Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar III.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun
hadapi.Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat, bantuan, dorongan an bimbingan orang tua, sehingga kendala kendala yang penyusun
hadapi teratasi.Makalah ini berupaya memberikan sumbangan pengetahuan untuk kita semua
khususnya mahasiswa keperawatan untuk di harapkan bisa menjalankan tugasnya dalam bidang
kesehatan.
Penyusunpun menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil
yang sempurna. Oleh karena itu,kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum
diungkapkan dalam membahas bayi tabung.

Kediri, Maret 2014

Penyusun

Page | 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I PENDAHULUAN .. 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. TUJUAN . 3
C. RUMUSAN MASALAH 4
D. MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN 5
A. DEFINISI ..

B. JENIS FRAKTUR . 5
C. ETIOLOGI ....

D. MANIFESTASI KLINIS ..

E. PATOFISIOLOGIS ..

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ..

G. CONTOH KASUS ASKEP 10


BAB III PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA

19

Page | 2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur Cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000).
Adapun jenis-jenis fraktur yaitu: Ada fraktur komplet, fraktur tidak komplet, fraktur
terbuka, fraktur tertutup, greensik, transfersal, komuditif, depresi, kompesi, dan patologi.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada fraktur
2. Tujuaan khusus
Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang :
1. Definisi dari fraktur
2.

Etiologi dari fraktur

3.

Patifisiologi dari fraktur

4.

Manifestasi klinik pada fraktur

5.

Pemeriksaan penunjang pada fraktur


Page | 3

6.

Pengobatan pada fraktur

7. Asuhan keperawatan pada fraktur


C. Rumusan masalah
1.

Definisi dari fraktur?

2.

Etiologi dari fraktur?

3.

Patifisiologi dari fraktur?

4.

Manifestasi klinik pada fraktur?

5.

Pemeriksaan penunjang pada fraktur?

6.

Pengobatan pada fraktur?

7.

Asuhan keperawatan pada fraktur?

D. Manfaat
1.

Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien


dengan fraktur sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah.

2.

Mahasiswa

mengetahui

asuhan

keperawatan yang

benar

sehingga dapat

menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumahsakit.

Page | 4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam
buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang
diterangkan dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical Nursing.
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress
yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
B. Jenis Fraktur
1. Fraktur komplet

: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya


mengalami pergeseran.

2. Fraktur tidak komplet

: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang

3. Fraktur tertutup

: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit

4. Fraktur terbuka

: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa


sampai ke patahan tulang.
Page | 5

5. Greenstick

: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi


lainnya membengkak.

6. Transversal

: fraktur sepanjang garis tengah tulang

7. Kominutif

: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen

8. Depresi

: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam

9. Kompresi

: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada

tulang belakang)
10. Patologik

: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau

tendo pada daerah perlekatannnya.


C. Etiologi
1)

Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.

Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
2)

Kekerasan tidak langsung


Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat

terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
3)

Kekerasan akibat tarikan otot


Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.(Oswari
E, 1993)

D. Manifestaasi klinis
Page | 6

a)

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.

b)
c)

Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.


Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur.

d)

Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

e)

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.

E. Patofisiologis
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall,
1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang
segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar
dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur :
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Page | 7

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang. ( Ignatavicius, Donna D, 1995 )Biologi penyembuhan
tulang.
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk
tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel
tulang.
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1). Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel
darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat
tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan
perdarahan berhenti sama sekali.
2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago
yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami
trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih
dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam
beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang
patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.
3)

Stadium Tiga-Pembentukan Kallus


Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,

bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga
kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai
Page | 8

berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan
endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih
padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur
menyatu.
4)

Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah

menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast
mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah
proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
membawa beban yang normal.
5)

Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa

bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan
pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada
tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga
sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya. (Black,
J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)
F. Pemeriksaan penunjang
a)

Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya

b)

Pemeriksaan jumlah darah lengkap

c)

Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d)

Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal.

Page | 9

G. Contoh kasus dan asuhan keperawatannya


Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. J
Umur

: 40 thn

Jenis kelamin : laki-laki


Pekerjaan

: karyawan swasta

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Sragen

Tanggal MRS : 20 April 2013


Tanggal Pengkajian

: 25 April 2013

No. RM

: 369xx

Ruang

: Mawar

Dx. Medis

: Fraktur Cruris 1/3 Dekstra

Pengkajian
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan utama :
a. Saat MRS : nyeri pada tungkai bawah kaki kanan.
b. Saat pengkajian : merasakan nyeri pada tungkai kaki kanan dan bengkak.
2. Riwayat penyakit sekarang
a. P
: klien mengatakan nyeri karena post op
b. Q
: nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk.
Page | 10

c. R
d. S
e. T

: nyeri pada tungkai kaki kanan bawah.


: skala nyeri 5.
: nyeri saat timbul gerakan.

Riwayat penyakit dahulu

: tidak ada (-).

Riwayat penyakit keluarga

: tidak ada (-).

Riwayat alergi

: tidak ada (-).

Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum
: klien tampak baik.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : 130/70, N : 84x/menit, RR : 22x/menit, S : 36,5 C,
Kesadaran
: Composmetis
3. GCS :
E=4
V=5
M=6
4. Bentuk kepala
: mesocepal
Rambut
: hitam lurus
Mata
: simetris kanan kiri
Konjungtiva
: anemis
Sklera
: non ikterik
Pupil
: isokor
Hidung
: simetris kanan kiri, tidak ada polip, tidak ada skeret.
Mulut
: mukosa bibir kering, tidak ada gigi berlubang, tidak ada sariawan.
Telinga
: simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada pembesaran
tiroid.
5. Genetalia
: tidak ada kelainan, terpasang kateter.
6. Pada kulit
: turgor kulit baik, warnanya sawo matang.
7. Ekstremitas kiri atas : terpansang infus RL 20 tpm.
5 5
5 2
Ekstremitas kanan
: terdapat luka bekas operasi
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap
Hemoglobin
: 84 gr/dl.
Hematokrit
: 25,5 %
Eritrosit
: 2,91 juta/mm3
Leukosit
: 11,9/mm3
Trombosit
: 142 u/l
Basofil
: 0,7 %
Page | 11

Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Gula darah

:
:
:
:
:

0,5 %
76,9 %
17,3 %
4,6 %
130 mg/dl
ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. J


No. RM : 369xx

NO.
1.

DATA
DS
:

ETIOLOGI
MASALAH
pasien Kecelakaan
Nyeri akut

mengatakan, nyeri
Trauma
eksternal
pada tungkai kaki
lebih dari kekuatan
kanan.
tulang
DO :

Tulang tidak mampu


P : klien mengatakan
menahan trauma
nyeri karena post op

Q : nyeri terasa Fraktur

seperti
tertusukPergeseran frakmen
tusuk.
tulang yang patah
R : nyeri pada

OREF
tungkai kaki kanan

bawah.
Trauma jaringan

S : skala nyeri 5
Nyeri akut
T : nyeri saat timbul
gerakan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. J
No. RM : 369xx
Pengkajian : 25 April 2013
Dx. Medis : Fraktur Cruris 1/3 Dekstra

NO.

Dx. Kep

Tujuan

Intervensi

Rasional
Page | 12

Nyeri

akut

spasme
pergeseran
tulang.

b/d Setelah

1. Pantau

otot dilakukan
frakmen tindakan
keperawatan
selama

3x24

diharapkan
nyeri

mengidentifika

nyeri

si skala nyeri

PQRST.
2. Monitor

dan
2.

hilang.
kriteria hasil :
Skala nyeri 3pasien

mengenai

posisi yang

merasa

perawatan
luka

kenyamanan.
memberikan
lengkap
sistem

nyaman.
4. Melakukan

Dengan

tidak

gambaran

waktu
istirahat dan

berkurang atau

Untuk

karakteristk

tanda vital.
3. Berikan

jam

0,

1.

kardiovaskuler
3.

post

meningkatkan

operasi.
5. Kolaborasi

nyaman, TTV

dengan

normal.

dokter dan

.
Untuk
kenyamanan
dan
mengurangi
rasa

untuk

nyeri

dimana

memberika

dengan

n analgetik.

istirahat akan
merelaksasika
4.

n jaringan.
Agar
tidak
terjadi infeksi

5.

pada luka.
Mengurangi
rasa nyeri.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. J
No. RM : 369xx
Pengkajian : 25 April 2013
Dx. Medis : Fraktur Cruris 1/3 Dekstra
Page | 13

No.
Dx
1.

Tanggal

Jam

Implementasi

25 April 2013

11.30 WIB

Memantau

Evaluasi (SOAP)
karakteristik S : Klien mengatakan

nyeri PQRST.

nyeri

pada

tungkai

bawah kaki kanan, nyeri


pada post operasi, nyeri
dirasakan

seperti

tertusuk-tusuk.
O : Ekspresi

wajah

tampak

meringis

kesakitan, skala nyeri 4,


nyeri
26 April 2013

08.00 WIB

Mengkaji tanda-tanda vital.

timbul

saat

bergerak.
A : Masalah

belum

teratasi.
P
:

Intervensi

dilanjutkan.
08.15 WIB

S
Mempertahankan

Klien

bersedia

posisi

diperiksa.
nyaman, dengan posisi semi O : TD : 130/70 mmHG,
fowler.

N : 82x/menit, RR :

08.30 WIB

20x/menit, S : 36C.
Memantau
PQRST.

karakteristik

S : Klien mengatakan
nyaman.
O : Klien tampak sedikit
rilexs.
S : Klien mengatakan
nyeri

pada

tungkai

bawah kaki kanan, nyeri


pada post operasi, nyeri
dirasakan
08.45 WIB

nyeri

senut-senut,
timbul

saat

Page | 14

digerakan.
Memberikan obat analgetik O : Skala nyeri 4, klien
Kelorolac 1gram.
27 April 2013

08.30 WIB

tampak terlihat meringis


kesakitan.
A : Masalah

Memantau
nyeri PQRST.

karakteristik teratasi.
P
:

belum

Intervensi

dilanjutakan, kolaborasi
pemberian analgetik.
S : Klien bersedia untuk
disuntik.
O : Obat masuk per IV,
tidak terjadi alergi.
S : Klien mengatakan
nyeri berkurang, nyeri
dirasakan

biasa,

nyeri

dirasakan pada tungkai


09.00 WIB

bawah kaki kanan, nyeri


dirasakan hilang timbul.
Melakukan perawatan luka O : Skala nyeri 3, pasien
post operasi.

terlihat

sedikit

lebih

rilexs dan tenang.


A : Masalah teratasi,
terjadi penurunan skala
nyeri.
P
:

Intervensi

dilanjutkan,

kolaborasi

pemberian

analgetik,

berikan posisi nyaman


dan berikan waktu untuk
klien beristirahat.
S : Klien bersedia untuk
Page | 15

dirawat.
O : Luka tampak baik,
tidak ada rembesan darah

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian pada Tn. J diperoleh data subyektif klien mengeluh nyeri pada tungkai
bawah kaki kanan, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut,
skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, nyeri timbul saat digerakkan, dengan data obyektif
ekspresi wajah meringis, gelisah.
2.

Diagnosa keperawatan pada Tn. J adalah nyeri akut berhubungan dengan spasme otot
pergeseran frakmen tulang.

3.

Intervensi atau rencana tindakan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pada Tn. J
adalah pantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of pain,
Region,Severity of pain, Time), Berikan kesempatan waktu istirahat dan berikan
posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic, ajarkan
tekhnik relaksasi dan distraksi.
Page | 16

4.

Implementasi yang dilakukan pada Tn. J pada tanggal 25-27 April 2013 adalah
memantau karakteristik nyeri untuk mengidentifikasi nyeri dan ketidaknyamanan,
kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic nafas dalam dan distraksi.

5.

Evaluasi telah dilakukan pada Tn. J selama 3 hari sesuai dengan acuan rencana
keperawatan dimana tindakan yang telah dilaksanakan menggunakan metode SOAP
(Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning), menunjukan S : klien masih merasakan
nyeri namun nyeri yang dirasakan mulai berkurang, O : klien terlihat rileks, ekpresi
wajah tidak tegang, skala nyeri 3, A : masalah teratasi, P : intervensi dilanjutkan :
anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, pendelegasian tentang terapi medis.

6.

Analisa kondisi nyeri akut pada Tn. J dengan post operasi ORIF yaitu klien masih
merasakan nyeri pada tungkai bawah kaki kanan, nyeri karena post operasi, nyeri
dirasakan senut-senut, skala nyeri 3, timbul saat kaki digerakkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurhidayah-6731-2-babii.pdf
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-wahyupramo-517-1-wahyupr7.pdf
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/207301001/bab2.pdf
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta
: EGC

Page | 17

Zydlo, Stanley M. 2009. First Aid Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat.
Yogyakarta : Casmic Book

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai