Tugas Bahasa Indonesia
Tugas Bahasa Indonesia
Oleh :
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Adanya globalisasi akan berpengaruh pada suatu bangsa dan negara,
adalah tahapan penyelesaian yang disusun oleh George Polya (1973). Polya
mengemukakan 4 langkah pemecahan masalah yaitu : (1) memahami masalah, (2)
menyusun rencana, (3) melaksanakan rencana, dan (4) meninjau kembali.
Setiap siswa pasti memiliki cara unik tersendiri dalam menyelesaikan suatu
permasalahan matematika. Hal ini dikarenakan setiap siswa memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, ada siswa yang memiliki kemampuan yang sangat baik, ada
siswa yang memiliki kemampuan biasa saja, dan ada pula siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, sebagian besar siswa telah menuliskan apa saja yang diketahui dan
apa yang ditanyakan dari permasalahan tersebut. Namun, dalam proses
penyelesaiannya, siswa yang satu memiliki penyelesaian yang berbeda dari siswa
yang lain, hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa.
Slameto (1995:160) menyatakan bahwa gaya kognitif dapat dikonsepsikan
sebagai pilihan, sikap, atau strategi yang secara stabil menentukan cara-cara
seseorang yang khas dalam menerima, mengingat, berpikir dan memecahkan
masalah. Gaya kognitif sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang, misalnya
menentukan bidang akademiknya, menentukan cara belajar, bagaimana seseornag
tersebut berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya.
Menurut Uno (2010 : 186), gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antar
individu dalam pendekatannya terhadap suatu tugas, tetapi variasi itu tidak
menunjukkan tingkat intelegensi atau kemampuan tertentu. Siswa yang memiliki
gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan atau intelegensi yang
sama, apalagi siswa yang berbeda pasti perbedaan kemampuan atau intelegensi
antara satu dengan yang lain berbeda pula.
Salah satu gaya kognitif yang ditinjau dari perbedaan aspek psikologis adalah
gaya kognitif Field Independent (FI) dan Field Dependent (FD). Gaya kognitif ini
mencerminkan analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut
Uno (2010:190) menyatakan bahwa dalam situasi sosial orang yang FD umumnya
lebih tertarik mengamati kerangka situasi sosial, memahami wajah/cinta orang lain,
tertarik pada pesan verbal dengan social content, lebih besar memperhitungkan
kondisi sosial eksternal sebagai feeling dan bersikap. Orang yang FI, dalam situasi
sosial sebaliknya merasa ada tekanan dari luar (eksternal pressure), dan
menanggapi situasi secara dingin, ada jarak, tidak sensitif.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian
Profil Pemecahan Masalah Siswa di tinjau dari Gaya Kognitif : Field Dependent
dan Field Independent.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
b.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun diatas, maka tujuan
b.
1.4
a.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Bagi siswa, untuk mengetahui dimana letak ketidakpahaman dengan materi
yang diajarkan oleh guru, mengetahui gaya kognitif yang dimiliki oleh
masing-masing
siswa,
mengetahui
bagaimana
cara
siswa
dalam
c.
2.1
Masalah Matematika
Menurut Bell (dalam Hobri, 2009:174) mengemukakan, suatu situasi
Pemecahan Masalah
Solso (2008:434) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu
pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan
keluar untuk masalah yang spesifik. Menurut Rodney (dalam Susanto, 2011 : 50)
penyelesaian masalah didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu dalam
mengombinasikan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya untuk menghadapi
situasi baru. Sehingga dalam suatu kegiatan menemukan solusi dari suatu
(2)
(3)
(4)
b.
bisa
memilah
konsep-konsep
yang
akan
digunakan
dalam
Langkah Pemecahan
Indikator
Masalah
Memahami Masalah
II
Merencanakan
Penyelesaian
1.
III
Melaksanakan Rencana
2.
Melihat Kembali
2.3
Gaya Kognitif
Slameto (1995:162) menyatakan, setiap individu memiliki cara-cara sendiri
yang disukainya dalam menyusun apa yang dilihat, diingat dan dipikirkannya.
Perbedaan-perbedaan antarpribadi dalam menyusun dan mengolah informasi yang
akan digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dikenal dengan nama
gaya kognitif.
Berbagai definisi gaya kognitif menurut beberapa ahli. Within (dalam
Nasution, 2006:94) mengungkapkan bahwa gaya kognitif adalah model yang
berfungsi sebagai karakteristik kognitif yang kita nyatakan diseluruh presepsi kita
dan kegiatan intelektual dalam cara yang sangat konsisten dan meresap. Ausburn
(dalam Uno, 2005:186) merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses
kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi,
pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Desmita menjelaskan bahwa gaya
kognitif adalah karakteristik individu dalam menggunakan fungsi kognitif
(berpikir, mengingat, memecahkan masalah, dan seterusnya) yang bersifat
konsisten dan lama..
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif
adalah karakteristik kognitif yang dimiliki oleh individu dalam menerapkan
pengetahuan, persepsi, pemahaman, dan pemecahan masalah.
Nasution (2006:200) menyatakan, gaya kognitif secara lebih spesifik dalam
kaitannya dengan proses belajar mengajar dibagi menjadi:
a.Field Dependent Field Independent
b.Impulsif Refleksif
mempunyai
otonomi
atas
tindakannya.
mengingat hal-hal dalam konteks tidak peduli akan norma-norma
sosial, misalnya gadis : mengenakan orang lain.
rok menurut panjang yang lazim;
bicara lambat agar dapat dipahami berbicara cepat tanpa menghiraukan
orang lain;
mementingkan
hubungan
luas; cocok untuk bekerja dalam sosial; sesuai untuk jabatan dalam
bidang
guidance,
counseling, bidang
insinyur.
matematika,
science,
sesuai
memilih
psikologi
eksperimental
overlapping
sukar
memastikan
bidang lebih
cepat
memilih
bidang
yang
cenderung
kuliah,
field
untuk
independent
memberikan
menyampaikan
pelajaran
dengan memberitahukannya
memerlukan petunjuk yang lebih tidak memerlukan petunjuk yang
banyak untuk memahami sesuatu, terperinci
bahkan hendaknya tersusun langkah
demi langkah
lebih peka akan kritik dan perlu dapat
menerima
kritik
demi
masalah yang ditinjau dari gaya kognitif anak, apakah anak yang memiliki gaya
kognitif sama akan memiliki profil pemecahan masalah yang sama juga, atau malah
sebaliknya.
2.6 Himpunan
Himpunan adalah sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan
jelas. Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan, manusia, hewan, tumbuhan,
negara dan sebagainya.
Untuk mendefinisikan himpunan digunakan 4 cara, yaitu :
1.
2.
3.
HIMPUNAN KOSONG
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota.
Dilambangkan dengan atau { }
Contoh:
- {x | x2 < 0, x bilangan real}
HIMPUNAN BAGIAN
Diberikan himpunan A dan B. Jika setiap anggota A merupakan anggota B
maka dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B
memuat A dan dilambangkan dengan A B. Jadi A B jika dan hanya jika x A,
x B Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan anggota B maka A bukan
bukan himpunan bagian dari B, dilambangkan dengan A B.
OPERASI-OPERASI PADA HIMPUNAN
1. Irisan (Intersection)
Diberikan himpunan A dan B. Irisan himpunan A dan B ditulis dengan A
B adalah suatu himpunan yang anggotanya berada di A dan juga berada di
B.
Jadi A B = { x | x A dan x B }
Diagram venn dari daerah yang diarsir menyatakan A B
Gambar 2.3 Diagram Ven A B
S
Contoh:
1. A = {a,b,c, } dan B = {c,d,e,f}. Maka A B = {c}
2. P = {a,b,c} dan Q = {d,e,f}. Maka A B =
3. Siswa yang senang makan :
-
Rujak = 12 + 9 = 21 Orang
Bakso = 12 + 14 = 26 Orang
Bakso
Rujak
5
9
12
14
Contoh:
4. A = {a,b,c} dan B = {c,d,e,f}. Maka A B = {a,b,c,d,e,f}
5. Siswa yang senang makan rujak 21 orang, siswa yang senang makan
bakso 26 orang dan siswa yang senang makan bakso dan rujak 12
orang. Berapa siswa yang senang makan rujak maupun bakso.
Jawab :
n (A B) = n (A) + n (B) n (A B)
= 21 + 26 12
= 35
Jadi, yang senang makan rujak maupun bakso adalah 35 orang
3. Selisih
Selisih antara dua himpunan A dan B adalah himpunan yang terdiri
dari semua anggota A yang bukan anggota B. A - B = { x | x A dan
x B }
Diagram Venn dari daerah yang diarsir menyatakan A - B
contoh:
A = {1,2,3,4,5}
B = {2,4,6,7,10}
Maka A - B = {1,3,5}
4. Komplemen
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang terdiri dari
semua anggota himpunan S yang bukan anggota A. Ac = { x | x S
dan x A }
Diagram Venn daerah yang diarsir menyatakan Ac
Gambar 2.5 Diagram Ven A B
S
contoh:
S = {1,2,3,4,5,6,7,8,9,10}
A = {1,2,3,4,5}
Maka Ac = {6,7,8,9,10}
3.1
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan
yaitu siswa
yang
gaya kognitif dengan menggunakan Group Embedded Figures Test (GEFT) yang
telah valid dan reliabel .
3.3
Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran, perlu adanya definisi
operasional untuk beberapa istilah yang terdapat pada penelitian ini, yaitu :
a. Masalah matematika adalah suatu pertanyaan/soal matematika yang tidak
dengan segera menemukan pemecahan permasalahan tersebut sehingga
membutuhkan suatu pemahaman yang tinggi serta prosedur yang tidak rutin
untuk dapat menyelesaikannya.
b. Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan,
mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan segera dapat dicapai.
Sehingga untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut, siswa harus
bisa berpikir secara kreatif dengan menggunakan pengetahuan yang telah
didapatkannya.
c. Profil pemecahan masalah matematika adalah gambaran atau deskripsi
tentang bagaimana upaya siswa dalam menyelesaikan soal matematika
dengan menerapkan pengetahuan matematika yang dimilikinya.
d. Gaya kognitif adalah karakteristik kognitif yang dimiliki oleh individu
dalam menerapkan pengetahuan, persepsi, pemahaman, dan pemecahan
masalah
3.4
Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, diperlukan suatu prosedur penelitian.
ini
adalah
tujuan
utama
dari
penelitian,
yaitu
untuk
Secara ringkas prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah
ini
Mulai
Kegiatan Pendahuluan
Pembuatan tes
pemecahan masalah
dan pedoman
wawancara
Revisi
Memvalidasi tes
Revisi
Valid?
Tidak
Uji Reliabilitas Tes
Reliabel?
Pengumpulan Data
Keterangan :
: Kegiatan awal dan
akhir
: Kegiatan penelitian
: Analisis uji
: Alur Kegiatan
: Alur Kegiatan jika
diperlukan
Analisis Data
Kesimpulan
3.5
Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2000 : 13), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah
soal tes pemecahan masalah, tes GEFT dan pedoman wawancara.
Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen utama penelitian. Peneliti
melakukan peran sosial interaktif diantaranya adalah mengamati, mencatata hasil
penelitian serta melakukan kegiatan interaktif dengan peserta. Sehingga peneliti
merupakan instrumen utama yang menentukan sukses tidaknya suatu penelitian.
Instrumen tes Group Embedded Figures Test (GEFT) digunakan untuk
mengetahui apakah siswa memiliki gaya kognitif Field Dependent atau Field
Independent. Tes GEFT ini tersusun atas 18 soal tes yang menyangkut gambar. jika
seseorang berhasil menjawab benar lebih dari 9 soal maka dikategorikan FI,
sebaliknya jika hanya mampu menjawab benar 9 soal atau kurang dari 9 soal maka
dikategorikan FD.
Lembar tes tertulis dalam penelitian ini adalah lembar kerja langkah-langkah
pengerjaan soal siswa secara runtun. Materi yang akan diberikan dalam tes ini
adalah himpunan. Materi tersebut merupakan materi yang sudah pernah diajarkan
kepada siswa. Tes ini disajikan dalam bentuk masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang akan dikerjakan menggunakan tahap-tahap Polya.
Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menyusun garis
besar pernyataan yang akan diajukan dalam wawancara sehingga pertanyaan
tersebut dapat berkembang sesuai dengan keadaan dan kenyataan subjek penelitian.
Sehingga wawancara tersebut dinamakan sebagai wawancara tidak terstruktur.
Dalam menyusun pedoman wawancara harus merumuskan tujuan wawancara,
membuat gambaran atau kisi-kisi wawancara dan membuat rencana garis besar
pertanyaan yang diperlukan dalam penelitian.
3.6
memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat yang dapat digunakan dengan
tepat. Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah tes, wawancara.
a. Metode Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai
pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh peserta didik (Arifin, 2009 : 118). Tes dalam penelitian ini
menggunakan tes pemecahan masalah pada materi himpunan.
b. Metode Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan memberi pertanyaan kepada subjek
penelitian dan dijawab langsung secara lisan juga. Ciri wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah in-depth interview (wawancara
mendalam). Pada penelitian ini, yang akan diwawancarai adalah 3 siswa
yang memiliki gaya kognitif Field Dependent dan 3 siswa yang memiliki
gaya kognitif Field Independent. Wawancara ini bertujuan untuk verifikasi
atau triangulasi data. Data hasil wawancara disini digunakan untuk
mendeskripsikan bagaimana cara siswa dalam memecahkan masalah
berdasarkan langkah-langkah Polya pada materi himpunan. Jenis
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan
campuran, dimana terdapat pertanyaan yang teah dirancang sebelumnya,
dan pertanyaan yang akan muncul pada saat wawancara sesuai dengan
keadaan dan subjek penelitian. Wawancara ini bersifat fleksibel dan
memungkinkan
peneliti
mengikuti
pemikiran
subjek
disamping
dilakukan yaitu kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent dan
kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent. Kemudian diambil
6 siswa, masing-masing 3 siswa dari kelompok yang memiki gaya kognitif Field
Dependent dan Field Independent. Keenam siswa tersebut diwawancarai secara
mendalam sampai menemukan kesimpulan tentang bagaimana kemampuan mereka
dalam memecahkan soal uraian tes matematika berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah model Polya.
3.7.1 Validitas Pedoman Tes
Tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur (Arikunto, 2011 : 65). Untuk mengetahui validitas butir soal adalah dengan
rumus korelasi product moment.
=
=1 (=1 )(=1 )
( =1 2 (=1 )2 )( =1 2 (=1 )2 )
Keterangan :
r = koefisien validitas tes
X = skor butir soal
Y = skor total
N = banyak siswa yang mengikuti tes
i = 1,2,3
Jika nilai r yang didapatkan kurang dari atau sama dengan nol, maka butir soal
tersebut dikataan tidak valid dan tidak bisa digunakan. Kategori interpretasi
koefisien validitas suatu tes dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.1 Kategori Interpretasi Koefisien Validitas Suatu Tes
Besar r
Interpretasi Validitas
0,00 < || < 0,20
Sangat rendah
0,00 < || < 0,20
Rendah
0,00 < || < 0,20
Sedang
0,00 < || < 0,20
Tinggi
0,00 < || < 0,20
Sangat Tinggi
(Arikunto, 2011:75)
3.7.2Reliabilitas Tes
Menurut Arikunto (2011:60) sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil yang
didapatkan tetap meskipun digunakan berkali-kali pada subjek yang sama. Tes
) (1 2 )
1
Keterangan :
= varians soal
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta
: Bumi Aksara
Eganinta, Devy. 2012. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel Bagi Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Surakarta Ditinjau dari Kemampuan
Penalaran Siswa. [serial on line]. http://pasca.uns.ac.id?p=2709. [27 Mei 2015]
Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Center for Society Studies :
Jember
Ilmiah. (Tanpa Tahun). Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP pada
Materi Pecahan Ditinjau dari Gaya Belajar. Tidak Dipublikasikan. Jurnal.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya
Isnawati. 2011. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa antara
yang Belajar Menggunakan Pendekatan RME dengan Pendekatan Pembelajaran
Open-ended Sub Pokok Bahasan Layang-Layang dan Trapesium Kelas VII SMP
Muhammadiyah Jember Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan.
Jember : Universitas Jember
Jonathan Ling dan Jonathan Captling. 2012. Psikologi Kognitif. Erlangga : Jakarta
Mahmud. 2012. Ilmu Pendidikan. Pustaka Setia : Bandung
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. PT
BUMI AKSARA : JAKARTA
NCTM, 2000. Principle and Standards for School Mathematics.Library of
Congress Catalouging-in-Publication Data: ISBN : 0-87353-480-8. America :
United States of America.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Solso, Robert L. 2008. Psikologi Kognitif. Edisi Kedelapan. Terjemah oleh Mikael
Rahadanto dan Kristianto Batuadji. Jakarta : Erlangga
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta