliabilitas. Jika tidak maka akan dilakukan revisi dan uji validitas
kembali.
e. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilaksanakan sebelum penelitian, dengan tujuan untuk
mengetahui bahwa tes pemecahan masalah ini dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji reliabilitas dilakukan dengan
mencobakan draft tes pemecahan masalah yang telah valid kepada kelas
lain, selain kelas yang ditunjuk sebagai sebagai subjek penelitian. Bila
memenuhi kriteria reliabel maka akan dilanjutkan pada tahap selanjutnya.
Bila tidak, maka akan dilakukan revisi dan uji reliabilitas kembali.
f. Mengumpulkan data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes pemecahan masalah


dengan materi himpunan yang terdiri dari 5 soal. Tes soal pemecahan
masalah dikerjakan berdasarkan tahap Polya. Setelah didapatkan hasil tes,
akan dipilih 6 subjek yang memiliki gaya kognitif Field Dependent dan
Field Independent yang akan dijadikan subjek penelitian. Selanjutnya akan
diadakan wawancara terhadap siswa untuk memperoleh analisis yang lebih
mendalam tentang bagaimana cara siswa dalam memecahkan masalah
matematika berdasarkan tahap Polya.
g. Analisis data
Pada tahap ini, hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan tes pemecahan
masalah, angket, dan wawancara yang telah dilakukan akan dianalisis.
Analisis

ini

adalah

tujuan

utama

dari

penelitian,

yaitu

untuk

mendeskripsikan profil pemecahan masalah pada materi himpunan yang


ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki oleh siswa.
h. Kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil analisis data
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

Secara ringkas prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah
ini
Mulai

Kegiatan Pendahuluan
Pembuatan tes
pemecahan masalah
dan pedoman
wawancara
Revisi
Memvalidasi tes

Revisi

Valid?
Tidak
Uji Reliabilitas Tes

Reliabel?

Pengumpulan Data

Keterangan :
: Kegiatan awal dan
akhir
: Kegiatan penelitian
: Analisis uji
: Alur Kegiatan
: Alur Kegiatan jika
diperlukan

Analisis Data
Kesimpulan

3.5

Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2000 : 13), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah
soal tes pemecahan masalah, tes GEFT dan pedoman wawancara.
Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen utama penelitian. Peneliti
melakukan peran sosial interaktif diantaranya adalah mengamati, mencatata hasil
penelitian serta melakukan kegiatan interaktif dengan peserta. Sehingga peneliti
merupakan instrumen utama yang menentukan sukses tidaknya suatu penelitian.
Instrumen tes Group Embedded Figures Test (GEFT) digunakan untuk
mengetahui apakah siswa memiliki gaya kognitif Field Dependent atau Field
Independent. Tes GEFT ini tersusun atas 18 soal tes yang menyangkut gambar. jika
seseorang berhasil menjawab benar lebih dari 9 soal maka dikategorikan FI,
sebaliknya jika hanya mampu menjawab benar 9 soal atau kurang dari 9 soal maka
dikategorikan FD.
Lembar tes tertulis dalam penelitian ini adalah lembar kerja langkah-langkah
pengerjaan soal siswa secara runtun. Materi yang akan diberikan dalam tes ini
adalah himpunan. Materi tersebut merupakan materi yang sudah pernah diajarkan
kepada siswa. Tes ini disajikan dalam bentuk masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang akan dikerjakan menggunakan tahap-tahap Polya.
Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menyusun garis
besar pernyataan yang akan diajukan dalam wawancara sehingga pertanyaan
tersebut dapat berkembang sesuai dengan keadaan dan kenyataan subjek penelitian.
Sehingga wawancara tersebut dinamakan sebagai wawancara tidak terstruktur.
Dalam menyusun pedoman wawancara harus merumuskan tujuan wawancara,
membuat gambaran atau kisi-kisi wawancara dan membuat rencana garis besar
pertanyaan yang diperlukan dalam penelitian.
3.6

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2002 : 134). Tujuannya adalah untuk

memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat yang dapat digunakan dengan
tepat. Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah tes, wawancara.
a. Metode Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai
pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh peserta didik (Arifin, 2009 : 118). Tes dalam penelitian ini
menggunakan tes pemecahan masalah pada materi himpunan.
b. Metode Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan memberi pertanyaan kepada subjek
penelitian dan dijawab langsung secara lisan juga. Ciri wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah in-depth interview (wawancara
mendalam). Pada penelitian ini, yang akan diwawancarai adalah 3 siswa
yang memiliki gaya kognitif Field Dependent dan 3 siswa yang memiliki
gaya kognitif Field Independent. Wawancara ini bertujuan untuk verifikasi
atau triangulasi data. Data hasil wawancara disini digunakan untuk
mendeskripsikan bagaimana cara siswa dalam memecahkan masalah
berdasarkan langkah-langkah Polya pada materi himpunan. Jenis
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan
campuran, dimana terdapat pertanyaan yang teah dirancang sebelumnya,
dan pertanyaan yang akan muncul pada saat wawancara sesuai dengan
keadaan dan subjek penelitian. Wawancara ini bersifat fleksibel dan
memungkinkan

peneliti

mengikuti

pemikiran

subjek

disamping

pertanyaan struktur yang telah dibuat.


3.7

Metode Analisis Data


Analisis data merupakan cara untuk mengolah data-data yang didapatkan

dalam suatu penelitian, sehingga menghasilkan suatu keimpulan yang dapat


dipertanggungjawabkan.
Pada penelititan ini data yang dianalisis adalah hasil tes siswa dan dilakukan
uji untuk mengelompokkan siswa kedalam 2 kelompok berdasarkan hasil tes yang

dilakukan yaitu kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent dan
kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent. Kemudian diambil
6 siswa, masing-masing 3 siswa dari kelompok yang memiki gaya kognitif Field
Dependent dan Field Independent. Keenam siswa tersebut diwawancarai secara
mendalam sampai menemukan kesimpulan tentang bagaimana kemampuan mereka
dalam memecahkan soal uraian tes matematika berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah model Polya.
3.7.1 Validitas Pedoman Tes
Tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur (Arikunto, 2011 : 65). Untuk mengetahui validitas butir soal adalah dengan
rumus korelasi product moment.
=

=1 (=1 )(=1 )
( =1 2 (=1 )2 )( =1 2 (=1 )2 )

Keterangan :
r = koefisien validitas tes
X = skor butir soal
Y = skor total
N = banyak siswa yang mengikuti tes
i = 1,2,3
Jika nilai r yang didapatkan kurang dari atau sama dengan nol, maka butir soal
tersebut dikataan tidak valid dan tidak bisa digunakan. Kategori interpretasi
koefisien validitas suatu tes dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.1 Kategori Interpretasi Koefisien Validitas Suatu Tes
Besar r
Interpretasi Validitas
0,00 < || < 0,20
Sangat rendah
0,00 < || < 0,20
Rendah
0,00 < || < 0,20
Sedang
0,00 < || < 0,20
Tinggi
0,00 < || < 0,20
Sangat Tinggi
(Arikunto, 2011:75)
3.7.2Reliabilitas Tes
Menurut Arikunto (2011:60) sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil yang
didapatkan tetap meskipun digunakan berkali-kali pada subjek yang sama. Tes

yang reliabilitasnya baik memenuhi kelayakan sebagai alat pengumpul data.


Untuk mengetahui reliabilitas soal, digunakan rumus Cronbachs Alpha yaitu :
=(

) (1 2 )
1

Keterangan :

= koefisien reliabilitas tes

= banyaknya butir tes

2 = jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item


2

= varians soal

Berikut kriteria derajat reliabilitas suatu tes :


Tabel 3.3 Kategori Interpretasi Koefisien Validitas Suatu Tes
Besar r
Interpretasi Validitas
0,00 < || < 0,20
Sangat rendah
0,00 < || < 0,20
Rendah
0,00 < || < 0,20
Sedang
0,00 < || < 0,20
Tinggi
0,00 < || < 0,20
Sangat Tinggi
(Arikunto, 2011:60)

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta
: Bumi Aksara
Eganinta, Devy. 2012. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel Bagi Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Surakarta Ditinjau dari Kemampuan
Penalaran Siswa. [serial on line]. http://pasca.uns.ac.id?p=2709. [27 Mei 2015]
Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Center for Society Studies :
Jember
Ilmiah. (Tanpa Tahun). Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP pada
Materi Pecahan Ditinjau dari Gaya Belajar. Tidak Dipublikasikan. Jurnal.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Isnawati. 2011. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa antara
yang Belajar Menggunakan Pendekatan RME dengan Pendekatan Pembelajaran
Open-ended Sub Pokok Bahasan Layang-Layang dan Trapesium Kelas VII SMP
Muhammadiyah Jember Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan.
Jember : Universitas Jember
Jonathan Ling dan Jonathan Captling. 2012. Psikologi Kognitif. Erlangga : Jakarta
Mahmud. 2012. Ilmu Pendidikan. Pustaka Setia : Bandung
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. PT
BUMI AKSARA : JAKARTA
NCTM, 2000. Principle and Standards for School Mathematics.Library of
Congress Catalouging-in-Publication Data: ISBN : 0-87353-480-8. America :
United States of America.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Solso, Robert L. 2008. Psikologi Kognitif. Edisi Kedelapan. Terjemah oleh Mikael
Rahadanto dan Kristianto Batuadji. Jakarta : Erlangga
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta

Susanto. 2011. Proses Berpikir Siswa Tunanetradalam Menyelesaikan Masalah


Matematika. Disertasi. Surabaya : Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Negeri Surabaya.
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. PT BUMI
AKSARA : JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai