Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu merupakan salah satu Puskesmas yang berada di

daerah Jakarta selatan. Puskesmas ini berlokasi di Jalan Raya Kebagusan Pasar Minggu. Batas
wilayah sebelah utara adalah Jalan Empang Tiga, Jalan H. Samali dan Jalan Pulo Kecamatan
Pancoran. Sebelah barat berbatasan dengan Kali Krukut Kecamatan Cilandak. Sebelah timur
berbatasan dengan Kali Ciliwung Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur, dan sebalah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Jagakarsa. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dibagi menjadi
tujuh wilayah kerja yaitu Kelurahan Cilandak Timur, Jati Padang, Kebagusan, Pasar Minggu,
Pejaten Barat, Pejaten Timur dan Ragunan. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu memiliki visi
yaitu 1. Puskesmas sebagai unit pelayan prima yang profesional, terjangkau dan
berkesinambungan, 2. Mandiri dan mengutamakan kepuasan pelanggan. Sedangkan misi
Puskesas Kecamatan Pasar Minggu yaitu, 1. Memberdayakan sumber daya manusia dalam
menghadapi era globalisasi, 2. Mengembangkan mutu pelayanan secara optimal baik promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, 3, memnggalang kerja sama dengan mitra kerja, 4.menggalang
sistem pemasaran puskesmas. Sarana yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
yaitu, luas tanah atau bangunan sekitar 1700 m 2/1500m2 dengan tiga lantai, kapasitas listrik
mencapai 6300 watt, sumber air berasal dari dua pompa air jet pump, terdapat tiga saluran
telepon dan dua saluran fax, jumlah kendaraan empat unit mobil dan 25 unit motor, serta satu
buah generator. Fasilitas pelayanan yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu seperti
pelayanan pagi yang terdiri dari pelayanan umum, pelayanan spec dan pelayanan spesialis.
Pelayanan sore terdiri dari poli umum, askes dan jamsostek. Pelayanan penunjang terdiri dari
rontgen foto, laboratorium, fisioterapi, EKG dan USG. Terdapat pula rumah bersalin dan unit
gawat darurat.
Puskesmas Pejaten Barat 2 adalah salah satu wilayah kerja dari puskesmas kecamatan
pasar minggu. Puskesmas Pejaten Barat 2 beralamat di jl. Masjid Al-fajri Rt.018/01. Lokasi nya
berada pada pemukiman warga yang memasuki jalan kecil yaitu gang. F. Pada wilayah ini
masyarakat nya cenderung mempunyai ekonomi menengah kebawah dan rata-rata penduduk nya
adalah pekerja.
1

Menurut hasil data yang telah didapat, ditetapkan tujuan kami membuat proposal ini
adalah mengetahui masalah gizi yang ada di puskesmas pejaten barat II, membuat prioritas
masalah penyakit dan memberi intervensi pada masalah gizi yang diprioritaskan.

1.2

Identifikasi Masalah
1.2.1 Prevalensi Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang terkait dengan gizi yaitu:

1. Asi Eksklusif thn. 2014 adalah 61,12%


2. Gizi Kurang thn 2014 adalah 5,7%
1.2.2 Menentukan Prioritas Masalah
Menentukan prioritas masalah dengan metode sebagai berikut :
1. Metode Delberg
a. Menginvetarisir Masalah

No
1
2

Masalah gizi
ASI Eksklusif
Gizi Kurang

b. Menetapkan Skor
Masalah

Kriteria

Total

Prioritas
Masalah

Gizi kurang
ASI Eksklusif

I
8
5

II
6
8

III
5
6

IV
4
9

V
7
8

VI
8
5

VII
5
7

41
48

II
I

1
3

Rumusan Masalah

Apakah prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di puskesmas Pejaten

Barat II dapat meningkat?


Faktor apa saja yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di

puskesmas Pejaten Barat II ?


Bagaimana karakteristik ibu hamil dan menyusui di puskesmas Pejaten Barat II?
2

Intervensi apa yang akan diberikan agar pemberian ASI eksklusi pada bayi 0-6 bulan
di puskesmas Pejaten Barat II dapat meningkat?

1.4 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Untuk meningkatkan prevalensi pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

bulan di Puskesmas pejaten barat II


1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

tingkat pendapatan Ibu Hamil dan Menyusui di Puskesmas Pejaten barat II.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi pemberian ASI Ekslusif

pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pejaten Barat II


Memberikan Intervensi mengenai pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6
bulan di Puskesmas Pejaten Barat II

1.5 Manfaat
a. Untuk Peneliti
Dapat mengaplikasikan teori yang telah dipelajari serta meningkatkan
peningkatan wawasan dan keterampilan.
b. Untuk Masyarakat
Dapat memberikan pemahaman mengenai penting nya ASI Ekslusif untuk bayi
usia 0-6bulan
c. Untuk Peneliti Lain
Dapat memberikan informasi tentang prevalensi dan penyebab kejadian Kurang
Pemberian ASI Ekslusif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Ekslusif
2.1.1 Definisi
Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima
ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan
cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau
obat.
Pemberian ASI secara eksklusif menurut DepKes (2003) adalah pemberian ASI
3

saja kepada bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6
bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin.
Pemerintah

Indonesia

melalui

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

450/SK/Menkes/VIII/2004, tanggal 7 April 2004 Telah menetapkan pemberian ASI


eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia
2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam
bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan,
keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI
sampai dua tahun.
A. Manfaat ASI untuk bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI
tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga
mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan
pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus,
lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).

B. Manfaat ASI untuk ibu


Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan kehidupan kepada
bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui,
rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran
sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan
menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberapa bulan dan dapat
menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara
pada masa yang akan datang (Gupte, 2004).
4

2.1.3 Komposisi ASI


Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan kandungan
protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam jumlah yang
berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif rendah tetapi adekuat,
beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi, dan absorbs yang sangat baik
untuk zat besi, kalsium dan seng, yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat
nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara penuh selama 4-6 bulan (Merenstein,
2001).
ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin,dan mineral tatapi juga faktor
pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100 komponen pada
ASI, termasuk zat yang belum teridentifikasi dan belum jelas perannya. Dalam alquran,
ASI disebut sebagai darah putih. Hal ini merupakan penjelasan yang sangat tepat
karena susu awal memiliki lebih banyak sel darah putih dari pada darah sendiri.
Sifat khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami
banyak perkembangan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa, sistein,
kolestrol, dan tromboplastin yang diperlukan untuk sintesis jaringan system syaraf pusat.
Namun, karena ASI merupakan nutrisi yang sempurna, analisis komponenya
memungkinkan kita memproduksi pengganti untuk ditambahkan kedalam susu formula.
Maka dari itu, susu formula tidak akan secara sempurna menyerupai ASI. Walaupun ASI
mungkin dapat dianggap nutrisi yang sempurna, komposisinya bervariasi. Komposisi ASI
bervariasi dari orang ke orang, dari satu periode laktasi ke periode lain, dan setiap jam
dalam sehari. Adapun komposisi ASI antara lain mengandung protein, lemak,
karbohidrat, garam mineral, air, Vitamin seperti pada kolostrum (Melvyn, 2006).
Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi.
Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi
kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar
diproduksi) lain harus dihindari (Depkes RI, 2005).
Kolostrum merupakan sekresi payudara yang bersifat alkali, yang mungkin mulai
dihasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan pada 2- 4 hari pertama setelah
5

melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar (1,040 - 1,060), kandungan protein
yang lebih tinggi, vitamin larut lemak, mineral, kandungan karbohidrat, dan lemak yang
lebih rendah daripada ASI biasa. Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zatzat imun lainnya yang berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein,
2001).
2.1.4 Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air
Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Refleks Let Down atau refleks
ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk
menghasilkan hormon oksitosin, Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli
berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi (Bobak,
2005).
Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan
galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan penurunan
estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Dua hormon terpenting yang
berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin
yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu (Melvyn, 2006).

Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus
dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh
kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
Komposisi colostrum dari hari ke hari dapat berubah dan merupakancairan kental yang
ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI
juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi
6

yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima
makanan selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung
protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan daya
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar
karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. Total energi lebih rendah
dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih
tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila
dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang
sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300
ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari colostrum
menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5.
Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi
serta volume semakin meningkat.
3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang
dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu
ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga merupakan
makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang
sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi
bayi. Air susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan.Volume: 300 850
ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus,

Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein), Faktor


resisten terhadap staphylococcus, Complecement ( C3 dan C4)
2.1.5 Pola Pemberian ASI
Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan
lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI
diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan
payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu
bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi
menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar
areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh
dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologi
selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang menyusui
harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir
yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk kebutuhan bayi
(Depkes RI, 1996).

2.1.6 Masalah Pemberian ASI


Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel
otak sebanyak 15% 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada
tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait dengan ibu yaitu :
1. Pembengkakan Payudara
Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon laktasi
dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air susu, sehingga bayi
tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila. Perawatan yang lebih
8

baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang diletakkan di payudara. Es akan


mengurangi pembengkakan,sehingga sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan
untuk membuat areola menjadi lunak (Bobak,2005).
Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak sering menyusu
atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari pertama setelah ASI
keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang mulai menyusui, bengkak yang
ekstrem menyebabkan pembengkakan dari duktus susu dalam payudara dan pembuluh
daerah di area dada (Juwono, 2004).
2. Putting yang luka
Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang
luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan
menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005).
3. Saluran Yang Tersumbat
Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di payudara, yang
terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat disebabkan oleh
pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang terlalu ketat, posisi
menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi yang sama (Bobak, 2005).

4. Affterpains
Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering terjadi
pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup kuat sehingga ibu
merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu proses pemberian makan
pada bayi (Bobak, 2005).
5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat

Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan
menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat memberikan suplai
susu dan jumlah besar (Bobak, 2005).
6. Mastitis
Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri
dalam sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya
hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa demam
dan sakit (Juwono, 2004).
7. Masalah pada Bayi.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi, salah satu
diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. kelainan
sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak dapat
menghisap dengan baik
2.1.7 Faktor kegagalan pemberian ASI Ekslusif
Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami
dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif.
Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang
diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal
(Notoatmodjo,2005).
Dalam hal ini, banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan
MPASI< 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya
kelaparan dan

akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada

relevansinya banyak yang

beranggapan ini benar. Karena, belum sempurnanya


10

sistem pencernaan sehingga harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan
memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus menerus dianggap sebagai
anak yang tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak yang
kelaparan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah
(Nurafifa, 2009).
b. Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya
manusia. Menurut Martoyo (1996) pendidikan adalah suatu proses pendidikan
jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya diorganisir
melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis untuk
tujuan umum (Nurafifa, 2009). Sciartino (1999) mengemukakan bahwa
pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana
yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut menentukan cara berpikir
seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang memberikan
latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat berpikir secara
obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk menilai apakah budaya
masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku
(Nurafifa, 2009).
Dalam hal ini, banyak ahli pendidikan setempat mempunyai program
pendidikan yang lebih jelas meliputi modal pendidikan untuk hidup sebagai
subjek (mata pelajaran) akademik tambahan. Kapanpun dan dimana mungkin,
bidan harus dengan yakin menerima kesempatan untuk ikut berperan dalam kelas
Pendidikan Kesehatan, kursus perawatan Anak dan Persiapan Menjadi Orang
Tua yang sekarang dilaksanakan di banyak sekolah dan pendidikan lanjut. Dapat
terjadi pertukaran pikiran dan gagasan yang bermanfaat dengan orang-orang
muda yang merupakan generasi berikutnya setelah orang tua mereka. Selain dari
itu semua, mendengarkan mereka, bersikap peka terhadap sesuatu yang tidak
ingin mereka katakan; mendorong mereka untuk menyatakan gagasan dan
tanggapan mereka, membantu mereka untuk mengungkapkan hambatan dan
11

emosi mereka. Apabila mungkin, izinkan mereka bertemu dengan seseorang ibu
yang baru melahirkan bersama bayinya, dan membicarakan sikap ibu tersebut
terhadap bayinya terutama dalam hubungannya dengan pemberian air susu ibu
(Sylvia, 1997).
c. Pekerjaan ibu
Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa
memberikan air susu kepada bayi selama 4 sampai 6 bulan akan mempengaruhi
kegagalan profesi dan kemasyarakatan mereka dan mungkin akan merusak
prospek peningkatan karier. Ini semua merupakan masalah besar yang telah
berkembang pada kebudayaan dan masalah ini sangat nyata bagi para wanita yang
menghadapinya (Sylvia, 1997).
Ibu menyusui yang bekerja tidak perlu khawatir. Mereka tidak perlu
berhenti menyusui anaknya. Sebaiknya ibu bekerja tetap harus memberi ASI
eksklusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Hal ini dikarenakan banyaknya
keuntungan yang diperoleh dibandingkan jika anak disusui dengan susu formula.
Tidak sulit untuk tetap menyusui bayi saat bekerja. Jika memungkinkan, bayi
dapat dibawa ke kantor ibu untuk disusui. Hal tersebut akan sedikit terkendalI.
jika di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak tersedia sarana
penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu
dapat pulang untuk menyusui bayi pada waktu istirahat atau bisa juga meminta
bantuan seseorang untuk membawa bayi ketempat bekerja. Lokasi kantor ibu
yang jauh dari rumah juga bukanlah penghalang untuk tetap memberikan ASI
ekslusif. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap
dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebelum pergi bekerja, ASI
tersebut bisa dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh untuk diberikan pada bayi.
Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3 kali (setiap 3 jam). Pengeluaran
ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI menetes. ASI
simpan di lemari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu selesai bekerja.
Ibu juga bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu atau blue ice.
Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada malam hari, pagi hari sebelum
12

berangkat, dan waktu luang ibu. Keadaan ini akan membantu produksi ASI tetap
tinggi (Surabaya, eHealth 2008).
d. Penyakit ibu
Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak
bisa atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional atau fiscal,
berkaitan dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara (dimana kadang-kadang
ibu bisa menyusui sesudahnya) atau jangka panjang. Beberapa faktor yang paling
sering bisa mencegah atau menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk:
Penyakit serius yang melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal,
atau anemia yang parah) atau kekurangan berat badan yang ekstrem meskipun
beberapa ibu bisa mengatasi masalah ini dan menyusui bayinya.
Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak dirawat
(setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk sementara
waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan air susu
udah ada ketika tindakan menyusui dimulai. Penyakit yang menahun yang
memerlukan obat yang akan memasuki air susu ibu dan membahayakan bayi,
misalnya obat-obat anti tiroid, antikanker, antihipertensi atau obat-obat yang bisa
mengubah suasana hati, misalnya lhitium, penenang, atau sedatif. Jika anda
menggunakan obat-obat saperti ini, tanyakan terlebih dahulu kepada dokter anda
sebelum anda mulai menyusui. Pada beberapa kasus, perubahan obat atau jarak
makan obat bisa memungkinkan anda untuk menyusui. Kontak dengan beberapa
bahan kimia tertentu di tempat kerja. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa ditularkan
melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Penyalahgunaan obat-obatan
termasuk penggunaan obat penenang, kokain, heroin, metadon, marijuana, atau
Penyalah gunaan alkohol. penolakan yang mendalam terhadap menyusui.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, tatapi bukan tidak
mungkin untuk mencobanya (dengan dukungan medis yang benar). Termasuk
diantaranya adalah kelainan-kelainan seperti tidak tahan terhadap laktosa atau
fenilketonuria (PKU), di mana susu manusia maupun susu sapi tidak bisa dicerna.
Sumbing bibir dan atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut lainya yang
13

mengganggu penghisapan. Meskipun keberhasilan menyusu sebagian tergantung


dari jenis cacatnya, tetapi dengan bantuan khusus, tindakan menyusui masih bisa
dimungkinkan (Murkoff, 2006).
2. Faktor eksternal
Adapun hal yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu :
a. Promosi Susu Formula Bayi
Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI
Eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah
tetap memberikan bayinya ASI Eksklusif atau memberikan susu formula yang
diberikan oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan sebelum ASI-nya keluar.
Meskipun ada kode etik internasional tentang pengganti ASI (susu formula),
pemasaran susu formula langsung ke rumah sakit saat ini semakin gencar dan
sangat mengganggu keberhasilan program ASI Eksklusif. (Nurafifa, 2009).
Selain itu adanya promosi susu formula juga bisa menjadi kemungkinan
gagalnya pemberian ASI walaupun mindset awal sebenarnya ASI, promosi bisa
berasal dari petugas kesehatan misalnya pada saat pulang dibekali susu formula,
ataupun dari iklan-iklan di beberapa media baik cetak maupun elektronik (jurnal
Hikmawati, 2008).
b. Penolong Persalinan
Menurut Depkes RI, 1998 tenaga yang dapat memberikan pertolongan
persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak terlatih) (sugiarto, 2003)
Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah
sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang
pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Disamping itu juga sikap sementara
penaggung jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalinn
14

yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum
diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit atau klinik
bersalin (Arifin, 2004).
2.2 Penentuan Prioritas Masalah
2.2.1 Definisi
Penentuan prioritas masalah adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan sekelompok orang
dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah. penentuan
prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

2.2.2 Langkah Penentuan Prioritas Masalah


Dalam menentukan Prioritas Masalah dapat menggunakan metode sebagai
berikut:
A. Metode Delbecg
Metode delbecg adalah proses penentuan kriteria diawali dengan pembentukan
kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber
informasi yang akan digunakan berasal dari, yaitu:

Pengetahuan dan pengalaman individu para anggota

Saran dan pendapat nara sumber

Peraturan/ ketentuan2 pemerintah yang relevan

B. Metode Hanlon
Metode hanlon dilakukan dengan mengelompokan masalah menjadi kriteria
beberapa criteria:
a. Kelompok kriteria A = besarnya masalah. Besarnya presentase penduduk yang
menderita langsung karena penyakit tersebut, besarnya pengeluaran biaya yang
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut serat besarnya kerugian lain yang
diderita.
15

b. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah yaitu tingginya angka


morbiditas dan mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu.
c. Kelompok kriteria C = kemudian penanggulangan masalah dilihat dari
perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang
akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana, dan cara ) untuk
menyelesaikan skor 0-10 (sulit-mudah).
C. Metode Delphi
Masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang memiliki kemampuan
yang sama melalui diskusi tersebut akan ditemukan prioritas masalah yang
disepakati bersama.
Dalam penentuan Prioritas masalah gizi yang ada di wilayah kerja puskesmas pejaten
barat II, kami menggunakan metode delbecg sebagai berikut:
1. Menginvetarisir Masalah
No
1
2

Masalah gizi
ASI Eksklusif
Gizi Kurang

2. Menetapkan Skor
Masalah

Kriteria

Total

Prioritas
Masalah

I
II III
Gizi kurang
8 6 5
ASI Eksklusif
5 8 6
2.3 Alternatif Pemecahan Masalah

IV
4
9

V
7
8

VI
8
5

VII
5
7

41
48

II
I

16

Melakukan investigasi kasus kurang nya pemberian ASI eksklusif, setelah mendapat data
individu secara lengkap beserta sebab-musebabnya kemudian kasus dirujuk sebagai bahan untuk
rekomendasi tindak lanjut pengecekan masyarakat di sekitar wilayah puskesmas pejaten Barat
II. pada kasus kurang nya pemberian ASi Ekslusif ditemukan. Untuk mencegah bertambah nya
kejadian baru, lakukan pengecekan pada ibu menyusui lainnya dan memberikan intervensi
kepada ibu yang sedang mengandung diwilayah puskesmas pejaten barat II.
2.4 Penetapan Intervensi
Seleksi intervensi digunakan untuk menentukan prioritas utama intervensi.

Setelah

menentukan priorotas masalah penyakit, Pemberian ASI Ekslusif adalah Masalah gizi yang
menjadi prioritas utama. Kami akan memberikan intervensi pada ibu hamil dan ibu menyusui
berupa penyuluhan gizi.

BAB III
KERANGKA OPERASIONAL
Masalah di puskesmas pejaten barat 2: ASI eksklusif, cakupan vit a, dan anemia ibu Hamil
3.1 Kerangka operasional

Konfirmasi data k

Prioritas Masalah ASI eksklusif

Metode
Delbecg

Mengetahui Penyebab kurang nya pe


Penentuan Intervensi : Penyuluhan Pada bumil dan busui
17

3.2 Pohon Masalah

BAB IV
RENCANA KEGIATAN
4.1 Rencana Kegiatan (POA)
Project Tittle: Penting nya ASI Eksklusif
Hari / Tanggal Pelaksanaan: Jumat / 18 Desember 2015
Duration: 60 Menit.
Objectives/

Indicator

project purpose/

objective

of

Means of verification

Impportan

(alat ukur)

assumption
18

result

(hasil

yang

diharapkan)
Overall goal
Meningkatkan
angka prevalensi
pemberian

ASI

Eksklusif

Prevalensi
Eksklusif

Eksklusif

meningkat

bayi

Pre test dan post test


Kuesioner
Menjelaskan
dengan

Penyuluhan

mengenai

pengetahuan

alat bantu media berupa

tentang

ASI

Ekslusif

pada

flip chart, ppt,, leaflet


Recall 24 jam

ASI

eksklusif

Bumil dan busui


memberikan ASI

Penyuluhan
pemberian

pemberian ASI

Project purpose

Wawancara pada busui

pada

Baik ibu-ibu dan


masyarakat yang
ada

disekitarnya

memahami

bumil dan busui

dengan

baik

tentang

penting

nya

pemberian

ASI eksklusif
Kemudahan
dalam
mendapatkan
informasi

ttg

pengetahuan ASI
Result

Bumil dan busui

Meningkatkan
pengetahuan
bumil dan busui
mengenai
pemberian

ASI

menerapkan

Pre test dan post test


Kuesioner

eksklusif
Peningkatan
pengetahuan

pengetahuan

busui dan bumil

tentang penting

mengenai penting

ASI eksklusif

nya

pemberian

ASI eksklusif

eksklusif

19

Activities
Merencanakan

INPUT

OF

penyuluhan

ACTIVITIS
Menyediakan

tentang

alat bantu dan

pemberian

ASI

OUTPUT

Penyuluhan

berjalan

sesuai dengan harapan

menyiapkan

Eksklusif

materi

yang

berkaitan
dengan
penyuluhan
yang disiapkan

4.2 Lokasi dan Waktu


Penyuluhan gizi untuk ibu hamil dan ibu menyusui akan dilaksanakan pada:
Waktu Pelaksanaan

: Jumat, 18 Desember 2015

Duration

: 60 Menit.

Lokasi

: puskesmas pejaten Barat II

4.3 Sasaran Kegiatan


Sasaran

kegiatan pada program

penyuluhan gizi kami adalah ibu hamil dan ibu

menyusui di wilayah Puskesmas Pejaten Barat II.

BAB V
STANDAR ACARA PENYULUHAN
Tahap

Waktu

Kegiatan penyuluh

Kegiatan peserta

Salam

2 menit

Memberi salam

Menjawab salam

Perkenalan

5 menit

Memperkenalkan diri

Mendengarkan

Pre test

20 menit

Memberi petunjuk pengisian soal Menyelesaikan

Metode

20

pre test
Pembukaan

5 menit

jawaban

Menjelaskan manfaat dan tujuan Memperhatikan dan Ceramah


penyuluhan

Isi ceramah

20 menit

mendengarkan

1. Menjelaskan pengertian ASI Mendengarka


Eksklusif
2. Menejelaskan

dan Leaflet,

merespon
manfaat

ASI

poster,

dan

flipchart

Eksklusif
3. Pola dan cara pemberian ASI
4. Faktor
kegagalan
dalam
Tanya jawab

5 menit

pemberian ASI
1. Memberikan

kesempatan Mengajukan

Tanya jawab

untuk bertanya
pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan
3. Menanyakan
kembali
materi

yang

telah

dipaparkan

untuk

memperoleh hasil apakah


reponden

telah

mengerti

Resume

8 menit

apa yang disampaikan


Menyimpulkan materi

Post test

25 menit

Memberi petunjuk pengisian soal Mengerjakan soal

Mendengarkan

Ceramah

post test

DAFTAR PUSTAKA
Oktaviani WD, dkk, 2012, Jurnal Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik
Pola Konsumsi Karakteristik dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh; Semarang
Yulianah Nana, dkk, 2013, Jurnal Hubungan Antara Sikap dan Kepercayaan Ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Bone; Sulawesi Selatan

21

Kementrian Kesehatan , Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar
2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24874/4/Chapter%20II.pdf
http://dyah-purnamasari.blog.unsoed.ac.id/files/2011/03/ASI-EKSKLUSIF-PDF.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai