Anda di halaman 1dari 7

http://www.bppp-tegal.com/v1/index.php?

option=com_content&view=article&id=223:pengelolaan-sumberdaya-perikanan-yangberkelanjutan&catid=44:artikel&Itemid=85
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN YANG BERKELANJUTAN
Senin, 07 Januari 2013 16:05
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dapat
pulih (renewable) yang berarti bahwa apabila tidak terganggu, maka secara alami kehidupan
akan terjaga keseimbangannya, dan akan sia-sia bila tidak dimanfaatkan. Apabila
pemanfaatannya tidak seimbang dengan daya pulihnya maka sumberdaya tersebut dapat
terdegradasi dan terancam kelestariannya, yang sering dikenal sebagai tangkap
berlebih (overfishing). Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kondisi tangkap lebih
maka perlu adanya pengelolaan sumberdaya perikanan.
Prinsip dasar yang mendasari ide pengelolaan adalah bahwa pemanfaatan sumberdaya harus
didasarkan pada sistem dan kapasitas daya dukung (carrying capacity) alamiahnya (Saputra,
2009). Besar kecilnya hasil tangkapan tergantung pada jumlah stok alami yang tersedia di
perairan dan kemampuan alamiah dari habitat untuk menghasilkan biomass.
1.

Pendekatan Pengelolaan Perikanan

Salah satu pertanyaan mendasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah bagaimana
memanfaatkan sumberdaya tersebut sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi
bagi pengguna, namun kelestariannya tetap terjaga. Secara implisit pertanyaan tersebut
mengandung dua makna, yaitu makna ekonomi dan makna konservasi atau biologi. Dengan
demikian, pemanfaatan optimal sumberdaya ikan mau tidak mau harus mengakomodasi
kedua disiplin ilmu tersebut. Oleh karena itu, pendekatan bio-ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya ikan merupakan hal yang harus dipahami oleh setiap pelaku yang terlibat dalam
pengelolaan sumberdaya ikan.

a.

Pengaturan Musim Penangkapan Ikan (MPI)

Manajemen sumberdaya perikanan melalui pendekatan penutupan musim penangkapan,


memerlukan dukungan semua lapisan masyarakat khususnya masyarakat nelayan sebagai
pemanfaat sumberdaya untuk memiliki rasa kepedulian dan disiplin yang tinggi dalam
pelaksanaan peraturan perundang-undanganyang ada. Sebagaimana dikatakan Nikijuluw
(2002), bahwa penutupan musim penangkapan merupakan pendekatan manajemen yang
umumnya dilakukan di negara yang sistem penegakan hukumnya sudah maju.
Beddington dan Retting (1983) mengatakan, paling tidak ada dua bentuk penutupan musim
penangkapan ikan. Pertama, menutup musim penangkapan ikan pada waktu tertentu untuk
memungkinkan ikan dapat memijah dan berkembang. Contoh dari bentuk ini adalah

penangkapan ikan teri (anchovy) di Peru yang biasanya menutup kegiatan penangkapan pada
awal tahun ketika juvenil dan ikan berukuran kecil sangat banyak di perairan. Kedua,
penutupan kegiatan penangkapan ikan karena sumberdaya ikan telah mengalami degradasi,
dan ikan yang ditangkap semakin sedikit.

b.

Penutupan Daerah Penangkapan Ikan

Pendekatan penutupan daerah penangkapan ikan berarti menghentikan kegiatan penangkapan


ikan disuatu perairan pada musim tertentu atau secara permanen. Pendekatan ini dilakukan
seiring dengan penutupan musim penangkapan. Penutupan daerah penangkapan dalam jangka
panjang biasanya dilakukan dengan usaha-usaha konservasi jenis ikan tertentu yang memang
dalam status terancam kepunahan. Hal ini juga dilakukan secara permanen atau sementara
untuk menutup kegiatan penangkapan ikan di daerah tempat ikan berpijah (spawning
ground) atau daerah asuhan (nursery ground).

c.

Selektifitas Alat Tangkap

Pendekatan manajemen sumberdaya perikanan ini dilaksanakan melalui penggunaan alat


penangkapan ikan yang tinggi selektifitasnya. Beberapa contoh pendekatan ini adalah
pembatasan minimum terhadap ukuran mata jaring (mesh size), pembatasan minimum ukuran
mata pancing, serta pembatasan ukuran mulut perangkappada kondisi terbuka.
Masalah utama yang dihadapi dalam penerapan kebijakan ini adalah tingginya biaya
pelaksanaan, pengawasan, pemantauanatau pengendalian. Disamping itu juga diperlukan
adanya personil perikanan yang memiliki kemampuan teknis dalam bertindak cepat di
lapangan untuk menentukan jenis dan skala alat tangkap yang digunakan.

d.

Pelarangan Alat Tangkap

Pelarangan jenis alat tangkap tertentu dapat dilakukan secara permanen atau sementara
waktu, yang dilakukan untuk melindungi sumberdaya ikan dari penggunaan alat tangkap
yang merusak atau destruktif, atau pertimbangan lain yang bertujuan untukmelindungi
nelayan kecil/tradisional.
Cara-cara penangkapan ikan yang dewasa ini sudah lazim dilarang adalah penangkapan ikan
dengan menggunakan racun dan bahan peledak.

e.

Kuota Penangkapan Ikan

Kuota penangkapan ikan adalah salah satu cara pendekatan dalam manajemen sumberdaya
perikanan, yaitu pola manajemen rasionalisasi yang dicapai melalui pemberian hak kepada

industri atau perusahaan perikanan untuk menangkapikan sejumlah tertentu dalam suatu
perairan.

Ada tiga cara dalam mengimplementasikan pendekatan TAC, yaitu :


1) Penentuan TAC secara keseluruhan pada skala nasional atas jenis ikan atau perairan
tertentu.
2) Membagi TAC kepada setiap nelayan, kapal, atau armada dengan keberpihakan
pemerintah kepada nelayan atau kapal tertentu atas dasar keadilan, sehingga
perbedaan/kesenjangan pendapatan antar nelayandapat diperkecil.
3) Membatasi atau mengurangi efisiensi penangkapan ikan sedemikian rupa sehingga TAC
tidak terlampaui. Cara ini secara ekonomis tidak efisien serta tidak akurat karena kesulitan
dalam pengaturan dan memprediksi jumlah ikan yang tertangkap setiap kapal, akibatnya
seringkali TAC terlampaui.

f.

Pengendalian Upaya Penangkapan Ikan

Pengendalian upaya penangkapan adalah salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya


perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan, kinerja ekonomi industri
perikanan melalui pengurangan upaya atau kapasitas penangkapan ikan yang berlebihan.
Pendekatan lain yang dapat dilakukan dalam mengendalikan upaya penangkapan ikan adalah
penentuan jumlah unit penangkapan ikan yang diperbolehkan melalui pengaturan perijinan.

2.

Tujuan Pengelolaan Perikanan

Tujuan pengelolaan seperti dikemukakan diatas adalah pemanfaatan dalam jangka panjang
atas sumberdya perikanan secara berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan ini diperlukan
pendekatan proaktif dan berusaha secara aktif menemukan cara untuk mengoptimalkan
keuntungan ekonomi dan social dari sumberdaya yang tersedia.

a.

Maximum Sustainable Yield (MSY)

MSY adalah hasil tangkapan terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh
suatu perikanan. Konsep MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu
populasi ikan yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep ini dikembangkan dari kurva
biologi yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effortdengan suatu nilai maksimum
yang jelas, terutama bentuk parabola dari model Schaefer yang paling sederhana.
MSY memiliki beberapa keuntungan :

1) Konsep ini didasarkan pada gambaran yang sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi
suatu stok ikan terhadap penangkapan. Setiap nelayan akan memahami bahwa dari stok
berukuran kecil, dan demikian juga sebaliknya.
2) MSY ditentukan dengan suatu ukuran fisik yang sederhana, yakni berat atau jumlah ikan
yang ditangkap, sehingga menghindarkan perbedaan-perbedaan dalam wilayah suatu negara
ataupun antar negara, dibandingkan dengan kriteria lainnya (misalnya harga hasil tangkapan
atau penurunan biaya operasi).
Dibalik kelebihan-kelebihan tersebut sebenarnya terdapat beberapa kelemahan mendasar
yaitu bahwa konsep ini tidak cukup memiliki dasar berpijak yang cukup kuat. Banyak stok
ikan yang sifat dinamikanya tidak dapat dilukiskan dengan gambaran yang demikian
sederhana, atau dapat ditentukan dengan mudah, sehingga sangat sulit menentukan letak
MSY dari sumberdaya tersebut. Selain itu konsep ini tidak dapat menampung berbagai
kompleksitas seperti interaksi suatu populasi dengan populasi-populasi lainnya, adanya
struktur umur dalam populasi, adanya fluktuasi rekrutmen, dan lain-lain.

b.

Maximum Economic Yield (MEY)

Pengkajian secara teoritis telah menyimpulkan untuk mengganti MSY dengan


pendekatan Maximum Economic Yield (MEY), atau Maximum Rent. Net Economic
Yield cenderung menjadi nol (0) dalam suatu sumberdaya perikanan yang tidak dikelola,
mungkin menjadi sangat kecil pada saat penangkapan berada pada tingkat MSY, dan akan
mempunyai nilai maksimum pada suatu tingkat upaya sedikit lebih kecil dari pada nilai yang
menghasilkan hasil tangkapan yang terbesar.
Beberapa keuntungan penggunaan model MEY sebagai tujuan pengelolaan, selain yang telah
disebutkan juga model ini sangat fleksibel dan dapat diadaptasikan untuk analisis cost and
benefit bagi nelayan komersial, rekreasional, para pengolah, konsumen, dan lain-lain, yang
kegiatan usahanya berkaitan dengan perikanan. Selain itu konsep ini dapat diaplikasikan
terhadap setiap model biologi, dan berbeda dengan konsep MSY, MEY tiodak berdasarkan
konsep ekuilibrium.
Kelemahan yang paling menonjol dari penggunaan net economic yield sebagai tujuan
pengelolaan ialah bahwa model ini tergantung pada harga ikan yang tertangkap serta satuan
biaya penangkapan yang bervariasi dari tahun ke tahun, dari negara ke negara. Oleh karena
itu, net economic yield tidak memberikan nilai pasti yang tetap untuk tujuan suatu
pengelolaan.

c.

Optimum Sustainable Yield (OSY)

Istilah Optimum Sustainable Yield (OSY) dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk
mempertimbangkan segala keuntungan dan kerugian yang sering digolongkan ke dalam

biologi, ekonomi, hukum (legal), sosial dan politik. Pertimbangan sosial menjadi salah satu
kunci dalam tujuan pengelolaan dengan pendekatan ini. Hal ini dapat dipahami karena hasil
ekonomi yang optimal hanya akan bermakna jika diikuti oleh keuntungan maksimal secara
sosial berupa pengurangan angka pengangguran atau penyediaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, dan resolusi konflik.

3.

Pertimbangan Pengelolaan Perikanan

Seandainya sumberdaya hayati laut bukan tidak terbatas dan bukan tidak terusakkan, maka
kita dapat saja membiarkan manusia untuk memanfaatkannya dan menyalahgunakan
pemanfaatan itu dengan cara semena-mena.Produksi dan potensi perikanan dibatasi oleh
sejumlah faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam biologi, ekologi dan lingkungan,
teknologi, sosial, kultural dan ekonomi.

a.

Pertimbangan Biologi

Sebagai populasi atau komunitas yang hidup, sumberdaya hayati laut mampu
membarui dirinya melalui proses pertumbuhan dalam ukuran (panjang) dan massa (bobot)
individu selain pertambahan terhadap populasi atau komunitas melalui reproduksi (yang biasa
disebut dalam dunia perikanan sebagai rekrutmen).
Dalam populasi yang tidak dieksploitasi, mortalitas total mencakup mortalitas alami
yang terdiri dari proses-proses seperti pemangsaan, penyakit, dan kematian melalui
perubahan-perubahan drastisdari lingkungan dan lain-lain. Dalam populasi yang
dieksploitasi, mortalitas total terdiri dari mortalitas alami plus mortalitas penangkapan. Tugas
utama dari pengelolaan perikanan adalah menjamin bahwa mortalitas penangkapan tidak
melampaui kemampuan populasi untuk bertahan dan tidak mengancam atau merusak
kelestarian dan produktivitas dari populasi ikan yang sedang dikelola.

b.

Pertimbangan Ekologi dan Lingkungan

Kelimpahan dan dinamika populasi ikan mempunyai peranan penting dalam perikanan tetapi
populasi akuatik tidak hidup dalam isolasi. Mereka menjadi salah satu komponen ekosistem
yang rumit, terdiri dari komponen biologi yang mungkin memangsa, dimangsa, atau
berkompetisi dengan stok atau populasi tertentu. Komponen fisik ekosistem, seperti air itu
sendiri, substrat, masukan air tawar atau nutrient atau proses non-biologi lainnya mungkin
juga menjadi sangat penting dalam pertimbangan ini.
Lingkungan dari ikan jarang bersifat statis dan kondisi lingkungan akuatik dapat berubah
secara nyata menurut waktu, seperti pasang surut, suhu air, dan lain-lain. Perubahan
lingkungan seperti itu mempengaruhi dinamika dari populasi ikan, pertumbuhan, rekrutmen,
mortalitas alami atau kombinasi dari itu semua.

c.

Pertimbangan Sosial, Budaya, dan Kelembagaan

Populasi manusia dan masyarakat bersifat dinamis seperi halnya populasi biologi lainnya.
Selain itu perubahan sosial berlangsungterus menerus dalam skala yang berbeda, dipengaruhi
oleh perubahan dalam cuaca, lapangan pekerjaan, kondisi politik, penawaran dan permintaan
produk perikanan, dan faktor-faktor lainnya. Perubahan seperti itu mempengaruhi efektifitas
dari strategi pengelolaan dan oleh sebab itu harus dipertimbangkan dan diakomodasi.
Kendala social utama dalam pengelolaan perikanan adalah bahwa masyarakat dan
perilakunya tidak mudah ditransformasikan. Keluarga dan komunitas nelayan mungkin tidak
akan bersedia pindah ke pekerjaan lainnya, atau ketempat jauh dari rumah mereka yang bila
terjadi surplus kapasitas dalam perikanan, meskipun kualitas hidup mereka akan mengalami
penurunan sebagai akibat sumberdaya yang menipis atau rusak. Disamping itu, ketersediaan
lapangan pekerjaan bagi mereka juga tidak tersedia secara memadai.

d.

Pertimbangan Ekonomi

Kekuatan pasar sangat berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan. Selain itu pengelolaan
perikanan masih sering dihadapkan pada persoalan perikanan akses terbuka (open acces),
dimana setiap orang diperbolehkan masuk ke dalamusahaperikanan. Dibawah keadaan seperti
itu orang akan terus masuk ke perikanan sampai keuntungan dariusahaperikanan sedemikian
rendah, sehingga tidak lagi menarik bagi pelaku usaha baru (new entrance). Akibat yang tidak
dapat dielakkan dari usaha perikanan akses terbuka adalah hilangnya keuntungan sehingga
mengarah kepada tidak efisiensi secara ekonomi, dan jika tidak dapat ditegakkan tindakan
pengelolaan yang efektif, akan terjadi over exploitation.

Referensi :
Nikijuluw, Victor PH. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. P3R. Jakarta.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nur Bambang, A., Suharso, Asriyanto. 2004. Elastisitas Produksi Perikanan Tangkap Kota
Tegal. Universitas Dipenegoro. Semarang.
Purwanto. 2010. Bio-Ekonomi Penangkapan Ikan : Model Statik. Bahan ajar pada mata
kuliah : Manajemen Eksploitasi Sumberdaya Pantai, Program Studi Magister Manajemen
Sumberdaya Pantai, Universitas Diponegoro, tidak dipublikasikan. Semarang.
Saputra, Suradi Wijaya. 2009. Dinamika Populasi Ikan Berbasis Riset. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.

Widodo, Johanes & Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gajahmada
University Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai