Dalam beberapa tahun terakhir, sebuah kelompok baru teknologi telah diperkenalkan
di Amerika Serikat yang memungkinkan memproduksi campuran aspal pada suhu 30
sampai 100
F (16,7-55,6
Aspal (HMA) tradisional. Teknologi ini biasanya disebut sebagai Warm Mix Aspal (WMA).
Dari antara teknologi ini busa WMA dihasilkan oleh injeksi air yang telah mendapat
perhatian meningkat dari industri paving aspal di Ohio karena tidak memerlukan penggunaan
aditif yang mahal. Jenis campuran aspal ini diiklankan memiliki kemampuan kerja yang lebih
baik daripada campuran HMA tradisional. Namun, penelitian yang terbatas telah dilakukan
untuk memvalidasi klaim ini. Dalam studi ini, sebuah perangkat baru dirancang dan dibuat
untuk mengevaluasi pengerjaan campuran busa WMA dan membandingkanny dengan
campurn HMA. Dua pengikat aspal (PG 70-22 dan 64-28 PG), dua jenis agregat (batu kapur
dan kerikil) dan dua nominal maksimum ukuran agregat (12,5 dan 19,0 mm) yang digunakan
dalam penelitian. Hasil t es menunjukkan bahwa campuran busa WMA lebih bisa diterapkan
dari campuran HMA, yang disebabkan oleh penyerapan yang lebih rendah oleh aspal
pengikat yang diamti untuk campuran busa WMA. Faktor lain yang mungkin telah memberi
kontribusi pada peningkatan kemampuan kerja untuk campuran busa WMA adalah adanya
kantong uap terperangkap dalam pengikat busa aspal yang membuat pengikat sedikit
diperluas dan mengurangi viskositasny. Untuk kedua campuran WMA dan busa HMA,
pengerjaan yang lebih baik diperoleh untuk PG 64-28 daripada PG 70-22, dan untuk nilai
ukuran nominal maksimum agregat antara 12,5-19,0 mm. Campuran HMA yang disusun
dengan menggunakan kerikil yang hancur mempunyai kemampuan kerja yang lebih baik
daripada agregat batu kapur. Namun campuran busa WMA yang disusun dangan
menggunakan agregat batu kapur memiliki kemampuan kerja yang lebih baik daripada yang
disusun dengan menggunakan agregat kerikil hancur. Hal ini, yang menunjukkan bahwa tipe
agregat mempengaruhi campuran busa WMA dengan campuran HMA.
Pada tabel 1, menunjukan bahwa kekuatan optimum pada pengikat aspal berisi batu
kapur, daripada kerikil alami. Ini seperti yng diharapkan, campuran kerikil alam adalah untuk
memenuhi kekosongan di agregat mineral (VMA). Sedangkan agregat batu kapur untuk
Pengujian agregat dilakukan dengan berbagai tes, misal untuk menguji mekanik sifat
campuran WMA dan HMA, tes kekuatan tak langsung tegangan (ITS) dilakukan untuk
menguji kekuatan campuran aspal pada suhu menengah, Tes Modulus Elastisitas (E *)
digunakan untuk mengukur kekakuan campuran aspal melalui berbagai suhu dan pemuatan
frekuensi. Berdasarkan hasil uji eksperimen selanjutnya analisis statistik temun dapat
disimpulkan sebagai berikut :
-
(30
campuran HMA.
Campuran WMA memiliki berat jenis lebih rendah dari HMA.
Campurn WMA yang ditemukan dapat diterapkan dan mudah didapat dibanding
dengan campuran HMA bahkan meskipun pencampuran dan pemadatan pada suhu 15
IZZATUL AINI