BAB I
KASUS
1.1.
Keterangan Umum
A. Identitas Pasien
Nama
: An. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Tanggal lahir
: 18 Juli 2014
Umur
: 1 tahun 2 bulan
Anak ke
:1
Tanggal masuk RS
: 9 September 2015
Tanggal pemeriksaan
: 10 September 2015
: Ny. I
Umur
: 24 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Ayah
: Tn. Z
Umur
: 25 tahun
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Pendidikan
: SMA
1.2.
Anamnesis
Keluhan Utama : Kejang
Pasien mengalami kejang pada 3 jam hari SMRS. Kejang muncul tibatiba, berlangsung selama 5 menit, dengan mata mendelik ke atas, pandangan
kosong, kemudian kedua lengan dan tungkai kelojotan dan bibirnya tidak
membiru. Kemudian kejang berhenti sendiri dan tidak berulang dalam waktu 24
jam selama diobservasi di Rumah Sakit. Selama kejang pasien tidak sadar.
Sebelum dan sesudah kejang pasien sadar, ini merupakan kejang yang pertama,
sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejang.
Keluhan kejang disertai dengan demam sebelumnya. Demam muncul pada
awalnya hanya hangat-hangat saja dan terjadi peningkatan. Demam terjadi terus
menerus, demam diukur menggunakan termometer, dengan suhu 38,5C hingga
39,0C Suhu pasien juga dirasakan tidak pernah mencapai suhu normal selama
demam berlangsung.
Keluhan demam disertai ruam disangkal oleh keluarga. Keluhan mimisan,
gusi berdarah, bintik merah di kulit disangkal. Keluhan kejang, maupun
menggigil, kaki dan tangan teraba dingin maupun penurunan kesadaran disangkal.
Keluhan Keluhan sesak, terbangun di malam hari karena sesak, tidur
menggunakan lebih dari satu bantal, tangan dan kaki tampak kebiruan, riwayat
tersedak disangkal oleh keluarga. Keluhan batuk dan pilek, batuk disertai dengan
suara mengi maupun suara menarik nafas di akhir batuk, seperti suara
menggonggong, disangkal. Keluhan batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah,
penurunan nafsu makan, kesulitan naik berat badan, berkeringat malam hari
disangkal. Keluhan badan ataupun mata tampak kekuningan, mata merah, nyeri
tenggorok, nyeri menelan, perubahan suara serak, gigi berlubang, nyeri telinga,
cairan yang keluar cairan dari telinga, riwayat demam disertai ruam, nyeri pada
sendi, kebiruan saat menangis disangkal oleh keluarga. Keluhan mual, muntah,
nyeri di bagian perut, gangguan frekuensi BAB, nyeri saat BAB, BAB mencret,
BAB berdarah, BAB kehitaman, gangguan frekuensi dan jumlah BAK, nyeri
pinggang, terlihat menangis saat berkemih, perubahan warna urin disangkal oleh
keluarga.
Riwayat kepala terbentur/terjatuh disangkal oleh keluarga. Riwayat kontak
dengan dewasa penderita batuk lama atau sedang menjalani pengobatan TB
disangkal oleh keluarga pasien. Pasien tinggal di daerah yang padat penduduk
dengan rumah cukup berjarak antar tetangga. Dalam satu rumah seluas sekitar
100m, pasien tinggal dengan ayah dan ibunya. Sirkulasi udara dan pencahayaan
baik menurut orangtua pasien. Riwayat alergi seperti bersin-bersin lebih dari tiga
kali dalam sekali bersin, meler, gatal kemerahan di kulit yang biasanya muncul
saat cuaca dingin atau tempat berdebu disangkal oleh keluarga. Riwayat alergi
obat-obatan, maupun makanan tertentu disangkal. Riwayat asma disangkal
keluarga. Pasien belum mendapat pengobatan sebelum di RS Muhammadiyah
Bandung untuk keluhan saat ini. Pasien saat ini hari kedua dirawat di RS
untuk ibu hamil. Ibu pasien tidak bekerja , dan tidak pernah terpapar oleh zat
kimia dan radiasi.
Riwayat Persalinan dan Perinatal :
Bayi perempuan lahir dari seorang ibu P1A0, bayi cukup bulan (40
minggu) , spontan, letak kepala, ditolong oleh bidan, warna ketuban jernih. Bayi
lahir langsung menangis, gerakan bagus, warna kemerahan, langsung disuntik
vit K
Bayi lahir dengan berat badan 3000 gram, panjang badan 48 cm, dan
lingkar kepala ibu pasien tidak ingat. Tidak terdapat riwayat kuning pada bayi.
Tidak terdapat riwayat kelainan bawaan pada bayi. Tidak terdapat keluhan sering
tersedak sejak lahir pada bayi.
Riwayat Asupan Makanan :
0-6 bulan
: ASI
>6 bulan-9bulan
>9bulan-12bulan
1 tahun-sekarang
: makanan keluarga
Riwayat Imunisasi :
Menurut keluarga pasien, pasien rutin dilakukan imunisasi di bidan hingga
9 bulan. Imunisasi dilakukan di bidan, posyandu, dan puskesmas. Keluarga pasien
tidak ingat dengan jelas imunisasi yang sudah diberikan, yang terakhir diberikan
adalah imunisasi campak
Riwayat Tumbuh Kembang :
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sama dengan anak seusianya, yaitu :
Perkembangan Motorik
Tengkurap
mengangkat
dan
Perkembangan Bahasa
pada
bulan ke-3
ke-6
Mengatakan bababa,
mamama,
7 bulan
yayayaya
Memperhatikan orang
pada bulan ke-6
Mengenal
keluarga
orang
dengan
anggota
takut
yang
pada
belum
ke-10
Berjalan
ke-3
Perkembangan Sosial
Antropometri
Umur
: 1 tahun 2 bulan
Berat badan
: 8,1 kg
Panjang badan : 73 cm
Lingkar kepala
PB/U
: 0 sampai -2 SD (normal)
BB/U
: 0 sampai -2 SD (normal)
BB/PB
: 0 sampai -1 SD (normal)
LK/U
: -1 sampai -2 SD (normal)
BMI/U
: 0 sampai -1 SD (normal)
Kesimpulan
: Gizi baik
: 44 cm
Kulit
: Ruam (-)
Otot
Tulang
Sendi
Kepala
Bentuk
: Simetris
Fontanel anterior
: terbuka
Fontanel posterior
: tertutup
Rambut
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tonsil
Faring
: tidak hiperemis
Leher
KGB
Kelenjar Tiroid
JVP
: Sulit dinilai
Thoraks
Bentuk & gerak simetris
Retraksi intercostal (-)
Cor : ictus kordis tidak terlihat, Iktus kordis teraba di ICS IV LMCS,
tidak kuat angkat, S1 dan S2 murni reguler, murmur -, gallop-
Pulmo
Anterior
Kanan
Kiri
inspeksi
palpasi
Pergerakan simetris
Perkusi
Sonor ka=ki
aukultasi
VBS kanan=kiri
VBS kanan=kiri
Posterior
Kanan
Kiri
inspeksi
palpasi
Pergerakan simetris
Perkusi
Sonor ka=ki
aukultasi
VBS kanan=kiri
VBS kanan=kiri
Abdomen
Hepar
Limpa
Perkusi
pindah (-)
Ekstremitas
10
Saraf otak
:
CN II
CN III,IV,VI
Refleks Patologi
Refleks Fisiologi
: +/+
Babinski
: -/-
: +/+
Chaddock
: -/-
: +/+
: (-)
Oppenheim
:-/-
Gordon
: -/-
Biceps
Triceps
Rangsang meningen
Brachioradialis
Kaku kuduk
Patella
Brudzinski I/II/III
: +/+
: (-/-/-)
Laseque
: (-)
Kernig
: (-)
Motorik
1.4.
Kekuatan otot :
Resume
11
Seorang anak usia 1 tahun 2 bulan dengan status gizi baik, mengalami
kejang dengan tipe tonik klonik selama 5 menit didahului dengan panas badan
yang meningkat cepat. Selama kejang pasien tidak sadar, sebelum dan sesudah
kejang pasien sadar. Keluhan baru pertama kali dan tidak berulang setelah
diobservasi selama 24 jam. Terdapat riwayat keluarga yakni ibu pasien pernah
mengalami keluhan yang sama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu awal masuk RS 38,7 0C, saat
pemeriksaan didapatkan suhu 37,70C, tanda vital lain dalam batas normal. Pada
pemeriksaan
neurologis,
Rangsang
meningeal
kaku
kuduk
-/-,
brudzinski sign -/-, laseque -/-, kernig -/-. Refleks fisiologis : Biceps +/+,
Triceps
+/+,
Brachioradialis
+/+,
Patella
+/+,
Achiles
+/+,
Patologis : Babinski -/-, chaddok -/-, Oppenheim -/-, Gordon -/-, Scheiffner -/-.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
1.5.
Follow Up
09.09.2015
10.09.2015
11.09.2015
12.09.2015
S/ Kejang saat di
S/ demam sudah
S/ demam sudah
S/ Boleh Pulang
agak menurun
selama 5 menit,
sebelumnya
demam tinggi,
namun di RS
sudah tidak
malam kemarin
12
kejang
O/KU: tampak
O/KU: tampak
O/KU: tampak
O/KU: tampak
sakit sedang,
sakit ringan,
sakit ringan,
sehat,
Kesadaran:
Kesadaran:
Kesadaran:
Kesadaran:
composmentis,
composmentis,
composmentis,
composmentis,
Suhu: febris,
Suhu: subfebris,
Suhu: afebris,
Suhu: afebris,
TTV lainnya
pulmo: dbn,
Ekst :
Ekst : CRT<2detik,
Ekst :
CRT<2detik, dbn
dbn
CRT<2detik, dbn
: CRT<2detik,
dbn
Lab:
Hb : 11,6
(normal)
Ht : 35 (normal)
Leukosit : 11.600
(meningkat)
Trombosit :
359.000 (normal)
A/ Kejang
A/ Kejang demam
A/ Kejang demam
A/ Kejang
demam
sederhana
sederhana
demam
sederhana
sederhana
13
P/Terapi
P/ Terapi
P/ - Diazepam
20gtt/menit
- Diazepam 3 mg
dilanjutkan,
dilanjutkan
1.6.
ditambah :
- Colsancentin 4 x
-
200mg i.v
Cek urin rutin
Diagnosis Banding
Kejang demam sederhana ec. Infeksi viral
Kejang demam sederhana ec. ISK
Kejang demam sederhana ec. Gangguan elektrolit
1.7.
dibawa pulang
1.8.
Diagnosis Kerja
Kejang demam sederhana ec. Infeksi viral
1.9.
Penatalaksanaan
Umum
Tempatkan pasien di tempat yang aman.
Longgarkan pakaian pasien
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut/hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,
jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Khusus
Antikonvulsi
14
BAB II
KEJANG PADA ANAK
2.1 Definisi
Kejang adalah manifestasi klinis di bawah sadar akibat aktivitas tidak normal
dan berlebihan yang berlangsung sinkron dari sekumpulan neuron di otak. Aktivitas
tidak normal ini menyebabkan serangan gangguan dari satu atau beberapa fungsi
otak. Manifestasi klinis dapat berupa eksitasi (motorik, sensorik, perilaku atau psikis)
15
atau inhibisi (gngguan kesadaran, hilangnya tonus otot dan kemampuan bicara), atau
gabungan dari keduanya
Kejang fokal yang berasal dari fokus lokal di otak dapat bermanifestasi
motorik, sensorik, maupun psikomotor. Adapun kejang umum yang melibatkan kedua
belah hemisfer, baik pada saat awal maupun lanjut, dapat berupa kejang non
konvulsif (absens) dan konvulsif.
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
1. Ekstrakranial :
2. Intrakranial
Neoplasma
Trauma
Epilepsi
16
neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel neuron lain secara
bersama-sama melepaskan muatan listriknya.
Terjadinya PDS yang menyebabkan hipereksitabilitas neuron otak diduga disebabkan
oleh: 1)kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan; 2) berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter
GABA; atau 3) meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmitter asam glutamat dan
aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang
2.6 Klasifikasi
Kejang yang terjadi pada anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
KEJANG
DISERTAI
DEMAM
KEJANG
DEMAM
INFEKSI
SSP
TANPA
DEMAM
EPILEPSI
NEOPLASM
A
GANGGUA
N
METABOLIK
17
18
2. Kejang umum
Perubahan klinis dan EEG pertama mengindikasikan adanya keterlibatan
yang sinkron antara kedua hemisfer. Kejang umum terdiri dari:
Tonic seizures
Bentuk kejang ini sama seperti kejang tonik-klonik pada fase
tonik. Anak tiba-tiba terdiam dengan seluruh tubuh menjadi kaku
19
perubahan kesadaran.
Atonic seizure
Kejang atonik ditandai dengan kehilangan tonus otot secara tiba-
tiba
3. Kejang tak terklasifikasi
Kejang ini digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk kejang yang tidak
dapat dimasukkan dalam bentuk kejang umum maupun kejang parsial.
Kejang ini termasuk kejang yang terjadi pada neonatus dan anak hingga
usia satu tahun
2.1.1 Kejang Demam
2.1.1.1
Definisi
Berdasarkan ILAE 1983, kejang demam merupakan kejang pada anak
>1bulan, berhubungan dengan demam yang tidak disebabkan oleh infeksi SSP, tanpa
ada kejang neonatus sebelumnya, atau kejang yang diprovokasi dan tidak memenuhi
kriteria untuk kejang simtomatik lainnya. Kejang demam biasanya terjadi akibat
peningkatan suhu di atas 38oC.
20
Pasien berusia 1 tahun 2 bulan, berhubungan dengan demam yang tidak disebabkan
oleh infeksi SSP, tanpa ada kejang neonatus sebelumnya, atau kejang yang
diprovokasi dan tidak memenuhi kriteria untuk kejang simtomatik lainnya. Pada
pasien, kejang terjadi saat suhu diatas 38oC.
2.1.1.2
Epidemiologi
Kejang umum terjadi pada 2-5% populasi anak. Tidak ada batasan usia yang
spesifik, sering terjadi pada usia 6 bulan-13 tahun dengan puncak usia 18
bulan.
Kejang demam jarang terjadi pada usia <1bulan dan >7 tahun.
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam sederhana, angka
>> kejang demam sederhana, angka kejadian kejang demam kompleks hanya
sekitar 35%.
2.1.1.3
Faktor Resiko
Faktor resiko berulangnnya kejang demam:
Mayor
21
2.1.1.4
Klasifikasi
Kejang demam diklasifikasikan menjadi kejang demam sederhana dan
kompleks. Kejang demam sederhana berlangsung singkat, bersifat umum, dan tidak
berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks berlangsung lama (>15 menit),
kejang fokal atau parsial dan berulang dalam 24 jam.
Karakteristik
Kejang Demam
Kompleks
Kejang Demam
Sederhana
Durasi
Bentuk Bangkitan
15 menit
Fokal/kejang
didahului fokal
<15 menit
umum Umum
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
22
2.1.1.5
Patofisiologi
Peningkatan temperatur otak dapat mengakibatkan perubahan fungsi neuronal,
termasuk beberapa channel ion yang senistif terhadap temperatur. Hal ini akan
mempengaruhi
neuronal
firing
dan
memungkinkan
dihasilkannya
massive
Manifestasi Klinis
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
23
Pada saat terjadi kejang, kejang didahului peningkatan suhu tubuh yang cepat, dengan
tipe kejang tonik-klonik, <15 menit, tampak seperti tidak sadar, namun mata tidak
tampak seperti melihat keatas
2.1.1.7
Diagnosis
Setiap anak dengan kejang demam membutuhkan anamnesis yang detail dan
melalui serangkaian pemeriksaan fisik dan neurologi. Kejang demam dapat terjadi
pada keadaan otitis media, roseola dan infeksi human herpes virus (HHV), infeksi
shigella atau infeksi lainnya.
Anamnesis
- Adanya kejang, jenis kesadaran, lama kejang
- Suhu sebelumnya/saat kejang, frekuensi kejang dalam 24 jam, interval,
keadaan anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi SSP (gejala
infeksi ISPA, ISK, OMA, dll)
24
terdapat demam
Tanda rangsang meningeal
Pemeriksaan nervus cranialis
Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun-ubun besar (UUB) menonjol,
papil edema
- Tanda infeksi di luar SSP
- Pemeriksaan neurologi: tonis, motorik, refleks fisiologis, refleks patologis
Pemeriksaan Penunjang
Lumbar Puncture
Meningitis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dan harus
dilakukan pada semua bayi <6bulan dengan kejang demam, atau dalam usia
berapapun jika anak mengalami tanda dan gejala yang mengkhawatrikan. Lumbal
puncture merupakanpilihan pada anak berusia 6-12 bulan yang tidak mendapatkan
imunisasi Hib dan PCV atau pada anak yang status imunisasinya tidak diketahui. Jika
anak datang dengan febrile status epilepticus tanpa disertai adanya infeksi CNS, hasil
lumbar puncture jarang menunjukkan pleositosis dan kadar protein serta glukosa pada
CSF umumnya normal.
Anjuran melakukan pungsi lumbal pada anak usia <2tahun yang mengalami
kejang adalah sebagai berikut:
- Harus dilakukan pada bayi usia <12 bulan yang mengalami kejang demam
pertama
- Dianjurkan pada bayi usia 12-18 bulan
- Tidak dilakukan secara rutin pada bayi berusia >18 bulan
- Pungsi lumbal dilakukan apabila secara klinis dicurigai mengalami meningitis
Electroencephalogram
25
Jika anak datang dengan kejang demam sederhana untuk pertama kali dan
pemeriksaan neurologinya normal, EEG tidak dibutuhkan sebagai bagian untuk
evaluasi. EEG tidak dapat memprediksi rekurensi kejang demam berikutnya atau
epilepsi jika hasilnya abnormal.
Blood Studies
Blood studies (serum elektrolit, kalsium, phosphorus, magnesium dan
complete blood count) tidak rutin dilakukan pada anak dengan kejang demam
sederhana yang pertama kali. Kadar glukosa darah harus diperiksa pada anak dengan
prolonged post ictal obtundation atau dengan oral intake yang buruk (prolonged
fasting). Nilai serum elektrolit dapat abnormal pada anak kejang demam, hal ini harus
disesuaikan dengan
Anamnesis : kejang terjadi diawali dengan demam tinggi, tampak tidak sadar
saat kejang, lama kejang < 15 menit, terdapat riwayat keluarga dengan kejang
26
Apa saja pemeriksaan penunjang yang sudah diperiksa pada pasien dan yang
akan diusulkan pada pasien ?
Pemeriksaan yang sudah dilakukan : Hematologi rutin
Pemeriksaan lain yang diusulkan :
o Hitung jenis leukosit
o Pemeriksaan urin rutin
o Kadar elektrolit : Na, K, Cl
o Pungsi lumbal (dianjurkan)
2.1.1.8
Management
Tujuan tata laksana kejang demam pada anak adalah untuk mencegah kejang
demam berulang, status epilepsi, mencegah epilepsi dan atau mental retardasi, serta
normalisasi kehidupan anak dan keluarga.
Keluarga pasien perlu diberikan konseling mengenai resiko terjadinya kejang
demam berulang serta epilepsi, memberikan edukasi mengenai bagaimana untuk
mengatasi kejang pada anak, dan memberikan support secara emosional.
Saat kejang pastikan jalan nafas tidak terhalang, pakaian dilonggarkan, dan
anak diposisikan miring agar lendir dan cairan dapat mengalir keluar, kemudian
lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pasien dapat diberikan obat antipiretik seperti
parasetamol (10-15 mg/kgBB/kali sampai 4-5 kali) atau ibuprofen (5-10
27
mg/kgBB/kali sampai 3-4 kali). Penggunaan salisilat tidak dianjurkan digunakan pada
anak. Kemudian lanjutkan dengan tata laksana kejang akut pada anak.
Saat ini, diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase
akut, karena diazepam memiliki waktu kerja yang singkat. Bila di rumah, anak dapat
diberikan diazepam rektal 5 mg (BB <10 kg) atau 10 mg (BB>10 kg). Pemberian
dapat diulangi maksimal 2 kali. Bila kejang demam belum berhenti sampai di rumah
sakit, berikan diazepam secara i.v 0,3-0,5 mg/kgBB dengan kecepatan 5mg/menit dan
dosis maksimal 20 mg.
Bila kejang tidak berhenti, berikan dosis inisial fenitoin 10-20mg/kgBB
dengan pengenceran setiap 10 mg fenitoin diencerkan dengan 1mL NaCl 0,9% dan
diberikan dengan kecepatan 1 mg.kg/menit maksimum 50 mg/menit. Dosis maksimal
adalah 1000 mg fenitoin. Bila kejang berhenti, 12 jam kemudian lanjutkan dengan
dosis rumatan feniton 5-7 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis.
Bila kejang tidak berhenti dengan fenitoin berikan fenobarbital 20 mg/kgBB
secara intravena dengan kecepatan 20 mg/menit, dosis inisial maksimal 1 gram.
Setelah kejang berhenti, lanjutkan dengan dosis rumatan 4-6 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis yang diberikan 12 jam kemudian. Bila kejang masih berlangsung diberikan
midazolam 0,2 mg/kgBB secara bolus perlahan dilanjutkan dengan dosis 0,02-0,06
mg/kgBB/jam yang diberikan secara drip. Cairan dibuat dengan cara 15 mg
midazolam (berupa 3 mL midazolam) diencerkan dengan 12 mg NaCl 0,9% menjadi
15 mL larutan dan diberikan perdrip dengan kecepatan 1 mL/jam (1mg/jam)
Pencegahan kejang demam berulang perlu dilakukan, karena bila berlangsung
terus menerus dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Terdapat 2 cara
profilaksis yaitu:
Profilaksis intermiten pada waktu demam
28
29
30
saat dipulangkan untuk disimpan dan dipakai sebagai pertolongan pertama apabila
terjadi kejang demam kembali
2.1.1.9
Diagnosis Banding
Serangan paroksismal yang ada pada keadaan awal harus dipastikan apakah
kejang atau bukan kejang. Diagnosis kejang pada anak umumnya ditegakkan
berdasarkan anamnesis dari orang tua
Perbedaan antara kejang dan serangan yang menyerupai kejang
KEADAAN
KEJANG
MENYERUPAI
KEJANG
Onset
Tiba-tiba
Mungkin gradual
Lama serangan
detik/menit
Beberapa menit
Kesadaran
Sering terganggu
Jarang terganggu
Sianosis
Sering
Jarang
Gerakan ekstremitas
Sinkron
Asinkron
Stereotipik serangan
Selalu
Jarang
Sering
Sangat jarang
Selalu
Jarang
Gerakan hilang
Jarang
Selalu
Hampir selalu
Tidak pernah
Selalu
Selalu
Jarang
31
2.1.1.10 Prognosis
Rekurensi terjadinya kejang demam adalah sebesar 50% dalam 6 bulan
pertama, 75% dalam tahun pertama, 90% dalam tahun kedua, jika kejang demam
pertama terjadi pada usia <1 tahun resiko terjadinya rekurensi kejang demam adalah
sebesar 50% dan pada usia >1 tahun sebesar 28%.
Sebesar 2-10% penderita kejang demam mengalami epilepsi di kemudian hari.
Kejadian kecacatan dan kematian sebagai penyulit kejang demam tidak pernah
dilaporkan.
KD pertama pada usia <1 tahun : 50% , usia >1 tahun sebesar 28%.
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Victor, N. Nelson Textbook Of Pediatric, 20 th Edition. New York: McGrawHill Professional: 2015.
2. Garna Herry, Melinda Heda. Pedoman diagnosis dan terapi. Edisi ke-5.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran: 2014.
3. Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topics in Emergency Medicine. Dalam:
McMillan JA, De Angelis CD, Feigen RD. Oskis pediatrics. Phialadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 1999. h.566-89
4. Hampers LC., Spina LA. Evaluation and Management of Pediatric Febrile
Seizure in the Emergency Departement. Emerg Med Clin N Am. 2011, 29; 8393