Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

VARIASI KACANG MERAH

Oleh :
1

Vira Agustin Sintaresmi

13320109

Mardiana Handayaningsih

13320123

Diyaf fatmasari

13327002

Pradina Oktavia Risna Putri

13327006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN
TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

A. LANDASAN TEORI
Ciri- ciri umum Drosophila adalah ukuran tubuh relative kecil antara 3-5 mm (betina
lebih kecil daripada jantan) mata berwarna merah, tubuh berwarna coklat kehitaman,
crossvein posterior umumnya lurus dan arista (sungut) berbentuk bulu dengan 7-12
percabangan. Lalat buah (Drosophila sp) biasa digunakan dalam penelitian genetika. Lalat
buah ini banyak digunakan dalam penelitian genetika karena beberapa alasan sebagai
berikut:
-

Ukurannya kecil dan mudah ditangani

Mudah dibius dan dimanipulasi tanpa harus menggunakan peralatan yang canggih

Mempunyai seksual dimorfisme, sehingga mudah membedakan hewan jantan dan


hewan betina

Mudah untuk membedakan hewan dewasa yang masih virgin dan tidak.

Mempunyai waktu hidup yang singkat dan menhasilkan banyak telur

Untuk keperluan perawatan dan kultur tidak memerlukan banyak peralatan, biayanya
murah dan tidak membutuhkan space yang besar.

Hanya memiliki 4 pasang kromosom (3 pasang autosom dan 1 pasang gonosom)

Berikut adalah taksonomi dari lalat buah :


Kingdom : Animalia
Phylum

: Arthropoda

Classis

: Insecta

Ordo

: Diptera

Familia

: Drosophilidae

Genus

: Drosophila

Spesies

: Drosophila melanogaster

Lalat buah tipe liar memiliki cirri-ciri mata merah, tubuh berwarna kuning kecokelatan
memiliki cincin transversal yang mengelilingi abdomennya. Ukuran hewan betina kurang
lebih 2,5 mm panjangnya, sementara itu hewan jantan ukurannya lebih kecil. Hewan jantan
dapat dibedakan dari hewan betina (sexual dimorphism) dari warna tubuhnya. Hewan jantan
abdomennya terlihat lebih hitam pada ujung abdomennya dan memeiliki sexcomb pada kaki
depannya untuk proses kopulasi. Drosophila memiliki ciri morfologi yang berbeda antara
jantan dan betinanya. Pada Drosophila jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila

dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki sisir
kelamin. Sedangkan pada yang betina ukuran relative lebih besar, memiliki 6 ruas pada
bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin. Drosophila sp merupakan hewan yang
bersayap, dan berukuran kecil. Maka dari itu pengamatan morfologi hewan ini bisa dengan
menggunakan alat Bantu seperti LUV ataupun kaca pembesar. Pada drosophila diremuka 4
pasang kromosom. Pada lalat jantan dan lalat betina umumnya adalah sama, tetapi ada
sedikit perbedaan yaitu pada salah satu kromosom jantan terdapat lengkungan seperti mata
pancing. Pada Drosophila jantan dan betina dapat mudah dipisahkan dalam bentuk segmensegmen abdomen. Abdomen betina mempunyai ujung meruncing dan pola garis-garis yang
berbeda dari pada abdomen jantan. Kelamin lalat ditentukan sebagian oleh kromosom X
yang dimiliki individu. Normalnya lalat betina akan memiliki 2 kromosom X. Sedangkan
lalat jantan hanya memiliki 1 kromosom X ditambah 1 Y heterokromatik. Pada lalat buah
kromosom Y tidak memiliki peranan penting dalam penentuan jenis kelamin. Pada
kromosom Drosophilla hanya sedikit gen aktif.
Lalat buah mengalami siklus hidup yang singkat, biasanya 10-12 hari. Lamanya siklus
hidup sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu 28oC waktu hidupnya dapat mencapai 7 hari
saja, sementara jika suhu rendah pada 12 oC siklus hidupnya dapat mencapai 50 hari.
Lalat buah mengalami metamorphosis sempurna, dengan kata lain bentuk muda dari lalat
buah ini berbeda dengan bentuk dewasanya. Siklus hidup lalat buah terdiri dari fase :
1. Telur
2. Larva (instar I IV)
3. Pupa
4. Imago
Seperti hewan lainnya, drosophila bentina menghasilkan telur, sementara hewan
jantannya mengahsilkan sperma. Pada lalat buah, sperma dari hewan jantan disimpan di
dalam tubuh hewan betna. Jadi ketika hewan betina mengeluarkan telur melalui oviduk, telur
ini sekaligus difertilisasi oleh sperma yang etrsimpan dalam tubuh hewan betina.
Telur dikeluarkan oleh hewan betina. Jumlah telur yang dikeluarkan per harinya sangat
banyak, dapat mencapai 100 telur per hari, tetapi tiap species dapat mehasilkan telur dengan
jumlah yang berbeda-beda. Telur ini diletakkan oleh betina pada buah atau tanaman yang
busuk yang mengandung jamur dan zat organic lainnya supaya ketika menetas, larva

mendapat banyak sumber makanan, yakni jamur dan bakteri dari buah yang busuk tersebut.
Fase telur ini kurang lebih satu hari, dan setelah itu telur menetas menjadi larva instar I.
Larva memiliki cirri-ciri berwarna putih, tubuh bersegmen dan terlihat seprti cacing.
Larva akan mencari sumber makanan dan akan makan sebanyak-banyaknya. Lamanya fase
instar I ini tergantung kepada jenis drosophilanya. Larva ini akan mengalami molting dan
menjadi larva instar II . Larva instar II juga aktivitasnya hanya berupa makan, dan dalam
waktu 2-5 hari akan mengalami molting menjadi instar III. Larva instar III berlangsung
selama 5-10 hari dan merupakan tingkatan terakhir dari fase larva. Larva ini kemudian
keluar dari sumber makanan, berhenti bergerak, lalu membentuk pupa.
Fase pupa berlangsung kurang lebih selama lima hari. Ketika lalat buah keluar dari pupa,
mereka menjadi imago (bentuk dewasa) yang sudah memiliki anggota tubuh yang lengkap.
Mereka akan menjadi fertile dalam waktu 10 jam kemudian. Setelah itu mereka akan kawin,
dan siklus hidup lalat buah kembali terulang.

B. TUJUAN
1. Pengamatan morfologi Drosophila sp
2. Mengetahui perbedaan lalat jantan dan betina
C. BAHAN DAN ALAT
1. Lalat Drosophila sp
2. Mikroskop
3. Botol bermulut besar (Botol Jelly)
4. Kawat kasa
5. Ether
6. Kapas
D. CARA KERJA
1. Lalat Drosophila sp dapat diperoleh menggunakan umpan buah masak.
2. Dipelihara dalam botol dan ditutup kasa.
3. Biarkan kurang lebih selama 2 minggu
4. Ambil beberapa lalat, biuslah dengan ether yang membahasi kapas.
5. Amati dibawah mikroskop, gambarlah
-

Morfologi keseluruhan

Bentuk sayap

Mata faset bentuk warnanya

Garis Abdomen

Ujung Abdomen

Kaki dan sisir kelaminnya.

E. PEMBAHASAN

Morfologi Drosophila melanogaster


Drosophila melanogaster adalah jenis serangga bersayap yang masuk kedalam
ordo diptera (bangsa lalat). Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam
pustaka-pustaka Biologi eksperimental (walaupun banyak jenis lalat buah laianya) dan
merupakan organisme model yang paling banyak digukana dalam penelitian genetika,
fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupananya. Drosophila melanogaster populer karena
sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu 2 minggu untuk menyelesaikan
seluruh daur kehidupanya), mudah pemeliharaanya, serta memiliki banyak variasi
fenotipe yang relatif mudah diamati.
Adapun ciri-ciri umum dari Drosophila melanogaster diantaranya yaitu:
1. Warna tubuh kuning kecoklatan, dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian
belakang
2. Berukuran kecil antara 3-5 mm
3. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai 2 bagian yang terinteruptus dekat dengan
tubuhnya.
4. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5. Cross-vein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6. Mata majemuk berbentuk bulat, agak elips dan berwarna merah.
7. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding
mata majemuk.
8. Thoraks berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen
lima dan bergaris hitam.
9. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thoraks.
Dalam

praktikum

ini

kita

melakukan

pengamatan

terhadap

Drosophila

melanogaster. Perlakuan yag dilakukan pada Drosophila melanogaster adalah


mengamati ciri-ciri morfologi dan perbedaan lalat jantan dan betina. Dimana untuk
pengamatan ciri-ciri morfologi Drosophila melanogaster dilakukan dengan cara
mengeluarkan lalat dari botol, kemudian menaruh lalat buah di atas objek gelas
kemudian mengamati ciri-ciri morfologi lalat buah di bawah mikroskop.

Berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri morfologi Drosophila melanogaster betina


yaitu: ukuran tubuh yag lebih besar dari jantan, memiliki ukuran sayap yang lebih
panjang dari jantan, pada ujung abdomen lebih runcing dan berwarna lebih coklat dan
tidak mempunyai sisir kelamin (comb sex). Hal ini sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa ciri-ciri lalat betina ditinjau dari empat bagian tubuh lalat yaitu
ukuran tubuh lalat betina lebih besar dari lalat jantan, ukuran sayap lalat betina juga
lebih besar dari jantan, pada ujung abdomen lalat betina lebih runcing serta memiliki
warna yang lebih coklat namun tidak memiliki sisir kelamin seperti seperti jantan.
Pada pengamatan lalat jantan dapat dilihat bahwa ciri-ciri morfologi lalat jantan
adalah memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari betina, ukuran sayap yang lebih
pendek dari betina, pada ujung abdomen lebih tumpul dan berwarna lebih hitam serta
memiliki sisir kelamin (comb sex) pada kaki belakang. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat dinyatakan bahwa pendapat yang menyatakan bahwa ciri-ciri morfologi lalat
jantan adalah memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari betina, memiliki ukuran
sayap yang lebih pendek dari betina, pada ujung abdomen lebih tumpul dan berwarna
lebih hitam serta memiliki sisir kelamin (comb sex) pada kaki belakang.

Penentuan jenis kelamin lalat buah


Inti sel tubuh lalat buah hanya memiliki 8 buah kromosom saja,
sehingga mudah sekali diamati dan dihitung. Delapan buah kromosom
tersebut dibedakan atas:
1. 6 buah kromosom (atau 3 pasang) yang pada lalat betina maupun
jantan bentuknya sama. Karena itu kromosom-kromosom ini
disebut autosom (kromosom tubuh), sisingkat dengan huruf A.
2. 2 buah kromosom (atau 1 pasang) disebut kromosom kelamin (seks
kromosom), sebab bentuknya ada yang berbeda pada lalat betina
dan jantan.
Kromosom kelamin dibedakan atas:
a) Kromosom X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki
2 kromosom X.

b) Kromosom

yang

sedikit

membengkok

pada

salah

satu

ujungnya. Kromosom Y lebih pendek dari pada kromosom X.


Lalat jantan memiliki sebuah kromosom X dan Y.
Berhubungan dengan itu formula kromosom untuk lalat buah ialah
sebagai berikut:
a) Lalat betina ialah 3 AAXX (= 3 pasang autosom + 1 pasang
kromosom X)
b) Lalat jantan ialah 3 AAXY (= 3 pasangan autosom + sebuah
kromosom X + sebuah kromosom Y).
Oleh karena kromosom kelamin pada lalat betina itu sejenis
(artinya kedua-duanya berupa kromosom X), maka lalat betina
dikataka bersifat homogametik. Lalat jantan bersifat heterogametik,
sebab dua buah kromosom kelamin yang dimilikinya satu sama lain
berbeda ( yang satu kromosom X dan yang lain kromosom Y ).
Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel
telur saja yang bersifat haploid (3AX). Tetapi lalat jantan membentuk 2
macam spermatozoa yang haploid. Ada spermatozoa yang membawa
kromosom X (3AX) dan ada yang membawa kromosom Y (3AY). Apabila
sel telur itu dibuahi spermatozoon yang membawa kromosom X,
terjadilah lalat betina yang diploid (3AAXX). Tetapi bila sel telur itu
dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom Y, terjadilah lalat
jantan yang diploid (3AAXY).
Kadang-kadang diwaktu meosis selama pembentukan sel-sel
kelamin, sepasang kromosom kelamin itu tidak memisahkan diri,
melainkan tetap berkumpul. Peristiwa ini disebut nondisjunction.
Andaikan terjadi nondisjunction selama oogenesis (pembentukan sel
telur) akan terbentuk dua macam sel telur, yaitu sebuah sel telur yang
membawa dua kromosom X (3AXX) dan sebuah sel telur tanpa kromosom X
(3AO). Jika dalam keadaan ini terjadi pembuahan, sudah tentu keturunan
akan menyimpang dari pada keadaan normal, yaitu sebagai berikut:

a) Sel telur yang memiliki dua kromosom X apabila dibuahi oleh


spermatozoon yang membawa kromosom X akan menghasilkan
lalat betina super (3AAXXX) yang memiliki tiga kromosom X. Lalat
ini tak lama hidupnya, karena mengalami kelainan dan kemunduran
pada beberapa alat tubuhnya.
b) Sel telur yang memiliki dua kromosom X apabila dibuahi oleh
spermatozoon yang membawa kromosom Y akan menghasilkan
lalat betina yang mempunyai kromosom Y (3AAXXY). Lalat ini fertil
(subur) seperti lalat betina biasa.
c) Sel telur yang tidak memiliki kromosom X apabila dibuahi oleh
spermatozoon yang membawa kromosom X akan menghasilkan
lalat jantan (3AAXO) lalat ini steril.
d) Sel telur yang tidak memiliki kromosom X apabila dibuahi oleh
spermatozoon yang membawa kromosom Y tidak menghasilkan
keturunan, sebab letal. Jadi lalat 3AAYO tidak dikenal.

Teori Perimbangan Tentang Penentuan Jenis kelamin


Setelah diketemukannya kromosom kelamin makin menjadi jelas
bahwa penentuan jenis kelamin ternyata tidak sesederhana seperti
yang diduga semula.Walaupun pada umumnya dianggap bahwa lalat
buah XX adalah betina dan XY adalah jantan, akan tetapi kenyataan
dengan

adanya

sebelumnya,

nondisjunction

bahwa

pada

seperti

kromosom

yang
pada

telah
lalat

dijelaskan
buah

tidak

mempunyai pengaruh pada penentuan jenis kelamin. Kenyataankeyataan itu ialah misalnya:
a.

Lalat 3 AAXXY memiliki kromosom Y, tetapi lalat ini betina.

b. Lalat 3 AAXO tidak memiliki kromosom Y, tetapi lalat ini jantan.


Penyelidikan C.B. Bridges pada lalat buah menyatakan bahwa
faktor penentu jantan terdapat dalam autosom, ia membuktikan bahwa
lebih dari sebuah gen dalam kromosom X mempengaruhi sifat betina,
sedangkan gen-gen yang mempengaruhi sifat jantan tersebar luas

dalam autosom dan tidak ditemukan dalam kromosom Y. Berhubung


dengan itu Bridges berpendapat bahwa mekanisme penentuan jenis
kelamin

pada

lalat

buah

lebih

tepat

didasarkan

pada

teori

perimbangan tentang penentuan jenis kelamin. Teori ini menyatakan


bahwa untuk menentukan jenis kelamin pada lalat buah digunakan
Indeks Kelamin, yaitu:
banyaknya sel autosom
banyaknya kromosom X
Lalat betina (3AAXX) mempunyai indeks kelamin (X/A) = 2/2 = 1,0
Lalat jantan (3AAXY) mempunyai indeks kelamin (X/A) =
Kromosom X pada lalat buah memiliki gen-gen yang menentukan sifat
betina. Kecuali itu kromosom X membawa kehidupan, karena itu lalat yang
tidak memiliki kromoso X (lalat YO) tidak ada (letal). Kromosom Y tidak
mempunyai pengaruh dalam penentuan jenis kelamin. Sifat kejantanan
ditentukan oleh autosom. Akan tetapi kromosom Y menentukan kesuburan
(fertilitas), karena itu lalat yang tidak memiliki kromosom Y (lalat XO) mandul
(steril).

F. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Morfologi dari Drosophila melanogaster yaitu pada Drosophila jantan memiliki
ukuran tubuh yang lebih kecil dari betina, ujung abdomen pada lalat jantan tumpul
sedangkan pada lalat betina runcing, dan pada lalat jantan memiliki 3 ruas dibagian
abdomennya dan memiliki sisir kelamin (Seks Comb) sedangkan pada lalat betina
memiliki 6 ruas pada bagian abdomennya dan tidak memiliki sisir kelamin.

2. Semua lalat memiliki mata berwarna merah dan tidak ada yang berwarna putih. Hal
ini menandakan bahwa tidak terjadi pautan seks pada mata Drosophila melanogaster
yang kami amati.

LAMPIRAN
-

Drosophila melanogaster Betina

Sayap

Abdomen Runcing

Mata berwarna Merah

Kaki

Drosophila melanogaster Jantan

Sayap

Mata berwarna Merah

Abdomen Tumpul

Kaki

DAFTAR PUSTAKA
-

http://arinibioubt-beruberu.blogspot.com/2013/01/laporan-pratikumlalat-buah.html

Campbell, N.A. 2002. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Campbell, N.A. 2003. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Suryo. 2004. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai