Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Dermatitis Numularis

Disusun Oleh :
Lewita Yulita

(11-2013-288)

Pembimbing :

Dr. Hendrik Kunta Adjie, SpKK

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RS HUSADA
PERIODE 20 Juli 2015 22 Agustus 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS PENDIDIKAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT HUSADA

Nama

: Lewita Yulita

NIM

: 11-2013-288

Dr. Pembimbing: dr. Hendrik Kunta Adjie SpKK

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. HTK

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 26bTahun

Alamat

: Kayu Ringin No.23

Pekerjaan

: Wiraswasta

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Agama

: Islam

Dokter yang merawat : dr. Juliana SpKK


II.

ANAMNESA
Autoanamnesa dari pasien, Pada tanggal 31 Juli 2015, jam 10.00 WIB
Keluhan Utama: Gatal pada punggung kaki kanan dan kiri, sejak 1 minggu lalu.
Keluhan Tambahan: Terasa nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit RS Husada dengan keluhan gatal pada ke dua kaki
disertai rasa nyeri 1 minggu lalu. Pasien mengatakan awalnya timbul keluhan seperti
ini satu tahun yang lalu saat pertama kali rasa gatal diikuti munculnya bintil bintil kecil
berkelompok dan berisi cairan masih berukuran kecil dan tidak banyak, karena rasa
gatal yang mengganggu pasien sering menggaruk pada daerah tersebut sehingga bintil
tersebut pecah dan mengeluarkan cairan semakin lama bertambah lebars, setelah
digaruk area tempat bintil semula berada menjadi gelap dan menebal. Setelah diobati
lesi sempat mengering kemudian timbul kembali ketika pasien makan seafood. Lesi
tidak menyebar hanya pada bagian tungkai bawah.
Tidak ada riwayat bersin pagi hari, pasien tidak ada demam (-), batuk (-), pilek (-),
sakit tenggorokan (-), gigi berlubang(-). Pasien sudah beberapa kali datang berobat ke
RS. Husada dengan keluhan yang sama. Keluarga tidak ada yang menderita seperti yang

dialami pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

Alergi (-)
Hipertensi (-)
Diabetes (-)
Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

III.

Alergi (-)
Hipertensi (-)
Diabetes (-)
Asma (-)

STATUS GENERALIS
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Status gizi

: Baik

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Suhu

: 36,8 C

Nadi

: 85 x/menit

Berat badan

: 65 kg

Mata

: Dalam batas normal

Gigi

: Gigi tidak ada yang berlubang, kebersihan gigi cukup

THT

Telinga dalam batas normal


Hidung dalam batas normal
Tenggorokan: arkus faring simetris, letak uvula di tengah, lidah kotor (-), faring
hiperemis, tonsil T1 T1 tenang

IV.

STATUS DERMATOLOGI
Distribusi

: Bilateral

Lokasi

: Regio dorsopedis dextra dan plantar lateral sinistra

Efloresensi

:Makula hiperpigmentasi berbentuk bulat dengan ukuran 1,5- 3 cm,


berskuama, batas tegas dengan tepi tidak aktif , likenifikasi

V.
VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
RESUME
Seorang laki-laki, berusia 26 tahun datang ke Poli Kulit RS Husada dengan
keluhan gatal pada ke dua kaki disertai rasa nyeri 1 minggu lalu. Pasien mengatakan
awalnya timbul keluhan seperti ini satu tahun yang lalu saat pertama kali rasa gatal
diikuti munculnya bintil bintil kecil berkelompok dan berisi cairan masih berukuran
kecil dan tidak banyak, karena rasa gatal yang mengganggu pasien sering menggaruk
pada daerah tersebut sehingga bintil tersebut pecah dan mengeluarkan cairan semakin
lama bertambah lebars, setelah digaruk area tempat bintil semula berada menjadi gelap
dan menebal. Setelah diobati lesi sempat mengering kemudian timbul kembali ketika
pasien makan seafood. Lesi tidak menyebar hanya pada bagian tungkai bawah. Riwayat
alergi obat (-), riwayat alergi makanan (-), riwayat penyakit lain DM (-), hipertensi (-),
asma (-).

Status Dermatologi :
Distribusi

: Bilateral

Lokasi

: Regio dorsopedis dextra dan plantar lateral sinistra

Efloresensi

: Makula hiperpigmentasi berbentuk bulat dengan ukuran 1,5- 3 cm,


berskuama, batas tegas dengan tepi tidak aktif , likenifikasi

VII.

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Dermatitis numularis
Diagnosis Banding :

VIII.

Dermatitis kontak alergi

Neurodermatitis sirkumskripta

Dermatomikosis
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
o Tidak menggaruk lesi
o Menyingkirkan penyebab.
o Menggunakan pelembab kulit (emolien)
Medikamentosa
Terapi topikal
- Antiinflamasi seperti glukokortikoid
Terapi sistemik
R/ Cetirizine 10 mg no. VI
1 dd tab 1
R/ Amoksisilin 500 mg no. XXX
4 dd tab 1
R/ Deksametason 0,5 mg no. V
3 dd tab 1

IX.

PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungtionam
3. Ad sanationam
4. Ad kosmetikam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

X.

PEMERIKSAAN SELANJUTNYA

Kontrol kembali bila ada keluhan pada luka


Kontrol bila hasil patologi anatomi sudah ada

TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS NUMULARIS
I. Sinonim
Eksem numular, ekzem discoid, neurodermatitis numular. Istilah ekzem numular
diperkenalkan oleh Devergie pada tahun 1857.1
II. Definisi
Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, yang menimbulkan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
dan keluhan gatal yang cenderung residif dan menjadi kronis.2

Dermatitis numularis sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu kata nummus
yang berarti coin, dan kata dermatitis yang berarti suatu ekzem, kata-kata yang
umum untuk menggambarkan suatu peradangan pada kulit.1
Dermatitis numularis atau yang biasa disebut ekzem numular atau ekzem
discoid merupakan suatu peradangan berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak
lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi atau lesi awal berupa papul disertai vesikel
(papulovesikel), biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing) dan biasanya
menyerang daerah ekstremitas.
III.Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65 tahun, pada
wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis
tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu
tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan meningkatnya usia.1
IV. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Banyak faktor yang ikut berperan. Diduga
stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah koloninya meningkat
walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak, mungkin juga lewat mekanisme
hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta
kuman/cm2.3
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus
dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula
iritasi dengan wol dan sabun.4
Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di
tangan, dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus,
stress emosional dan minuman yang mengandung alkohol dapat menyebabkan
eksaserbasi.

Lingkungan

dengan

kelembaban

rendah

dapat

pula

memicu

kekambuhan.1,3
V. Patogenesis
Patofisiologi tentang dermatitis numularis ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi pada kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum

korneum,rendah.5 Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamine dan


mediator inflamasi lainnya dari sel mast yang kemudian berinteraksi dengan seratsaraf-C yang dapat menimbulkan gatal.
Pada penderita dermatitis numularis, substansi P dan kalsitosin serat peptide
meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi. Neuropeptida ini dapat
menstimulasi pelepasan sitokin lainnya sehingga memicu timbulnya inflamasi. Hal ini
menunjukkan bahwa neuropeptide berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel
mast.6 Peneliti lain telah menunjukkan bahwa adanya sel mast pada dermis dari pasien
dermatitis numularis menunjukkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan
menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptide dan protein. Disregulasi ini dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.1,6
Dermatitis pada orang dewasa tidak berhubungan dengan gangguan atopi. Pada
anak, lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik.1,2
VI. Gambaran Klinis
Keluhan penderita dermatitis numularis dapat berupa gatal yang kadang sangat
hebat, sehingga dapat mengganggu. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3 1,0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping,
membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin), eritematosa, sedikit
edematosa, dan berbatas tegas.1,3,4 Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi,
kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat
hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.7
Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula yang terus menerus,
kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya timbul pada
tempat semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena
Kobner).1

Gambar 1. Dermatitis Numularis pada kaki

Gambar 2. Dermatitis Numularis pada lengan atas

VII.

Predileksi
Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan.7

VIII.

Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Gambaran Histopatologi Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel
intraepidermal, sebukan sel radang limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh
darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis dan
hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas fibrosis,

sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah.1,7


IX. Diagnosis
Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis dengan
timbulnya lesi yang berbentuk papulovesikel yang bergabung membentuk satu bulatan
seperti mata uang (coin), dan terasa gatal yang timbul pada daerah predileksi.
Gambaran histopatologi juga bisa membantu dalam menegakkan diagnosa.1,3,7
X. Diagnosis Banding
Sebagai diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain ialah
dermatitis kontak alergi, neurodermatitis sirkumskripta, psoriasis, dermatomikosis.1,6,7
1. Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
Dermatitis kontak alergika merupakan inflamasi pada kulit melalui mekanisme
imonologik disebabkan kulit terpapar bahan alergen eksogen. Predileksi yaitu kepala,
leher, anggota tubuh bagian atas, lengan, tangan, perut, pangkal paha, dan ekstremitas
bawah. Gejala klinis berupa rasa gatal. Lesi akut berupa makula yang eritematus, batas
tidak jelas dan diatasnya terdapat papul,vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi
eksudatif. Bentuk lesi kronis berupa makula hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan
ekskoriasi.3

Gambar 3. Dermatitis Kontak Alergika

2. Neuro Dermatitis Sirkumskripta


Neurodermatitis Sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken Simpleks Kronikus
adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan likenifikasi.
Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon kutaneus akibat garukan dan

gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama. Likenifikasi timbul secara
sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik berupa akantosis dan
hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit, dengan peningkatan
garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak serperti kulit batang
kayu. 1,2,3

Gambar 4. Gambaran Neurodermatitis Sirkumskripta dan Predileksi

3. Dermatomikosis
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit, yakni pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku
yang disebabkan oleh dermatofita.
Pada dermatosis dapat terlihat dengan pinggir aktif, pada bagian tengah agak tenang.
Pada dermatitis numularis bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas
dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan langsung untuk
menegakkan diagnosis.
XI. Terapi
Sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila
kulit kering, diberi pelembab atau emolien. Secara topikal lesi dapat diobati dengan
obat

antiinflamasi,

misalnya

preparat

ter, glukokortikoid,

takrolimus,

atau

pimekrolimus. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya


dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000. Kalau ditemukan infeksi bakterial,
diberikan antibiotik secara sistemik. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada
kasus yang berat dan refrakter, dalam jangka pendek. Pruritus dapat diobati dengan
antihistamin golongan H1, misalnya hidroksisilin HCl.1,2,6,7
XII.

Prognosis
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai
interval sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh
untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali
masih dalam pengobatan.1,7

XIII.

Kesimpulan
Dermatitis Numularis adalah suatu peradangan dan ruam menetap yang

menimbulkan gatal, yang ditandai dengan bintik berbentuk uang logam disertai
lepuhan-lepuhan kecil, keropeng dan sisik-sisik. Penyebab terjadinya penyakit ini
belum jelas namun infeksi mikroorganisme agaknya turut peran. Adanya sensitivits
alergi

terhadap

mikroorganisme

(Stafilokokus

dan

mikrokokus)

ini

dapat

memperburuk penyakit ini. Penyakit ini biasanya terjadi di daerah panas. Kebiasaan
minum alkohol dan adanya ketegangan jiwa dapat mempermudah timbulnya penyakit
ini. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan lebih banyak pada wanita.
Dermatitis kontak juga mengambil peranan sebagai salah satu factor pencetus,
begitupun dengan trauma fisik dan kimiawi. Bintik-bintik bulat berawal sebagai
beruntusan/jerawat dan lepuhan yang menyebabkan gatal, yang selanjutnya pecah dan
membentuk keropeng. Bintik-bintik ini lebih jelas tampak di punggung lengan atau
tungkai dan di bokong, tetapi bisa juga ditemukan pada batang tubuh. Lesi awal kecil
berupa vesikel atau papulovesikel kemudian bergabung membentuk satu bulatan
seperti mata uang (koin), berbatas tegas, sedikit edema dan eritematosa. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.Semakin cepat penanganannya, prognosisnya
semakin bagus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatitis Numularis. Dalam : Ilmu Penyakit Kuit dan Kelamin. Edisi
Keenam. Jakarta : FKUI. 2011. H. 148-150
2. Holden AC,Berth-jones J. in : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,
Editors.Rooks textbook of dermatology ; Eczema, prurigo, lichenification, and
erithroderma.7th.Italy : Blackwell scienc:2004.P. 1741-1743
3. Gudjonsson JE, Elder JT. Fitzpatricks Dermatology in general medicine. 7 th ed.
United States of America : The McGaw-Hill Medical Companies. 2008; 169-193.
4. Berman K, Zieve D: Psoriasis, Plaque psoriasis. A.D.A.M. Medical Encyclopedia:
[Online]. 2011. [cited on 27 June 2015].
Available from: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001470/figure/A000434.B2751/?
report=objectonly
5. Eczema and dermatitis. Accessed at December 27th, 2014. Available from:
http://dermnetnz.org/dermatitis/dermatitis/html
6. Susan B, Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al: Numular Eczema. Fitzpatrickss
Dermatology in general medicine. 7th ed. Volumes 1&2. 2008. p.158-162
7. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC. 2004 .h.

120

Anda mungkin juga menyukai