Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat
dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya
secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap
infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit (Sulistyoningsih,
2011, p.167). ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI diketahui memiliki
banyak keunggulan, baik ditinjau dari segi kandungan, gizi, imunitas,
ekonomi, kepraktisan, ataupun psikologis. ASI diberikan kepada bayi
karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah
menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran
pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI
juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi,
seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksim. Selain itu,
ASI dapat pula meningkatkan IQ (Intelligence Quotient) dan EQ
(Emotional Quotient) ( anak (Dwi Sunar, 2009, p.28).

Jika bayi mendapatkan makanan pendamping selain ASI terlalu


dini, maka akan meningkatkan resiko penyakit diare serta infeksi lainnya.
Selain itu juga akan menyebabkan jumlah ASI yang diterima bayi
berkurang, padahal komposisi gizi ASI pada 6 bulan pertama sangat cocok
untuk kebutuhan bayi, akibatnya pertumbuhan bayi akan terganggu
(Sulistyoningsih, 2011, p.165). Di Indonesia hasil riset yang dilakukan
diketahui bayi yang diberi makanan pendamping ASI lebih banyak
terserang diare, batuk pilek, dan panas disbanding bayi yang diberi ASI
eksklusif. Hal ini disebabkan karena pemberian makanan pendamping ASI
yang terlalu dini dan kurang terjaga kebersihannya.
Sejak tahun 2006 World Health Organization (WHO) mencatat
jumlah ibu yang memberi MP-ASI dibawah usia 2 bulan mencakup 64%
total bayi yang ada, 46% pada bayi usia 2-3 bulan, dan 14% pada bayi usia
4-6 bulan.
Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun
2007-2008 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di
Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% pada tahun 2007 menjadi
56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif
pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi
24,3% pada tahun 2008.
Berdasarkan data hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2007 didapatkan data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi
di usia kurang 2 bulan hanya mencakup 48,3% dari 486 total bayi.

Presentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni


34,4% pada bayi usia 2-3 bulan, 17,8% pada bayi usia 4-5 bulan, yang
lebih memprihatinkan sekitar 3 diantara sepuluh anak (28%) bayi dibawah
usia 2 bulan telah diberi susu formula dan 27,2% bayi usia 2-3 bulan telah
diberikan makanan tambahan (SDKI, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2009 jumlah bayi (0-6 bulan ) di Semarang 8.453,
namun yang diberi ASI eksklusif hanya 1.175 (13,80%). Dari data profil
kesehatan menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar
40,21%, terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 (28,96%),
tetapi dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target
pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes Jateng, 2009).
Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi selama
3 tahun terakhir. Pada bayi usia 0-5 bulan turun dari 62,2% tahun 2007
menjadi 56,2% tahun 2008, namun meningkat lagi pada tahun 2009
menjadi 61,3%. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi
sampai usia 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3%
pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Dinkes
Kota Semarang, 2009).
Data di Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang terdapat 460 balita, usia 0-6 bulan sebanyak 68 anak, usia 6-12
bulan sebanyak 46 anak, usia 12-24 sebanyak 143 anak dan yang berusia
2-5 tahun sebanyak 203 anak. Alasan mengambil mengambil judul

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Pemberian MP-ASI Pada


Bayi Dibawah Usia 6 Bulan karena diketahui di Kelurahan Tlogosari
Wetan masih banyak bayi sebelum usia 6 bulah sudah diberi makan dan
masih banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui akibat dari pemberian MPASI yang terlalu dini. Dari hasil studi pendahuluan bayi usia 0-6 bulan
hanya 4 anak (0,90%) yang diberi ASI eksklusif, sedangkan yang lainnya
sudah diberi makanan pendamping ASI. Jenis makanan pendamping ASI
yang diberikan pada umumnya adalah susu formula, pisang, dan bubur.
Dari hasil wawancara dengan 10 ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
bulan, 8 orang (80%) tidak mengetahui tentang dampak pemberian
makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan dan 2 orang (20%)
mengetahui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI
sebelum usia 6 bulan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang
dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dibawah usia 6
bulan.
B. Rumusan Masalah
Dari data yang diperoleh diketahui pemberian ASI eksklusif saat
ini sangat rendah. Di puskesmas Tlogosari Wetan bayi usia 0-6 bulan
sebanyak 611 anak, yang diberi ASI eksklusif hanya 44 anak (7,20%). Di
Kelurahan Tlogosari Wetan bayi usia 0-6 bulan sebanyak 68 anak dan
hanya 4 anak (0,90%) yang diberi ASI eksklusif. Di Kelurahan Tlogosari

Wetan diketahui bahwa ibu yang tidak mengetahui tentang dampak


pemberian makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan yaitu 8 orang
(80%). Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Dibawah Usia 6
bulan di Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang dampak
pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan
di

Kelurahan

Tlogosari

Wetan

Kecamatan

Pedurungan

Kota

Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk

mendiskripsikan

pengetahuan

ibu

tentang

dampak

pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dibawah usia 6


bulan di Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang.
b. Untuk mendiskripsikan karakteristik pendidikan responden di
Kelurahan

Tlogosari

Wetan

Kecamatan

Pedurungan

Kota

Semarang.
c. Untuk

mendiskripsikan

pengetahuan

ibu

tentang

dampak

pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dibawah usia 6

bulan berdasarkan pendidikan di Kelurahan Tlogosari Wetan


Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu
a. Untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya memberikan
ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
b. Untuk menambah pengetahuan agar memberikan makanan
pendamping ASI pada waktu yang tepat.
c. Untuk menambah pengetahuan tentang dampak pemberian
makanan pendamping ASI terlalu dini.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Untuk mensosialisasikan pemberian ASI secara eksklusif sampai usia
6 bulan dan pemberian makanan tambahan setelah usia 6 bulan.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
No

Judul, Nama, Tahun

Sasaran

Variasi yang diteliti

1.

Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
praktik ibu dalam
memberikan
makanan pendamping
ASI pada bayi usia 04 bulan di desa
Gubug kecamatan
Gubug kabupaten
Grobogan
Fajriyatun Wahidah
(2010).

Ibu-ibu
yang
mempunyai
bayi
berusia 0-4
bulan.

Tingkat
pengetahuan dan
dukungan keluarga
dalam praktik
pemberian MP-ASI
pada bayi usia 0-4
bulan.

2.

Gambaran FaktorFaktor yang


Mempengaruhi Ibu
dalam Pemberian
MP-ASI pada Bayi 06 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas
Tiga Balata
Bona F. P (2009)

Ibu-ibu
yang
mempunyai
bayi
berusia 0-6
bulan.

Tingkat
pengetahuan, umur
dan status pekerjaan
terhadap pemberian
MP-ASI pada bayi
usia0-6 bulan.

Metode
Deskriptif
analitik

Deskriptif

Hasil
Hasil penelitian yang
diperoleh
menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu
memberikan
makanan tambahan
pada bayi kurang dari
enam
bulan adalah
pengetahuan ibu yang
kurang yaitu 44,4%,
dukungan keluarga
yaitu sebanyak
55,6%, praktik dalam
memberikan MP-ASI
sebanyak 48,1%.

Dari hasil penelitan


diperoleh, mayoritas
ibu-ibu yang
memberikan MP-ASI
terlalu dini pada
bayinya memiliki
tingkat pengetahuan
kurang
sebanyak 51,4 %.
Berdasarkan umur,
mayoritas ibu pada
golongan umur 31-35
tahun sebanyak 47,1
% dan mayoritas ibu
tidak bekerja
sebanyak 74,3 %.

No
3.

Judul, Nama, Tahun

Sasaran

Variasi yang diteliti

Metode

Hasil

Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Usia Pertama
Pemberian Makanan
Pendamping ASI di
Kelurahan Genuksari
Kecamatan Genuk
Kota Semarang
Wenti Wahyu (2009)

Ibu-ibu
yang
mempunyai
bayi
berusia
lebih dari 6
bulan
sampai 1
tahun

Usia pertama
pemberian MP-ASI,
pendidikan ibu,
pengetahuan,
pekerjaan ibu dan
sikap ibu terhadap
pemberian makanan
pendamping ASI

Observasional

Hasil penelitian yang


diperoleh
menunjukkan
sebagian besar MPASI diberikan pada
usia >6 bulan
sebanyak 56,1%,
berpendidikan
menengah sebanyak
66,6%,
berpengetahuan baik
sebanyak 48,5%,
sikap yang
mendukung
pemberian MP-ASI
sebanyak 65,2%.

Berdasarkan data di atas, perbedaan dengan penelitian ini adalah


variabel yang diteliti yaitu pengetahuan ibu tentang dampak pemberian
makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan, tempat penelitian di
Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai