Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 21

Disusun oleh : Kelompok 10


Tutor: dr. Safyudin, M.Biomed.
Zana Almira

04011281320007

Adif Syarifalim

04011281320011

Rikka Wijaya

04011281320037

Akbar Rizky Wicaksana

04011381320003

Syahnas Ya Rahma

04011381320073

Ayulaisitawati

04011181320009

Iqbal Fahmi

04011181320031

Nabilla Maharani Gumay

04011181320035

Miranda Alaska

04011181320039

Chyntia Tiara Putri

04011181320047

M.Rasyid Ridho

04011181320057

Nilam Siti Rahmah

04011181320083

Farah Nur Ezzlynn

04011381320079

PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ini berhasil kami
selesaikan. Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas Laporan Tutorial.
Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak lain berkat
bantuan dari dr. Safyudin, M.Biomed. selaku Tutor kami yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan dorongan dalam
rangka penyelesaian penyusunan laporan ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya .
Kami sadar laporan yang kami buat ini masih banyak kekurangan-kekurangan,
baik pada teknik penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki sangatlah terbatas. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan untuk memperbaiki laporan ini. Akhir kata, semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Palembang, 13 November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar Isi ........................................................................................................................... 3
Petugas Kelompok............................................................................................................. 4
I
Skenario........................................................................................................ 5
II
Klarifikasi Istilah ......................................................................................... 6
III
Identifikasi Masalah .................................................................................... 6
IV Analisis Masalah ........................................................................................... 7
V Hipotesis............................................................................................ ..23
VI Sintesis ...................................................................................................... 40
VII Kerangka Konsep................................................................................ 65
VIII Kesimpulan ........................................................................................ 65
Daftar Pustaka........................................................................................................ 66

TUTORIAL BLOK 21
Petugas Kelompok
Moderator

: Iqbal Fahmi

Sekretaris

: Zana Almira

Anggota

: Nilam Siti Rahma


Rikka Wijaya
Akbar Rizky Wicaksana
Syahnas Ya Rahma
Ayulaisitawati
Adif Syarifalim
Nabilla Maharani Gumay
Miranda Alaska
Chyntia Tiara Putri
M.Rasyid Ridho
Farah Nur Ezzlynn

SKENARIO B
Bimo, laki-laki , usia 26 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara.
Bimo hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap
panggilan. Bimo juga selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Bimo tidak
suka bermain dengan anak-anak lain, senang membalik-balik buku gambar
atau kalender berwarna.
Bimo anak pertama dari ibu yang berusia 25 tahun. Lahir spontan pada
kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan memeriksakan kehamilan 3
x ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir
3.500 gram. Bimo bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 14
bulan.
Tidak ada riwayat kejang. Sepupu bimo, laki-laki usia 5 tahun juga menderita
seperti ini.
Pemeriksaan fisik dan pengamatan : berat badan 15 kg, tinggi badan 89 cm,
lingkaran kepala 50 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi
tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika
dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana-kemari tanpa tujuan. Ketika
diberikan bola, dia melempar bola kelantai dan dilakukan berulang-ulang.
Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain
dengan anak lain, tetapi sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender
bergambar. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk
melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura. Tidak melihat kebenda yang
ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan. Tidak ada kelainan
neurologis. Tes pendengaran bisa mendengar pada 25 dB.

II

KLARIFIKASI ISTILAH
No

Istilah

Arti
5

.
1.
2.
3.

Lahir spontan
Dismorfik
Kejang

Proses melahirkan melalui vagina


Kelainan perkembangan bentuk fisik
Serangan mendadak atau episode tunggal epilepsi, tipe-

4.

Kelainan

tipenya sering dinamai sesuai dengan tipe epilepsi


Kelainan yang berkenaan dengan sistem saraf

neurologis

III

IDENTIFIKASI MASALAH
No
.
1.

Masalah

Concert

Bimo, laki-laki , usia 26 bulan, dibawa ke klinik karena belum

vvvv

bisa bicara. Bimo hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang


tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil
sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Bimo juga selalu
bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Bimo tidak suka bermain
dengan anak-anak lain, senang membalik-balik buku gambar atau
2.

kalender berwarna.
Bimo anak pertama dari ibu yang berusia 25 tahun. Lahir spontan

vv

pada kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan


memeriksakan kehamilan 3 x ke bidan. Segera setelah lahir
langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Bimo
bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 14 bulan.
3.
4.

Tidak ada riwayat kejang.


Sepupu bimo, laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini.
Pemeriksaan fisik dan pengamatan : berat badan 15 kg, tinggi
badan 89 cm, lingkaran kepala 50 cm. Tidak ada gambaran
dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau melihat dan tersenyum
kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.
Anak selalu bergerak kesana-kemari tanpa tujuan. Ketika
diberikan bola, dia melempar bola kelantai dan dilakukan
berulang-ulang. Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulangulang. Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi sangat tertarik
dan

senang

membalik-balik
6

kalender

bergambar.

Bila

vvv
v

memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk


melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura. Tidak melihat kebenda
yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan.
Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran bisa mendengar
pada 25 dB.

IV

ANALISIS MASALAH
1

Bimo, laki-laki , usia 26 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara.
Bimo hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh
orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi
terhadap panggilan. Bimo juga selalu bergerak kesana kemari tanpa
tujuan. Bimo tidak suka bermain dengan anak-anak lain, senang
membalik-balik buku gambar atau kalender berwarna.
a. Apa hubungan antara jenis kelamin, usia terhadap keluhan yang
dialaminya?
Jawab :
Anak autisme mempengaruhi semua anak-anak dari semua ras dan
bangsa, tetapi faktor tertentu yang meningkatkan angka kejadian
autisme adalah antaralain: Anak laki-laki memiliki kemungkinan
autisme tiga sampai empat kali lebih banyak dibandingkan anak
perempuan. Banyak terjadi pada anak usia 2 4 tahun. Onset biasa
diketahui pada usia kurang dari 3 tahun, jika terjadi keterlambatan
harus diwaspadai.
b. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan normal anak pada usia 26
bulan?
Jawab :
1) Anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki 5
2) Membuat jembatan dengan 3 kotak
3) Mampu menyusun kalimat
4) Mempergunakan kata-kata saya
5) Bertanya
6) Mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
7) Menggambar lingkaran
8) Bermain dengan anak lain
9) Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
7

c. Apa penyebab dan mekanisme


- Mengoceh dengan kata yang tidak dimengerti
Jawab :
Neuroanatomi bahasa dilakukan oleh dua daerah di otak yaitu area
broca dan area wernicke (Pembentukan bahasa, konstruksi /
penyusunan kalimat terjadi di area wernicke yang terdapat pada
lobus parietal). Pada penderita autism dalam hasil pemeriksaan
MRI banyak didapatkan abnormalitas atau kerusakan dari lobus
temporalis sehingga bila kerusakan ini mencakup area wernicke
akan terjadi gangguan pembentukan bahasa pada pasien autism.
Maka dari itu, pertumbuhan abnormal pada kedua daerah tersebut
menyebabkan Bram mengalami keterlambatan berbicara.
Suara yang di keluarkan hanyalah bahasa planet yang tidak bisa
dimengerti (gangguan komunikasi). Ada 2 kemungkinan penyebab
pada gangguan komunikasi berupa keterlambatan bahasa, yaitu
gangguan pada pusat bahasa (area Broca dan Wernicke) atau
tidak adanya stimulus pembelajaran bahasa karena pada anak
autism biasanya memiliki sikap antisosial.
-

Tidak bereaksi jika dipanggil


Jawab :
kemungkinan Bimo tidak bereaksi jika dipanggil sebagai berikut :
a. Pada anak autis terdapat abnormalitas pada area Wernicke di
lobus temporal,sehingga anak tidak dapat mengerti apa yang
diucapkan oleh orang lain dan tidak menoleh jika dipanggil
b. Respon terhadap suara merupakan bagian dari interaksi sosial
yang disebabkan oleh gangguan pada pada korteks prefrontalis
medialis (respon abnormal terhadap stimulus sensoris).
Gangguan ini menyebabkan individu memiliki perhatian yang
kurang terhadap keadaan disekelilingnya sehingga tidak
menghiraukan orang lain yang sedang berbicara dengannya.
c. Sebuah teori mengemukakan bahwa kelainan ini muncul dari
gangguan mekanisme atensi atau dari berlebihnya jumlah
striatal beta endorphin.
d. Berkurangnya sel Purkinye di otak kecil yang merangsang
pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf
pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara
8

abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal


mematikan sel Purkinye. Penurunan sel purkinje di serebelum
mungkin menyebabkan kelainan atensi, kesadaran dan proses
sensorik. Kelainan atensi ini menyebabkan anak tidak menoleh
ketika dipanggil namanya.
-

Kesana kemari tanpa tujuan


Jawab :
Beberapa studi menunjukkan, adanya abnormalitas pada beberapa
area di otak penyandang autis: lobus frontalis dan ganglia basalis
yang berperan dalam representasi dalam action plans, motoric
plans, dan working memory, sehingga terjadi gangguan pengaturan
motorik

dan

pada

beberapa

anak

bermanifestasi

sebagai

hiperaktivitas ataupun sebaliknya, tergantung dangan mekanisme


gangguan yang terjadi.

Tidak suka bermain dengan anak-anak lain


Jawab:
Hal ini disebabkan karena adanya gangguan pada bagian otak
tertentu, seperti girus fusiformis. Jika terdapat gangguan pada
bagianotakiniakanmenyebabkantidakterdapatkontakmatapada
anakautisdanburuknyainteraksisosial.Selainituanakautislebih
asikdengandunianyasendiri,menyebabkaniasusahberinteraksi
denganoranglain.Sikapanakaktifyangtidakbisamengontrol
emosinya juga menyebabkan temanteman seumurannya takut
bermaindengannya,akibatnyaiasulitberinteraksidenganteman
sebayanya

Senang mebalik-balik buku gambar dan kalender berwarna


Jawab :
Senang membalik kalender bergambar: Individu autistik senang
dan lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers).Hipotesislaindenganadanyapenelitianyangdilakukan
padatikuspercobaanuntukmengetahuialasangerakanberulang
ulangpadaanakautis..Ujicobadilakukanpadabeberapatikus.
9

Tikuspercobaanadalahtikusyangkekurangangenuntukprotein
ataudisebutCntnap4,yangditemukandalamselotakinterneuron.
Kekuranganproteinjenisitumembuatpotensipelepasanmolekul
sinyal dua otak, atau dikenal sebagai dopamin dan GABA
(gammaaminobutyric acid). Dopamin terkait dengan sensasi
kesenangan sedangkan GABA menghambat aktivitas saraf dan
pengaturan aktivitas otot. Peneliti menyebutkan kekurangan
Cntnap4bertanggungjawabatasmunculnyaperilakudandanyang
berlebihan.
Dalamujicobaditemukantikusyangkekuranganproteinsecara
obsesifmendandanibulusesamatikuskegayarambutmohawk.
Penelitiberpendapatperilakuberulangulangpadatikusitumirip
dengan perilaku berulang pada penderita autis. Hal ini
menunjukkanhubunganantaragenetika,fungsiotakdanperilaku
autis
d. Apadampakdarikeluhantersebut?
Jawab:
1. perilaku menyebabkan luka atau merusak
2. perilaku menghambat belajar
3. perilaku menghambat atau membatasi keterlibatan anak dalam
aktivitas belajar dan relasi sosial dengan teman/orang lain
4. Problem komunikasi: hal ini turut menghambat kemampuan anak
dengan autisme untuk dapat memahami komunikasi bahasa dan
non bahasa. Mereka juga akan kesulitan memahami aturan sosial
dalam suatu hubungan sosial. Karena itu, mereka lebih memilih
untuk menjadi pengamat daripada berpartisipasi dalam suatu
interaksi sosial.
5. Problem sensoris: gangguan sensoris sering menghambat mereka
untuk terlibat dalam kegiatan sosial, karena biasanya situasi sosial
bersifat tidak dapat diprediksi.
6. Problem dengan minat terbatas: karena hal ini mereka kesulitan
untuk mengalihkan minat mereka dari benda menuju ke minat pada
10

manusia lain. Kelemahan pada pemusatan perhatian bersama (joint


attention) akan sangat tampak pada anak yang masih muda.
7. Kelemahan dalam pengelolaan relasi antar manusia: hal in
menyebabkan mereka kesulitan mengelola konflik yang dapat
muncul dalam suatu relasi sosial. Mereka juga akan kesulitan
untuk memulai dan mempertahankan relasi sosial.
Karena kelemahan-kelemahan di atas, anak dengan autisme sering
dilihat sebagai anak yang tidak mau menjalin persabahatan karena
tidak memiliki minat bersosialisasi. Padahal sebenarnya, anak
dengan autisme dapat memiliki keinginan untuk bersahabat namun
kesulitan karena memiliki gejala autisme. Akhirnya mereka sering
mengalami kesepian (Bauminger & Kasari, 2000).
e. Bagaimana struktur dan fungsi jiwa yang terganggu pada kasus?
Jawab :
Konsep-konsep Freud dalam psikoanalisis. Aparat-aparat psikis
menurut Freud dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu libido,
struktur kejiwaan, dan struktur kepribadian.
a. Libido
Libido adalah energi vital. Energi vital ini sepenuhnya
bersifat kejiwaan dan tidak boleh dicampurkan dengan energi
fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis,
seperti lapar dan haus. Freud mengatakan bahwa energi vital
ini bersumber pada seks. Namun, seks disini ia artikan sangat
berbeda dari artinya yang biasa dikenal sehari-hari.
Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan
sejumlah insting (naluri). Insting-insting itu dapat digolongkan
dalam dua jenis, yaitu insting hidup (life instinct) dan insting
mati (death instinct). Insting hidup adalah naluri untuk
mempertahankan hidup atau keturunan, sedangkan insting mati
adalah naluri yang menyatakan bahwa pada suatu saat
seseorang itu akan mati. Freud tidak memberikan nama-nama
khusus pada energi-energi yang bersumber pada insting mati
ini, hanya dikatakannya bahwa insting ini menyebabkan
11

prilaku-prilaku agresif. Namun, tentang insting hidup jelas


dinyatakannya sebagai insting seksual dan energi-energi yang
berasal dari insting seksual inilah yang disebutnya libido.
Insting-insting seksual mula-mula memang berkaitan
dengan bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu bagian-bagian
tubuh yang dapat menimbulkan kepuasan seksual. Bagianbagian tubuh itu disebutnya daereah-daerah erogen (erogenous
zones), yaitu mulut, anus (pelepasan) dan alat kelamin. Namun,
dengan berkembangnya sistem kejiwaan manusia, rasa puas
atau ketegangan-ketegangan (tension) yang berasal dari daerahdaerah erogen ini lama-kelamaan terlepas dari kaitannya
dengan tubuh dan menjadi dorongan-dorongan yang berdiri
sendiri.
b. Struktur Kejiwaan
Jiwa oleh Freud dibagi dalam tiga bagian, yaitu kesadaran
(consciousness),

prakesadaran

(preconsciousness)

dan

ketidaksadaran (unconsciousness).
Kesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisi hal-hal yang
disadarinya, diketahuinya. Fungsi kesadaran diatur oleh
hukum-hukum tertentu yang dinamakannya proses sekunder,
yaitu logika. Kesadaran jiwa berorientasi pada realitas dan
isinya berubah terus. Isi kesadaran terdiri dari hal-hal yang
terjadi di luar maupun di dalam tubuh seseorang.
Prakesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisikan halhal yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran melalui
asosiasi-asosiasi. Freud tidak memperinci proses yang terjadi
pada prakesadaran dan bagian ini memang kecil perannya
dalam sistem kejiwaan yang diajukannya.
Ketidaksadaran merupakan bagian yang terpenting dan
paling banyak diuraikan dalam sistem kejiwaan Freud. Bagian
ini berisi proses-proses yang tidak disadari, tetapi tetap
berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan.
Proses yang tidak disadari itu dinamakan proses primer dan
ditandai emosi, keinginan-keinginan (desire), dan insting.
Realitas tidak mendapat tempat dalam kesadarannya.
12

Freud mengatakan bahwa pengertian tentang tingkah laku


manusia yang overt (tampak mata) hanya dapat dicapai melalui
penyimpulan yang benar tentang isi kesadaran.
c. Struktur kepribadian
Ada tiga sistem yang terdapat dalam struktur kepribadian, yaitu
id, ego dan super ego.
- Id adalah sumber segala energi psikis. Jiwa seorang bayi
yang baru lahir hanya terdiri dari id. Isinya adalah impulsimpuls yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan biologis dan
impuls-impuls inilah yang mengatur seluruh tingkah laku
bayi. Karena id merupakan sistem yang tidak di sadari,
maka semua ciri ketidaksadaran berlaku buat id: amoral,
tidak terpengaruh oleh waktu, tidak mempedulikan realitas,
tidak menyensor diri sendiri dan bekerja atas dasar prinsip
kesenangan.
Akan tetapi, karena sifatnya yang tidak mempedulikan
realitas,

padahalobyek-obyek

yang

diperlukan

untuk

memenuhi impuls-impuls dari id terletak dalam realitas,


maka

id

memerlukan

suatu

sistem

yang

dapat

menghubungkannya dengan realitas (dunia nyata). Oleh


karena itulah tumbuh sistem baru dalam jiwa bayi yaitu ego.
Pertumbuhan ego sudah dimulai sejak awal pertumbuhan
bayi, yaitu sejak bayi dikonfrontasikan dengan kenyataan
bahwa realitas adalah suatu hal yang tidak bisa diperlakukan
seenaknya saja. Sumber energi ego berasal dari id. Dalam
perkembangan selanjutnya, ego akan berdiri sendiri, terpisah
dari id, tetapi sumber energinya tetap berasal dari id. Fungsi
utama ego adalah menghadapi realitas dan menerjemahkan
untuk id. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ego berfungsi
atas dasar prinsip realitas (reality principle).
- Ego disamping bekerja atas dasar prinsip realitas, ego juga
beroperasi atas dasar proses berpikir sekunder. Jadi, dalam
menginterpretasikan realitas ego menggunakan logika.
Selain itu, persepsi dan kognisi merupakan bagian yang
13

tidak terpisahkan dari proses sekunder tersebut. Dengan


proses sekunder itu ego menguji realitas.
- Superego adalah sistem moral dari kepribadian. Sistem ini
berisi norma-norma budaya, nilai-nilai sosial, dan tata cara
yang sudah diserap ke dalam jiwa. Superego merupakan
perkembangan dari ego. Sifat superego sama dengan id,
dalam arti tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat, tidak
mempunyai sensor diri, serta mempunyai energi sendiri. Ia
pun mengabaikan realitas, tetapi superego mempunyai
fungsi yang bertentangan dengan id. Jika id berprinsip
mencari kesenangan, superego mencari kesempurnaan
(perfection). Demi kesempurnaan itu, superego berusaha
menghambat impuls-impuls dari id sehingga tidak muncul
dalam tingkah laku.
f. Adakah kelainan organik pada bimo? Jelaskan!
Jawab :
Pada kasus tidak ada. Namun ada beberapa kelainan organic yang
menyebabkan autism yaitu :
- Neuro Anatomi
Gangguan/fungsi pada sel-sel otak selama dalam kandungan
yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan

oksigenasi

perdarahan atau infeksi dapat memicu terjadinya autisme.


Ada 3 lokasi di otak yang ternyata mengalami kelainan neuroanatomis. Dari penelitian yang dilakukan oleh pakar dari banyak
negara diketemukan beberapa fakta yaitu adanya kelainan anatomis
pada lobus parietalis, cerebellum dan sistem limbik. 43%
penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis
otaknya, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya.
Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama
pada lobus VI dan VII. Otak kecil bertanggungjawab atas proses
sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi
(perhatian) (Purwati,2007).
Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang
disebut hippocampus dan amygdala. Akibatnya terjadi gangguan
fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Anak kurang dapat
14

mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif atau sangat


pasif. Amygdala juga bertanggungjawab terhadap berbagai
rangsang sensoris seperti pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan, perasa, dan rasa takut. Hippocampus bertanggungjawab
terhadap fungsi belajar dan daya ingat. Terjadilah kesulitan
-

penyampaian informasi baru (Purwati,2007).


Struktur dan Biokimiawi Otak dan Darah
Kelainan pada cerebellum dengan sel-sel purkinje mempunyai
kandungan serotonin (neurotransmitter yang bertanggung jawab
untuk hubungan di antara

sel sel otak) yang tinggi. Demikian

juga kemungkinan tingginya kandungan dopamin atau opioid


dalam darah.
2

Sepupu bimo, laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini.


a. Bagaiman hubungan keluhan sepupu bimo yang menderita keluhan
yang sama dengan bimo?
Jawab :
Keluarga yang terdapat anak autis memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan populasi keluarga normal. Abnormalitas genetik dapat
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel sel saraf dan sel otak.
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile x (ditemukan pada 520% penyandang autis).
b. Apakah keluhan ini terpaut dengan kromosom?
Jawab :
Pada beberapa survei, antara 2 dan 4 persen saudara kandung anak
autistik juga megalami gangguan autistik. Angka konkordans
gangguan autistik pada kembar adalah 40 bingga 90 persen pada
kembar monozigot dan 0 hingga 25 persen pada kembar dizigot
Sindrom X rapuh, yaitu suatu gangguan genetik berupa patahnya
bagian kromosom X, tampak terkait dengan gangguan autistik. Kirakira 1 persen anak dengan gangguan autistik juga memiliki sindrom X
rapuh.
Baru-baru ini, peneliti menapis lebih dari 150 pasang DNA milik
sauadara kandung anak dengan autisme. Mereka menemukan bukti
yang sangat kuat bahwa dua regio pada kromosom 2 dan 7
15

mengandung gen yang terlibat di dalam autisme. Lokasi yang lain juga
ditemukan pada kromosom 16 dan 17, mekipun kekuatan hubungan ini
lebih lemah.
Namun sebagian besar penderita ASD dilaporkan tidak memiliki
riwayat keluarga dengan penderita yang sama. Maka ASD ini
dijelaskan bersifat acak, jarang dan kemungkinan ada faktor mutasi
gen yang meningkatkan resiko. Walaupun dapat meningkatkan resiko,
bukan berarti seseorang pasti menderita ASD.
Pada kasus Bram, ia mempunyai sepupu yang menderita ASD, hal ini
dapat meningkatkan resiko terjadinya ASD pada Bram juga
c. Bagaimana pengaruh pola spesifik dalam keluarga terhadap keluhan?
Jawab :
a. Pengaruh orang tua
Mempunyai pengaruh paling besar pada perkembangan mental
anak. Pada anak usia dini, semua anak meniru tingkah laku orang
tua mereka. Anak-anak belajar banyak tentang sosialisasi dari cara
orang tua mereka berinteraksi dengan orang lain, tetangga, dan
relasi.
b. Lingkungan rumah
Pertama kali anak mulai memahami emosi adalah melalui ibunya
terutama tentang cinta, perawatan, dukungan dan bantuan melalui
ibu. Setelah itu, anak mengembangkan berbagai jenis emosi, baik
positif maupun negatif. Kebahagiaan, ketakutan, kecemasan, iri
hati, amarah dan rasa malu akan mulai ditampilkan. Seorang anak
membutuhkan

kedua

orangtuanya,

ibu

serta

ayah

untuk

mengembangkan kepribadiannya. Seorang ayah yang tinggal jauh


dari rumah untuk waktu yang lama, dapat memiliki pengaruh
negatif pada anak. Untuk memastikan bahwa seorang anak dapat
menjadi percaya diri dan bersikap positif, maka ada beberapa hal
yang harus dihindari oleh orang tua seperti sikap terlalu otoriter,
menekan anak secara berlebihan, sering memarahi anak dengan
hukuman yang berat, mengkritik anak, membuat hatinya kecil, dan
membandingkan anak dengan orang lain.
c. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah juga memainkan peran utama dalam
membentuk kepribadian seorang anak. Anak belajar bagaimana
16

berinteraksi dan berhubungan dengan teman-temannya (terlibat


dalam permainan sesuai dengan aturan main, mendapatkan
pendidikan,

belajar

cara

membaca,

cara

menulis

dan

berkomunikasi secara efektif). Kepribadian seorang anak sangat


dipengaruhi oleh bagaimanakah seorang anak diperlakukan di
sekolah, baik itu oleh guru maupun teman-temannya
d. Budaya atau adat
Pengaruh budaya dalam kepribadian dan kehidupan sosial tidak
dapat diabaikan. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di
negara-negara barat diajarkan untuk menjadi individualistik dan
kompetitif, sementara anak-anak yang dibesarkan di negara-negara
timur diajarkan untuk bersikap kooperatif.
3

Bimo anak pertama dari ibu yang berusia 25 tahun. Lahir spontan pada
kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan memeriksakan
kehamilan 3 x ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat
badan waktu lahir 3.500 gram. Bimo bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan
berjalan pada usia 14 bulan. Tidak ada riwayat kejang.
a. Bagaimana hubungan usia ibu terhadap kelainan yang dialami bimo?
Jawab :
Ibu berusia 35 tahun berisiko memiliki anak autis 1,52 kali lebih tinggi
dibandingkan ibu yang berusia 25-29 tahun. Sementara itu usia ayah
50 tahun ke atas 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan 29 tahun ke
bawah.Jadi kelainan autis pada Bimo, kemungkinan besar tidak
berhubungan dengan usia ibunya saat mengandung.
b. Bagaimana riwayat kelahiran dan kehamilan ibu dengan kelainan yang
dialami bimo?
Jawab :
Usia kehamilan normal (38-42 minggu), keadaan ibu saat kehamilan
normal, bayi lahir normal, dan berat badan waktu lahir normal.
Kemungkinan kelainan pada Bram tidak dipengaruhi riwayat
kehamilan dan kelahirannya.
c. Bagaiman tahap perkembangan normal pada anak sejak lahir usia 26
bulan?
Jawab :
17

(terlampir pada LI)


d. Apa hubungan tidak ada riwayat kejang pada kasus?
Jawab :
Penyandang Autisme memiliki resiko lebih besar untuk mengalami
epilepsi dibanding anak yang tidak. Sebanyak 46% anak autis juga
mengalami epilepsi. Sedangkan resiko pada anak yang bukan autisme
adalah 1-2%. Penyebab eratnya hubungan antara autisme dengan
epilepsi, ada kaitan antara gangguan otak pada autisme.
e. Apa kesimpulan dari anamnesis awal?
Jawab :
Bimo mengalami gangguan perkembangan pisokologi dan kognitif
4

Pemeriksaan fisik dan pengamatan : berat badan 15 kg, tinggi badan 89


cm, lingkaran kepala 50 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar,
tetapi tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh
ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana-kemari tanpa
tujuan. Ketika diberikan bola, dia melempar bola kelantai dan dilakukan
berulang-ulang. Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang.
Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi sangat tertarik dan senang
membalik-balik kalender bergambar. Bila memerlukan bantuan, dia
menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura.
Tidak melihat kebenda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang
ditanyakan. Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran bisa
mendengar pada 25 dB.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Jawab :
Berat Badan

Normal
11,7 - 14,6 kg dengan

Pada kasus
15kg

Interpretasi
Normal

Tinggi Badan

deviasi 2 kg
87,8 95 cm

89 cm

Normal

Lingkar Kepala

46 54 cm

50cm

Normal

Gambaran Fisik

Tidak dismorfik

Tidak

Normal

Compos mentis

dismorfik
Sadar

Normal

Kesadaran

18

b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?


Jawab :
Berat badan Bram 15kg dikatakan normal, tinggi badan juga
termasuk normal
Ukuran lingkar kepala Bram termasuk normal. Studi MRI
membnadingkan orang austisitik dengan kontrol normal menunjukkan
bahawa total otak meningkat pada orang dengan autism, meskipun
anak autism dengan retardasi mental berat umumnya memiliki kepala
yang lebih kecil. Peningkatan persentase rata-rata ukuran terbesar
terdapat pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis.
Peningkatan

volume

dapat

terjadi

akibat

tiga

kemungkinan:

meningkatnya neurogenesis, menurunnya kematian neuron, dan


meningkatnya produksi jaringan otak nonneural seperti sel glia atau
pembuluh darah. Pembesaran otak dijadikan kemungkinan sebagai
penanda biologis untuk gangguan autistik.
c. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik khusus?
Jawab :
Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak
kesana-kemari tanpa tujuan. Ketika diberikan bola, dia melempar bola
kelantai dan dilakukan berulang-ulang. Tidak ada gerakan-gerakan
aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi
sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar. Bila
memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan.
Tidak bisa bermain pura-pura. Tidak melihat kebenda yang ditunjuk.
Tidak

bisa

menunjuk

benda

yang

ditanyakan.

Semua

hasil

pemeriksaan khusus tersebut abnormal pada anak usia 26 bulan.


d. Bagaiman mekanisme abnormal pemeriksaan fisik khusus?
Jawab :
Penyebab terjadinya autisme adalah adanya kelainan pada otak
(Handojo, 2003). Menurut Veskariyanti (2008), autisme disebabkan
karena kondisi otak yang secara struktural tidak lengkap, atau sebagian
sel otaknya tidak berkembang sempurna, ataupun sel-sel otak
mengalami kerusakan pada masa perkembangannya. Penyebab sampai
terjadinya kelainan atau kerusakan pada otak belum dapat dipastikan,
namun ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab kelainan
19

tersebut, antara lain faktor keturunan (genetika), infeksi virus dan


jamur, kekurangan nutrisi dan oksigenasi, obat-obatan serta akibat
polusi udara, air, dan makanan;banyak mengandung Monosodium
Glutamate(MSG), pengawet atau pewarna.
Gangguan atau kelainan otak tersebut terjadi sejak janin dalam
kandungan, yaitu saat fase pembentukan organ-organ (organogenesis)
pada usia kehamilan trimester pertama (0-4 bulan). Hal ini
mengakibatkan neuro-anatomis pada bagian otak berikut ini:
1 lobus parietalis, menyebabkan anak autisme tidak peduli dengan
lingkungan sekitar
2 serebelum (otak kecil) terutama pada lobus VI dan VII
menimbulkan gangguan proses sensoris, daya ingat, berpikir,
3

berbahasa dan perhatian


sistem limbik yang disebut hipokampus dan amigdala. Kelainan
pada hipokampus mengakibatkan gangguan fungsi kontrol
terhadap agresi dan emosi serta fungsi belajar dan daya ingat,
sehingga anak autisme kurang dapat mengendalikan emosi, terlalu
agresif atau sangat pasif, timbulnya perilaku atau gerakan yang
diulang-ulang, aneh, dan hiperaktif serta kesulitan menyimpan
informasi baru. Kelainan pada amigdala mengakibatkan gangguan
berbagai rangsang sensoris (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan, dan rasa takut).

e. Bagaimana tahap perkembangan sosial dan perilaku anak usia 26


bulan?
Jawab :
Antara usia 2 3 tahun anak menunjukkan minat yang nyata untuk
melihat anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial (Hurlock ,
1998).
Soetjiningsih (1998) menyebutkan bahwa perkembangan perilaku
pribadi dan sosial anak pada umur 2-6 tahun adalah :
a. Umur 2 tahun: membuka kain, meniru-niru dirumah, menyebut diri
sendiri dengan namanya, mengatakan tidak kepada ibu, cemas,
perpisahan, mulai menghilang, menunjukkan rasa sayang dan protes
secara terorganisasi, bermain paralele (bermain berdampingan tapi
tidak berinteraksi dengan anak lain)
b. Umur 3 tahun : memasang sepatu, melepas kancing, makan sendiri
dengan baik, mengerti gilirannya
20

HIPOTESIS
Bimo 26 bulan mengalami gangguan perilaku, komunikasi, dan interaksi
sosial akibat autisme
a Cara mendiagnosis
Jawab :
Adapun diagnosis ditegakkan dengan Diagnostic And Statistical ManualIV atau DSM-IV yang merupakan suatu sistem diagnostik yang dibuat
oleh perhimpunan psikiater Amerika. sistem ini menyebutkan tentang
Pervasive Developmental Disorders. kriteria itu disebutkan sebagai
berikut:
A. Untuk hasil diagnosa diperlukan total enam gejala atau lebih dari
nomor (1),(2), dan (3). Termasuk setidaknya dua gejala dari nomor (1)
dan masing-masing satu gejala dari nomor (2) dan (3)
1) Gangguan kulitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
Minimal harus ada dua dari gejala-gejala dibawah ini:
Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai
seperti kontak mata sangat kurang, ekspresi wajah kurang

hidup, gerak-gerik kurang tertuju.


Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
Tak ada empati
Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional

yang timbal balik.


2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada
dua dari gejala-gejala dibawah ini:
Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak
berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi

secara non verbal.


Bila anak bisa bicara maka bicaranya tdak dipakai untuk

berkomunikasi.
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang
dapat meniru.
21

3) Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam


perilaku,minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala
dibawah ini:
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang

sangat khas dan berlebihan.


Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas

yang tidak ada gunanya.


Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.

B. Sebelum umur tiga tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan


dalam bidang interaksi sosial, bicara dan berbahasa, cara bermain yang
monoton, kurang variatif.
C. Bukan lebih merupakan sindroma rett (Sindrom ini terjadi hanya pada
anak perempuan. Mulanya anak tumbuh normal. Pada usia satu hingga
empat tahun, terjadi perubahan pola komunikasi,dengan pengulangan
gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan) atau gangguan
disintegrative (sindrom holler)masa kanak.
b

Diagnosis banding
Jawab :
Autis

ADHD

Aspergers

Rett

Syndrome

Syndrom
e

Gangguan

Inattension

Hiperaktif

+/-

Gagguan

perkembangan
bahasa
Gangguan
komunikasi
non-verbal

Interaksi social
22

Kontak mata
Poor

poor

Otot hipotonik

Rasa

Ganggua

Relative

normal

empati

kurang
Impulsivitas
Perkembangan
kognitif

Stereotipik

Perhatian

Menarik diri

Gangguan

mudah
dialihkan

motorik
Gangguan cara

ringan
-

berdiri/berjalan
Perilaku

menciderai diri

(karena

sendiri
Gangguan

kekurangwaspadaannya)
-

Koordinasi
motorik
1. Anxiety Disorder: Obsessive-Compulsive Disorder
2. Anxiety Disorder: Trichotillomania
Gangguan perilaku menarik rambut terus menerus sehingga dapat
ditemukan rambut yang botak pada penderita.
3. Child Abuse & Neglect: Dissociative Identity Disorder
Gangguan proses integrasi kesadaran, persepsi, memori dan identitas
diri.
23

4. Child Abuse & Neglect: Failure to Thrive


5. Child Abuse & Neglect: Physical Abuse
6. Child Abuse & Neglect: Reactive Attachment Disorder
Dengan gejala, gangguan pertumbuhan, hygiene buruk, gangguan
perkembangan koordinasi motorik, tidak focus, penampilan kosong,
mata loyo.
7. Cornelia De Lange Syndrome
Sindrom anomali congenital dengan karakter raut wajah abnormal,
gangguan perkembangan prenatal dan postnatal, kesulitan makan,
keterlambatan psikomotor, gangguan perilaku, dan gangguan asosiasi
melibatkan terutama ekstremitas atas.
8. Cri-du-chat Syndrome
Sindrom delesi parsial kromosom 5p dengan karakter suara
melengking, menangis seperti kucing bersama pertumbuhan gagal,
mikrocefali, wajah abnormal, dan retardasi mental seumur hidup.
9. Fragile X Syndrome
Sindrom keturunan dengan karakteristik retardasi mental, intelektual
rendah.
10. Toxicity, Lead
Keracunan logam diduga turut menjadi factor penyebab ASD.
11. Retardasimentaldengangejalaperilaku
Bedanya adalah kalau retardasi mental dengan gangguan perilaku
adalah anak dengan retardasi mental biasanya berhubungan dengan
orang dewasa dan anak lain sesuai dengan usia mentalnya; mereka
menggunakan bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi
denganoranglain;merekamemilikiprofilgangguanyangrelatifsama
tanpafungsirelatifsamatanpafungsiyangterpecah.
12. Tulikongenitalatauhendayapendengaranberat
Bayiautistikdapatmengocehtetapijarang,sedangkanbayiyangtuli
memiliki riwayat mengoceh yang normal dan kemudian berkurang
bertahapdandapatberhentisejakusia6bulanhingga1tahun.Anak
tuli kongenital biasanya respek dengan suara yang lebih keras,
24

sedangkan anak dengan autistik tidak begitu respek dengan suara


normaldankeras,melainkansuarayanglembut
c

Informasi tambahan (anamnesis, fisik, dan penunjang tambahan)


Jawab :
Skrining
The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD)
di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai
dan perlunya evaluasi lebih lanjut:
1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
2. Anak

tidak

memperlihatkan

kemampuan

gestural

(menunjuk,

menggenggam) hingga usia 12 bulan


3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia
24 bulan
Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia
tertentu
d

Diagnosis kerja
Jawab :
Autis

Definisi
Jawab :
Autisme berasal dari istilah dalam bahasa Yunani; aut = diri sendiri,
isme orientation/state= orientasi/keadaan. Maka autisme dapat diartikan
sebagai kondisi seseorang yang secara tidak wajar terpusat pada dirinya
sendiri; kondisi seseorang yang senantiasa berada di dalam dunianya
sendiri. Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner
pada tahun 1943, selanjutnya ia juga memakai istilah Early Infantile
Autism, atau dalam bahasa Indonesianya diterjemahkan sebagai
Autisme masa kanak-kanak . Hal ini untuk membedakan dari orang
dewasa yang menunjukkan gejala autisme seperti ini. Autisme merupakan
suatu gangguan perkembangan pada anak yang sifatnya komplek dan
berat, biasanya telah terlihat sebelum berumur 3 tahun, tidak mampu untuk
25

berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan maupun keinginannya.


Akibatnya perilaku dan hubungannya dengan orang lain menjadi
terganggu,

sehingga

keadaan

ini

akan

sangat

mempengaruhi

perkembangan anak.
Anak autis mengalami gangguan perkembangan otak yang kompleks
sehingga mempengaruhi berbagai fungsi, seperti : persepsi, imanjinasi,
perasaan, intending, digambarkan dengan adanya hambatan kualitatif pada
interaksi sosial, komunikasi, dan terobsesi pada suatu objek.
f

Epidemiologi
Jawab :
Jumlah penyandang autisme di seluruh dunia semakin tahun semakin
meningkat. Dari kepustakaan pada awal tahun 90-an, jumlah penyandang
autisme diperkirakan sekitar 4-6 per 10.000 kelahiran. Tetapi mendekati
tahun 2000 angka ini mencapai 15-20 per 10.000 kelahiran. Data pada
tahun 2000, angka ini meningkat drastis yaitu sekitar 60 per 10.000
kelahiran atau 1 : 250 anak. Bahkan di beberapa kota di Amerika bisa
mencapai 1 : 100 anak. Angka ini sudah dapat dikatakan sebagai wabah,
oleh karena itulah di Amerika autisme sudah dimasukkan ke dalam
national alarming. Insidens dan Prevalens ASD (Autism Spectrum
Disorder) adalah 2 kasus baru per 1.000 penduduk per tahun, dan 10 kasus
per 1.000 penduduk (BMJ, 1997). Jumlah penduduk di Indonesia lebih
dari 237,5 juta (BPS, 2010) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
1,14%. Sehingga diperkirakan jumlah penyandang autisme di Indonesia
sekitar 2,4 juta orang, dan bertambah sekitar 500 orang penyandang baru
tiap tahunnya.

Etiologi
Jawab :
a. Faktor Psikososial dan keluarga
Anak dengan autisme dapat sangat sensitif terhadap perubahan kecil di
dala keluarga serta lingkungan disekitarnya, termasuk perselisihan
keluarga, kelahiran saudara kandung, atau pindahnya keluarga.
b. Faktor Biologis
Tingginya retardasi mental pada anak dengan gangguan autistik dan
angka gangguan bangkitan yang lebih tinggi dari yang diharapkan
menunjukkan adanya dasar biologis untuk gangguan autistik. Kira-kira
26

75% anak dengan gangguan autistik memiliki retardasi mental


Gangguan autistik juga dikaitkan dengan keadaan neurologis,
khususnya rubela kongenita, fenilketonuria(PKU), sklerosis tuberosa,
dan gangguan Rett.
c. Faktor Genetik
Pada beberapa survei, antara 2 dan 4 persen saudara kandung anank
autistik juga megalami gangguan autistik. Angka konkordans
gangguan autistik pada kembar adalah 40 bingga 90 persen pada
kembar monozigot dan 0 hingga 25 persen pada kembar dizigot Sindro
X rapuh, yaitu suatu gangguan genetik berupa patahnya bagian
kromosom X, tampak terkait dengan gangguan autistik. Kira-kira 1
persen anak dengan gangguan autistik juga memiliki sindrom X rapuh.
Baru-baru ini, peneliti menapis lebih dari 150 pasang DNA milik
sauadara kandung anak dengan autisme. Mereka menemukan bukti
yang sangat kuat bahwa dua regio pada kromosom 2 dan 7
mengandung gen yang terlibat di dalam autisme. Lokasi yang lain juga
ditemukan pada kromosom 16 dan 17, mekipun kekuatan hubungan ini
lebih lemah.
d. Faktor Imunologis
Ketidakcocokan imunologis (yi. antibodi maternal yang ditujukan pada
janin) dapat turut berperan di dalam gangguan autistik. Limfosit
beberapa anak autistik bereaksi dengan antibodi maternal.
e. Faktor Perinatal
Perdarahan ibu setelah trimester pertama dan mekonium di dalam
cairam amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak dengan
gangguan autistik dibandingkan populasi umum. Pada periode
neonatus, anak autistik memiliki insiden sindrom gawat napas serta
anemia neonatus yang tinggi.
f. Faktor Neuroanatomis
Studi MRI yang membandingkan orang autistik dengan kontrol
normalmenunjukkan bahwa volume total otak menigkat pada orang
dengan autisme, meskipun anak autistik dengan retardasi mental yang
berat umumnya memiliki kepala yang lebih kecil. Peningkatan
persentase rerata ukuran terbesar terdapat pada lobus oksipitalis, lobus
parietalis, dan lobus temporalis. Peningkatan volume dapat terjadi
akibat tiga kemungkinan mekanisme yang berbeda: meningkatnya
27

neurogenesis, menurunnya kematian neuron, dan meningkatnya


produksi jaringan otak nonneuronal seperti sel glia atau pembuluh
darah. Pembesaran otak dijadikan sebagai kemungkinan penanda
biologis untuk gangguan autistik.
g. Faktor Biokimia
Pada beberapa anak autistik, meningkatnya asam homovanilat
(metabolit

dopamin

utama)

di

dalam

cairan

serebrospinal

menyebabkan meningkatnya stereotipe dan penarikan diri. Beberapa


bukti menunjukkan bahwa keparahan gejala berkurang ketika terjadi
peningkatan rasio asam 5-hidroksindolasetat CSF (5-HIAA, metabolit
serotonin) terhadap asam homovanilat CSF. CSF 5-HIAA meningkat
pada spertiga pasien gangguan autistik, temuan nonspesifik juga
h

terdapat pada orang dengan retardasi mental.


Faktor resiko
Jawab :
a. Laki-laki
b. Memiliki saudara yang mengalami autis
c. Riwayat keluarga
d. Adanya gangguan perkembangan seperti Fragile X syndrome
e. Faktor lingkungan : infeksi, paparan logam berat, bahan bakar, phenol
pada plastik, merokok, alkoholisme, obat, vaksin, pestisida, dll.
f. Umur orang tua, resiko pada ayah yang mempunyai anak pada usia
>40 tahun.
g. Faktor Psikososial dan keluarga
Anak dengan autism, seperti anak dengan gangguan lain dapat
berespon melalui gejala yang memburuk pada stressor psikososial
termasuk perselisihan keluarga, kelahiran saudara kandung, atau
pindahnya keluarga. Beberapa anak dengan gangguan autistic dapat
sangat sensitive bahkan terhadap perubahan kecil di dalam keluarga
serta lingkungan sekitarnya.
h. Faktor Imunologis
Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidakcocokan
imunologis dapat turut berperan di dalam gangguan autistic. Limfosit
beberapa anak autistic bereaksi dengan antibody maternal, suatu fakta
yang meningkatkan kemungkinan jaringan saraf embrionik atau
ekstraembrionik rusak selama gestasi.
i. Faktor Biokimia

28

Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homovanilat


(metabolit

dopamine

utama)

di

dalam

cairan

serebrospinal

menyebabkan meningkatnya stereotype dan penarikan diri.


i

Patofisiologi
Jawab :
Saat ini telah diketahui bahwa autisme merupakan suatu gangguan
perkembangan, yaitu suatu gangguan terhadap cara otak berkembang.
Akibat perkembangan otak yang salah maka jaringan otak tidak mampu
mengatur pengamatan dan gerakan, belajar dan merasakan serta fungsifungsi vital dalam tubuh.
Penelitian post-mortem menunjukkan adanya abnormalitas di
daerah-daerah yang berbeda pada otak anak-anak dan orang dewasa
penyandang autisme yang berbeda-beda pula. Pada beberapa bagian
dijumpai adanya abnormalitas berupa substansia grisea yang walaupun
volumenya sama seperti anak normal tetapi mengandung lebih sedikit
neuron.
Kimia otak yang paling jelas dijumpai abnormal kadarnya pada
anak dengan autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu
sebagai neurotransmiter yang bekerja sebagai pengantar sinyal di sel-sel
saraf. Anak-anak penyandang autisme dijumpai 30-50% mempunyai kadar
serotonin tinggi dalam darah. Perkembangan norepinefrine (NE), dopamin
(DA), dan 5-HT juga mengalami gangguan.

Patogenesis
Jawab :

29

Manifestasi klinis
Jawab :
Manifestasi klinik yang ditunjukan oleh anak autis meliputi adanya
gangguan komunikasi, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, serta
perilaku yang biasanya menyimpang, emosi dan gangguan lainnya.
Beberapa gejala diantaranya yaitu :
a. Gangguan komunikasi :
1. Gangguan bahasa reseptif dan ekspresif
2. Terlambat bicara
3. Bahasa yang tidak dapat dimengerti, bahasa planet
4. Membeo atau ekolalia
5. Meniru kata-kata atau nyanyian tanpa tahu artinya
6. Bila ingin sesuatu, ia menarik tangan seseorang terdekat untuk
mengambilnya.
b. Gangguan interaksi sosial
1. Tidak menoleh jika dipanggil
2. Asik main sendiri
3. Bila didekati dia menjauh
4. Tidak bertatap mata jika diajak berbicara
5. Menolak jika dipeluk
c. Gangguan perilaku :

30

1. Hiperaktivitas motorik : tidak bisa diam, lari-larian, melompat,


mengulang gerakan tertentu, membahayakan diri sendiri dan orang
lain
2. Hipoaktif motorik : duduk diam melamun, suka menonton dibanding
bermain, terpaku oleh suatu benda seperti bayangan, benda berputarputar.
d. Gangguan perasaan
1. Tidak ada atau kurang empati
2. Tertawa sendiri, menangis, mudah marah
3. Tantrum atau mengamuk
4. Agresif
5. Destruktif
e. Gangguan persepsi sensoris
1. Mencium, menggigit, menjilat benda
2. Menutup telinga jika mendengar suara keras
3. Tidak suka dipeluk
4. Tidak nyaman memakai baju yang bahannya kasar
f. Gangguan lain
1. Gangguan tidur dan makan
2. Gangguan mood atau afektif
3. Kejang
4. Aktivitas dan minat terbatas
5. Retardasi mental
l

Terapi farmakologi dan nonfarmakologi


Jawab :
Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak
sehingga diberikan obat-obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat anti
depresan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang bisa
memberikan

keseimbangan

antara

neurotransmitter

serotonin

dan

dopamine. Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang
paling minimal namun paling efektif dan tanpa efek samping. Pemakaian
obat ini akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap
lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima tata laksana terapi lainnya.
Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian obat dapat
dikurangi, bahkan dihentikan (Danuatmaja, 2003)
Tatalaksana (PsikoFarmako)
Pemberian haloperidol (Haldol) menurunkan gejala perilaku dan
mempercepat belajar. Obat menurunkan hioeraktivitas, stereotipik,
menarik diri, kegelisahan, hubungan objek abnormal, iritabilitas,
31

dan afek yang labil. Haloperidol dapat digunakan untuk obat jangka

panjang.
Fenfluramine (Pondimin) menurunkan kadar serotonin darah.
Naltroxone (Trexan) antagonisopiat
Lithium (Eskalith) diberikan pada perilaku agresif atau melukai
diri sendiri jika medikasi lain gagal.

Terapi biomedis/nonfarmakologi
Terapi melalui makanan (diet therapy) diberikan untuk anak-anak dengan
masalah alergi makanan tertentu. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki
metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini
dilakukan mengingat banyaknya gangguan pada fungsi tubuh yang sering
terjadi anak autis, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh
yang rentan, dan keracunan logam berat. Gangguan-gangguan pada fungsi
tubuh ini yang kemudian akan mempengaruhi fungsi otak. Diet yang
sering dilakukan pada anak autis adalah GFCF (Glutein Free Casein Free).
Pada anak autis disarankan untuk tidak mengkonsumsi produk makanan
yang berbahan dasar gluten dan kasein (gluten adalah campuran protein
yang terkandung pada gandum, sedangkan kasein adalah protein susu).
Jenis bahan tersebut mengandung protein tinggi dan tidak dapat dicerna
oleh usus menjadi asam amino tunggal sehingga pemecahan protein
menjadi tidak sempurna dan berakibat menjadi neurotoksin (racun bagi
otak). Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan sejumlah fungsi otak
yang berdampak pada menurunnya tingkat kecerdasan anak (Danuatmaja,
2003). Menurut Veskarisyanti (2008), anak dengan autisme memang tidak
disarankan untuk mengasup makanan dengan kadar gula tinggi. Hal ini
berpengaruh pada sifat hiperaktif sebagian besar dari mereka.
m KIE
Jawab :
1. Sesering mungkin ajak bicara anak, dan bila anak mulai berpaling
ketika diajak bicara, arahkan wajah mereka dengan lembut ke arah
Anda agar mereka menatap mata Anda, yaitu mengusahakan kontak
mata sesering mungkin dan memahami kebiasaan dan kebisaannya.

32

2. Menghadirkan benda-benda sebagai alat komunikasi yang dapat


dipahami: benda-benda tertentu sebagai penanda suatu kegiatan yang
dilakukan. Gunakan alat bantu seperti buku cerita bergambar, anaeka
mainan yang berwarna-warni, atau dengan alat peraga lain agar
suasana pembicaraan lebih menyenangkan dan tidak membuat anak
cepat bosan.
3. Sering-sering memancing anak untuk berkata-kata dan berkomunikasi
dengan memberikan pertanyaan kepada anak. Selain itu, mengajarkan
kata sederhana untuk mengungkapkan suatu maksud secara berulangulang
4. Berikan pujian pada anak jika mereka mampu menjawab pertanyaan
dengan benar dan selalu tunjukkan kasih sayang kepada mereka.
5. Bantu anak-anak untuk melakukan gerakan tubuh yang teratur, salah
satunya dengan cara melatih seam dan Anda dapat membantu
menggerakkan tubuhnya, tujuannya untuk memperbaiki gerak motorik
pada anak.
6. Berikanlah makanan yang bergizi dengan nutrisi yang tepat. Anak
autis biasanya tidak bisa menerima makanan yang mengandung casein
(protein susu) dan gluten (protein tepung). Dan berikan makanan atau
suplemen yang mengandung Omega-3 untuk membantu fungsi otak.
7. Keteraturan melakukan suatu kegiatan berdasar tempat dan waktu
yang sama setiap harinya.
8. Mengomunikasikan informasi mengenai di mana dan kapan
dengan cara yang mereka mengerti sehingga kita membuat hidup
mereka lebih bisa diduga (hanya masalah penyederhanaan sopan
santun).
9. Melatih konsentrasi selama mungkin secara terus-menerus.
10. Tega, memaksa, dan tidak mudah terpengaruh oleh penolakan yang
dilakukan saat diajak berkomunikasi.
11. Mendorong ekspresi dan penggunaan perasaan serta pendapat.
12. Menumbuhkan kemampuan berpikir logis.
13. Membiasakan bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan
33

Komplikasi
Jawab:
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita autisme.
Komplikasi tersebut terutama berimbas pada gangguan tumbuh kembang
dari penderita autisme. Beberapa komplikasi tersebut adalah :
a. Gangguan Nutrisi (Gizi)
Nutrisi yang kurang atau yang lebih dikenal dengan malnutrisi adalah
salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada penderita autism. Hal ini
disebabkan karena penderita autis tidak dapat makan makanan tertentu
yang mengandung gluten seperti : biscuit, mie, roti dan segala bentuk
kemasan lain dari terigu. Penderita autis juga tidak dapat memakan
makanan atau minuman dengan kandungan casein seperti : susu sapi,
keju, mozzarella, butter ataupun permen. Anak autis juga cenderung
malas makan sehingga asupan makanan yang masuk tidak adekuat.
Untuk itu diperlukan diet yang tepat bagi penderita autis.
b. Gangguan Metabolisme sistem pembuangan racun dan logam
berat
Gangguan
melationin,

metabolisme
dimana

khususnya

metabolism

terjadi
tersebut

pada

metabolism

berfungsi

sebagai

detoksifikasi logam berat yang masuk kedalam tubuh. Adanya


kegagalan pada metabolism melationin mengakibatkan system
pembuangan racun dan logam berat di dalam tubuh menjadi terganggu.
c. Gangguan penyerapan dan pencernaan makanan
Gangguan ini dapat terjadi sebagai akibat lanjutan dari ketidak
matangan (imaturitas) usus selama dalam masa kehamilan. Hal ini
berkaitan dengan nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu hamil tersebut.
Imaturitas usus tersebut berlanjut hingga mengakibatkan gangguan
pada proses mekanik pada proses peristaltic dan penyerapan di mukosa
usus.
d. Gangguan sistem kekebalan tubuh
Gangguan ini terjadi akibat lanjutan dari system imun tubuh yang
menurun akibat tidak adekuatnya nutrisi pada masa kehamilan dan
adanya gangguan pada system syaraf di otak.
e. Kerusakan Komunikasi Verbal Persisten
34

Kerusakan komunikasi verbal menetap dapat terjadi apabila gejala


klinis dari gangguan bucara caik verbal amaupun non-verbal tidak
dapat ditanggulangi dengan baik. Penderita akan mengalami kesulitan
untuk berinteraksi dan berbicara dengan orang lain akibat dari
keterlambatan bicara atau tidak bicara sama sekali yang ia alami sejak
usia dini dalam waktu lama.
f. Gangguan sosial
Isolasi sosial merupakan salah satu komplikasi yang terjadi akibat dari
gejala klinis pada gangguan interaksi sosial yang tidak ditindak lanjuti.
Penderita akan mengalami keterbatasan dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya dan aktualisasi diri.
o

Prognosis
Jawab :
- Prognosis
-

buruk, jika tidak dapat mandiri (2/3 dari penyandang

autis)
Prognosis

sedang,

terdapat kemajuan dibidang sosial dan

pendidikan walaupun problem perilaku tetap ada (1/4


-

penyandang autis)
Prognosis baik; mempunyai
atau

hampir

normal

kehidupan

dan berfungsi dengan

sosial yang
baik

di

dari
normal
sekolah

ataupun ditempat kerja. (1/10 dari penyandang autis)


Walaupun kebanyakan anak autisme menunjukkan perbaikan dalam
hubungan sosial dan kemampuan berbahasa seiring dengan meningkatnya
usia, gangguan autisme tetap meninggalkan ketidak mampuan yang
menetap. Mayoritas dari mereka tidak dapat hidup mandiri dan
membutuhkan perawatan di institusi ataupun membutuhkan perawatan di
institusi ataupun membutuhkan supervisi terus.

35

SKDI
Jawab :
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut
dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.

VI SINTESIS
TUMBUH KEMBANG ANAK
36

PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah
seharusnya dilakukan secara global (menyeluruh;mengembangkan anak secara menyeluruh
dalam segala aspek, termasuk aspek seni) yang biasa disebut sebagai global learning yang
meliputi joyful learning, attractive learning, dan active learning. Dengan global learning,
semua aspek yang ada pada diri anak dapat berkembang.
Global learning yang seharusnya dilaksanakan tersebut tidak sepenuhnya
dilaksanakan. Pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada pengembangan dan kinerja
otak kiri saja. Aspek seni cenderung diabaikan. Padahal,bila seseorang tidak punya sense of
belong terhadap seni, maka hatinya akan mati (sulit untuk merasa); dengan kata lain hati akan
menjadi keras. Dampaknya akan sangat fatal.
Itulah mengapa sebagian orang yang di-judge atau diberi label pintar malah menjadi
sampah masyarakat (Indonesia marak dengan kasus korupsi). Aspek seni anak usia dini
sepantasnya mendapat sorotan (tidak hanya kognitif). Mengembangkan seni anak dapat
dimulai dengan memahami psikologi perkembangan anak yang meliputi tumbuh kembang
anak serta tahap-tahap daN tugas-tugas perkembangan sesuai usia. Pemahaman tentang apa
dan bagaimana psikologi perkembangan akan membuat orang tua dan guru lebih mudah
mengaplikasikan dalam kegiatan bermain pada anak.
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan anak (khususnya usia dini) penting dijadikan perhatian khusus bagi
orangtua dan guru. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan
mereka pada masa mendatang. Anak usia dini sendiri merupakan kelompok yang berada
dalam proses perkembangan unik. orang tua maupun guru harus memahami tahap-tahap
tumbuh kembang anak dan bagaimana menstimulasinya. Adapun tahap-tahap tumbuh
kembang manusia adalah sebagai berikut:
1. Neonatus (lahir 28 hari)
2. Bayi (1 bulan 1 tahun)
3. Toddler (1-3 tahun)
4. Pra sekolah (3-6 tahun)
5. Usia sekolah (6-12 tahun)
6. Remaja (12-18/20 tahun)
7. Dewasa muda (20-40 tahun)
8. Dewasa menengah (40-65 tahun)
9. Dewasa tua

termasuk golongan
anak usia dini

Keempat tahapan perkembangan anak usia dini tersebut (neonates sampai pra sekolah) dapat
diuraikan menjadi:

37

Neonatus (lahir-28 hari)

Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai
keinginan. Implikasinya adalah membantu orang tua untuk mengidentifikasi dan menemukan
kebutuhan yang tidak ditemukan.

Bayi (1 bulan-1 tahun)

Pada tahap ini, tumbuh kembang terbagi menjadi 4 tahap perkembangan, yaitu bayi usia 0-3
bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, dan 9-12 bulan. Uraiannya adalah:
a. Bayi usia 0-3 bulan
1) Mengangkat kepala
2) Mengikuti obyek dengan mata
3) Melihat dengan tersenyum
4) Bereaksi terhadap suara atau bunyi
5) Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
6) Menahan barang yang dipegangnya
7) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
b. Bayi usia 3-6 bulan
1) Mengangkat kepala sampai 90
2) Mengangkat dada dengan bertopang tangan
3) Belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya
4) Menaruh benda-benda di mulutnya
5) Berusaha memperluas lapang pandang
6) Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
7) Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
c. Bayi usia 6-9 bulan
1) Duduk tanpa dibantu
2) Tengkurap dan berbalik sendiri
3) Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
5) Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) Bergembira dengan melempar benda-benda
7) Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
8) Mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
9) Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
d. Bayi usia 9-12 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa dibantu
2) Berjalan dengan dituntun
3) Menirukan suara
4) Mengulang bunyi yang didengarnya
5) Belajar menyatakan satu atau dua kata
6) Mengerti perintah sederhana atau larangan
7) Minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
8) Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
9) Berpartisipasi dalam permainan

Toddler (1-3 tahun)


38

Pada usia ini terjadi peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik, baik
motorik halus maupun kasar. Tahap ini terbagi menjadi 3 tahap perkembangan, yaitu:
a. Usia 12-18 bulan
1) Mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
2) Menyusun 2 atau 3 kotak
3) Dapat mengatakan 5-10 kata
4) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
b. Usia 18-24 bulan
1) Mampu naik turun tangga
2) Menyusun 6 kotak
3) Menunjuk mata dan hidungnya
4) Menyusun dua kata
5) Belajar makan sendiri
6) Menggambar garis di kertas atau pasir
7) Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
8) Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
9) Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
c. Usia 2-3 tahun
1) Anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
2) Membuat jembatan dengan 3 kotak
3) Mampu menyusun kalimat
4) Mempergunakan kata-kata saya
5) Bertanya
6) Mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
7) Menggambar lingkaran
8) Bermain dengan anak lain
9) Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
Pra sekolah (3-6 tahun)
Pada masa pra sekolah pertumbuhan fisik lebih lambat. Ketika sedang bermain anak mencoba
pengalaman baru dan peran sosial. Tahap ini terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
a.Anak usia 3-4 tahun
1) Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
2) Berjalan pada jari kaki
3) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
4) Menggambar garis silang
5) Menggambar orang (hanya kepala dan badan)
6) Mengenal 2 atau 3 warna
7) Bicara dengan baik
8) Bertanya bagaimana anak dilahirkan
9) Mendengarkan cerita-cerita
10) Bermain dengan anak lain
11) Menunjukkan rasa sayang kepada saudara saudaranya
12) Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
b. Anak usia 4-5 tahun
1) Mampu melompat dan menari
2) Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
3) Dapat menghitung jari-jarinya
4) Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
5) Minat kepada kata baru dan artinya
39

6) Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya


7) Membedakan besar dan kecil
8) Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
c. Anak usia 6 tahun
1) Ketangkasan meningkat
2) Melompat tali
3) Bermain sepeda
4) Menguraikan objek-objek dengan gambar
5) Mengetahui kanan dan kiri
6) Memperlihatkan temper tantrum
7) Mungkin menentang dan tidak sopan

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK


Definisi Kognitif
Menurut Estes (dalam Gage, 1998) Cognitive ability/inteligence : Adaptive behavior of
the individual usually characterized by some element of problem solving and directed by
cognitivive procesess and operations Tingkah laku adaptif dari individu yang umumnya
didasari oleh beberapa elemen pemecahan masalah dan diarahkan oleh proses kognitif dan
pengoperasiannya.
Menurut Vigotsky (dalam Papalia, Diane, & Olds, 1989) mengemumakakan bahwa
kognitif adalah suatu perkembangan anak yang tidak lepas dari lingkungan dan budaya yang
membentuknya.
Menurut Piaget (dalam Papalia, Diane, & Olds, 1989), kognitif adalah suatu pikiran yang
dapat menyusun aktivitas dan dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan.
Menurut pendekatan Behaviourisme (dalam Papalia, Diane, & Olds, 2009)
mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berkonsentrasi pada bagaimana tingkah laku
berubah sebagai respons terhadap pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kognitif adalah suatu perkembangan pikiran yang dapat berpengaruh pada perkembangan
aktivitas bayi dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
Unsur-unsur dalam Perkembangan Kognitf
Cognitive ability mencakup 3 unsur yaitu :
a. The ability to deal with abstraction
Kemampuan menghadapi masalah abstrak seperti gagasan, simbol, hubungan, konsep,
prinsip.
b. The ability to solve problems
Menangani situasi baru, tidak sekedar membuat respon terlatih terhadap situasi yang sudah
dikenal (familiar)
c. The ability to learn
Terutama memahami dan menggunakan simbol-simbol abstrak seperti simbol verbal dan
lain-lain (Gage & Berliner, 1998)

Menurut Bloom , Ranah Kognitif memiliki tahapan sebagai berikut :


40

Mengingat
Memahami
Menganalisa
Menciptakan (kreativitas)

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan dari cara berpikir anak.
Ada faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Siti Partini (2003: 4) bahwa pengalaman yang
berasal dari lingkungan dan kematangan, keduanya mempengaruhi perkembangan kognitif
anak. Sedangkan menurut Soemiarti dan Patmonodewo (2003: 20) perkembangan kognitif
dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubunganantar sel otak. Kondisi
kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan ibu akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih (2005: 35)
makin bertambahnya umurseseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan
makin meningkat pada kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan
akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif di dalam sruktur kognitifnya. Ada pendapat lain yang
menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif.
Menurut Ahmad Susanto (2011: 59-60) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif antara lain:
a. Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat
Schopenhauer, mengemukakan bahwa manusia yang lahir sudah membawa potensi
tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf intelegensi sudah
ditentukan sejak lahir.
b. Faktor Lingkungan
John Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas
putih yang belum ternoda, dikenal dengan teori tabula rasa. Taraf intelegensi
ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan
hidupnya
c. Faktor Kematangan
Tiap organ (fisik maupaun psikis) dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Hal ini berhubungan dengan usia kronologis.
d. Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Ada dua pembentukan yaitu pembentukan sengaja
(sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
e. Faktor Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
Seseorang yang memiliki bakat tertentu akan semakin mudah dan cepat
mempelajarinya.
41

f. Faktor Kebebasan
Keleluasaan manusia untuk berpikir divergen(menyebar) yang berarti manusia dapat
memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah dan bebas memilih masalah
sesuai kebutuhan
Teori perkembangan Kognitif
Pandangan Menurut Piaget (dalam Jan Prasetyo, 2011)
a). Fokus pada perkembangan kemampuan anak dalam memaknakan dunia sekitarnya .
b). Piaget menyebut konsep anak akan dunia sebagai SCHEME (skema).
c). Untuk mengenali dunia anak menggunakan asimilasi untuk memahami konsep baru .
Contoh : hewan berkaki empat adalah sapi dan ketika bayi harus memodifikasi scheme
yang dimiliki maka ia akan menggunakan akomodasi, contoh melihat kuda: hewan kaki
empat tidak hanya sapi tapi juga kuda.
Pandangan piaget pada bayi didapat secara primer dari observasi dan eksperimen
sederhana terhadap 3 anaknya sendiri selama 2 tahun pertama kehidupan mereka. Perilaku
Jacqueline kecil, Luciene kecil dan membuat piaget percaya bahwa bentuk paling dini dari
inteligensi adalah senseorik dan fisik alami dari bayi sampai 1,5 tahun disebut tahap sensori
motor dari perkembangan.
Biasanya inteligensi dikonsepkan sebagai aktivitas mental yaitu mengingat pengalamanpengalaman yang pernah kita alami, kita pikirkan, melatih mencarai solusi dari suatu masalah
secara kejiwaan, membentuk citra mental terhadap realita. Tetapi Piaget menekankan bahwa
intelegensi dapat sebagai fisik juga.
Sensorimotor berarti bayi dapat tahu benda seperti apa atau suara seperti apa, tahu
bagaimana memanipulasi objek. Batasan yang jelas dari fungsi sensorimotor bahwa tidak
mengingatkan bayi tentang masa lalu, mengantisipasi masa depan, membentuk images dari
objek atau merefleksikannya pada pengalaman-pengalam mereka (Mandhler, 1990). Piaget
percaya bahwa bayi tidak memiliki kesadaran bahwa dunia terlepas dari kegiatan mereka.
Skema
Meski bayi tidak dapat mengkonseptualisasi, tapi mampu mengorganisasi kegiatan dan
inteliigentlooking yang disebut skema. Sensorimotor ekuivalen dengan konsep, skema-skema
menunjukkan kecenderungan organisasi dimana Piaget menjelaskannya sebagai karakteristik
semua organisme hidup. Contoh : bayi baru lahir akan menghisap tanpa pilih-pilih semua
benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya sejalan dengan waktu dan pengalaman, bayi akan
lebih selektif dan menghisap hanya bila sesuai seperti bila ada puting ibu. Selektivitas ini
mengindikasikan adaptasi terhadap lingkungan, karena bayi mengasimilasi pengalamanpengalaman baru dan mengakomodasi perilaku selanjutnya.

Tahapan Perkembangan
Piaget melukiskan empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu :
42

1. Tahap sensori motor ( 0- 2 tahun )


2. Tahap praoperasional (2- 7 tahun )
3. Tahap operasional konkrit dan (7 11 tahun )
4. Tahap operasional formal (11 -16 tahun )
Sensori Motorik Stages
Menurut Piaget ( dalam Papalia, Diane & Olds, 2009).
a. Substage 1 (Lahir - 1 Bulan )
Bayi melatih refleks bawaan mereka dan mendapatkan kontrol dalam
menggunakannya. Mereka tidak mengoordinasikan informasi dari panca inderanya.
Mereka tidak menggengam objek yang mereka sedang lihat. Contohnya : bayi mulai
menghisap ketika payudara ibunya dimulutnya.
b. Substage 2 (Usia 1-4 bulan )
Bayi mengulang-ulang tingkah laku menyenangkan yang pertama kali terjadi
kebetulan seperti : mengisap. Berbagai aktivitas berfokus pada tubuh bayi terhadap
lingkungan. Bayi memperoleh adaptasi pertama yaitu mereka menghisap berbagai
objek . mereka mulai mengoordinasi informasi sensori dan menggengam objek. Orang
tua sering memperhatikan semua yang diraih oleh bayi-bayi mereka dibawa masuk ke
dalam mulut untuk dihisap.
Bayi akan berusaha untuk meraih apapun untuk dimasukkan ke dalam mulutnya.
Gambaran terpenting pada substage ini yaitu primary circular reaction diman secara
kebetulan bayi menemukan pengalaman sensorik atau motorik yang menarik yang
dikaitkan dengan tubuhnya yang selanjutnya diulangi lagi.
c. Substage 3 (Usia 4-8 Bulan)
Selama substage ini koordinasi skema-skema terus berlanjut dan reaksi
sirkuler terlihat pada substage 2 dalam dimensi baru. Aktivitas-aktivitas berulang
yang diorientasikan terhadap tubuh mereka sendiri yang memberikan hasil yang
menarik. Bayi melatih skema-skema sensorimotor mereka, lebih tertarik pada
kegiatan mereka sendiri daripada terhadap benda-benda untuk kegiatan tersebut.
Mereka lebih tertarik pada pengalaman meraih daripda benda yang diraihnya.
Pada substage 3 ini, bayi tertarik pada efek kegiatan mereka terhadap dunia
luar, dalam usaha memperpanjang pengalaman. Bayi menunjukkan secondary
circular reaction, perilaku yang diulang-ulang dengan efek yang menyenangkan
terhadap lingkungannya. Berbagai tindakan disengaja tapi belum bertujuan.
d. Substage 4 (Usia 8-12 Bulan)
Substage ini merupakan aktivitas yang benar-benar terencana dan bertujuan sejalan
dengan bayi mengoordinasikan skema yang telah dipelajari dan menggunakan tingkah
laku yang telah dipelajari untuk mendapatkan tujuan mereka, seperti merangkak ke
ujung ruangan untuk mendapatkan mainan yang diinginkan. Mereka dapat
mengantisipasi berbagai kejadian.
43

e. Substage 5 (Usia 12-18 Bulan)


Anak menunjukkan rasa ingin tahu dan bereksperimen dengan penuh tujuan
memvariasikan tindakan mereka untuk melihat hasilnya . Mereka secara aktif
menjelajah dunia mereka untuk menentukan hal baru tentang objek, kejadian, atau
situasi . Pada substage 5 , terdapat pengulangan tapi juga terdapat suatu usaha untuk
memvariasikan aktivitas sebagai ganti dari pengulangan sederhana, perilaku ini
disebut tertiary circular reaction. Anak-anak menikmati hal-hal yang baru dan
mencari cara untuk menghasilkan pengalaman yang menarik.
f. Substage 6 (Usia 18-24 Bulan)
Anak merepresentasikan secara mental berbagai kejadian, mereka tidak lagi
menerapkan trial and eror untuk memecahkan masalah. Pikiran simbolis
memungkinkan anak untuk mulai berpikir terhadap berbagai kejadian dan
mengantisipasikan konsekuensinya tanpa selalu menghasilkan tindakan. Anak mulai
mendemonstrasikan inisight. Mereka dapat menggunakan simbol, seperti isyarat dan
kata, dapat berpura-pura.
Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 2 Tahun (12 24 bulan)
Menurut Melly Latifah (2010), sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak
orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang
dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan
otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
Pada usia 1 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini,
anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :
1. Belajar melalui pengamatan/ mengamati.
Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak
keajaiban di sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan
hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang
akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin
tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail
dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
2. Meniru orang tua.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai
mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah
hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak
dapat meniru perilaku orangtua.
3. Belajar konsentrasi.
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal
ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi.
Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik
44

berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada
usia ini adalah sekitar 10 menit.
4. Mengenal anggota badan.
Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata.
Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang
bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.
5. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu.
Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal.
Melalui pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda
(kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu.
Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 24 bulan.
6.

Mulai mampu berimajinasi.


Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia
18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda
yang tidak dilihatnya.

7.

Mampu berpikir antisipatif.


Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 23 bulan. Anak tidak sekedar
mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai
dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.

8.

Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata.


Pada usia 12 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas
rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan
komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada
usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti
mama atau papa. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah dapat mengucapkan
kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan
pesan-pesan seperti: Adik mau susu.

9.

Cepat menangkap kata-kata baru.


Pada usia 18 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam
mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50
kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga
hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan belajar katakata baru lebih cepat.

PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK


Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang
anak yang dikoordinasi oleh saraf, pusat saraf dan otot. Secara umum perkembangan
45

motorik dibagi menjadi dua yaitu :


A. Motor kasar adalah bagian dari aktivitas motor yag melibatkan keterampilan otototot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan otot-otot besat bagi anak
merupakan kemampuan gerak dasar. kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3
kelompok yaitu :
Kemampuan lokomotor adalah kemampuan yang digunakan untuk
memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain, contoh gerakan antara
lain adalah lompat, loncat, berjalan, berlari, skiping.
Kemampuan nonlokomotor adalah gerak berpijak tetap atau dilakukan di
tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, gerak nonlokomotor seperti
menekuk, meregang, meliuk, bergoyang, mengeper, mengulur dan masih
banyak yang lain.
Kemampuan manipulatif adalah kemampuan gerak menggunakan alat
sebagai obyek kemampuan gerak ini dikembangkan ketika anak sedang
menguasai beberapa obyek ( H. Yudha M. 2005 ). Contoh gerak manipulatif
antara lain
menendang, melempar, menangkap, memukul dll, dalam
kemampuan gerak manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki,
akan tetapi bagian lain dari tubuh juga dpat digunakan, dan gerakan
manipulatif terjadi pada tahun pertama usia anak.
B. Motorik halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otot- otot
kecil, seperti menggambar,menulis, meronce manik-manik , menyulam ,makan dll.
Kemampuan motorik halus berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil
berkembang secara optimal. Perkembangan motorik anak pada tahun pertama sangat
menakjubkan dari bayi yang tak berdaya ketika lahir akam memliki sejumlah
kepandaian yang mempesonakan. Awal perkembangan tubuh bayi yang sangat
mungil hanya mampu menggerakkan kepala, tangan dan kakinya. Pada saat ini reflek
tubuhnya yang bekerja sempurna.
GERAK REFLEK
Perkembangan gerak pada anak diawali dengan gerak relek, yaitu gerakangerakan yang terjadi secara tidak disadari. Gerak reflek terjadi pada waktu prenatal
sampai anak usia kurang lebih 3 bulan, gerak yang paling dominant saat bayi masih
dalam kandungan.. Ini adalah gerakan diluar kesadaran si bayi, tidak terkoordinasi dan
merupakan gerak primitive, Setelah gerak reflek berkurang maka akan berkembang
menjadi gerak sederhana dan akan menjadi gerak kasar atau gerak yang menggunakan otototot besar.Macam-macam gerak reflek pada bayi adalah sebagai berikut :
1. Reflek hisap:
Relek ini terjadi saat ibu meyentuh pipi si bayi maka anak tersebut akan mencari
atau akan melakukan gerakan hisap
2. Reflek genggam:
Bila
disodorkan jari telunjuk pada bayi, maka akan menggengaam jari
tersebut dengan sangat kuat, bila ditarik bayi tidak akan melepaskan
genggamannya.
3. Reflek leher ( Tonic neck reflex )
Pada posisi telentang , bila keala bayi menoleh kesatu sisi maka terjadi ekstensi
46

atau peningkatan tonus ( kekuatan otot ) pada lengan dan tungkai sisi tersebut.
4. Rooting reflex
Apabila pipi bayi disentuh, kepala akan menoleh kearah stimulus dan mulut
terbuka.

TAHAP-TAHAP GERAK BAYI


Pada usia ke 3 dan ke 3 gerak reflek bayi akan mulai menghilang atau dengan
lebih tepat berkurang, selanjutnya akan muncul gerak sederhana atau gerak motorik
kasar. Gerak setelah gerak reflek lebih terarah, seperti dapat dilihat pada gerakan otot
lehernya. Bayi selanjutnya bisa mengangkat kepala, bisa didudukkan, masa ini bayi sudah
bisa menegakkan kepala. Dengan berkurangnya gerak reflek maka aktivitas anak makin
bervariasi, pada usia 4 bulan anak sudah bisa tengkurap dan telentang, menumpu badan
pada kaki, serta dada terangkat menumpu pada lengan. Pada bulan ke 5 gerak anak
semakin bervariasi,otot leher dan otot lengan semakin kuat. Masa ini anak sudah pandai
berputar dengan menggunakan tangannya, Ketika diletakkan terlentang ia menggunakan
tangannya untuk mendorong dan berguling membalikkan badannya. Bukan hanya
berguling tetapi kaki mulai semakin lincah beraktivtas, sering menndang, menggeserka
kaki dan mendorong-dorong kakinya. Seiring dengan makin aktifnya gerakan kaki
sikecil, otot leher dsn punggungyapun menjadi lebih kuat. Mulai usia 6 bulan bayi mulai
belajar duduk tanpa pegangan, walaupun kadang-kadang masih butuh bantuan.
Bulan ke 7 muncul kepandaian lain yang dapat membuat orang tua kadang merasa
frustasi, karena pada umur ini anak mulai senang melempar dan menjatuhkan mainan
atau benda-benda yang ada di sekitarnya, Terkadang anak menagis karena tidak dapat
menemukan benda yang dapat dijatuhkan atau dilemparnya. Kesenagan baru anak mengkin
membuat merasa melelahkan, karena setiap kali harus memungut benda yang dibuangnya
seketika itu pula melemparkannya lagi. Tetapi harus diingat bahwa kegiatan ini merupakan
saat perkembangan persepsi motorik tentang tata ruang. Umur 7 bulan anak mulai
senang mengangkat dan menurunka pantat serta punggungnya, keterampilan kakinya juga
sudah lebih baik, misalnya saat anak diberdirikan di pangkuan maka anak akan meloncatloncat gembira dan menggoyang-goyangkan ke dua kakinya.
Merangkak merupakan aktivitas menonjol yang banyak mendapat sorotan dari
orang tua, pada umur 8 bulan anak mulai bisa merangkak dan atau mengesot sepanjang
lantai. Kepandaian merangkak membuat anak senang berjalan kesana-kemari. Selain itu
otot punggung dan bahu anak sudah semakin terkontrol, oleh karena itu anak sudah bisa
duduk sendiri tanpa bantuan orang lain. Selain duduk tanpa bantuan umur ini anak mulai
dapat menarik tubuhnya ke dakam posisi berdiri. Dengan latihan berdiri anak sebetulnya
melatih perkembangan otot tungkainya, sehingga pada masa ini anak senang
menggoyang-goyangkan tubuhnya ke depan dan ke belakang, kekuatan ototnya akan
membantu merangkak dengan cepat.
Merangkak sebagai fase yang sangat istimewa karena sangat kaya, fase ini adalah
masa charger di otak kanan dan kiri. Apabila anak melalui fase ini dengan baik maka
konsepsi dari kematangan gerak ( otak kanan, kiri, jembatan otak, otak kecil ) akan lebih
baik. Keadaan normal yang biasanya fase merangkak lebih lama dari fase pekembangan
motorik yang lain, maka orang tua jangan terlalu mengkhawatirkan apabila anak pada
usia 11 bulan masih merangkak. Yang terpentig anak diberi kebebasan melakukan aktivitas
47

motorik agar berkembang dengan baik, singkirkan benda-benda membayakan, dan penuhi
fasilitas yang mendukung kematangan geraknya,
Tahap berikutnya, anak berlatih berdiri dengan ke dua tangannya bertumpu pada
kursi, meja atau perabot rumah tangga lainnya yang dapat menahan berat badannya.
Bisa dilihat ketika anak tengkurap dan merangkak, ke dua tangannya akan berusaha
memegang meja atau kursi kecil, kemudian sambil berpegangan secara perlahan akan
mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Dari berdiri anak mulai dapat duduk sendiri tanpa
bantuan. Tahap meramba, Jika sudah pandai berdiri sambil berpegangan, ke dua tangan
bertumpu akan bergeser ke samping, diikuti oleh kakinya, tetapi di usia ke 8 bulan anak
belum mampu untuk duduk kembali tanpa bantuan.
Pada usia 9 bulan keterampilan anak dalam berjalan sudah mulai baik, apabila
dipegang ke dua tangannya anak akan berlatih menapakkan serta melangkahkan ke dua
kakinya. Pada saat anak semakin aktif melatih otot-otot kakinya maka dengan cepat bisa
berjalan. Seiring dengan latihan jalan anak juga semakin bergaya memperlihatkan
kepandaian merangkak yang sudah ditunjukkan di usia yang ke 8 bulan. Menjelang usia
satu tahun kepandaian serta keterampilan anak semakin berkembang. Tonggak
kepandaian motor kasarnya yang paling menonjol pada usia ini, adalah semakin mahirnya
anak melangkahkan kakinya. Anak semakin rajin melangkahkan kakinya ke samping
sambil berpegangan pada perabot rumah tangga, jatuh bangun adalah hal yang lumrah
biasa dialami oleh anak pada masa ini, karena usia ini anak bisa mengoptimalkan
kemampuan jalannya, maka di lingkungan sekitar anak beraktivitas harus dalam keadaan
aman dan terjaga.
Menjelang umur 10 bulan anak sudah dapat duduk tapa bantuan, dengan
menggunakan kekuatan otot lengan dan bahunya anak mulai mampu membangkitkan
tubuhnya ke posisi berdiri. Semua keterampilan ini bisa dilakukan bayi karena anak
semakin pandai mengontrol otot punggung dan bahu. Selain membangkitkan tubuhnya ke
posisi berdiri anak juga senang melakukan aktivitas bangkit dari duduk untuk kemudian
duduk kembali.
Mulai usia ke 11 bulan, yang paling menonjol adalah kemampuan motor kasar
anak, yaitu dapat berdiri sendiri dalam waktu kurang lebih 2 detik. Pada saat ini anak
sudah mulai senang berdiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini terjadi karena control
dirinya tentang keseimbangan semakin berkembang baik, sehingga anak membuat
terbiasa derdiri di atas kakinya. Dalam melakukan aktivitas berlatih berdiri tanpa
bantuan, anak akan meluruskan tungkainya dari posisi tengkurap atau duduk. Kemudian
anak akan mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada ke dua telapak tangannya.
Kesenangan barunya ini membuat anak malas untuk duduk kembali, kalaupun ingin
kembali ke posisi duduk anak akan berpegangan pada meja. Lagi pula anak sudah dapat
berdiri tegak dan dilanjutkan dengan berjalan dua tiga langkah yang akan dicobanya lagi
terus menerus untuk meyakinkan dirinya, bahwa anak mulai dapat menapak dunia tanpa
bantuan siapapun. Selain anak sudah bisa berdiri sendiri akan suka memanjat, anak akan
mencoba memanjat barang-barang yang tampaknya menarik untuk didaki , seperti meja,
kursi dan tangga. Jika menemukan barang yang dapat dipanjat dengan lincah anak akan
memanjatnya, masa ini anak tidak boleh ditinggal atau tanpa ada pengawasan.
Memasuki usia 12 bulan , sebagian besar anak telah siap untuk jalan walaupun
kelihatan masih limbung, berjalan merupakan pengalaman baru yang amat mengasikkan
bagi anak . Akan tetapi kadang-kadang anak memilih merangkak ketika bermain, karena
dengan merangkak anak lebih mudah beraktivitas dan membuat bergerak lebih cepat.
Berjalan merupakan aktivitas yang menakjubkan karena masa ini dianggap oleh banyak
orang sebagai satu tonggak bersejarah dalam perkembangan fisik anak. Bisa berjalan
merupakan pencapaian puncak dari aktivitas motorik kasar anak. Tahap-tahap motorik
48

merupakan dasar kemampuan motorik-motorik yang lain, apabila keterampilan moorik


dasar anak sudah matang maka motorik lain yang lebih rumit tinggal sedikit tahapnya . Jika
tahap motorik dasar tidak dilalui secara bertahap atau berurutan maka akan terjadi
hambatan dalam perkembangan motoriknya dan anak tidak mungkin akan mencapai ke
tahap yang lebih komplek. Dampak apabila tahapan motorik dasar tidak terlalui adalah
anak tidal akan mempunyai konsepsi motorik dasar, sehingga tidak bisa menyadari
geraknya. Perkembangan selanjutnya setelah bertambah usia akan mempengaruhi pada
kecerdasan emosi, kecerdasan mental anak dan kemungkinan jangka panjang anak secara
kecerdasan IQ bagus, tetapi kecerdasan EQ terhambat.
TAHAPAN PERKEMBANGAN MOTORIK
Dalam buku Balita dan Masalah Perkembangannya (2001) secara umum ada tiga tahap
perkembangan keterampilan motorik anak usia dini, yaitu :
1. tahap kognitif
Pada tahap kognitif, anak berusaha memahami keterampilan motorik serta apa saja yang
dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Pada tahap ini,dengan kesadaran
mentalnya anak berusaha mengembangkan strategi tertentu untuk mengingat gerakan serupa
yang pernah dilakukan pada masa yang lalu.
2. tahap asosiatif
Pada tahap asosiatif, anak banyak belajar dengan cara coba- coba kemudian meralat ( trial
and error ) olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan
kesalahan kembali di masa mendatang. Tahap ini adalah perubahan strategi dari tahapan
sebelumnya, yaitu dari apa yang harus dilakukan menjadi bagaimana melakukannya.
3. tahap autonomus
Pada tahap autonomous, gerakan yang ditampilkan anak merupakan respons yang lebih
efesien dengan sedikit kesalahan. Anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.
Pada anak- anak tertentu latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan
motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga
menghambatnya melakukan keterampilan motorik tertentu.
PRINSIP PERKEMBANGAN MOTORIK
Prinsip utama perkembangan motorik anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik
baik motorik kasar maupun motorik halus. Ada beberapa prinsip utama perkembangan
motorik menurut Malina & Bouchard (1991), yaitu :
1. Kematangan Syaraf
Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf
yang mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada dipusat
susunan belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol
gerakan-gerakan motorik. Pada usia kurang lebih 5 tahun, syaraf-syaraf ini sudah mencapai
kematangan dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar mengontrol
gerakan motorik kasar, seperti berjalan, berari, melompat dan berlutut, berkembang lebih
cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus,
seperti menggunakan jari- jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang pensil atau gunting
membentuk dengan plastisin atau tanah liat.
2. Urutan
Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitu
kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari
sambil melompat, mengendarai sepeda, dan lain-lain.
49

1) Ururtan pertama, disebut pembedaan yang mencangkup perkembangan secara perlahan


dari gerakan motorik kasar yang belum terarah ke gerakan yang lebih terarah sesuai
dengan fungsi gerakan motorik.
2) Ururtan kedua, adalah keterpaduan, yaitu kemampuan dalam menggabungkan gerakan
motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerakan yang baik, seperti berlari dan
berhenti, melempar dan menangkap, maju dan mundur.
3. Motivasi
Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang atau gembira. Selain
itu ada juga teori naluri yaitu motivasi didalam diri manusia. Motivasi itu bersifat alami,dan
motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berprilaku beraktifitas untuk mencapai
tujuannya. Semakin kuat motivasi sseorang, maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan
dan kepuasan.
Begitu juga dengan anak, kematangan motorik memotifasi anak untuk melakukan
aktivutas motorik dalam lingkup yang luas. Hal ini dapat dilihat dari :
1) Aktivitas fisik yang meningkat dengan tajam.
2) Anak-anak seakan - akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik menggunakan
otot- otot kasar atau halus.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan morivasi yang datang
dari luar. Misalnya dengan memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai
kegiatan gerak motorik serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan
anak.
4. Pengalaman
Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Latihan dan
pendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian
pengalaman yang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak.
5. Praktik
Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya
perlu dipraktikkan anak dengan bimbingan guru. Kebutuhan anak- anak tersebut menurut
Bucher dan Reade (1959) adalah sebagai berikut :
1) Ekspresi melalui gerakan.
2) Bermain, sebagai bagian dari perkembangan anak.
3) Kegiatan yang berbentuk drama.
4) Kegiatan yang berbentuk irama.
5) Banyak latihan motorik kasar maupun motorik halus.

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN MOTORIK


Usia 0-1 Tahun
Motorik kasar
Motorik halus
refleks
Menggenggam
benda
yang Memainkan jari tangan dan kaki.
menyentuh telapak tangan.
Memegang benda dengan lima jari.
Menegakkan kepala saat di telungkupkan.
Meraih benda di depannya.
Tengkurap.
50

Berguling ke kanan dan kekiri. Meraih


benda di depannya.
Tengkurap dengan dadadiangkat dankedua
tanganmenopang.
Duduk dengan bantuan.
Melempar benda yang dipegang
Merangkak ke segala arah.
Duduk tanpa bantuan.
Berdiri dengan bantuan.
Bertepuk tangan.
Menarik benda yang terjangkau.
Berjalan dengan berpegangan.
Berjalan beberapa langkah tanpa bantuan.
Melakukan gerak menendang bola.

Usia 1-2 Tahun


Motorik Kasar

Tengkurap dengan dada diangkat dan kedua


tangan menopang.
Duduk dengan bantuan.
Memasukkan benda ke dalam mulut.
Memindahkan mainan dari satu tangan ke
tangan yang lain.
Memegang benda dengan ibu jari dan jari
telunjuk (menjumput)
Meremas.
Menggaruk kepala.
Memegang benda kecil atau tipis
(misal:potongan buah atau biskuit).
Memukul-mukul atau mengetukngetuk
mainan.

Motorik
halus

Berjalan sendiri.
Naik tangga atau tempat yang lebih tinggi
dengan merangkak.
Menendang bola ke arah depan.
Berdiri dengan satu kaki selama satu detik.
Melompat di tempat.
Naik tangga atau tempat yang lebih tinggi
dengan berpegangan.
Berjalan mundur beberapa langkah.
Menarik benda yang tidak terlalu berat (kursi
kecil).

Usia 2-3 Tahun


Motorik Kasar
Berjalan sambil berjinjit.
Melompat ke depan dan ke belakang dengan
dua kaki.
Melempar dan menangkap bola.
Menari mengikuti irama.
Naik-turun tangga atau tempat yang lebih
tinggi/rendahdengan berpegangan.

Memegang alat tulis.


Membuat coretan bebas.
Menyusun menara dengan tiga balok.
Memegang gelas dengan dua tangan.
Menumpahkan benda-benda dari wadah dan
memasukkannya kembali.
Meniru garis vertikal atauhorisontal.
Memasukkan benda ke dalamwadah yang
sesuai.
Membalik halaman buku walaupunbelum
sempurna.
Menyobek kertas.

Motorik Halus
Meremas kertas atau kain dengan
menggerakkan lima jari.
Melipat kertas meskipun belumrapi/lurus.
Menggunting kertas tanpa pola.
Koordinasi jari tangan cukup baik untuk
memegang benda pipih seperti sikat gigi,
sendok

Usia 3-4 Tahun


Motorik Kasar
Motorik Halus
Berlari sambil membawa sesuatu yang
Menuang air, pasir, atau biji-bijian ke
ringan (bola).
dalam tempat penampung(mangkuk,
51

Naik-turun tangga atau tempat yang lebih


tinggi dengan kaki bergantian.
Meniti di atas papan yang cukup lebar.
Melompat turun dari ketinggian kurang
lebih 20 cm (di bawah tinggi lutut anak).
Meniru gerakan senam sederhana seperti
menirukan gerakan pohon, kelinci
melompat).

ember).
Memasukkan benda kecil kedalam botol
(potongan lidi, kerikil,biji-bijian).
Meronce manik-manik yang tidak terlalu
kecil dengan benang yang agak kaku.
Menggunting kertas mengikuti pola garis
lurus.

Usia 4-5 Tahun


Motorik Kasar
Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup
angin, pesawat terbang, dsb.
Melakukan
gerakan
menggantung
(bergelayut).
Melakukan gerakan melompat,meloncat, dan
berlari secaraterkoordinasi.
Melempar sesuatu secara terarah
Menangkap sesuatu secara tepat
Melakukan gerakan antisipasi.
Menendang sesuatu secara terarah
Memanfaatkan alat permainan di luar kelas.

Motorik Halus
Membuat
garis
vertikal,horizontal,
lengkung kiri/kanan,miring kiri/kanan, dan
lingkaran.
Menjiplak bentuk.
Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk
melakukan gerakan yang rumit.
Melakukan gerakan manipulatif untuk
menghasilkan
suatu
bentuk
dengan
menggunakan berbagai media.
Mengekspresikan diri dengan berkarya seni
menggunakan berbagai media.

Usia 5-6 Tahun


Motorik Kasar
Melakukan
gerakan
tubuh
secara
terkoordinasi untuk melatih kelenturan,
keseimbangan, dan kelincahan.
Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangankepala dalam menirukan tarian atau senam.
Melakukan permainan fisik dengan aturan.
Terampil menggunakan tangan kanan dan
kiri.
Melakukan kegiatan kebersihan diri.

Motorik Halus
Menggambar sesuai gagasannya.
Meniru bentuk.
Melakukan eksplorasi dengan berbagai
media dan kegiatan.
Menggunakan alat tulis dengan benar.
Menggunting sesuai dengan pola.
Menempel gambar dengan tepat.
Mengekspresikan diri melalui gerakan
menggambar secara detail.

AUTISME
52

Autistic Spectrum Disorder atau gangguan spektrum autisme adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
mengakibatkan gangguan/keterlambatan pada bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi,
dan interaksi sosial. Kondisi seperti itu tentu akan sangat mempengaruhi perkembangan anak,
baik fisik maupun mental. Apabila tidak dilakukan intervensi secara dini dengan tatalaksana
yang tepat, perkembangan yang optimal pada anak tersebut sulit diharapkan. Mereka akan
semakin terisolir dari dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri dengan berbagai gangguan
mental serta perilaku yang semakin mengganggu. Tentu semakin banyak pula dampak negatif
yang akan terjadi. Spektrum autisme ini mempunyai gejala mulai dari yang ringan sampai
yang berat. Bertambahnya kasus autisme bukan hanya pada kasus autisme, tapi juga pada
varian autisme yang lebih ringan, seperti sindroma Asperger dan atipikal autisme.
Gangguan autisme atau childhood autism adalah cacat pada perkembangan saraf dan
psikis manusia baik sejak janin dan seterusnya yang menyebabkan kelemahan/perbedaan
dalam berinteraksi sosial, kemampuan berkomunikasi, pola minat, dan tingkah laku. Dimana
gejala dari gangguan autisme ini sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai usia 3 tahun.
Autisme kini menjadi masalah yang ditakuti bagi banyak orangtua. Diduga karena jumlah
angka kejadiannya yang terus meningkat diseluruh dunia. Namun di Indonesia sendiri belum
ada data yang menunjukkan secara pasti besarnya angka kejadian tersebut. Survey data dari
California Department of Developmental Service, AS, melaporkan bahwa sampai januari
2003, telah terjadi peningkatan kasus anak yang menderita autisme di Amerika Serikat.
Penyebab terjadinya autisme sebenarnya belum dapat diketahui, namun gangguan
tersebut dapat dikaitkan dengan faktor keturunan maupun kegagalan salah satu bagian dari
otak yang memproses rangsangan saraf. Autisme cukup luas dan mencakup banyak hal. Ciriciri autisme ada banyak, namun kebanyakan penderita autisme hanya menderita sebagiannya
saja. Peranan orangtua dapat sangat membantu mengarahkan anak autis untuk
mengeksploitasi kelebihan-kelebihannya dan melatih mereka untuk memperbaiki berbagai
kelemahan-kelemahannya. Hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak penderita autisme.
Definisi
Gangguan autisme atau childhood autism adalah cacat pada perkembangan saraf dan
psikis manusia baik sejak janin dan seterusnya yang menyebabkan kelemahan/perbedaan
dalam berinteraksi sosial, kemampuan berkomunikasi, pola minat, dan tingkah laku. Dimana
gejala dari gangguan autisme ini sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai usia 3 tahun.
Epidemiologi
Angka kejadian anak autisme masih terus meningkat diseluruh dunia. Hal ini
menimbulkan kekuatiran para orangtua. Dapat dilihat pada gambar 1 survey data dari
California Department of Developmental Service AS, melaporkan bahwa sampai januari
2003, telah terjadi peningkatan kasus anak yang menderita autisme di amerika serikat hingga
31%. Ikatan Dokter Anak AS dan Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS bahkan
menambahkan bahwa jumlah anak yang didiagnosis menderita autisme sekitar 1:166 anak.
Padahal, 10 tahun yang lalu, angka kejadiannya hanya 1:2500 anak. Berdasarkan penelitian
lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan
4:1.
Penyebab
53

Penyebab pasti autisme belum diketahui sampai saat ini. Kemungkinan besar, ada
banyak penyebab autisme. Dahulu sempat diduga bahwa autisme disebabkan karena cacat
genetik, namun cacat genetik tidak mungkin terjadi dalam skala demikian besar dan dalam
waktu demikian singkat. Karena itu kemudian para peneliti sepakat bahwa ada banyak
kemungkinan penyebab autisme lainnya.
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme:
Thimerosal thimerosal adalah zat pengawet yang digunakan diberbagai vaksin misalnya
vaksin MMR. Namun sebenarnya hal tersebut belumlah terbukti. Karena banyaknya
kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan thimerosal di Negara
maju.
Televisi semakin maju suatu negara biasanya interaksi antara anak-orangtua semakin
berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya seringkali TV digunakan
sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa televisi bisa menjadi
penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya.
Genetik ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama diketahui
bisa diturunkan dari orangtua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu saja, juga ada
kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak
yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki kans lebih besar untuk menderita
autisme (walaupun sang ayah bukan autis). Beberapa faktor penyebab dari orangtua dapat
mempengaruhi gen pada anak autis yang mengatur hubungan antara saraf otak satu
dengan yang lain dan ada juga yang berpengaruh pada jumlah sel saraf diotak.
Makanan berbagai zat kimia yang ada dimakanan modern, dicurigai menjadi
penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari
makanan para penderita autisme, banyak kemudian yang mengalami peningkatan situasi
secara drastis.
Sekolah lebih awal agak mengejutkan namun, ada beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih dini (preschool) dapat memicu reaksi
autisme. Diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa
sembuh/membaik dengan berada dalam lingkupan orangtuanya. Namun, karena justru
dipindahkan kelingkungan asing yang berbeda maka beberapa anak mengalami syok dan
bakat autismenya muncul dengan sangat jelas.
Gejala
Gejala autisme berbeda-beda dalam kuantitas dan kualitas. Penyandang autisme
infantil klasik mungkin memperlihatkan gejala dalam derajat yang berat, tetapi kelainan
ringan hanya memperlihatkan sebagian gejala saja. Kesulitan yang timbul, sebagian dari
gejala tersebut dapat muncul pada anak normal hanya intensitas dan kualitasnya yang
berbeda. Gejala-gejala pada autisme mencakup gangguan pada:
1.

Gangguan pada bidang komunikasi


Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain
Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
Meniru atau sering membeo, beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada
maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya.
Kadang bicara monoton seperti robot
Mimik muka datar
54

2.

3.

Gangguan pada bidang perasaan dan emosi


Tidak ada atau kurangnya rasa empati
Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata
Sering mengamuk tidak terkendali terutama bila tidak terpenuhi keinginannya.

5.

Gangguan pada bidang interaksi sosial


Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Anak mengalami ketulian
Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
Tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
Bila menginginkan sesuatu dia akan menarik tangan orang yang terdekat dan
mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
Bila didekati untuk bermain justru menjauh
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk dipangkuan
sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mmik apapun
Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan pada
orangtuanya.
Gangguan pada bidang perilaku dan bermain
Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan
yang sama berulang-ulang sampai berjam-jam.
Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga
aneh.
Keterpakuan pada roda atau sesuatu yang berputar
Terdapat kelekatan dengan benda-benda tertentu seperti seutas tali, kartu, kertas, gambar
yang terus dipegang dan dibawa kemana-mana.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak.
Perilaku ritualistic sering terjadi
Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, dapat juga terlalu pendiam

4.

Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan
cepat

Gangguan dalam persepsi sensoris


Mencium,menggigit,bahkan menjilat mainan atau benda apa saja
Bila mendengar suara keras langsung menutup mata
Tidak menyukai sentuhan dan pelukan, bila digendong cenderung merosot untuk
melepaskan diri dari pelukan.
Autisme adalah gangguan atau kecacatan yang akan disandang oleh individu tersebut
seumur hidupnya. Gejala autisme mulai muncul pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun.
Secara umum gejala mulai tampak diusia 2-5 tahun.

55

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan medis yang dilakukan pada anak autisme adalah pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan neurologis, tes neuropsikologi, tes pendengaran, tes ketajaman penglihatan,
MRI (Magnetic Resonance Imaging), EEG, pemeriksaan sitogenetik untuk mendeteksi
abnormalitas kromosom serta pemeriksaan darah.
Pada banyak penelitian melaporkan bahwa kelainan terdapat pada hampir semua
struktur otak, misalnya pada otak (serebelum), lapisan luar otak besar (korteks serebri),
system limbik(fungsi luhur), ganglia basalis dan batang otak. Kelainan yang paling konsisten
ditemukan adalah pada otak kecil. Kelainan ini didiagnosis melalui pemeriksaan pencitraan
misalnya MRI, MRI fungsional, SPECT dan PET.
Pemeriksaan EEG dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa banding autisme pada
masa kanak-kanak dengan sindroma rett. Meskipun tidak dimasukkan dalam kriteria pokok
untuk diagnosis, sebagian besar pasien dengan sindroma rett mengalami kejang, dengan EEG
yang abnormal dan disfungsi pernapasan.
Pada pemeriksaan darah ditemukan peningkatan kadar metabolit serotonin (5-HT)
dalam darah. Fakta mengindikasikan bahwa kadar 5-HT dalam darah mempunyai korelasi
negative dengan jkadar metabolit 5-HT dalam cairan serebrospinalis. Rendahnya kadar 5HIAA dalam cairan serebrospinalis itu berhubungan dengan gangguan kelakuan pada anak
autisme.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan Diagnostic And Statistical Manual-IV atau DSM-IV
yang merupakan suatu sistem diagnostik yang dibuat oleh perhimpunan psikiater Amerika.
sistem ini menyebutkan tentang Pervasive Developmental Disorders. kriteria itu disebutkan
sebagai berikut:
A.

Untuk hasil diagnosa diperlukan total enam gejala atau lebih dari nomor (1),(2), dan (3).
Termasuk setidaknya dua gejala dari nomor (1) dan masing-masing satu gejala dari nomor (2)
dan (3).

1)

Gangguan kulitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada dua dari
gejala-gejala dibawah ini:
Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai seperti kontak mata sangat
kurang, ekspresi wajah kurang hidup, gerak-gerik kurang tertuju.
Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
Tak ada empati
Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.

2)

Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada dua dari gejala-gejala
dibawah ini:
Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha
untuk berkomunikasi secara non verbal.
Bila anak bisa bicara maka bicaranya tdak dipakai untuk berkomunikasi.
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.

56

3)

Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku,minat, dan
kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala dibawah ini:
Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.

B.

Sebelum umur tiga tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang
interaksi sosial, bicara dan berbahasa, cara bermain yang monoton, kurang variatif.

C.

Bukan lebih merupakan sindroma rett atau gangguan disintegratif masa kanak.
Jelaslah bahwa seorang anak harus memenuhi kriteria tersebut diatas untuk dapat
disebut mengalami gangguan autistik. Namun gejala diatas sangat bervariasi dari anak ke
anak sehingga kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal
ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai
gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.
Diagnosis akhir dan evaluasi keadaan anak sebaiknya ditangani oleh suatu tim dokter
yang berpengalaman terdiri dari: dokter anak, ahli saraf anak, psikolog, ahli perkembangan
anak, psikiater anak, ahli terapi wicara. Tim tersebut bertanggung jawab dalam menegakkan
diagnosis dan memberi arahan mengenai kebutuhan unik dari masing-masing anak, termasuk
bantuan interaksi sosial, bermain, perilaku dan komunikasi.
Diagnosis banding

Gangguan spektrum autisme harus dibedakan dengan:


Retardasi mental : Ketrampilan sosial dan komunikasi verbal atau non-verbal pada anak
retardasi mental sesuai dengan usia mental mereka. Tes intelegensi biasanya menunjukkan
suatu penurunan yang menyeluruh dari berbagai tes. Berbeda dengan anak autisme yang hasil
tesnya tidak menunjukkan hasil yang rata-rata sama. Kebanyakkan anak dengan taraf
retardasi yang berat dan usia mental yang sangat rendah menunjukkan tanda-tanda autisme
yang khas, seperti gangguan dalam interaksi sosial, stereotip, dan buruknya kemampuan
berkomunikasi.
Skizofrenia : kebanyakan anak dengan skizofrenia secara umum tampak normal pada saat
bayi sampai usia 2-3 tahun dan baru kemudian muncul halusinasi, gejala yang tidak terdapat
pada autisme. Biasanya anak dengan skizofrenia tidak retardasi mental, sedangkan pada
autisme sekitar 75-80% adalah retardasi mental.
Gangguan perkembangan berbahasa: kondisi ini menunjukkan adanya gangguan pemahaman
dan dalam mengekspresikan pembicaraan, namun komunikasi non-verbalnya baik, dengan
memakai gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Juga tidak ditemukan adanya stereotip dan
gangguan yang berat dalam interaksi sosial.
Gangguan penglihatan dan pendengaran : mereka yang buta dan tuli tidak akan bereaksi
terhadap rangsang lingkungan sampai gangguannya terdeteksi dan memakai alat bantu
khusus untuk mengoreksi kelainannya.
Gangguan kelekatan yang relative : suatu gangguan dalam hubungan sosial pada bayi dan
anak kecil. Keadaan itu dikarenakan pengasuhan yang buruk sehingga dengan terapi dan
pengasuhan yang baik serta sesuai, kondisi itu dapat kembali normal.
57

Sindroma rett : Gambaran yang khas autisme sering terjadi pada anak dengan sindroma rett
seperti kontak mata yang kurang, kurang perhatian, gangguan bicara, dan menggoyangkan
badan berulang-ulang.
Terapi

Tujuan terapi pada gangguan spektrum autisme adalah untuk:


Mengurangi masalah perilaku
Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam penguasaan
bahasa.
Dengan deteksi sedini mungkin dan dilakukan manajemen multidisiplin yang sesuai
dengan waktu, diharapkan dapat tercapai hasil yang optimal dari perkembangan anak dengan
gangguan spektrum autisme.
Manajemen multidisiplin dapat dibagi dua:
1. Non-medikamentosa
- Terapi edukasi
Hambatan pada individu dengan gangguan spektrum autisme terutama pada interaksi
sosialnya. Hal ini akan berlanjut bila tidak segera ditangani pada usia sekolah, anak akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Oleh
karena itu sebaiknya anak sesegera mungkin dikenalkan dengan lingkungannya. Intervensi
dalam bentuk pelatihan, ketrampilan sosial, keterampilan sehari-hari agar anak jadi mandiri.
Berbagai metode pengajaran telah diujicobakan pada gangguan ini antara lain; metode
TEACCH (Treatment And Education Of Autistic And Related Communication Handicapped
Children). Dikembangkan oleh Eric Scholpler pada awal tahun 1970an merupakan suatu
sistem pendidikan khusus untuk anak dengan gangguan spektrum autisme. Metode ini
merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang mengintegrasikan metode klasikal
yang individual, metode pengajaran yang sistematik, terjadwal dan dalam ruangan kelas yang
ditata khusus. Pada prinsipnya metode pengajaran untuk anak-anak ini sebaiknya diberikan
dalam kelas yang jumlah muridnya tidak lebih dari 10-15 orang, guru yang memahami
kondisi ini dan lingkungan yang mendukung.
-Terapi perilaku
Gangguan perilaku pada individu dengan gangguan spektrum autisme biasanya merupakan
satu gejala yang membuat orang tua menyadari bahwa anaknya berbeda perkembangannya
dengan anak lain seusianya. Selain hiperaktivitas, impulsivitas, gerakan stereotipik, cara
bermain yang tidak sama dengan anak lain, juga adanya agresivitas, tempertantrums dan
perilaku yang cenderung melukai diri sendiri. Kondisi ini sangat menguras tenaga,
fisik/psikis orang-orang disekitarnya. Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan disini.
Apapun metodenya sebaiknya sesegera dan seintensif mungkin. Sebaiknya memang
dilakukan terpadu dengan terapi-terapi lain, apabila terdapat perilaku yang sulit dikendalikan,
mungkin intervensi medikamentosa diperlukan terlebih dahulu, agar anak dapat diberi terapi
yang lain.
-Terapi wicara
Keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa dan berbicara merupakan keluhan yang
sering diajukan oleh orangtua. komunikasi non verbal juga mengalami gangguan, sering tidak
58

dapat menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi seperti menggeleng, mengangguk,


menunjuk, melambai, mengangkat alis, dan sebagainya. Intervensi dalam bentuk wicara
diperlukan, seperti diketahui bahwa tidak semua individu dengan gangguan spektrum autisme
akan dapat berkomunikasi secara verbal, sekitar 25-30% kemungkinan tetap nonverbal.
Terapi wicara yang diberikan diperlukan pengetahuan yang baik mengenai ciri-ciri bicara dan
berbahasa anak ausitik. Terapi ini harus diberikan secara dini dan dengan intensif bersama
dengan terapi-terapi yang lain.
-Terapi okupasi/fisik
Keterampilan motorik individu dengan gangguan spektrum autisme sering terganggu baik
motorik kasar atau halus. Diperlukan intervensi terapi okupasi agar individu dengan
gangguan spektrum autisme dapat melakukan gerakan, memegang, menggunting, menulis,
melompat dengan terkontrol dan teratur sesuai dengan kebutuhan saat itu.
Sensori-integrasi
Adalah pengorganisasian informasi melalui semua sensori yang ada untuk menghasilkan
respons yang bermakna. Melalui semua indera yang ada, otak menerima aliran informasi
tentang kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya. Pada gangguan spektrum autisme seringkali
terjadi disorganisasi pada fungsi sarafnya, sehingga terjadi gangguan dalam aliran informasi
ke otak. Hal ini yang sering menimbulkan pelbagai macam gangguan sensorik pada individu
dengan gangguan spektrum autisme , seperti koordinasi motorik yang buruk, aktivitas yang
tidak terkontrol, hiper atau hiposensitif, perilaku melukai diri sendiri. Dengan pendekatan
sensori integrasi yang bertujuan mengintegrasikan sensorik yang ada, diharapkan semua
gangguan akan dapat diatasi.
Auditori Integration Training (AIT)
Banyak individu dengan gangguan spektrum autisme mengalami hipersensitifitas terhadap
suara dan mengganggu pendengaran mereka. Mereka sering tampak menutup telinga dengan
kedua tangan bila mendengar nada tertentu yang untuk orang lain tidak menimbulkan
masalah. Suara-suara tersebut dapat sedemikian menyakitkan sehingga membuat mereka
dapat berteriak, menjerit tiba-tiba, tapi setelah suara-suara tersebut hilang, mereka kembali
seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Contoh: suara pengering rambut, mesin cuci, mixer,
bahkan suara microwave. Pada intervensi AIT pada awalnya ditentukan suara yang
mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer. Lalu diikuti dengan seri terapi yang
memperdengarkan suara-suara yang direkam, tapi tidak disertai dengan suara yang
menyakitkan. Selanjutnya dilakukan desensitisasi terhadap suara-suara yang menyakitkan
tersebut.
Intervensi keluarga
Yang dimaksud keluarga disini bisa hanya keluarga inti, namun dapat pula ditambah anggota
keluarga lain yang mempunyai pengaruh pada pengasuhan seorang anak. Pada dasarnya
hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga baik perlindungan, pengasuhan, pendidikan,
maupun dorongan untuk dapat tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang anak,
mandiri, dan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Untuk itu dibutuhkan keluarga yang
dapat berinteraksi positif antar anggota keluarga dan saling mendukung. Oleh karena itu
pengolahan keluarga dalam kaitannya dengan manajemen terapi menjadi sangat penting,
tanpa dukungan keluarga rasanya sulit sekali kita dapat melaksanakan terapi apapun pada
individu dengan gangguan spektrum autisme.
59

II. Dengan medikamentosa


Selain dengan terapi seperti diatas manajemen dari gangguan autisme dilakukan
dengan medikamentosa. Terapi medikamentosa ini dilakukan karena individu dengan
gangguan autisme ini mempunyai variasi perilaku yang mengganggu yang seringkali
menimbulkan suasana yang tegang bagi keluarganya. Kondisi ini seringkali memerlukan
medikasi dengan medikamentosa yang mempunyai potensi untuk mengatasi susana tersebut.
Perilaku yang mengganggu dan disruptive tersebut misalnya: agresi, temper tantrum dan
hiperaktivitas. Manajemen terbaik dari perilaku tersebut adalah dengan dosis rendah
antipsikotik/neuroleptik, tapi dapat juga dengan agonis reseptor alfa adrenergik dan
antagonis reseptor beta sebagai alternatif.
Neuroleptik:
-

Neuroleptik tipikal potensi rendah thioridazine dapat menurunkan agresivitas dan


agitasi. Dosis: 0,5-3 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 kali/hari

Neuroleptik tipikal potensi tinggi haloperidol dan pimozide dalam dosis kecil 0,25- 3
mg/hari dapat menurunkan agresivitas, hiperaktivitas, iritabilitas, dan stereotipik.

Neuroleptik atipikal rizperidone, clozapine, olanzapine rizperidone bila dipakai dalam


dosis yang direkomendasikan: 0,5-3 mg/hari dibagi dalam 2-3 kali/hari, yang dapat
dinaikkan 0,25 mg setiap 3-5 hari sampai dosis inisial tercapai 1-2 mg/hari dalam 4-6
minggu, akan tampak perbaikan pada hubungan social, atensi, dan gejala obsesif.
Agonis reseptor alfa adrenergik
Clonidine (catapres) dilaporkan dapat menurunkan agresivitas, temper tantrum,
impulsivitas, dan hiperaktivitas. Mulai dengan dosis rendah: 0,025-0,05 mg 2 kali sehari
dinaikkan secara bertahap sampai dosis maksimum 0,3-0,6 mg/hari dalam 3-4 kali/hari.
Antagonis reseptor beta
Propanolol dipakai dalam mengatasi agresivitas terutama yang disertai dengan agitasi
dan ansietas. Dosis 1-5 mg/kgBB/hari atau lebih.
Selain dengan terapi diatas manajemen pada anak dengan gangguan autisme juga
ditangani dengan terapi perkembangan terpadu. Terapi tersebut terdiri dari terapi okupasi
dengan penekanan pada terapi sensory integration yang dipadu dengan metode floor time.
Namun bila anak memerlukannya, masih ditambah lagi dengan strategi visual. Terapi diet
pada anak autisme adalah pemberian makanan yang bebas glutein dan kasein.
Terapi sensory integration dan floor time diberikan setelah anak diketahui
menyandang gangguan semua spektrum autisme. Sedangkan strategi visual baru diberikan
bila anak sudah benar-benar siap menerima terapi ini. Kesiapan tersebut akan dinilai oleh
terapis, dokter atau psikolog yang menangani si anak. Terapi sensory integration adalah terapi
untuk memperbaiki cara otak menerima, mengatur, dan memproses semua input sensoris
yang diterima oleh panca indera, indera keseimbangan, dan indera otot. Anak yang
mengalami gangguan perilaku, seperti autisme, akan mengalami kesulitan dalam menerima
dan mengintegrasikan beragam input yang disampaikan otak melalui inderanya. Akibatnya,
otak tidak dapat memproses input sensoris dengan baik. Dengan begitu, otak juga tidak dapat
mengatur perilaku anak agar sesuai dengan lingkungannya. Melalui terapi sensory
60

integration, kemampuan sikecil dalam menerima, memproses, dan mengintepretasi inputinput sensoris, baik dari luar maupun dari dalam dirinya, akan diperbaiki. Dengan begitu, dia
dapat lebih baik dalam bereaksi terhadap lingkungannya. Untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, terapi sensory integration harus dipadukan
dengan metode floor time. Pada strategi visual umumnya, penyandang gangguan spektrum
autisme lebih mampu berpikir secara visual. Jadi mereka lebih mudah mengerti apa yang
dilihat daripada apa yang didengar. Strategi visual dipilih agar sikecil lebih mudah
memahami berbagai hal yang ingin anda sampaikan. Biasanya, ia akan diperkenalkan pada
berbagai aktivitas keseharian, larangan atau aturan, jadwal dan sebagainya lewat gambargambar. Misalnya gambar urutan dari cara menggosok gigi, mencuci tangan, dan sebagainya.
Dengan strategi visual diharapkan anak bisa memahami situasi, aturan, mengatasi rasa cemas,
serta mengantisipasi kondisi yang akan terjadi.
Terapi makanan tambahan menurut Hembing, diprioritaskan pada upaya
pemenuhan makanan tinggi protein yang menyehatkan. Di sisi lain terdapat makanan yang
mesti dipantang anak autis. Yaitu, makanan yang mengandung glutein dan casein. Misalnya
roti, mie, spaghetti, susu hewan, es krim, yoghurt, coklat dan keju.
Menurut Hembing, ada tiga reaksi negatif yang bisa muncul jika penderita autism
mengonsumsi glutein dan casein. Pertama, alergi. Reaksi alergi ini dapat termanifestasi dalam
misalnya, perilaku hiperaktif, dan agresif. Kedua, intoleran atau sensitive terhadap makanan.
Manifestasinya mirip dengan reaksi alergi, seperti sakit perut, sakit kepala, menangis
berlebihan, sensitif pada suara tertentu, bahkan depresi. Ketiga, reaksi opioid, menurut
Hembing reaksi ini adalah yang paling merusak. Reaksi ini biasanya muncul jika anak
mengalami kebocoran usus. Padahal 50% anak autis mengalami bocor usus yang disebabkan
kondisi flora usus yang tak seimbang. Reaksi ini paling merusak karena gluten dan casein
akan terpecah menjadi protein tak sempurna (peptide). Melalui aliran darah tersebut, peptide
masuk ke otak dan kemudian ditangkap reseptor opioid. Hasilnya anak tersebut terlihat
seperti orang yang baru saja mengonsumsi obat-obatan yang bersifat opioid seperti morfin
atau heroin.
PROGNOSIS

Walaupun sebagian besar anak autisme menunjukkan perbaikan dalam hubungan


social dan kemampuan berbahasa seiring dengan meningkatnya usia, gangguan autisme tetap
meninggalkan ketidakmampuan yang menetap. Mayoritas dari mereka tidak dapat hidup
mandiri dan memerlukan perawatan di institusi ataupun membutuhkan supervise terus . Hasil
penelitian menemukan bahwa:
Dua per tiga dari anak autisme mempunyai prognosis yang buruk ; tidak dapat mandiri.
Seperempat dari anak autisme mempunyai prognosis yang sedang ; terdapat kemajuan
dibidang sosial dan pendidikan walaupun ada problem perilaku.
Sepersepuluh dari anak autisme mempunyai prognosis yang baik ; kehidupan sosial yang
atau hampir normal dan berfungsi dengan baik disekolah maupun tempat kerja.
Autis memilki kemampuan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya
gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada dua penyandang autis yang
berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup normal dan berprestasi. Di Amerika di mana
penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhannya lebih besar.

61

VII

KERANGKA KONSEP

Bimo, laki-laki 26 bulan

multifaktorial

Gangguan otak

Gangguan komunikasi,
interaksi sosial, perilaku

Autisme

VIII

KESIMPULAN
Bimo, anak laki-laki 26 bulan mengalami gangguan komunikasi, interaksi
sosial, dan prilaku akibat autistik syndrome disorder. Disarankan untuk dokter
umum agar dapat mengenali gejala dini pada autis sebelum usia 3 tahun. Untuk
orang tua disarankan untuk memberi perhatian yang lebih dan memperhatikan
pola diet serta pola asuh pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

62

Sadock, Benjamin J. 2015. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujuka Ringkas dari
PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
Martin, Andres; Volkmar, Fred R. 2007. Lewis's Child and Adolescent Psychiatry: A
Comprehensive Textbook, 4th Edition. Lippincott Williams & Wilkins
Al-Ayadhi, Laila. 2012. Relationship Between Sonic Hedgehog Protein, BrainDerived Neurotrophic Factor and Oxidative Stress in Autism Spectrum Disorders.
Neurochem Res (2012) 37:394400. DOI 10.1007/s11064-011-0624-x.
American Music Theraphy Association. 2010. Autism Spectrum Disorders: Music
Therapy Research and Evidence Based Practice Support. www.musictherapy.org.
Bradstreet JJ. 2002. Response to the national academy of science, institute of
medicine request for original research on thimerosal safety. In : The First Open Windows
Essential Training by ICDRC.Palm Bay, January, 2002.
Bronsard, Guillaume; Michel Botbol, Sylvie Tordjman. 2010. Aggression in Low
Functioning Children and Adolescents with Autistic Disorder. PLoS ONE 5(12): e14358.
doi:10.1371/journal.pone.0014358.
Hartley, S L; D.M. Sikora, R McCoy. 2008. Prevalence and risk factors of
maladaptive behaviour in young children with Autistic Disorder. J Intellect Disabil Res. 2008
October; 52(10): 819829.doi:10.1111/j.1365-2788.2008.01065.x.

63

Anda mungkin juga menyukai