Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI TRAUMA MATA
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan
yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata.
B. KLASIFIKASI TRAUMA MATA
Trauma mata berdasarkan penyebabnya dibagi1;
1.

2.

Mekanis :
Tumpul
Tajam
Bahan Kimia :
Asam

3.

Basa
Fisik :
Cahaya
Ledakan
Kebakaran

4.

5.

Gambar 1. Klasifikasi trauma berdasarkan American Ocular


Trauma Society4

6.

Trauma tertutup (Closed Globe Injury) pada bola mata adalah luka

pada salah satu dinding bola mata (sklera atau kornea) dan luka ini tidak merusak
bagian dari intraokuler.1

Kontusio adalah trauma tertutup pada bola mata yang disebabkan oleh
benda yang tumpul. Trauma ini dapat mempengaruhi dan menyebabkan

kerusakan kerusakan di tempat yang lain dari mata.


Lamellar laserasi adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai
oleh luka yamg mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma
ini biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul.

7.
8.

Trauma terbuka (Open Globe Injury) pada bola mata adalah trauma

yang menyebabkan luka dan mengenai keseluruhan dinding dari bola mata (sklera
dan kornea).1

Ruptur : adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola
mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat

mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan intraokuli.


Laserasi : luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang
di sebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan menimbukan adanya
trauma penetrasi ataupun trauma perforasi.
Trauma penetrasi : laserasi tunggal pada dinding bola mata yang
disebabkan oleh benda tajam.
Trauma perforasi : laserasi pada seluruh ketebalan dinding bola mata,
yang mempunyai jalan masuk ataupun jalan keluar yang biasanya di

sebabkan oleh benda tajam atau peluru.


Intraocular foreign body ( IOFB ) : adanya benda asing pada intraocular
yang keadaan ini sangat berhubungan dengan adanya trauma penetrasi

9.
10.
11. Prognosa penglihatan dari penderita trauma pada mata ini akan dipengaruhi
oleh:1

Tipe dari trauma


Tingkatan trauma yang berhubungan dengan hasil dari penglihatan
Ada/tidaknya afferent pupillary defect
Daerah/zona dari pada trauma

12.

13.
Tabel 1. Klasifikasi trauma terbuka pada bola mata4,5
14.
Tipe
A. Ruptur
B. Penetrasi
atau
C. IOFB
mek
D. Perforasi
E. Campuran
anis
me

trau
15.

ma
Ting

1.
2.
3.
4.
5.

kata
n
trau

20/40
20/50 20/100
19/100 5/200
4/200 persepsi cahaya
Persepsi cahaya (-)

ma
berd
asar
kan
hasil
dari
taja
m
peng
lihat
16.

an
Pupi

17.

pupillary defect
18.

19.

Zon
a

Positif: adanya relative afferent

I.
II.
III.

Negatif: tidak adanya relative

afferent pupillary defect


Melibatkan kornea ataupun limbus
Sklera posterior dari limbus ke pars plana kirakira 5 mm posterior limbus
Melibatkan seluruh ketebalan sklera pada

daerah >5 mm ke arah posterior limbus


20.
Tabel 2. Klasifikasi trauma tertutup pada bola mata4,5
21.
Tipe
A. Kontusio
B. Superficial foreign body
atau
C. Lamellar laserasi
mek
D. Campuran
anis

me
trau
22.

ma
Ting

1.
2.
3.
4.
5.

kata
n
trau

20/40
20/50 20/100
19/100 5/200
4/200 persepsi cahaya
Persepsi cahaya (-)

ma
berd
asar
kan
hasil
dari
taja
m
peng
lihat
23.

an
Pupi

24.

pupillary defect
25.

26.

Zon
a

Positif: adanya relative afferent

I.
II.
III.

Negatif: tidak adanya relative

afferent pupillary defect


Eksternal, konjungtiva bulbi, kornea, sklera
Segmen anterior: kapsul lensa posterior dan
pars plikata
Segmen posterior: kapsul lens posterior

27.
C. TRAUMA TERTUTUP (CLOSED GLOBE INJURY)
28.

Merupakan luka pada salah satu dinding bola mata (sklera atau

kornea) dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler. Trauma tertutup

dibedakan menjadi kontusio dan laserasi lamelar. Kontusio adalah trauma tertutup
pada bola mata yang disebabkan oleh benda yang tumpul. 4,5
29.

Trauma ini dapat mempengaruhi dan menyebabkan kerusakan

kerusakan di tempat yang lain dari mata. Secara epidemiologi, prevalensi


terjadinya kontusio ini lebih banyak ditemukan pada laki laki di bandingkan
pada wanita dan berusia muda.1
30.

Trauma tumpul dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan

tekanan anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga menghasilkan


peningkatan tekanan intraokuli, ruptur, dan robekan pada struktur intraokuli
lainnya. Keadaan ini juga dapat meluas sehingga dapat menyebabkan kerusakan
segmen posterior.1
31.

Trauma tumpul ini dapat ditemukan pada keadaan keadaan berikut:

Pukulan langsung pada bola mata dengan menggunakan kepalan tangan,

bola atau benda benda tumpul lainnya seperti : tongkat dan batu.
Trauma tumpul pada bola mata yang dapat ditemukan di jalanan, di
perkebunan, dan di kawasan industri.1

32.
33. Mekanisme Trauma Tumpul Pada Bola Mata1,6
34. Trauma tumpul pada bola mata dapat menghasilkan kerusakan dengan cara:

Trauma langsung yang terjadi pada bola mata akan menghasilkan

kerusakan dengan nilai yang maksimum.


Gelombang tekanan yang menyelusuri cairan cairan intraokuli akan
mencapai kamera okuli anterior sehingga cairan cairan intraokuli ini
akan terdorong ke depan bersama lensa, iris dan korpus vitreus ke polus
posterior. Gelombang tekanan ini juga dapat mencapai retina dan khoroid

sehingga dapat menimbulkan kerusakan.


Gelombang tekanan yang dipantulkan. Setelah gelombang tekanan bagian
luar tertutupi, maka gelombang ini akan di pantulkan kearah posterior
sehingga dapat merusak foveal.

Gelombang tekanan yang memantul. Setelah gelombang tekanan


mencapai dinding posterior pada bola mata, gelombang tekanan ini
dipantulkan kearah belakang secara anterior. Pada keadaan ini dapat

merusak retina juga khoroid.


Akibat tekanan akan terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada
tempat di mana ada perbedaan elsatisitas, misalnya daerah limbus, sudut

iridokorneal, ligamentum Zinii, korpus siliaris.


Kekuatan secara tidak langsung. Kerusakan okuli dapat juga disebabkan
oleh tulang tulang dinding bola mata serta isi bola mata yang terjadi

secara tiba tiba.


Kelainan kelainan yang dapat ditimbulkan oleh trauma tumpul dapat
berupa: hipema, subluksasio lentis, luksasio lentis, katarak traumatika,
perdarahan pada korpus vitreus, ruptur kornea, rupture khoroid dan lain
sebagainya.

35.

Respon dari jaringan terhadap rudapaksa mata tumpul :

1. Vasokonstriksi dari pembuluh darah perifer, sehingga terjadi iskemia dan


nekrosis lokal.
2. Diikuti dengan vasodilatasi, hiperpermeabilitas, aliran darah yang
menurun.
3. Dinding pembuluh darah robek maka cairan jaringan dan isi sel akan
menyebar menuju jaringan sekitarnya sehingga terjadi edema dan
perdarahan.
36.

Tiap-tiap jaringan mempunyai sifat-sifat dan respon khusus terhadap

trauma, pada pembahasan di sini akan dipaparkan mengenai trauma tertutup


akibat benda tumpul pada lensa berupa ektopia lentis dan katarak traumatika.
37.
D. LENSA
38.

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan

transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa

digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus


siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior
terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat
dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan
menjadi kurang elastik7,8
39.

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit

sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau pun saraf di lensa.7,8
40.

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada

retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh
tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang
dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat
(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
41.

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana

sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang +18.0- Dioptri.7,8
42.

Trauma pada lensa merupakan salah satu yang paling sering terjadi

dengan insidensi antara 23% hingga 50% diantara trauma serius pada mata:
Kelainan yang muncul pada trauma lensa yang paling sering dilaporkan antara
lain:

74% katarak
13% subluksasi
13% luksasi total: 61% lensa tidak ditemukan (complete loss); 34% lensa
berpindah ke vitreous; 5% lensa berpindah ke anterior chamber.5

43.
E. KATARAK TRAUMATIKA
44.
Katarak adalah setiap kekeruahan pada lensa akibat proses hidrasi
lensa dan ataupun degradasi protein lensa yang menyebabkan tajam penglihatan
penderita berkurang. Penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak, tetapi
banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin,
penyakit sistemik (misalnya diabetes), merokok, dan herediter.9,10

45.
Gambar 2. Kiri: lensa normal. Kanan: kekeruhan lensa pada katarak
47.
48. Patogenesis
49.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
46.

transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang


dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan

menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya


protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.9,10
50.
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori
hidrasi dan sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitell ensa yang
berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa.12
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen
terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin
lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis
nukleus lensa.11
51.

52.

53. Gambar 3. Kiri: katarak traumatik bentuk bintang (roset) di bagian posterior
lensa. Ini biasanya terjadi karena kontusio ocular dan hanya bisa dideteksi melalui
pupil yang terdilatasi dengan baik. Kanan: katarak traumatik dengan kapsul
anterior yang mengeriput
54.
Katarak traumatik (Gambar 3) paling sering disebabkan oleh trauma
benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapanangin
dan petasan merupakan penyebab yang sering, penyebab lain yang lebih jarang
adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan panas, dan radiasi pengion.
55.
Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan aqueous humor dan kadang-kadang
vitreous masuk ke dalam struktur lensa (teori hidrasi).9-11

56.
57. Penatalaksanaan
58.

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika

gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh.
59.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari
metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan
dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan
bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe
bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler
cataract ekstraksi (ECCE).9-12
60.
F. DISLOKASI LENSA
61.

Dislokasi lensa adalah keadaan dimana lensa kristalina bergeser atau

berubah posisinya dari kedudukan normalnya akibat rupturnya zonula zinii


sebagai pemegangnya. Dislokasi lensa dapat terjadi total (luksasi) ataupun
sebagian (subluksasi) yang terjadi akibat proses trauma pada mata, herediter
(sindrom marfan, homosistinuria), ataupun komplikasi dari penyakit lain.
Kejadian dislokasi lensa sangat jarang ditemukan. Sejauh ini data mengenai
insidensi dislokasi lensa pada populasi umum belum diketahui dengan jelas.
Penyebab tersering dari dislokasi lensa adalah trauma pada mata, yakni hampir
sebagian dari kasus. Namun untuk kejadian dislokasi lensa total (luksasi) akibat
trauma ini insidensinya lebih sedikit, sedang untuk dislokasi lensa sebagian
(subluksasi) post trauma insidensnya lebih sering. Untuk penyebab herediter,
Sindrom

Marfan

merupakan

penyebab

tersering

dimana

prevalensinya

diperkirakan 5 dari 100.000 anak. Dislokasi lensa terjadi pada 75% penderita

Sindrom Marfan dan biasanya bilateral. Sedang untuk penderita dengan


homosistinuria, hampir 90% dari penderita mengalami dislokasi lensa (luksasi)
pada kedua lensanya.
62.
63. Klasifikasi
64.

Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilik depan, ke vitreus, subskleral,

ruang interretina, konjungtiva, dan ke subtenon. Dislokasi ke bilik depan sering


menyebabkan glaukoma akut yang hebat, sehingga harus segera diekstraksi.
Dislokasi ke posterior biasanya lebih tenang dan sering tidak menimbulkan
keluhan, tetapi dapat menyebabkan vitreus menonjol ke bilik depan dan
menyebabkan blok pupil dan peninggian TIO.13
65. Berikut klasifikasi dislokasi lensa:

Subluksasi lensa
66.
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula Zinn
sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga
terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula Zinn
67.

yang rapuh seperti pada Sindrom Marfan.


Pada subluksasi kadang-kadang penderita tidak memberikan
keluhan kecuali keluhan myopia atau astigmat. Hal ini disebabkan
karena

zonula

Zinn

putus

sebagian

maka

lensa

bebas

mencembung. Selain itu dapat pula ditemukan penurunan


penglihatan, diplopia monokular dan iridodonesis (iris tremulans).
Pada pemeriksaan dengan senter/slit lamp akan terlihat pada
bagian zonula yang terlepas, bilik mata dalam dengan iris
tremulens, sedang pada bagian zonula yang utuh terlihat bilik
mata yang dangkal akibat lensa tertarik dan mencembung pada
bagian ini. Perubahan akibat subluksasi lensa akan memberikan

penyulit glaukoma atau penutupan pupil oleh lensa cembung.


Luksasi anterior

68.

Trauma atau kelainan kongenital yang mengakibatkan seluruh


zonula putus disertai perpindahan letak lensa ke depan akan
memberikan

keluhan

penurunan

tajam

penglihatan

yang

mendadak. Akibat kedudukan lensa di dalam bilik mata depan


akan terjadi gangguan pengaliran humor akuous sehingga terjadi
serangan glaukoma kongestif.
Pasien akan mengeluh rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah

69.

dengan blefarospasme. Pada pemeriksaan akan ditemukan edema


kelopak, injeksi siliar, edema kornea dengan pupil lebar disertai

terlihatnya lensa di dalam bilik mata depan.


Luksasi posterior
70.
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi
lensa posterior akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran
ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan
tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada

71.

lapang

pandangannya akibat lensa mengganggu lapangan pandang. Mata


ini akan menunjukkan gejala afakia. Pasien akan melihat normal
dengan lensa + 10.0 D untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris
tremulans. Lensa yang terlalu lama berada di polus posterior dapat
menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaukoma
fakolitik ataupun uveitis fakotoksik. 13
72.
73. Etiologi
74.

Dislokasi lensa dapat terjadi oleh karena herediter, komplikasi

penyakit mata lainnya ataupun akibat proses trauma yang terjadi pada mata. Dari
faktor herediter dapat terjadi pada keadaan Sindrom Marfan ataupun pada
homosistinuria,
inkompeten.8

dimana

zonulazinii

sebagai

pemegang

lensa

menjadi

75.

Sedangkan untuk faktor trauma, terjadi lebih sering pada kasus trauma

tumpul, dimana terjadi ekspansi dan kompresi pada bola mata yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Penyakit lain pada mata yang dapat
menyebabkan komplikasi ke arah dislokasi lensa diantaranya katarak hipermatur
& high myopia.
76.
77. Penatalaksanaan
78.

Pada subluksasi biasanya dilakukan pengobatan dengan koreksi

terbaik sehingga tidak timbul keluhan diplopia. Bila terdapat penyulit glaukoma
maka dilakukan ekstraksi lensa pada orang tua sedang pada orang muda dilakukan
ekstraksi linear atau ekstraksi ekstrakapsuler.
79.

Pada luksasi anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter

mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida


untuk menurunkan tekanan bola matanya. Pengeluaran lensa yang terletak di
dalam bilik mata depan ini harus hati-hati karena tekanan bola mata sudah harus
terkontrol baik sebelum lensa dikeluarkan.
80.

Pada luksasi posterior lensa dapat dibiarkan sementara di tempatnya

karena dapat terjadi absorbsi lensa tersebut. Bila terjadi penyulit seperti uveitis
dan glaukoma maka lensa harus segera dikeluarkan.8,13
81.

Di bawah ini terdapat 3 pilihan terapi :


"Spectacle correction" (koreksi kacamata)
"Laser zonulysis"
"Surgical removal"

82.
83. Komplikasi
84.

Komplikasi tersering dari dislokasi lensa adalah distorsi optik yang

menyebabkan miopia lentikuler, astigmat; glaucoma; dan uveitis.


G. PENDEKATAN TRAUMA MEKANIK PADA LENSA5

85.

86.

Gambar 4. Jenis-jenis trauma pada lensa kristalin maupun IOL5


87.

88.

Terdapat dua jenis kelainan lensa akibat trauma yaitu: hilangnya

kejernihan lensa (katarak) dan perpindahan lensa dari tempatnya (subluksasi atau
dislokasi [luksasi]). Keduanya dapat terjadi secara bersamaan pada sebuah bola
mata yang mengalami trauma dan kadang-kadang disertai penyulit berupa
fragmentasi lensa dan atau edema.5
89.

Kekeruhan lensa biasanya (tidak mutlak) terjadi jika terdapat lubang

pada kapsul. Lensa dapat saja mengalami kekeruhan parsial atau progresi
kekeruhan yang amat lambat. Pada globe ruptur, ahli bedah mungkin saja tidak
menemukan lensa sama sekali atau lensanya telah berpindah ke subkonjungtiva.

90.

Evaluasi yang paling penting pada katarak traumatika adalah apakah

kapsul posterior lensa masih utuh atau telah rusak. Berdasarkan laporan dari
berbagai studi, intak atau tidaknya kapsul posterior umumnya diketahui setelah
operasi dilakukan (45% kasus). Biasa terdapat dilema pada ahli bedah untuk
menentukan apakah pengangkatan lensa benar-benar diperlukan atau tidak, dan
jika perlu tindakan pembedahan teknik apa yang paling sesuai dengan kasus
tersebut. Telah disepakati bahwa pembedahan primer saat terjadinya kekeruhan
post trauma perlu dilakukan (lihat gambar 5), selain untuk menetukan apakah
kapsul posterior masih intak atau tidak, hal ini juga bermanfaat dalam mencegah
inflamasi terinduksi oleh lensa.
91.

92.

Gambar 5. Strategi tatalaksana pada katarak traumatika


93.
94.

Berikut

adalah

berbagai kondisi klinis yang


dihadapi

dan

pembedahan

yang

teknik
sesuai

dengan kondisi tersebut (tabel


21-4), misalnya adalah pada
kasus kontusio okuli dengan
ruptur pada kapsul posterior.
Akan dilakukan vitrectomy untuk ekstraksi lensa
95.

Gambar 6. Vitrectomy pada ruptur kapsul posterior

96.

97.
98.

Prognosis pasien dengan katarak traumatika baik (bonam), pada

sebuah studi mengenai katarak akibat close globe injury, 79% pasien mengalami

perbaikan visus akhir 20/100. Namun, prognosis akan buruk bila terdapat
keterlibatan segmen posterior, dengan visus akhir 20/40.
99.
100.

Luksasi lensa terjadi ketika bantuan zonular Zinii telah lepas

seluruhnya, dapat mengalami dislokasi:

internal (biasanya setelah kontusio):


o menuju anterior chamber
o suprakoroid
o intravitreous
eksternal (tipikal pada ruptur global):
o hilang total
o subkonjungtiva

101.

Gelaja utama adalah hilang penglihatan akibat afakia, dikombinasikan

dengan kejadian lain yang berhubungan dengan proses trauma dan pada dislokasi
intraviterus, ditemukan skotoma positif pada pasien. Dislokasi eksternal tidak
menimbulkan komplikasi lain, sedangkan pada dislokasi ke kamera okuli anterior
dapat terjadi edema berat pada kornea dan peningkatan tekanan intraokular, yang
dimana merupakan suatu tanda urgensi perlunya ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa
dapat dilakukan dengan teknik serupa dengan ekstraksi lensa pada katarak
traumatika. Namun, pada keadaan lensa ruptur atau mengalami fragmentasi.
Teknik terbaik adalah dengan pars plana vitrectomy. Prognosis pasien meragukan
sebab dislokasi lensa internal memiliki banyak komplikasi yang jika tidak
ditangani dengan pembedahan (satu minggu adalah periode terbaik dilakukan
pembedahan) maka akan menimbulkan visus mata yang amat buruk.

Anda mungkin juga menyukai