CASE OVERVIEW
anamnesis
wanita usia 35 tahun
KU: menolak makan minum dan
keluar kamar
Pasien merasa curiga ada yang ingin
mencelakakannya dan selalu
mematamatai
Keluhan dirasakan sejak 2 bulan,
sejak 6 bulan yang lalu memang
tampak ada perubahan tingkah
Ny.NN mulai lebih suka menyendiri
dalam kamar dan tampak ketakutan
Perjalanan penyakit
Ny.NN pertama kali sakit 2 tahun
yang lalu, ketika usahanya ditipu oleh
temannya. Gejala yang dialami sama
dengan gejala saat ini
Sehingga dilakukan rawat inap
selama 1 bulan. Setelah
diperbolehkan pulag dan dianjurkan
rawat jalan hanya melakukan kontrol
1 kali karena merasa sudah sembuh.
Obat yang diberikan sebanyak 3
macam dan sudah lama tidak
diminum
Gejala saat ini
Saat ini Ny. NN menjadi sangat
sensitive, curiga berlebihan, mudah
marah dan galak
Merasa semua orang bersekongkol
melawannya.
Keterangan
Epidemiologi
Waham kejar
Symptom (+)
Gejala depresi
Faktor pencetus
Faktor resiko
Symptom (+)
DD: SR Paranoid
Gangguan waham menetap
Skizoafektif
DK: SR Paranoid
KRITERIA DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ III
Jenis Skizofrenia :
Skizofrenia Paranoid
Timbul gejala antara rentang usia 15-30 tahun, orang tegar, selalu curiga, sangat hati-hati,
harus menonjol, waham cemburu, waham curiga, waham kejar, waham hubungan,
waham pengaruh dapat disertai waham kebesaran, waham hipokondris wahan
tumpul, pasif, inisiatif negative. Kurang dari 1 tahun waham dan halusinasi menurun.
Skizofrenia simpleks
Skizofrenia lainnya
Skizofrenia yang tidak tergolongkan
Status psikiatrikus
Status Psikis
Penampilan
Prilaku
Sikap terhadap pemeriksa
Bicara
Mood dan affect
Pikiran
Persepsi
Sensorium
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi SR di dunia sekitar 0,2-2% populasi
Terjadi pada massa akhir remaja atau awal dewasa, jarang terjadi pada sebelum remaja atau
setelah umur 40 tahun
Onset pada laki-laki umumnya lebih awal, laki-laki 15-24 tahun, perempuan 25-35 tahun
Angka kejadian hampir sama pada laki-laki dan perempuan
Prevalensi di kota besar meningkat
Angka kejadian Perempuan = lakilaki
Di RSJ Cisarua 90 % penderita kronik SR
FAKTOR RESIKO
1.
2.
3.
4.
5.
Usia
Factor genetik
Stress
Factor social
Obat-obatan
ETIOLOGI
A. Neurotransmiter
Hipotesis Dopamin
Hipotesis Serotonin
B. Faktor keturunan
C. Faktor hubungan keluarga dan sosial
D. Faktor sosioekonomi dan lingkungan
BASIC SCIENCE
Sistem Limbik
Fungsi: pengatur emosi dan perilaku, terdiri dari bagian diencephalon diantaranya
1) Thamalus
Untuk sensorik dan motorik
2) Hipotalamus
Untuk sekresi hormon yang berfungsi untuk suhu, pola tidur, keseimbangan air, kenyang,
lapar, emosi, haus, tingkah laku dan reproduktif
3) Amygdala
Untuk memori dan data sensorik. Stimulus yang sudah diterima oleh thalamus oleh
amygdala diberi respon emosi. Stimuklus saraf kedua dari thalamus disalurkan ke
neokorteks untuk proses berpikir mengakibatkan amygdale (emosi) akan bertindak lebih
cepat sebelum neokorteks (berpikir) sempat bertindak. Amygdale bertindak dalam
membentuk kepribadian seseorang
4) Hippocampus
Berfungsi untuk memori, navigasi ruangan, dan lain lain. Di hippocampus, informasi
sebagian besar stimulus merambat melalui lapisan sel padat ke dentate gyrus kemudian
ke lapisan CA3 kemudian lap CA1, ke subiculum lalu keluar ke hippocampus
5) Cerebral cortex
Area motorik, sensorik, dan asosiation saling berhubungan satu dengan yang lainnya,
sebagian kecil motor dan sensor sisanya pada permukaan lateral, occipital, emporal, dan
temporal.
Somatosensory area
Untuk visual asosiation area, auditory area, ventricle area, premotor area, frontal
eye area.
Prefrontal cortex
Merupakan area anterior frontal lobe (area 9,10,11,12) mempunyai hubungan ke
cerebral cortex lain, thalamus, hipotalamus, system limbic, cerebellum. Untuk
mengatur kepribadian, kepintaran, belajar sesuatu, mendapatkan informasi
inisiasi, memutuskan, memutuskan lebih jauh, reasoning, konsekuensi, mood.
o Orbito frontal cortex (OFC)
Menirima proyeksi dari mediodorsal thalamus (agresive respons)
o Dorsolateral prefrontal cortex
Untuk kognisi, fungsi eksekutif, pengendalian atensi, berperan dalam
pengambilan keputusan (cognitive)
o Ventrolateral prefrontal cortex
Pemeliharaan informasi jangka pendek missal mengingat sesuatu hal yang
baru terjadi (affective)
Neurotransmitter
Dopamine
Merupakan neurotransmitter aktif dalam system dopaminergik berhubungan dengan penyakit
neuromotor (Parkinson) dan skizofrenia. Mempunyai dua kelompok reseptor yaitu D1 dan D2.
D1 adalah diketahui sebagai reseptor eksitatori sedangkan D2 sebagai reseptor inhibisi. Fungsi
dopamine adalah mengatur fungsi motorik meregulasi status emosional.
Sintesis dopamine dari tyrosine di bagian terminal presinaps kemudian dilepaskan ke celah
synaps. Uptake asam amino
L-tyrosine (dar aliran
darah)
3,4-dihydropenialanine (LDOPA)
Tyrosine
hydroxyl
ase
Dopami
ne
Dopa
decarboxylas
e
Dopamine yang sudah dihasilkan akan disimpan dalam granula-granula di ujung presinaptik
saraf dan dilepaskan apabila ada rangsang. Empat jalur utama dopamine yaitu:
1.
2.
3.
4.
Serotonin
Diproduksi di nuclei raphe
Fungsi untuk meregulasi afek, tidur, mood
Menurun depresi ; meninggkat skizofrenia
PATOFISIOLOGI
Hipotesis dopamine
Faktor genetic
Stress
SKIZOFRENIA
Peningkatan dopemine
Korteks
prefrontal
mesolimbik
Gejala +
Amigdala
dan cortex
orbitofrontal
Waham
curiga
Halusin
asi
auditori
Agresi
ve
motori
Dorsolater
al cortex
Ventromed
ial cortex
mesocortic
al
affective
Penurunan
reseptor D2
Ganggua
n kognitif
Mood iritable
Thought
broadcasti
ng
Transmisi
abnormal
Gejala (-)
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Rawat inap
Jauhkan dari benda berbahaya
Farmakologi
1. ANTIPSIKOTIK
Penggunaan : Skizofrenia, Skizoafektif, Gangguan Waham
Digolongkan menjadi :
a. Golongan Antagonis Dopamin (Antipsikotik Tipikal)
Bekerja melalui blockade terhadap reseptor Dopan D2
Beberapa macam obat juga mempunyai aktivitas antihistamin, antikolinergik, antagonis
reseptor adrenergic alfa 1 contoh Dibenzocapine, Loxapine
b. Golongan Antagonis Serotonin Dopamin (Antipsikotik Atipikal)
Bekerja melalui blockade terhadap reseptor dopamine dan serotonin
Contoh : - Benzisoxozole : Risperidone (2-6mg/ hari, 1-3 kali/hari)
- Haloperidole (3-10mg/ hari, 1,5mg)
- Clozapine
2. Rujuk ke fasilitas psikiatri
Neurologis (sedasi
epiloptogenik, gangguan ekstrapiramidal)
Kardiovaskular (perubahan EKG, hipotensi orthostatic)
Gastrointestinal (obstructive jaundice)
Gangguan fungsi seksual
Hematologic (agranulositosis)
Endokrin (peningkatan sekresi prolakin)
Peningkatan BB
Sindroma neuropeptide maligna
FK: waktu paruh 12 jam ( 10-16 jam) bentuk preparat oral, konsentrasi puncak dicapai setelah 2
jam pemberian oral.
FD: metabolism utama di liver dan GIT, metabolit dikeluarkan dengan cepat, 80 % clozapine
ditemukan dalam feses daan urine
MKO: afinitas terhadap D2 rendah terhadap 5-HT2 tinggi sehingga efek samping ekstra
pyramidal lebih rendah
ESO: lelah, menantuk, pusing, peningkatan bb, takikardi, mual, muntah.
Sediaan: tablet 25 mg dosis naikkan perlahan
BHP
Medical Indication
Beneficence
: Dokter menegakan diagnosis atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan neurologis
Patient Preverence
Autonomi
: Informasi diberikan kepada keluarga
Quality of Life
Beneficence
: Meminimalisir akibat buruk dengan mendiagnosis dini dan terapi
awal
Non Maleficence : Mencegah komplikasi dengan mengetahui prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionan
: dubia ad malam
Contextual Features
Justice
: Dokter mendistribusikan (+) dan (-) atas dasar tindakan medis yang
dilakukan
Memperhatikan pasien dari sisi nonmedis