Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum
ada, selalu berubah. Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya
infeksi dan usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk
merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang
dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang
dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat
baik pada anak maupun pada ibu.
Ada beberapa pengertian dari ketuban pecah dini :

Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah spontan sebelum dimulainya proses
persalinan disertai keluar air-air dari jalan lahir dapat terjadi pada kehamilan preterm
maupun aterm

Penyebab ketuban pecah dini dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain: infeksi pada
ibu, factor janin, dan faktor selaput ketuban itu sendiri.
Pengaruh ketuban pecah dini dapat terjadi pada ibu dan janin sehingga meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
Diagnosa dapat ditegakkan bila pasien mengalami keluarnya cairan seperti air kencing,
pemeriksaan inspekulo adanya air ketuban dari kanalis cervisis dan uji kertas lakmus
menjadi biru.
Ketuban pecah dini harus ditangani secara tepat untuk mencegah terjadinya infeksi intra
uterin dan asfiksia neonatorum. Menuju ke rumah sakit adalah tindakan yang tepat bila
bidan menghadapi pasien dengan ketuban pecah dini.

5.2 Saran
Ketuban

Pecah

Dini

dapat

menimbulkan

kecemasan

pada

wanita

dan

keluarganya.Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai


perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana
penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi
yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan
kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :
5.2.1 Saran Untuk Bidan
a. Diharapkan seorang bidan agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan
dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat mendeteksi dini kasus-kasus
yang patologi khususnya dalam kasus ketuban pecah dini agar tidak terjadi
komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya.
b. Diharapkan seorang bidan harus lebih terampil dan selalu siap

dalam

memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu


masalah yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan
tepat sesuai kebutuhan klien.
c. Diharapkan seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya
kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan dana dan prasarana yang
memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien.
d. Penulis mengharapkan agar manajemen asuhan kebidanan dapat diterapkan
pada setiap tempat pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit DR.RAMELAN
SURABAYA,Rumah Bersalin, Puskesmas rawat inap dan lain sebagainya
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
e. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan tindakan pendokumentasian harus
selalu digunakan mengingat hal tersebut bermanfaat untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

5.2.2 Saran Untuk Rumah Sakit


Sebaiknya pihak Rumah Sakit DR.RAMELAN SURABAYA,dan Puskesmas
rawat inap dan Rumah Sakit laennya menempatkan bidan tetap yang bertugas di
ruang bersalin, nifas / perawatan ginekologi dan ruang bayi agar setiap klien
mendapatkan kualitas pelayanan yang profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang
dimiliki petugasnya.
5.2.3

Saran Untuk Istitusi


Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, penerapan asuhan kebidanan dalam
pemecahan masalah harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses
tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan dan menciptakan sumber
daya manusia yang berpotensi dan profesional.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membandingkan antara teori dengan kasus langsung pada klien Ny.
A serta menemukan kesenjangan pada klien yang penulis lakukan selama 3 hari dibandingkan
dengan teori yang telah penulis paparkan pada bab II.
4.1.1 Pengkajian
Pada pengkajian secara teoritis ditemukan data,resiko tinggi, infeksi, nyeri,
intoleransi akifitas,dan kurang pengetahuan.Sedangkan pengkajian pada Ny. A juga
terdapat pengkajian secara teoritis.
4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnose yang mungkin timbul pada klien ketuban pecah dini adalah:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Trauma mekanik (jahitan episiotomi)
2. Resiko infeksi b.d Proses persalinan ( adanya luka episiotomi).
3. Inefektif dalam menyusui b.d Pengeluaran ASI yang tidak adekuat.

4.1.3 Perencanaan
Pada tahap ini pengolahan dan perwujudan rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi secara optimal.
4.1.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana dapat
dilakukan karena keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tingkat kemampuan
klien sendiri.
Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya
adalah melakukan cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa
dalam dengan memakai hand scone yang steril, mengganti perban dibawah

bokong setiap dua jam sekali, memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai
dengan konsep teoritis yang ada dan pelaksanaannya tidak ada hambatan,
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan
tindakannya adalah menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik
relaksasi, mengobservasi vital sign, memberikan analgetik jika dibutuhkan sesuai
rasa yang dirasakan, tindakan ini susuai dengan konsep dasar teoritis yang ada.
Dalam melaksanakan penulis menemui hambatan, karena tindakan tersebut
mandiri dari perawat serta tidak tergantung alat-alat.
c. Intoleransi aktifitas berhubungn dengan keterbatasan

mobilitas

fisik.

Pelaksanaannya adalah mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas, membantu


klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, memotifasi keluarga untuk selalu
membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien.
4.1.5 Evaluasi
Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau
tindakan yang telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Trauma mekanik (jahitan episiotomi)

Evaluasi :
1. Klien mengatakan tidak nyeri lagi
2. Klien tampak lebih nyaman
b. Resiko infeksi b.d Proses persalinan ( adanya luka episiotomi).

Evaluasi :
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Tidak di temukan tnda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, functio laesa)
3. Tidak ada tanda REEDA
4. luka bersih dan kering
c. Inefektif dalam menyusui b.d Pengeluaran ASI yang tidak adekuat.
Evaluasi :
1. ASI bisa keluar
2. Puting menonjol
3. ASI dapat keluar dengan adekuat

Anda mungkin juga menyukai