Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisika dan kimia amoksisilin adalah sebagai berikut :
Rumus molekul
: C16H19N3O5S.3H2O
Berat molekul
: 419, 45
365, 9 dalam bentuk anhidrat
Pemerian
Kelarutan
: sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam
karbon tertraklorida dan dalam kloroform.
dalam urin. Ekskresi Amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan dengan probenesid
sehingga memperpanjang efek terapi (Siswandono, 2000).
Amoksisilin mempunyai spektrum antibiotik serupa dengan ampisilin. Beberapa
keuntungan amoksisilin dibanding ampisilin adalah absorbsi obat dalam saluran cerna lebih
sempurna, sehingga kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih tinggi. Efek terhadap
Bacillus dysentery amoksisilin lebih rendah dibanding ampisilin karena lebih banyak obat yang
diabsorbsi oleh saluran cerna (Siswandono, 2000).
Namun, resistensi terhadap amoksisilin dan ampisilin merupakan suatu masalah, karena
adanya inaktifasi oleh plasmid yang diperantai penisilinase.
Pembentukan dengan penghambat laktamase seperti asam klavunat atau sulbaktam melindungi
amoksisilin atau ampisilin dari hidrolisis enzimatik dan meningkatkan spektrum antimikrobanya
(Mycek, 2001).
C. Dosis
Dosis :
1. Dewasa dan anak-anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 250-500 mg tiap 8 jam.
2. Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan sehari dalam
dosis terbagi, diberikan tiap 8 jam.
3. Untuk penderita dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan pengurangan dosis.
4. Pada penderita yang menerima dialisa peritonial, dosis maksimum yang dianjurkan 500
mg sehari.
5. Gonokokus uretritis : Amoksisilin 3 g sebagai dosis tunggal.
D. Interaksi Obat
Menurut Widodo (1993), amoksisilin dapat memberikan interaksi dengan senyawa lain bila
diberikan dalam waktu yang bersamaan. Interaksi tersebut antara lain:
1. Eliminasi Amoksisilin diperlambat pada pemberian dengan Uricosurika
(misal
Probenesid), Diuretika, dan Asamasam lemah ( misal asam Acetylsalicylat dan
Phenilbutazon).
2. Pemberian bersamaan AntasidaAlumunium tidak menurunkan ketersediaan biologik dari
Amoksisilin.
3. Pemberian bersamaan Allopurinol dapat memudahkan timbulnya reaksi reaksi kulit alergik.
4. Menurunkan keterjaminan kontrasepsi preparat hormon.
5. Kemungkinan terjadi alergik silang dengan Antibiotik Sepalosporin.
Alergi Amoksisilin
Gejala Alergi Amoksisilin
Tingkat keparahan alergi terhadap amoksisilin umumnya tergantung pada durasi penggunaan.
Tanda dan gejala reaksi alergi amoksisilin dapat diklasifikasikan menjadi ringan dan intens.
Gejala ringan
Berikut adalah gejala ringan yang terkait dengan alergi amoksisilin:
1. Ruam
Salah satu gejala umum akibat alergi amoksisilin adalah munculnya ruam.
Ruam berbentuk benjolan kecil di permukaan kulit yang dapat berubah menjadi merah dan
bertambah besar tetapi tidak menyebabkan gatal.
2. Peradangan otot wajah
Peradangan otot-otot wajah juga dapat diamati dalam beberapa kasus.
Radang dan bengkak umumnya muncul pada bibir, kelopak mata bawah, pipi dan kadangkadang seluruh wajah.
Kondisi ini memerlukan intervensi medis untuk menghentikan penyebarannya ke seluruh
tubuh.
3. Gatal-gatal
Gatal-gatal yang muncul pada kaki, telapak tangan, ketiak, selangkangan, dll merupakan
salah satu tanda reaksi alergi terhadap amoksisilin.
Gatal akut juga terlihat di daerah yang memiliki lipatan kulit.
4. Mual dan muntah
Mual dan muntah menjadi salah satu efek samping alergi amoksisilin yang umum. Rasa mual
berkisar dari ringan hingga intens yang akan semakin berkurang saat konsumsi obat
dihentikan.
5. Diare
Beberapa individu mungkin mengeluhkan diare dan masalah pencernaan lain yang terkait.
Rasa terbakar di dada merupakan gejala lain yang perlu diwaspadai.
Gejala Intens
Gejala intens umumnya timbul akibat pemakaian jangka panjang amoksisilin.
Di bawah ini merupakan gejala intens dari alergi amoksisilin.
1. Anafilaksis
Gejala alergi amoksisilin parah mencakup hidung tersumbat yang menyebabkan masalah
pernapasan atau anafilaksis. Kondisi ini juga dapat menimbulkan kesulitan menelan.
2. Kerusakan hati
Penggunaan amoksisilin dalam jangka panjang memicu kerusakan dan kegagalan hati.
3. Infeksi jamur
Wanita memiliki risiko lebih besar mengalami infeksi jamur. Hal ini disebabkan
keseimbangan pH dalam vagina akan terganggu yang memicu pertumbuhan jamur parasit.
4. Darah pada tinja
Darah dalam tinja, urin berwarna gelap, dan kram perut parah merupakan gejala yang perlu
diperhatikan.
Gejala lain akan termasuk penurunan tiba-tiba tekanan darah, denyut nadi meningkat, dan
pingsan.
Daftar Pustaka
AMAZINE. Alergi Amoksisilin: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya. [Online] Tersedia di:
http://www.amazine.co/18471/alergi-amoksisilin-penyebab-gejala-pengobatannya/.
[Diakses
pada: 4 November 2015].
Carrillo-Marquez, Maria A.(2015). Bacterial Pharyngitis Medication. [Online] Tersedia di:
http://emedicine.medscape.com/article/225243-medication#2. [Diakses pada: 4 November 2015].
Syarif, Amir. dkk. (2009). Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
WIKIPEDIA.
Streptococcus
pyogenes.
[Online]
Tersedia
https://id.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_pyogenes. [Diakses pada: 4 November 2015].
di: