121210010
KEVIN
121210033
121210048
SUSMITA DIAN I.
121210049
121210010
KEVIN
121210033
121210048
SUSMITA DIAN I.
121210049
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya,
sehingga
makalah
yang
berjudul
USEFULNESS
OF
2.
Bapak Daniel Stephanus Sugama, SE., MM., MSA., Ak., CA., selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori Akuntansi Normatif yang telah memberikan
bantuan dalam pembuatan makalah ini,
3.
Ibu Fitri Oktariani, SE., MSA., Ak., selaku dosen pengampu mata kuliah
Teori Akuntansi Normatif yang memberikan arahan dalam pembuatan
makalah ini,
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Maka, penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Penulis
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
diperlukan
dasar
pengambilan
keputusan
ekonomi.
akan meningkat. Setiap perusahaan akan memiliki keterkaitan dengan pihak luar
(ekstern). Hal ini dapat dimisalkan dengan pihak yang ingin investasi ke
perusahaan, atau pihak pemberi pinjaman seperti bank tentu ingin melihat laporan
keuangan yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu, fungsi laporan keuangan
sebagai pertimbangan. Sedangkan untuk fungsi pertanggung jawaban adalah
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Laporan Keuangan
Sundjaja & Barlian (2001) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan
laporan yang mendeskripsikan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai
alat komunikasi untuk pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau
aktivitas perusahaan. Munawir (2004) berpendapat bahwa laporan keuangan
adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak
yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Arifin (2007)
mengemukakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan yang disusun setidaknya sekali dalam setahun untuk memberikan
informasi bagi pengguna laporan keuangan. Maka, laporan keuangan merupakan
hasil dari proses akuntansi yang menyajikan informasi perusahaan kepada pihak
yang berkepentingan.
Menurut PSAK No. 1 (2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri atas 5
komponen sebagai berikut.
a. Laporan posisi keuangan pada akhir perioda yang menyajikan informasi
tentang asset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan;
b. Laporan laba rugi komprehensif selama perioda yang menyajikan informasi
tentang pendapatan, beban, dan laba/rugi bersih perusahaan;
c. Laporan perubahan ekuitas selama perioda yang menyajikan informasi tentang
saldo awal dan akhir ekuitas perusahaan;
d. Laporan arus kas selama perioda yang menyajikan informasi tentang saldo
awal dan akhir kas, serta penerimaan dan pengeluaran kas;
e. Catatan atas laporan keuangan yang menyajikan ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan
f. Laporan posisi keuangan pada awal perioda komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat perjanjian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Menurut Sukardi & Kurniawan (2010) laporan keuangan memiliki tujuan,
yaitu laporan keuangan sebagai bahasa binis yang mudah dipahami semua
pengguna dan memberika hubungan timbal balik antara pos-pos dalam laporan
keuangan. Sedangkan menurut Arifin (2007), laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
peruibahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam
pengambilan keputusan. Fahmi (2011) mengemukakan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi tentang kondisi perusahaan dalam satuan
moneter kepada pihak yang membutuhkan. Maka, laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi perusahaan bagi pihak yang membutuhkan.
Selain tujuan, laporan keuangan memiliki berbagai manfaat. Martono &
Agus (2010) menyatakan bahwa laporan keuangan yang baik dapat memberikan
manfaat dalam pengambilan keputusan investasi, keputusan pemberian kredit,
penilaian aliran kas dan sumber ekonomi, melakukan klaim terhadap sumber
dana, serta menganalisis perubahan yang terjadi dalam sumber dan penggunaan
dana.
2.2
Informasi Akuntansi
dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan
laporan perubahan posisi keuangan. Pihak luar yang menggunakan laporan
keuangan meliputi pemegang saham, kreditor, badan atau lembaga
pemerintah, dan masyarakat umum dimana masing-masing pihak tersebut
mempunyai kepentingan yang berbeda. Informasi ini disajikan dan disusun
berdasarkan aturan dasar yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Standar akuntansi keuangan tersebut dipakai untuk menyusun laporan
keuangan. Laporan keuangan untuk pihak luar menyajikan suatu gambaran
menyeluruh tentang kondisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi.
menjamin
perusahaan
yang
sama
untuk
perioda
yang
berbeda
komparabilitas
10
11
akuntansi
suatu
perusahaan
sehubungan
dengan
modal
yang
12
2.3
13
merupakan
proses
subjektif,
namun
pengukuran
kinerja
yang
14
environmental,
dan
personil
lain
sebagai
alat
yang
umum
untuk
15
16
Pasar efisien dalam bentuk lemah ditunjukkan oleh harga saham saat ini
mencerminkan semua informasi masa lalu, berupa laporan keuangan
perusahaan saja.
b. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong)
Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat ditunjukkan oleh harga saham saat
ini mencerminkan semua informasi masa lalu dan informasi yang dipublikasi
saat ini (publicity known). Informasi tersebut berupa laporan keuangan dan
aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan, seperti pembagian dividen,
stock split, pemberian saham bonus, dan penerbitan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD). Pasar dikatakan memiliki bentuk setengah kuat
jika informasi direspon cepat oleh pasar dalam satu hingga dua spot waktu
atau hari di sekitar pengumuman. Abnormal return terjadi bila informasi
direspon lambat oleh pasar (lebih dari tiga spot waktu), sehingga pasar
dikatakan tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.
c. Efisien dalam bentuk kuat (strong form)
Pasar efisien dalam bentuk kuat ditunjukkan oleh harga saham saat ini
mencerminkan semua informasi yang terdiri atas informasi masa lalu (laporan
keuangan), informasi terkini (aksi korporasi), dan informasi tidak terpublikasi
berupa prospektus yang berisi rencana perusahaan untuk masa depan,
misalnya rencana melakukan merger dengan perusahaan lain dan rencana
pembuatan produk baru. Dalam bentuk efisiensi pasar ini, investor tidak dapat
memperoleh abnormal return karena informasi yang diketahui masyarakat
sama dengan informasi yang diketahui perusahaan.
17
kandungan
informasi
dengan
melihat
reaksi
pasar
terhadap
18
2.5
Signaling Theory
Nurrohman & Zulaikha (2013) menyatakan bahwa signaling theory
19
lain.
Informasi
asimetris
terjadi
karena
manajemen
tidak
2.6
Information Asymetry
Information asymmetry atau ketidaksamaan informasi adalah situasi di
mana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai
kondisi atau prospek perusahaan dari pada yang dimiliki investor Asimetri
informasi terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih
banyak dari pada para investor (Susetyo, 2006).
Rock (1986) menyatakan bahwa kesenjangan informasi ternjadi antar
investor, yaitu investor yang memiliki informasi dan investor yang tidak memiliki
informasi. Investor yang memiliki informasi hanya akan membeli saham yang
akan memberikan return tinggi di masa depan, sedangkan investor yang tidak
memiliki informasi akan membeli saham yang return-nya tinggi maupun yang
tidak. Hal ini menyebabkan investor yang tidak memiliki informasi akan
20
mengalami kerugian yang lebih besar, sehingga akan meninggalkan pasar. Agar
semua kelompok berpartisipasi dalam pasar dan memungkinkan mendapatkan
return yang wajar dan dapat menutup kerugian akibat pembelian saham yang
terlalu tinggi, maka harga penawaran dibuat underpriced.
Allen & Faulhaber (1989) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki
informasi tentang kualitas proyek investasi yang dimiliki, sedangkan investor
tidak memiliki informasi tersebut. Perusahaan yang memiliki proyek investasi
yang bagus akan menarik perhatian investor tentang kualitas investasi tersebut
dengan menetapkan harga saham yang rendah. Keadaan ini tidak dapat dilakukan
oleh perusahaan yang tidak memiliki proyek investasi yang kurang atau tidak
bagus. Jika harga saham di pasar naik, maka diharapkan emiten dapat menikmati
harga saham yang tinggi pada saat melakukan penawaran saham berikutnya
(seasoned equity offering).
Menurut Scott (2009), terdapat dua macam asimetri informasi.
a. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak
disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.
Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang
saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma
mungkin tidak layak dilakukan. Kurangnya informasi pihak luar mengenai
21
2.7
22
sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko plus premi risiko yang hanya
tinggal mencerminkan risiko yang tersisa setelah dilakukan diversifikasi. Tingkat
keuntungan yang diharapkan dari suatu saham adalah tingkat keuntungan bebas
risiko ditambah dengan premi risiko. Semakin besar risiko saham tersebut,
semakin tinggi premi risiko yang diharapkan dari saham tersebut. Maka, semakin
tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut.
Bodie, Kane, & Markus (2006) menyatakan bahwa ada asumsi pada model
CAPM, yaitu:
a. Terdapat banyak investor, masing-masing dengan jumlah kekayaan yang
sangat kecil dibandingkan total kekayaan seluruh investor. Para investor
adalah penerima harga yang berarti mereka akan bertindak sekalipun harga
pasar tidak akan dipengaruhi oleh perdagangan yang mereka lakukan. Ini
merupakan asumsi yang biasa digunakan dalam pasar persaingan sempurna
pada ilmu ekonomi mikro.
b. Seluruh investor merencanakan untuk satu perioda investasi yang identic.
Perilaku ini merupakan pandangan jangka pendek karena mengabaikan apa
yang akan terjadi setelah akhir perioda horizon waktu tunggal tersebut.
Perialku dari pandangan jangka pendek ini jelas tidak optimal.
c. Investasi dibatasi hanya pada aset keuangan yang diperdagangkan secara
umum seperti saham dan obligasi, serta pada kesepakatan pinjaman dan
pemberian pinjaman yang bebas risiko. Asumsi ini mengeluarkan investasi
pada aset yang tidak diperdagangkan seperti pendidikan, perusahaan
perseorangan, dan aset yang didanai pemerintah seperti lapangan udara. Juga
23
24
berisiko yang optimal. Asumsi ini sering kali sebut sebagai homogenous
expectation.
2.8
25
studi
membandingkan
perusahaan
menggunakan
metoda
lebih tinggi
kelipatan pendapatan
daripada perusahaan
yang
26
First Out (LIFO). Perubahan LIFO telah dikaitkan dengan pergerakan harga
sekuritas positif, meskipun LIFO menurunkan laba akuntansi dalam periode
kenaikan harga persediaan. Mengingat kecanggihan investor dalam menanggapi
kebijakan akuntansi, apa penjelasan logis untuk respon harga ini? LIFO harus
diadopsi untuk tujuan laporan keuangan jika manfaat pajak yang diinginkan.
Dalam perioda kenaikan harga, beban pajak menjadi lebih rendah bagi perusahaan
yang menggunakan LIFO. Dalam hal ini ada konsekuensi arus kas nyata karena
perubahan kebijakan akuntansi. Meskipun pendapatan buku diturunkan dengan
menggunakan LIFO, arus kas yang lebih tinggi karena pendapatan pajak lebih
rendah. Tanggapan harga sekuritas yang positif, sehingga sesuai dengan
peningkatan nilai perusahaan karena penghematan pajak.
2.8.5 Alternatif dengan Konsekuensi Kas langsung
Penelitian harga sekuritas menyelidiki masalah yang disebut sebagai
konsekuensi tidak langsung. Konsekuensi langsung terjadi ketika perubahan
kebijakan akuntansi memengaruhi nilai perusahaan melalui efek tidak langsung
pada pemilik daripada efek langsung pada arus kas perusahaan. Satu studi tersebut
didorong oleh upaya untuk menjelaskan mengapa harga sekuritas perusahaan
minyak dan gas tertentu merespon negatif terhadap perubahan kebijakan
akuntansi. Perubahan yang diperlukan dari full costing sebagai upaya sukses
dianggap hanya sebagai perubahan dalam biaya yang dialokasikan ke laporan laba
rugi. Oleh karena itu, tidak ada respon harga sekuritas karena tidak ada
konsekuensi arus kas langsung ke perusahaan. Namun, respon harga sekuritas
ditemukan ada. Karena penelitian sebelumnya didominasi menolak hipotesis
investor naif, penelitian dibuat untuk adanya beberapa konsekuensi arus kas tidak
27
2.9
28
29
dengan peran akuntansi dengan harga saham. Sebagian dari masalahnya adalah
perdagangan surat utang berbunga jarang. Hal ini, bagaimanapun, umumnya
sepakat bahwa harga utang berbunga didasarkan pada premi risiko default, yang
didefinisikan sebagai premi lebih dari suku bunga bebas risiko utang dinyatakan
identik. Dengan demikian, informasi spesifik perusahaan termasuk data akuntansi,
membantu kreditor dalam menilai risiko default.
Beberapa penelitian telah muncul menurut Wolk, Dodd, & Tearney (2013)
adalah:
a. Kegunaan data akuntansi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan (yang
meliputi kredit macet).
Rasio berbasis akuntansi sangat berguna dalam membedakan antara
perusahaan yang kemudian bangkrut dan yang tidak. Perusahaan yang akan
bangkrut
30
BAB III
KONTROVERSI DAN GAP
31
32
apakah
perusahaan
akan
memberhentikan
akuntan
yang
lama
dengan
menggantinya dengan akuntan yang baru. Selanjutnya pada saat perusahaan itu
mulai mengadopsi sistem IFRS otomatis perusahaan akan mengeluarkan 2 laporan
keuangan yang pertama berisikan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP
dan yang laporan keuangan yang kedua adalah laporan keuangan transisi dari
GAAP menjadi IFRS itu akan banyak mengeluarkan biaya. Selain biaya yang
dikeluarkan, terdapat keuntungan yang akan diperoleh dari penggunaan IFRS,
yaitu memudahkan pemahaman laporan keuangan, meningkatkan arus investasi,
menurunkan biaya modal, efisiensi penyusunan laporan keuangan, dan
meningkatkan kualitas laporan keuangan tersebut.
Kedua, dalam kerangka konseptual menurut IFRS mengatakan:
Qualitative characteristics identify the types of information that are likely to
be most useful to the existing and potential investors, lenders and other
creditors for making decisions about the reporting entity on the basis of
information in its financial report (financial information). If financial
information is to be useful, it must be relevant (ie must have predictive value
and confirmatory value, based on the nature or magnitude, or both, of the item
to which the information relates in the context of an individual entitys
financial report) and faithfully represents what it purports to represent (ie
information must be complete, neutral and free from error). The usefulness of
financial information is enhanced if it is comparable, verifiable, timely and
understandable. The IASB acknowledges that cost may be a constrain on
preparing useful financial information (www.ifrs.org, diakses pada 15 April
2015).
33
34
perusahaan
mempunyai
kepentingan
untuk
memberikan
35
informasi
dengan
detail
terlalu
banyak
justru
akan
36
BAB IV
PEMBAHASAN DAN OPINI
yang menjelaskan
panjang lebar tentang bagaimana kegunaan informasi akuntansi bagi investor dan
kreditor.
Tetapi selain teori itu dapat menjelaskan dan menjabarkan segala
informasi tentang kegunaan informasi akuntansi bagi investor dan kreditor
terdapat juga kontroversi dan gap dari teori-teori yang telah dibabarkan pada bab
teori tersebut karena tidak selamanya teori itu dapat secara langsung diterapkan
karena harus ada banyak pertimbangan dengan kenyataan yang terjadi seperti
pada signaling theory dan information asymmetry. Karena penjelasan pada
kerangka konseptual dari IFRS itu sendiri itu yang mengatakan bahwa pengguna
utama dari informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah
investor, kreditor dan kreditor lainnya, dan apabila jika dilihat dari kenyataannya
itu ada beberapa kontroversi yang terjadi pada laporan keuangan itu sendiri yang
tidak dapat dihindari oleh siapapun.
Pertama, jika dilihat dari segi biaya, perusahaan akan banyak
mengeluarkan biaya pada saat perubahan dari GAAP menjadi IFRS karena ada
37
38
banyak pertimbangan, seperti divisi akuntansi yang hanya menguasai GAAP dan
pada akhirnya perusahaan akan memiliki pertimbangan apakah perusahaan akan
memberhentikan akuntan yang lama dengan menggantinya dengan akuntan yang
baru. Hal ini dapat menimbulkan biaya yang membengkak karena pemberhentian
dari akuntan tersebut karena perusahaan akan memberikan bayaran yang sebagai
tanda pemberhentiannya. Bila perusahaan melakukan perekrutan kembali akuntan
baru yang sudah menguasai IFRS, maka perlu biaya yang tidak sedikit untuk
membiayai penrekrutan dan training bagi akuntan baru. Apabila perusahaan
memilih tetap menggunakan akuntan yang lama maka harus memberikan
pelatihan kembali agar akuntan dapat menguasai IFRS dengan cara mendatangkan
seorang pengajar untuk pelatihan GAAP ke IFRS yang biayanya tidak mungkin
sedikit. Ada pula kemungkinan perusahaan menggunakan jasa konsultan yang
juga menguras banyak biaya karena perusahaan membutuhkannya apabila
perusahaan tidak ingin memberhentikan dan mencari akuntan baru (perekrutan).
Biaya yang pasti akan dikeluarkan berikutnya adalah pada saat perusahaan itu
mulai mengadopsi sistem IFRS otomatis perusahaan akan mengeluarkan 2 laporan
keuangan yang pertama berisikan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP
dan yang laporan keuangan yang kedua adalah laporan keuangan transisi dari
GAAP menjadi IFRS itu akan banyak mengeluarkan biaya.
Keuntungan perusahaan menggunakan IFRS itu sendiri adalah antara lain:
a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang dikenal secara internasional. Dengan adanya hal tersebut
maka Indonesia sangat diuntungkan apabila Indonesia juga menggunakan
39
IFRS maka investor yang masuk ke Indonesia lebih tidak ragu lagi karena
sudah menggunakan standar yang digunakan oleh Internasional.
b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi
c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui
pasar modal
40
karena pada saat iOS tersebut mulai dikembangkan dan sudah bisa dinilai, maka
pada saat itu juga perusahaan boleh melaporkannya. Untuk nilai konfirmasinya,
juga terpenuhi selama perusahaan bisa menggunakan jasa apraisal, atau memiliki
tim yang memiliki kompetensi untuk menilai nilai dari aset tersebut. Sedangkan
nilai prediksi juga bisa terpenuhi bila perusahaan mengungkapkan beberapa
informasi yang bisa menjadi acuan prediksi, seperti tahapan pengembangan, atau
informasi kualitatif lainnya.
Untuk reliabilitas, komponen mengenai penyajian yang jujur dan lengkap
juga terpenuhi selama perusahaan mambang benar-benar melakukan penilaian
menggunakan jasa apraisal yang handal dan berkompeten, serta hasil apraisal
tersebut tidak bias dan sesuai dengan keadaan ekonomi sebenarnya. Pada
komponen mengenai netralitas, tentunya juga bisa terpenuhi ketika perusahaan
mengungkapkan nilai aset seusai dengan hasil apraisal apa adanya. Untuk
komponen mengenai bisa diverifikasi, juga terpenuhi selama ada dokumendokumen dari hasil apraisal yang dilampirkan.
Dari contoh pembahasan di atas, terlihat bahwa Fair Value Accounting
dalam IFRS menjawab masalah mengenai isu reliabilitas dan relevansi. Namun,
dari pembahasan di atas, terlihat bahwa penilaian sangat bergantung pada jasa
apraisal, yang tentunya menimbulkan biaya yang tidak kecil. Selain dari segi
biaya, solusi berupa jasa apraisal ini masih rentan, karena metoda yang digunakan
belum tentu bisa menilai dengan akurat nilai ekonomisnya tanpa mengorbankan
reliabilitas, relevansi, maupun salah satu komponennya. Masalah mendasar
lainnya adalah yang melakukan apraisal adalah manusia, dimana memiliki risiko
bawaan yang paling mendasar, yaitu keteledoran dan subjektivitas.
41
berbagai
pihak
yang
mempunyai
kepentingan
berbeda-beda.
42
BAB V
PENUTUP
43
44
dapat dilakukan oleh perusahaan yang tidak memiliki proyek investasi yang
kurang atau tidak bagus.
Informasi akuntansi dalam laporan keuangan menurut Wolk, Dodd, &
Tearney (2013), terdapat kontroversi dan gap. Kontroversi dan gap yang ada
antara lain adalah karena adanya signaling theory dan information asymmetry,
serta kerangka konseptual. Masalah-masalah yang menjadi kontroversi ketika
perusahaan menerbitkan sebuah laporan keuangan, perusahaan secara tidak
langsung harus bisa memenuhi kebutuhan informasi yang diminta oleh
penggunanya, namun pada kenyataannya tidak bisa. Beberapa contoh yang
menjadi kontroversi, yaitu:
a. Adanya pertukaran antara biaya dan keuntungan yang diperoleh perusahaan
dalam menggunakan standar IFRS dalam penyusunan laporan keuangan.
b. Informasi akuntansi yang relevan dan reliabel
c. Pengungkapan laporan keuangan.
d. Sinyal yang dihasilkan dari informasi akuntansi menyebabkan berbagai
macam reaksi pihak eksternal yang muncul.
e. Adanya asimetri informasi yang ada tentunya beragam bentuknya dan
terkadang bisa menghambat pencapaian tujuan dari pelaporan.
Kontroversi tersebut terjadi karena adanya kepentingan dalam perusahaan
tersebut, sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan itu tidak dapat
memenuhi kebutuhan semua pengguna laporan keuangan dan kinerja perusahaan.
Hal tersebut membuat kelompok mengeluarkan berbagai opini untuk membahas
kontroversi-kontroversi yang ada. Dalam mengatasi kontroversi yang tidak
diinginkan pada pelaporan keuangan, dapat dilakukan dengan cara merevisi
45
kembali IFRS yang berdasarkan pada prinsip yang memiliki aturan-aturan itu
sendiri. Hal ini dilakukan agar peraturan yang dibuat sesuai, sehingga dapat
mengatasi hal-hal yang terjadi pada kontroversi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, F. & Faulfaber, G.R. (1989). Signaling by Underpricing in the IPO Market.
Journal of Financial Economics: 23.
Anthony, R. & Reece, J. (1989). Accounting: Text and Cases. IL: Irwin.
Arifin, Ali. (2007). Membaca Saham. Yogyakarta: Andi
Arnold, J. & Hope, A. (1990). Accounting for Management Decisions. London:
Prentice Hall.
Belkaoui, A. R. (2003). Intellectual Capital and Firm Performance of US
Multinational Firms: A Study of the ResourceBased and Stakeholder Views.
Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 Iss: 2, 215 226.
Belkaoui, A. R. (2000). Accounting Theory. Canada: Thompson-Learning Asia.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, Alan J. (2006). Investment Investasi. Edisi
Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, E. F. & Houston, Joel F. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kesepuluh. Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, I. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Bandung: Alfabeta
Fama, E. F. 1970. Efficient Capital Market A Review of Theory and Empirical
Work. Journal of Finance. Vol. 25 No. 2. 383-417.
Hendriksen, E.S. (2000). Accounting Theory. 5th Ed. Prentice Hall.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Jogiyanto, H.M. (2011). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
Jones, C.P. 1996. Investment Analysis and Management. Fifth Edition. Canada:
John Willey & Sons Inc.
Labelle, R. (2002). The Statement of Corporate Governance Practices (SCGP) A
Voluntary Disclosure and Corporate governance Perspective. Journal of
Accounting & Economics Vol. 32: 97-180.