Anda di halaman 1dari 5

PERSPEKTIF INFORMASI

Information perspective (perspektif informasi) berkaitan dengan penyamaan kegunaan


(usefulness) suatu informasi dengan kandungan informasi tersebut (information content).
Pada laporan keuangan, information perspective merupakan pendekatan yang mengakui
tanggung jawab individual untuk melakukan prediksi terhadap kinerja masa depan
perusahaan yang memberi penekanan pada penyediaan informasi yang bermanfaat untuk
tujuan tersebut. Pendekatan ini mengakui bahwa pasar akan bereaksi terhadap informasi yang
bermanfaat dari manapun sumbernya, termasuk laporan keuangan.
Ball & Brown (1968) dalam riset akuntansinya menemukan bahwa pasar bereaksi
setidaknya terhadap komponen laba dalam informasi akuntansi. Bila pasar bereaksi, berarti
bahwa suatu informasi dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Akuntan dapat
membantu meningkatkan kegunaan (usefulness) dengan menggunakan pedoman respon pasar
sebagai dasar untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh investor.
Beberapa alasan pasar bereaksi terhadap informasi keuangan, yaitu sebagai berikut.
a. Keyakinan sebelumnya (prior belief) investor yang didasarkan pada informasi yang telah
tersedia tidak sama. Ketidaksamaan tersebut dipengaruhi oleh besar-kecilnya informasi
yang diperoleh dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi.
b. Dengan masuknya informasi baru berupa laba, sebagian investor menjadi lebih informed
dan merevisi ekspektasinya (upward) dengan datangnya berita baik ini. Namun sebagian
investor lain yang sebelumnya memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi mungkin akan
menginterpretasikan informasi laba tersebut sebagai berita buruk (downward).
c. Investor yang merevisi ekspektasinya upward akan bersedia membeli sekuritas pada
harga sekarang, sedangkan investor yang merevisi ekspektasinya downward akan
melakukan sebaliknya.
d. Kita dapat mengobservasi jumlah sekuritas yang diperdagangkan dengan munculnya
informasi baru berupa laba ini. Seharusnya voluma perdagangan akan semakin besar
dengan semakin besarnya perbedaan ekspektasi antara investor yang bersikap upward
dengan yang bersikap downward.
TEMUAN TENTANG RESPON PASAR
Beaver (1968) menguji voluma perdagangan sekitar pengumuman earnings. Ada 506
pengumuman earnings dari sebanyak 143 perusahaan di NYES dari tahun 1961 sampai 1965
(ada 261 minggu). Beaver menghitung rata-rata voluma perdagangan disekitar pengumuman
earnings dengan window 17 minggu (8 minggu sebelum minggu pengumuman, minggu
pengumuman, dan 8 minggu setelah minggu pengumuman). Hasilnya, ada kenaikan voluma

secara dramatis pada minggu 0 dan di bawah normal dalam minggu-minggu sebelum minggu
pengumuman.
Peningkatan voluma perdagangan di minggu 0 menunjukkan bukti bahwa pasar
bereaksi terhadap pengumuman earnings dan ada kandungan informasi dari pengumuman
earnings. Hal ini juga menjadi bukti bahwa informasi earnings digunakan investor dalam
pengambilan keputusan.

Voluma perdagangan di bawah normal pada minggu-minggu

sebelum minggu pengumuman karena tidak ada informasi yang signifikan yang dapat
dijadikan oleh investor untuk merevisi probabilitas tentang return masa depan diharapkan
yang telah dibuat. Karena itu, begitu ada pengumuman earnings, reaksinya muncul dengan
cepat karena investor segera merevisi ekspektasinya.
Hasil riset Beaver ini mendukung decision usefulness, yaitu suatu pendekatan yang
mengakui tanggungjawab individual untuk memprediksi kinerja perusahaan masa depan yang
berkonsentrasi pada penyediaan informasi yang bermanfaat untuk tujuan tersebut. Beaver
menggunakan voluma perdagangan sebagai indikator decision usefulness. Hal ini dilakukan
karena adanya anggapan bahwa voluma perdagangan lebih tepat digunakan untuk
menggambarkan ekspektasi dan reaksi investor secara individual. Voluma perdagangan
dianggap lebih sensitif terhadap informasi akuntansi. Sedangkan harga menggambarkan
ekspektasi dan reaksi pasar, bukan investor individual.
EARNINGS RESPONSE COEFFICIENTS (ERC)
ERC adalah koefisien yang mengukur besarnya keuntungan abnormal sebuah sekuritas
sebagai respon terhadap komponen tidak diharapkan (unexpected component) informasi
keuangan. Penelitian oleh Ball & Brown (1968) menemukan bahwa keuntungan abnormal
positif terhadap berita baik dan negatif terhadap berita buruk secara rata-rata. Lalu, mengapa
pasar merespon lebih kuat terhadap berita baik atau berita buruk pada suatu perusahaan
dibandingkan perusahaan lain. Penyebab hal ini adalah ERC yang berbeda.
Faktor yang menentukan perbedaan ERC adalah sebagai berikut.
a. Beta, semakin tingi beta (semakin tinggi risiko keuntungan diharapkan masa depan),
semakin rendah reaksi investor terhadap jumlah earnings tidak diharapkan.
b. Capital structure, bila tingkat leverage perusahaan tinggi, pengumuman informasi laba
lebih merupakan berita baik bagi kreditor daripada bagi pemegang saham. Karena itu,
reaksi pasar lebih rendah terhadap berita baik perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi dibandingkan tingkat leverage lebih rendah.

c. Persistence, reaksi pasar lebih tinggi terhadap informasi laba yang diharapkan berlaku
konsisten dalam jangka panjang dibandingkan informasi laba yang bersifat sementara.
d. Earnings quality, semakin tinggi kualitas earnings diharapkan semakin tinggi ERC.
Kualitas earnings adalah besarnya probabilitas main diagonal dalam kaitannya dengan
informasi.
e. Growth opportunity, berita baik dan berita buruk mengimplikasikan prospek akan
pertumbuhan laba. Semakin tinggi pertumbuhan laba akan semakin besar reaksi pasar
(semakin tinggi ERC).
f. The informativeness of price (firm size), semakin informatif harga (proksinya adalah firm
size), semakin sedikit kandungan informasi tentang pengumuman laba.
EXTRAORDINARY ITEMS
Karakteristik extraordinary item adalah sebagai berikut.
a. Tidak diharapkan sering terjadi sepanjang tahun.
b. Tidak merupakan aktivitas normal perusahaan.
c. Tidak tergantung pada keputusan dan determinasi manajemen atau pemilik.
Pengertian yang tegas tentang extraordinary item harus dibuat untuk mencegah
manajemen melakukan classificatory smoothing, yaitu melakukan income smoothing dengan
mengklasifikasi extraordinary item sebagai unsur earnings dari aktivitas operasi normal.
Dengan karakteristik tersebut, persistensi (kemampuan terjadi terus-menerus) laba karena
extraordinary item rendah. Unsur-unsur ini harus diungkapkan karena apabila tidak, pasar
akan salah menafsirkan persistensi earnings perusahaan. Bila tahun ini ada unsur
extraordinary item, maka tahun depan mungkin earnings akan lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh unsur earnings tahun ini tidak hanya permanent earnings (yang persisten)
tetapi juga transitory earnings (sementara) yang berasal dari extraordinary item tersebut.
High persistence (ERC lebih dari 1), perusahaan mengumumkan telah berhasil
mengembangkan produk baru. Perusahaan berhasil menemukan metoda untuk meningkatkan
efisiensi cukup signifikan. Good news ini akan direaksi pasar lebih dari 1 karena diharapkan
net income masa depan akan lebih besar. Persistence of 1 (ERC adalah 1), perusahaan
mengumumkan good news dengan adanya peningkatan net income yang disebabkan oleh laba
penjualan aktiva tetap atau penghentian suatu kegiatan usaha. Hal ini terjadi karena tidak ada
alasan untuk mengharapkan laba seperti ini akan terulang kembali. Persistence of 0 (ERC
adalah 0), perusahaan mengumumkan good news dengan meningkatnya net income yang
disebabkan oleh perubahan metoda akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Scott, W. R. (2000). Financial Accounting Theory. Prentice Hall International.


www.stieykpn.ac.id, diakses pada tanggal 30 September 2015

INFORMATION PERSPECTIVE ON DECISION USEFULNESS


Disusun Untuk Memenuhi Nilai Kuis Kecil IVMata Kuliah Teori Akuntansi Positif

ALBERTINA WIDIANA SENTYAJI


NIM: 121210002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG
2015

Anda mungkin juga menyukai