TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI TRAUMA MATA
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan
yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata.
B. KLASIFIKASI TRAUMA MATA
Trauma mata berdasarkan penyebabnya dibagi1;
1.
2.
Mekanis :
Tumpul
Tajam
Bahan Kimia :
Asam
3.
Basa
Fisik :
Cahaya
Ledakan
Kebakaran
4.
5.
6.
Trauma tertutup (Closed Globe Injury) pada bola mata adalah luka
pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea) dan luka ini tidak merusak
bagian dari intraokuler.1
Kontusio adalah trauma tertutup pada bola mata yang disebabkan oleh
benda yang tumpul. Trauma ini dapat mempengaruhi dan menyebabkan
7.
8.
Trauma terbuka (Open Globe Injury) pada bola mata adalah trauma
yang menyebabkan luka dan mengenai keseluruhan dinding dari bola mata (sklera
dan kornea).1
Ruptur : adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola
mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat
9.
10.
11. Prognosa penglihatan dari penderita trauma pada mata ini akan dipengaruhi
oleh:1
12.
13.
Tabel 1. Klasifikasi trauma terbuka pada bola mata4,5
14.
Tipe
A. Ruptur
B. Penetrasi
atau
C. IOFB
mek
D. Perforasi
E. Campuran
anis
me
trau
15.
ma
Ting
1.
2.
3.
4.
5.
kata
n
trau
20/40
20/50 20/100
19/100 5/200
4/200 persepsi cahaya
Persepsi cahaya (-)
ma
berd
asar
kan
hasil
dari
taja
m
peng
lihat
16.
an
Pupi
17.
pupillary defect
18.
19.
Zon
a
I.
II.
III.
me
trau
22.
ma
Ting
1.
2.
3.
4.
5.
kata
n
trau
20/40
20/50 20/100
19/100 5/200
4/200 persepsi cahaya
Persepsi cahaya (-)
ma
berd
asar
kan
hasil
dari
taja
m
peng
lihat
23.
an
Pupi
24.
pupillary defect
25.
26.
Zon
a
I.
II.
III.
27.
C. TRAUMA TERTUTUP (CLOSED GLOBE INJURY)
28.
Merupakan luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau
kornea) dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler. Trauma tertutup
dibedakan menjadi kontusio dan laserasi lamelar. Kontusio adalah trauma tertutup
pada bola mata yang disebabkan oleh benda yang tumpul. 4,5
29.
bola atau benda benda tumpul lainnya seperti : tongkat dan batu.
Trauma tumpul pada bola mata yang dapat ditemukan di jalanan, di
perkebunan, dan di kawasan industri.1
32.
33. Mekanisme Trauma Tumpul Pada Bola Mata1,6
34. Trauma tumpul pada bola mata dapat menghasilkan kerusakan dengan cara:
35.
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau pun saraf di lensa.7,8
40.
retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh
tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang
dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat
(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
41.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana
sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang +18.0- Dioptri.7,8
42.
Trauma pada lensa merupakan salah satu yang paling sering terjadi
dengan insidensi antara 23% hingga 50% diantara trauma serius pada mata:
Kelainan yang muncul pada trauma lensa yang paling sering dilaporkan antara
lain:
74% katarak
13% subluksasi
13% luksasi total: 61% lensa tidak ditemukan (complete loss); 34% lensa
berpindah ke vitreous; 5% lensa berpindah ke anterior chamber.5
43.
E. KATARAK TRAUMATIKA
44.
Katarak adalah setiap kekeruahan pada lensa akibat proses hidrasi
lensa dan ataupun degradasi protein lensa yang menyebabkan tajam penglihatan
penderita berkurang. Penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak, tetapi
banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin,
penyakit sistemik (misalnya diabetes), merokok, dan herediter.9,10
45.
Gambar 2. Kiri: lensa normal. Kanan: kekeruhan lensa pada katarak
47.
48. Patogenesis
49.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
46.
52.
53. Gambar 3. Kiri: katarak traumatik bentuk bintang (roset) di bagian posterior
lensa. Ini biasanya terjadi karena kontusio ocular dan hanya bisa dideteksi melalui
pupil yang terdilatasi dengan baik. Kanan: katarak traumatik dengan kapsul
anterior yang mengeriput
54.
Katarak traumatik (Gambar 3) paling sering disebabkan oleh trauma
benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapanangin
dan petasan merupakan penyebab yang sering, penyebab lain yang lebih jarang
adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan panas, dan radiasi pengion.
55.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan aqueous humor dan kadang-kadang
vitreous masuk ke dalam struktur lensa (teori hidrasi).9-11
56.
57. Penatalaksanaan
58.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh.
59.
Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari
metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan
dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan
bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe
bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler
cataract ekstraksi (ECCE).9-12
60.
F. DISLOKASI LENSA
61.
Marfan
merupakan
penyebab
tersering
dimana
prevalensinya
diperkirakan 5 dari 100.000 anak. Dislokasi lensa terjadi pada 75% penderita
Subluksasi lensa
66.
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn
sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga
terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula Zinn
67.
zonula
Zinn
putus
sebagian
maka
lensa
bebas
68.
keluhan
penurunan
tajam
penglihatan
yang
69.
71.
lapang
penyakit mata lainnya ataupun akibat proses trauma yang terjadi pada mata. Dari
faktor herediter dapat terjadi pada keadaan Sindrom Marfan ataupun pada
homosistinuria,
inkompeten.8
dimana
zonulazinii
sebagai
pemegang
lensa
menjadi
75.
Sedangkan untuk faktor trauma, terjadi lebih sering pada kasus trauma
tumpul, dimana terjadi ekspansi dan kompresi pada bola mata yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Penyakit lain pada mata yang dapat
menyebabkan komplikasi ke arah dislokasi lensa diantaranya katarak hipermatur
& high myopia.
76.
77. Penatalaksanaan
78.
terbaik sehingga tidak timbul keluhan diplopia. Bila terdapat penyulit glaukoma
maka dilakukan ekstraksi lensa pada orang tua sedang pada orang muda dilakukan
ekstraksi linear atau ekstraksi ekstrakapsuler.
79.
karena dapat terjadi absorbsi lensa tersebut. Bila terjadi penyulit seperti uveitis
dan glaukoma maka lensa harus segera dikeluarkan.8,13
81.
82.
83. Komplikasi
84.
85.
86.
88.
kejernihan lensa (katarak) dan perpindahan lensa dari tempatnya (subluksasi atau
dislokasi [luksasi]). Keduanya dapat terjadi secara bersamaan pada sebuah bola
mata yang mengalami trauma dan kadang-kadang disertai penyulit berupa
fragmentasi lensa dan atau edema.5
89.
pada kapsul. Lensa dapat saja mengalami kekeruhan parsial atau progresi
kekeruhan yang amat lambat. Pada globe ruptur, ahli bedah mungkin saja tidak
menemukan lensa sama sekali atau lensanya telah berpindah ke subkonjungtiva.
90.
kapsul posterior lensa masih utuh atau telah rusak. Berdasarkan laporan dari
berbagai studi, intak atau tidaknya kapsul posterior umumnya diketahui setelah
operasi dilakukan (45% kasus). Biasa terdapat dilema pada ahli bedah untuk
menentukan apakah pengangkatan lensa benar-benar diperlukan atau tidak, dan
jika perlu tindakan pembedahan teknik apa yang paling sesuai dengan kasus
tersebut. Telah disepakati bahwa pembedahan primer saat terjadinya kekeruhan
post trauma perlu dilakukan (lihat gambar 5), selain untuk menetukan apakah
kapsul posterior masih intak atau tidak, hal ini juga bermanfaat dalam mencegah
inflamasi terinduksi oleh lensa.
91.
92.
Berikut
adalah
dan
pembedahan
yang
teknik
sesuai
96.
97.
98.
sebuah studi mengenai katarak akibat close globe injury, 79% pasien mengalami
perbaikan visus akhir 20/100. Namun, prognosis akan buruk bila terdapat
keterlibatan segmen posterior, dengan visus akhir 20/40.
99.
100.
101.
dengan kejadian lain yang berhubungan dengan proses trauma dan pada dislokasi
intraviterus, ditemukan skotoma positif pada pasien. Dislokasi eksternal tidak
menimbulkan komplikasi lain, sedangkan pada dislokasi ke kamera okuli anterior
dapat terjadi edema berat pada kornea dan peningkatan tekanan intraokular, yang
dimana merupakan suatu tanda urgensi perlunya ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa
dapat dilakukan dengan teknik serupa dengan ekstraksi lensa pada katarak
traumatika. Namun, pada keadaan lensa ruptur atau mengalami fragmentasi.
Teknik terbaik adalah dengan pars plana vitrectomy. Prognosis pasien meragukan
sebab dislokasi lensa internal memiliki banyak komplikasi yang jika tidak
ditangani dengan pembedahan (satu minggu adalah periode terbaik dilakukan
pembedahan) maka akan menimbulkan visus mata yang amat buruk.