Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah
satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang
bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel
kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa
terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan
genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler
perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan
atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
progresinya.
Dari banyak nya kanker, seperti kanker serviks dan kanker kulit, dimana kebiasaan pola
hidup yang kurang sehat pada wanita dapat menyebabkan hal yang buruk terhadap kesehatan
tubuh terutama bagian reproduksi. Salah satu penyakit yang dapat menyerang bagian
reproduksi wanita adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi
pada daerah leher rahim atau biasa juga disebut kanker leher rahim. Yaitu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim
(uterus) dengan liang senggama wanita (vagina). Kanker serviks ini disebabkan oleh virus
HPV. Kanker serviks ini sangat berbahaya bahkan dalam skala besar dapat menyebabkan
kematian. Hal ini dikarenakan gejalanya yang terkadang tidak begitu terlihat, sehingga
kebanyakan wanita kurang memahami bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.
Sedangkan kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga
bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena.Akan tetapi yang paling sering
terdapat adalah karsinomasel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma
maligna (MM). Karsinomasel basal dan karsinoma sel skuamosa seringkali digolongkan ke
dalam kanker kulit non melanoma.

Berdasarkan uraian tersebut menjadi alasan yang melatarbelakangi pengangkatan


masalah dalam penulisan makalah ini, mengingat informasinya yang sangat penting bagi
pembaca akan bahaya nya kanker terutama kanker serviks dan kanker kulit.
1.2 Rumusan Masalah
-

Apa itu kanker serviks?


Apa penyebab kanker serviks ?
Bagaimana klasifikasi kanker serviks?
Bagaimanakah gejala-gejala kanker serviks?
Bagaimanakah perkembangan kanker serviks dalam menginfeksi leher rahim ?
Bagaimana cara mendeteksi kanker serviks?
Bagaimanakah penanganan jika telah terinfeksi virus HPV?
Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks?
Apa yang dimaksud dengan kanker kulit?
Apa etiologi dari kanker kulit?
Bagaimana manifestasi klinis kanker kulit?
Apa saja klasifikasi kanker kulit dan manifistasi klinisnya?
Bagaimana pengobatan kanker kulit secara medis dan keperawatan?

1.3
-

Tujuan
Untuk mengetahui apa itu kanker serviks dan kanker kulit
Untuk mengetahui apa penyebab kanker serviks dan kanker kulit
Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi kanker serviks dan kanker kulit
Untuk mengetahui bagaimanakah gejala-gejala kanker serviks dan kanker kulit
Untuk mengetahui bagaimanakah perkembangan kanker serviks dalam menginfeksi leher

rahim
Untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi kanker serviks dan kanker kulit
Untuk mengetahui bagaimanakah penanganan jika telah terinfeksi virus HPV
Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks
dan kanker kulit

BAB 1I
PEMBAHASAN
2.1 Kanker Serviks
2.1.1 Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim atau
biasa juga disebut kanker leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang
senggama wanita (vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah
memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh
penderita. Kanker serviks terbentuk sangat perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari
normal menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi
bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut
displasia. Mereka dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah
terjadinya kanker.
2.1.2 Penyebab Kanker Serviks
Human papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker serviks. Sedangkan
penyebab banyak kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Virus ini
sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah
melalui sentuhan kulit.

Selain itu, kebiasaan hidup yang kurang baik juga bisa menyebabkan terjangkitnya
kanker serviks ini. Seperti kebiasaan merokok, kurangnya asupan vitamin terutama vitamin C
3

dan vitamin E serta kurangnya asupan asam folat. Kebiasaan buruk lainnya yang dapat
menyebabkan kanker serviks adalah seringnya melakukan hubungan intim dengan berganti
pasangan, melakukan hubungan intim dengan pria yang sering berganti pasangan dan
melakukan hubungan intim pada usia dini (melakukan hubungan intim pada usia <16 tahun
bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena kanker serviks). Faktor lain penyebab kanker
serviks adalah adanya keturunan kanker, penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang sangat
lama, terlalu sering melahirkan.
2.1.3 Klasifikasi Kanker Serviks
Menurut ( Novel S Sinta,dkk,2010), klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi tiga,
yaitu (1) klasifikasi berdasarkan histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari
sitologi serviks, dan (3) klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis menurut FIGO (The
International Federation of Gynekology and Obstetrics) :
1. Klasifikasi berdasarkan histopatologi :
- CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih kurang
setengahnya.
- CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya.
- CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel.
2. Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks :
- ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance)
- LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion)
- HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion)
3. Klasifikasi berdasarkan stadium klinis :
- Stadium 0, karsinoma in situ atau infeksi awal HPV.
- Stadium I, proses infeksi mendalam pada serviks,
(1) stadium IA, kedalaman invasi lebih dari 5 mm dan perluasan tidak lebih dari 7

mm,
(2) stadium IB, secara klinis luka berukuran lebih kurang 4 cm.
Stadium II, tumor menyebar keluar serviks, tetapi tidak sampai dinding panggul atau

sepertiga bawah vagina,


(1) stadium IIA, tidak ada invasi pada jaringan kearah samping serviks,
(2) stadium IIB, invasi pada jaringan kearah samping servis
Stadium III, tumor menyebar kedinding panggul dan atau sepertiga bawah vagina
yang menyebabkan hidronefrosis
(1) stadium IIIA, sudah menyebar sepertiga dibawah vagina, tetapi tidak sampai
kedinding panggul, (2) stadium IIIB, sudah menyebar kedinding panggul

sehingga menyebabkan hidronefrosis.


Stadium IV, tumor sudah menyeber lebih luas
(1) stadium IVA, tumor menginvasi mukosa rektumdan keluar panggul,
4

(2) stadium IVB, metastase sudah jauh.

2.1.4 Gejala Kanker Serviks


-

Terasa sakit saat berhubungan seksual,


Mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan badan,
Keluar darah yang berlebihan saat menstruasi,
Keputihan yang tidak normal (berwarna tidak bening, bau atau gatal),
Penurunan berat badan drastis.
Pada stadium lanjut: kurang nafsu makan, sakit punggung atau tidak bisa berdiri
tegak, sakit di otot bagian paha, salah satu paha bengkak, berat badan naik-turun,
tidak dapat buang air kecil, bocornya urin / air seni dari vagina, pendarahan spontan
setelah masa menopause, tulang yang rapuh dan nyeri panggul.

2.1.5 Perkembangan Kanker Serviks

Stadium-stadium pada kanker serviks :


a. Stadium 0 yaitu infeksi awal HPV
5

b. Stadium I yaitu proses infeksi mendalam pada servis, kanker ditemukan pada leher
rahim saja.
c. Stadium II yaitu sel kanker menyebar keluar serviks, tetapi tidak sampai dinding
panggul atau sepertiga bawah vagina.
d. Stadium III yaitu sel kanker menyebar ke dinding panggul dan atau sepertiga bawah
vagina, mungkin telah menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan
ginjal tidak berfungsi
e. Stadium IV yaitu sel kanker sudah menyebar lebih luas atau metastases sudah jauh,
kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian lain dari tubuh
(paru-paru, tulang, liver, dll).

2.1.6 Cara Mendeteksi Kanker Serviks


Cara terbaik adalah tidak menunggu sampai gejala muncul. Adapun tes tes yang dilakukan
pada kanker serviks adalah sebagai berikut:
1. Inspeksi visual dengan asam asetat, merupakan skrining kanker servis yang dilakukan
dengan melihat langsung leher rahim yang telah diolesi dengan larutan asam asetat.
2. Pemeriksaan sitologi (pap smear), merupakan pemeriksaan untuk melihat sel-sel leher
rahim, dimana sampel yang diambil melalui liang vagina.
3. Pemeriksaan HPV-DNA, merupakan pemeriksaan molekuler yang secara langsung
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya virus HPV pada sel-sel yang di ambil
dari leher rahim.
4. Thin prep, Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya
mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan
memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih
akurat dan tepat.
5. Kolposkopi, Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya
infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan
alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi.
Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada
serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi pengambilan sejumlah
kecil jaringan dari tubuh dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera
dimulai.

2.1.7 Penanganan yang dilakukan apabila sudah terinfeksi HPV


6

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan, apabila seseorang telah terinfeksi HPV, yaitu :
1. Surgical treatment, Yaitu tindakan bedah yang dilakukan untuk mengangkat sel-sel
kanker dengan operasi.
2. Radioterapi, Yaitu suatu terapi dengan menggunakan sinar-x atau radio aktif untuk
membunuh sel-sel kanker.
3. Kemoterapi, Yaitu suatu terapi dengan menggunakan obat-obatan yang khusus untuk
kanker. Penggunaan obat-obatan ini dimaksud untuk melawan dan memusnahkan selsel kanker yang menyebar
4. Terapi Piliatif, Yaitu suatu terapi dimana yang difokuskan adalah peningkatan kualitas
hidup penderita kanker dengan menghilangkan / mengurangkan rasa sakit karena
kanker sudah tidak dapat disembuhkan.

2.1.8 Pengobatan Kanker Serviks


Tindakan pengobatan akan dilakukan sesuai dengan stadium penderita kanker serviks
saat didiagnosis. Ada beberapa pengobatan untuk kanker serviks, yaitu: tindakan bedah
(operasi), radioterapi, kemoterapi. Berdasarkan stadiumnya, pengobatan yag dilakukan adalah
sebagai berikut:
- Stadium prakanker (stadium 0 dan I)
Stadium prakanker hingga stadium I awal biasanya diobati dengan histerektomi
(pengangkatan rahim). Apabila pasien masih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode
LEEP atau cone biopsy.
- Stadium awal (stadium I dan II)
Apabila ukuran kanker kurang dari 4 cm biasanya dilakukan pengangkatan seluruh rahim
atau radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
Apabila ukuran kanker lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi
berbasis cisplatin, pengangkatan seluruh rahim.
- Stadium lanjut (stadium II akhir-IV awal)
Dapat diobati dngan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin. Pada stadium IV akhir
dokter dapat mempertimbangkan kemoterapi dengan kombinasi obat misalnya hycamtin dan
cisplatin
2.1.9 Pencegahan
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan kaum perempuan dalam hal
mencegah kanker serviks agar tidak menimpa dirinya, antara lain:
7

1. Jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi dan
bergizi
2. Selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan
3. Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor
4. Jika anda perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini
5. Hindari berhubungan intim saat usia dini
6. Selalu setia kepada pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan
hubungan intim.
7. Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali, khususnya
bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim
8. Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya melakukan vaksinasi
HPV
9. Perbanyaklah konsumsi makanan sayuran yang kandungan beta karotennya cukup
banyak, konsumsi vitamin C dan E.

2.2 Kanker Kulit


2.2.1 Pengertian Kanker Kulit
Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur. Kanker bisa terjadi dari
berbagai jaringan dalam berbagai organ. Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas
yang menyusup ke jaringan di dekatnya dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh
tubuh. (Ajoemedi soemardi, 2006)
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk
generasi dan tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat
membelah diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh
kembali (tiro. 2010).
8

Kanker kulit adalah jenis kanker yang terletak dipermukaan kulit,sehingga mudah
dikenali. Namun karena gejala

awal yang ditimbul dirasakan tidak begitu

menganggu,sehingga penderita terlambat melakukan pengobatan (Mangan,2005).


Kanker kulit dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Daerah yang
sering terjadi serangannya biasanya permukaan yang sering terkena terpaparan sinar
matahari, seperti wajah,tangan dan tungkai bawah (Mangan,2005).
2.2.2

Anatomi Kulit
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis,
dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi. Paling atas adalah
lapisan tanduk (stratum korneum). Berturut-turut di bawahnya stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (terdiri atas sel keratinosit
dan melanosit). Adapun lapisan dermis mempunyai dua bagian yaitu pars papilare dan
pars retikulare. Lapisan kulit paling bawah adalah subskutis yang dibentuk oleh
jaringan lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
getah bening.
Selain lapisan-lapisan di atas, kulit juga terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit,
rambut dan kuku. Semuanya itu disebut adneksa kulit. Kelenjar kulit terletak di
lapisan dermis yang terdiri atas kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar
palit (glandula sebasea). Rambut terdiri atas bagian yang berada di bawah kulit (akar
rambut) dan yang di atas kulit (batang rambut). Sedangkan kuku merupakan
penebalan lapisan tanduk di ujung-ujung jari tangan dan kaki.Setiap sel/komponen di
atas mampu berubah menjadi ganas (kanker). KSB berasal dari sel pluripotensial,
KSS dari sel keratinosit dan MM merupakan perubahan ganas sel melanosit di lapisan
epidermis.

2.2.3

Etiologi
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada
beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu:
1.
Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari maupun dari
sumber yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya pelindung

kulit baik dengan pakaian atau krim anti matahari, semuanya berpengaruh terhadap
terjadinya kanker kulit.
2.
Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena kanker kulit daripada orang yang
memiliki kulit lebih gelap.Hal ini dikarenakan jumlah pigmen melanin pada orang
kulit putih lebih sedikit. Kadar melanin yang tinggi bisa melindungi kulit dari paparan
berbahaya sinar matahari, sehingga mengurangi risiko terkena kanker kulit. Namun,
orang-orang yang memiliki kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit meskipun
jumlahnya cenderung lebih kecil.
3.
Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini dapat
meningkatkan risiko terkena kanker kulit.Namun, dalam banyak kasus paparan dalam
jangka panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker kulit.Gen pembawa kanker
atau tumor sudah dimiliki hampir seluruh orang sejak lahir. Namun dengan bantuan
zat atau bahan karsinogen terjadi mutasi sel dan menimbulkan kanker atau tumor.
Akhir-akhir ini, para peneliti di University of Pittsburg Cancer Institute di Amerika
telah menemukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit diantaranya
adalah human papilloma virus/ HPV (Isselbacher, et al, 2002).
4.
Genetik/Faktor Keturunan
Susunan genetik dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap munculnya kanker
kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka risiko
terkena kanker kulit pada anggota keluarga yang lain juga akan meningkat.
2.2.4

Patofisiologi
Kanker kulit atau skin cancer berawal dari tumor jinak (tahi lalat, kista dll) dan
tumor ganas (kanker). Diantaranya ada keadaan yang disebut prakanker, yaitu
penyakit kulit yang dapat berubah menjadi ganas atau kanker kulit. Misalnya
kemerahan karena terkena arsen atau matahari, jaringan parut menahun, beberapa
jenis benjolan yang membesar perlahan, penyakit kulit karena penyinaran, beberapa
jenis tahi lalat, bercak keputihan dirongga mulut atau lidah dan kemaluan, tahi lalat
besar yang sudah ada sejak lahir dan lain-lain. Disamping itu terdapat juga keadaan
yang disebut genodermatosis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh karena
kelainan gen yang dihubungkan dengan keganasan. Contohnya penyakit xeroderma
pigmentosum. Keadaan-keadaan tersebut diatas ada kaitannya dengan kanker kulit.

10

2.2.5

Klasifikasi Kanker Kulit


Kanker kulit secara umum dibagi atas dua golongan besar yaitu, non
malenoma maligna dan malenoma maligna. Non malenoma maligna terbagi menjadi
dua yaitu karsinoma sel basal (KSB) dan karsinoma sel skuamosa (KSS)
(dalimartha,setiawan,2005).

1.
a.

Non malenoma maligna


Karsinoma sel basal (KSB)
1)
Definisi
Basalioma atau karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang timbul dari

lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut.Kanker kulit jenis ini tidak mengalami
penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang dan
menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Karsinoma sel basal merupakan kanker
kulit yang paling sering ditemukan (Brunner and Suddarth, 2002).
2)
Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya diwajah dan leher. Meskipun
jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, kaki dan kulit kepala (Marwali,
2002).
Penyakit ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu abu mengkilat, meninggi
di atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah.Papula makin lama makin
membesar menjadi makula dan bagian tengah dapat timbul ulkus atau tidak ada ulkus
(Siregar, 2005).
Menurut (Marwali, 2000) gambaran klinis Karsinoma Sel Basal ini bervariasi, yaitu:
a)
Tipe Nodulo-ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai.Lesi biasanya tampak sebagai lesi
tunggal.Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipartan nasolabial, dahi dan tepi
kelopak mata.Pada awalnya tampak nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter
kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Kemudian lesi membesar secara perlahan dan
suatu saat bagian tengah lesi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi dan keras.
b)
Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodule-ulseratf. Bedanya pada jenis ini berwarna
coklet atau hitam berbintik-bintik atau homogeny yang secara klinis dapat menyerupai
melanoma.
c)
Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher.Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung,
berwarna putih kekuningan.
d)
Tipe Superfisial

11

Lesi biasanya multiple, mengenai badan.Secara klinis tampak sebagai plak transparan,
eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk ovale sampai ireguler dengan tepi
berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti kawat.
e)
Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa nodul kecil yang
tidak bertangkai atau bertangkai pendek dengan permukaan halus atau noduler dengan
warna yang bervariasi.
b.
1)

Karsinoma sel skuamosa


Defnisi
Karsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi maligna yang timbul dari dalam
epidermis.Meskipun biasanya muncul pada kulit yang rusak karena sinar matahari,
karsinoma ini dapat pula timbul dari kulit yang normal atau lesi yang sudah ada
sebelumnya (Brunner and Suddarth, 2002).
Kanker ini merupakan permasalahan yang lebih gawat karena sifatnya invasive dengan
mengadakan metastase lewat system limfatik atau darah.Metastase menyebabkan 75%

kematian akibat dari karsinoma sel skuamosa (Brunner and Suddarth, 2002).
2)
Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Skuamosa biasanya pada daerah kulit yang
terpapar sinar matahari dan membran mukosa, namun dapat pula terjadi pada setiap
bagian tubuh.Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada daerah muka dan
ekstremitas, sedangkan pada orang kulit berwarna gelap di daerah tropis lebih banyak
pada ekstremitas bawah, badan dan dapat pula dijumpai pada bibir bawah serta
punggung tangan (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan nodula berwarna kulit normal, atau ulkus dengan tepi yang
tidak teratur. Permukaan nodula berbenjol menyerupai kembang kol, pada perabaan keras
dan mudah berdarah yang berasal dari ulkus, permukaan dan tepi meninggi, warna
kekuningan. Tumor menyebar melalui saluran getah bening ke ala-alat lain (Siregar,
2005).
Menurut Marwali (2002) gambaran klinis Karsinoma Sel Skuamosa bervariasi, dapat
berupa:
a)
Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau ulkus
dengan tepi yang berbatas kurang jelas
b)
Ulkus yang menyerupai kembang kol. Tumor ini menonjol diatas permukaan
kulit, tidak rata, berbenjol-benjol seperti kembang kol, berwarna merah atau pucat,
membasah atau berdarah dan berbau.

12

c)

Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning

kemerahan. Dalam perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan metastasis
ke kelenjar limfe regional atau ke organ-organ dalam.
d)
Karsinoma Sel Skuamosa yang timbul dari kulit normal lebih sering mengadakan
invasi yang cepat dan terjadi metastasi.
2.
a.

Melanoma maligna
Definisi Melanoma Maligna
Melanoma maligna merupakan neoplasma maligna dengan terdapatnya melanosit

(sel-sel pigmen) dalam lapisan epidermis maupun dermis (dan kadang-kadang sel
subkutan) (Brunner and Suddarth, 2002)..
Melanoma Maligna merupakan suatu jenis sel kanker kulit yang paling ganas dan berasal
dari system melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang luas dalam waktu
yang singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga menyebar
melalui aliran darah kealat-alat dalam serta dapat menyebakan kematian (Marwali,
2000).
Melanoma Maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari melanosit dengan
gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit (Siregar, 2005).
b.

Manifestasi klinis
Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini sehingga diagnosis

melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau
adanya tahi lalat atau tanda lahir (tompel) yang berubah seperti:
1)
Perubahan dalam warna
2)
Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3)
Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar atau sakit)
4)
Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5)
Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
Tahi lalat walaupun hanya satu dan kecil kadang dapat juga berubah menjadi ganas,
dan dapat terjadi pada tahi lalat di bagian tubuh mana saja, walaupun yang sering adalah
terutama di telapak kaki, kepala/wajah, leher, pinggang. Selain itu pada tahi lalat, yang
mulai sering terasa gatal, mudah berdarah,ada borok atau luka yang sukar sembuh, harus
juga lebih curiga.
Yang harus diwaspadai apabila suatu tahi lalat curiga menjadi ganas adalah bila pada
tahi lalat tersebut ditemukan tanda "ABCD" melanoma maligna, yaitu:
1)

A= Asimetrik, bentuknya tak beraturan.

2)

B= Border atau pinggirannya juga tidak rata.


13

3)

C= Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya. Bisa

kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih,
merah dan biru.
4)
D= Diameternya lebih besar dari 6 mm
Klasifikasi melanoma maligna

c.
1)

Melanoma superfisial
Melanoma dengan penyebaran superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan

merupakan bentuk melanoma yang paling sering ditemukan. Melanoma ini sering
ditemukan serta ektremitas bawah.
2)
Melanoma lentigo-maligna
Melanoma lentigo-maligna merupakan lesi berpigment yang tumbuh dengan lambat
pada daerah kulit yang terbuka,khususnya permukaan dorsal tangan,kepala dan leher
pada orang yang berusia lanjut.
3)
Melanoma noduler
Melanoma noduler merupakan noul yang berbentuk sferis yang menyerupai blueberry
dengan permukaan yang relatife licin seta berwarna biru hitam yang seragam.
Melanoma noduler akan menginvasi langsung kedalam lapisan dermis didekatnya
(pertumbuhan vertikel) dan dengan demikian memiliki prognosis yang buruk.
4)
Melanoma akral-lentigonosa
Melanoma akral-lentigonosa merupakan bentuk melanoma yang terdapat didaerah
yang terlalu terpajar sinar matahari dan tidak terdapat difolikel rambut. Jenis melanoma
ini sering terdapat ditelapak kaki,telapak tangan, dasar kuku dan membrane mukosa yang
berkulit gelap.
Berdasarkan tingkat penyebaran, Siregar (2005) membedakan melanoma maligna dalam
5 stadium yaitu:
1)
Stadium I
Sel Melanoma hanya terdapat intraepidemal (Melanoma in situ)
2)
Stadium II
Sel Melanoma sampai papilla dermis bagian atas
3)
Stadium III
Sel Melanoma sampai mengisi papilla dermis
4)
Stadium IV
Sel Melanoma sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis
5)
Stadium V
Sel Melanoma sampai jaringan lemak dan subkutan
6)
Stadium VI
Sel Melanoma tampak berbentuk epiteloid atau kumparan, pleomorfi dengan kromatin
kasar.Setiap sel mengandung butir melanin.Sel berkelompok atau bergerombol. Pada
dermis ditemukan infiltrate limfosit atau makrofag yang mengandung melanin.
14

Selain itu sampai saat ini klasifikasi standar melanoma maligna yang digunakan dalam
stadium klinik (dengan beberapa modifikasi), yaitu sebagai berikut:
1)
Stadium I
Melanoma maligna lokal terbatas pada kulit tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar
limfe regional.
2)
Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional
3)
Stadium III
Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
d.

Pengobatan melanoma maligna


Adapun pengobatan berdasarkan stadium Melanoma Maligna yaitu :
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker melanoma maligna ini adalah
pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah
diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat
jaringan di sekitarnya.
Untuk pengobatan secara medikomentosa dengan kemoterapi (obat-obat anti kanker)
yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu: alkylating agents, antimetabolit,
alkaloid tanaman, antibiotik antitumor, enzim, hormon dan pengubah respon biologis.
Dan pengobatan secara nonmedikomentosa meliputi radioterapi, pembedahan dan terapi
fisik.
Pembagian terapi berdasarkan stadium melanoma:
1)
Stadium Klinik I Melanoma Malign.
Sampai saat ini metode pembedahan dengan eksisi luas masih tetap merupakan cara

pengobatan melanoma maligna yang terbaik.


2)
Stadium Klinik II Melanoma Maligna
Eksisi luas disertai pengangkatan kelenjar limfe regional.
3)
Stadium Klinik III Melanoma Maligna
a)
Kemoterapeutik sistemik
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu Dacarbazine/Dimetil Triazeno
Imidazole Carboxamide (DTIC).Dapat diberikan tersendiri atau dikombinasi dengan obat
kemoterapeutik sistemik lainnya.Respon pengobatan dengan DTIC terjadi pada 20-25%
penderita. Kemoterapeutik sistemik yang direkomendasikan adalah:
DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4 minggu.Nitrosourea:
200 mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6 minggu.Atau kombinasi DTIC dan
nitrosourea
b)
Imunoterapi
BCG' merupakan imunoterapi aktif non spesifik, terutama digunakan untuk
pengobatan melanoma maligna yang mengadakan metastasis ke kulit.Diberikan secara
intralesi dan memberikan pengaruh yang cukup bermanfaat. Hasilnya tidak menentu,
15

tergantung pada sistem imunitas penderita.Akhir-akhir ini dilakukan imunoterapi adoptif,


dengan memakai leukaferesis untuk mendapatkan limfosit dari kanker pasien, kemudian
sel itu diinkubasi dengan interleukin-2, untuk membentuk sel pembunuh yang
mengaktifkan limfokin (LAK), dan kemudian sel-sel LAK diinfuskan kembali bersama
pemberian interleukin.
2.2.6

Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium test dan Cuci darah.
Test lab dan pemeriksaan darah membantu mendiagnosa kanker. Sebagian malignasi
dapat merubah komposisi atau status hematologic
2. Biopsy jaringan
Hasil biopsy memastikan diagnosis melanoma. Spesimen biopsy yang diperoleh
dengan cara eksisi mengungkapkan informasi histologik mengenai tipe, taraf invas
dan ketebalan lesi. Biopsy insisi harus dilakukan jika lesi yang dicurigai terlalu luas
untuk dapat diangkat dengan aman tanpa pembentukan sikatriks yang berlebihan
(Runkle & Zalonznik, 1994). Specimen biopsy yang diperoleh dengan pemangkasan,
kuratasee atau aspirasi jarum dianggap bukan bukti histologik penyakit yang dapat
diandalkan.
3. Pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT scan.
Untuk melanoma yang lebih dalam, pemeriksaan mungkin diindikasikan untuk
menemukan adanya metastase penyakit.Ini meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan
sinar x, dan atau CT scan.

2.2.7

Penatalaksanaan

Terdapat banyak alternatif pengobatan :


1.
a.

Kuretase dan elektrodesikasi.


Keuntungan :
1) Teknik sederhana
2) Meninggalkan luka yang teratur dan kering.

b.

Kerugian :
1) Tidak efektif, hanya bisa di lakukan pada jenis kanker karsioma sel basal.
2) Tidak didapat konfirmasi pada batas tepi pembuangan jaringan yang

2.
a.

adekuat.
Bedah eksesi.
Keuntungan :
1) penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.

b.

Kerugian :
1) Membutuhkan waktu
16

2) Biaya mahal
3) Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan.
3.
a.

Radioterapi.
Keuntungan :
1) Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan metode
pembedahan.
2) Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas memungkinkan dilakukan

b.

4.
a.

b.
5.
a.

anestesi umum.
Kerugian :
1) Memerlukan peralatan yang mahal
2) Memerlukan kunjungan yang berulang kali
3) Memberikan efek samping yang signifikan.
Bedah beku.
Keuntungan :
1) Tekniknya cepat.
2) Peralatan yang dibutuhkan sederhana.
3) Tidak mempengaruhi syaraf pembuluh darah besar, tulang rawan, dan
sistem saluran air mata.
Kerugian :
1) Rasa nyeri dan edema.
2) Dapat terjadi hipopigmentasi.
Bedah mikrogafik mohs.
Keuntungan :
1) Evaluasi histopatologi pada tepi irisn menekati 100% dibandingkan dengan
tekinik seksi vertikal tradisional.
2) Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan ditelusuri
semua fokus-fokus kanker yang masih tertinggal.
3) Reseksi hanya pada daerah kanker, sehingga dapat menghemat jaringan

b.

atau meminimalkan jaringan yang hilang.


Kerugian :
1) Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi yang terlatih.
2) Biayanya mahal.

2.2.8

Komplikasi
Kecacatan karena pembedahan terutama bila kanker kulit tersebut kambuh ada
wajah yang membutuhkan reseksi ulang, atau jika eksisi luas dibutuhkan seperti
halnya ada melanoma. Selain itu juga dapat terjadi metastase penyakit ke otak
biasanya fatal kecuali bila reseksi pembedahan masih mungkin di lakukan. Serta dapat
menimbulkan metastase tulang dan dapat menimbulkan nyeri berat dan mengarah
pada fraktur dan kompresi medulla spinalis.

17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim atau
biasa juga disebut kanker leher rahim yang disebabkan oleh virus HPV akibat kebiasaan
hidup yang tidak sehat. Kanker serviks terbagi menjadi 3, yaitu berdasarkan histopatologi,
sitologi dan stadium klinis. Adapun gejala-gejala dari kanker serviks antara lain keputihan
tidak normal (berwarna tidak bening, bau atau gatal), terasa sakit saat berhubungan
seksual, mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan badan, keluar darah
yang berlebihan saat menstruasi, penurunan berat badan drastis. Kanker serviks dapat
dideteksi dengan uji pap semar, inspeksi visual dengan asam asetat, koloskopi, dll.
Kanker serviks dapat ditangani dengan cara kemoterapi, radioterapi, operasi
pengangkatan. Sedangkan upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain
membiasakan diri dengan pola hidup yang sehat dan pemberian vaksin HPV sebelum
menikah, rutin melakukan uji pap semar tiap 2 tahun sekali bagi yang sudah menikah.
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk generasi
dan tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri
secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali. Kanker kulit
adalah jenis kanker yang terletak dipermukaan kulit,sehingga mudah dikenali. Namun
karena gejala awal yang ditimbul dirasakan tidak begitu menganggu,sehingga penderita
terlambat melakukan pengobatan.
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa
factor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu: Paparan Sinar
Ultraviolet (UV), Kulit Putih, Paparan Karsinogen, Genetik/Faktor Keturunan.
Ada beberapa kelainan kulit yang harus dicurigai sebagai kanker kulit yaitu :Benjolan
kecil yang membesar , Benjolan yang permukaannya tidak rata dan mudah berdarah, Tahi
lalat yang berubah warna, Koreng atau borok dan luka yang tidak mau sembuh, Bercak
kecoklatan pada orang tua, Bercak hitam ysng menebal pada telapak kaki dan tangan
18

DAFTAR PUSTAKA
Campbell dan Jane B. Reece. 2002. Biology, fifth edition. Terj. Rahayu Lestari, et al. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Doengoes.M.G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC.
Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. 2008. The Reproductive System at a Glance Secon
Edition. Terj. Vidhia Umami. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nurwijaya, Hartati, dkk., 2010. Cegah dan deteksi kanker serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Price.S.A. 2005. Patofisiologi. Edisi:6. Jakarta:EGC.
Sjamsuhidajat R., Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Hal.782-788. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Smelt.Z, Susanne.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddar. Edisi:8. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.
Departemen

Kesehatan

RI,

Vaksin

HPV

Untuk

Perangi

Kanker

Serviks,

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/873-vaksin-hpv-untukperangi-kanker-serviks.html (Diakses pada tanggal 13 November 2015).

19

Anda mungkin juga menyukai