PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu merupakan salah satu Puskesmas yang berada di
daerah Jakarta selatan. Puskesmas ini berlokasi di Jalan Raya Kebagusan Pasar Minggu. Batas
wilayah sebelah utara adalah Jalan Empang Tiga, Jalan H. Samali dan Jalan Pulo Kecamatan
Pancoran. Sebelah barat berbatasan dengan Kali Krukut Kecamatan Cilandak. Sebelah timur
berbatasan dengan Kali Ciliwung Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur, dan sebalah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Jagakarsa. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dibagi menjadi
tujuh wilayah kerja yaitu Kelurahan Cilandak Timur, Jati Padang, Kebagusan, Pasar Minggu,
Pejaten Barat, Pejaten Timur dan Ragunan. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu memiliki visi
yaitu 1. Puskesmas sebagai unit pelayan prima yang profesional, terjangkau dan
berkesinambungan, 2. Mandiri dan mengutamakan kepuasan pelanggan. Sedangkan misi
Puskesas Kecamatan Pasar Minggu yaitu, 1. Memberdayakan sumber daya manusia dalam
menghadapi era globalisasi, 2. Mengembangkan mutu pelayanan secara optimal baik promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, 3, memnggalang kerja sama dengan mitra kerja, 4.menggalang
sistem pemasaran puskesmas. Sarana yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
yaitu, luas tanah atau bangunan sekitar 1700 m 2/1500m2 dengan tiga lantai, kapasitas listrik
mencapai 6300 watt, sumber air berasal dari dua pompa air jet pump, terdapat tiga saluran
telepon dan dua saluran fax, jumlah kendaraan empat unit mobil dan 25 unit motor, serta satu
buah generator. Fasilitas pelayanan yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu seperti
pelayanan pagi yang terdiri dari pelayanan umum, pelayanan spec dan pelayanan spesialis.
Pelayanan sore terdiri dari poli umum, askes dan jamsostek. Pelayanan penunjang terdiri dari
rontgen foto, laboratorium, fisioterapi, EKG dan USG. Terdapat pula rumah bersalin dan unit
gawat darurat.
Puskesmas Pejaten Barat 2 adalah salah satu wilayah kerja dari puskesmas kecamatan
pasar minggu. Puskesmas Pejaten Barat 2 beralamat di jl. Masjid Al-fajri Rt.018/01. Lokasi nya
berada pada pemukiman warga yang memasuki jalan kecil yaitu gang. F. Pada wilayah ini
masyarakat nya cenderung mempunyai ekonomi menengah kebawah dan rata-rata penduduk nya
adalah pekerja.
1
Menurut hasil data yang telah didapat, ditetapkan tujuan kami membuat proposal ini
adalah mengetahui masalah gizi yang ada di puskesmas pejaten barat II, membuat prioritas
masalah penyakit dan memberi intervensi pada masalah gizi yang diprioritaskan.
1.2
Identifikasi Masalah
1.2.1 Prevalensi Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang terkait dengan gizi yaitu:
No
1
2
Masalah gizi
ASI Eksklusif
Gizi Kurang
b. Menetapkan Skor
Masalah
Kriteria
Total
Prioritas
Masalah
Gizi kurang
ASI Eksklusif
I
8
5
II
6
8
III
5
6
IV
4
9
V
7
8
VI
8
5
VII
5
7
41
48
II
I
1
3
Rumusan Masalah
Apakah prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di puskesmas Pejaten
Intervensi apa yang akan diberikan agar pemberian ASI eksklusi pada bayi 0-6 bulan
di puskesmas Pejaten Barat II dapat meningkat?
1.4 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan prevalensi pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
tingkat pendapatan Ibu Hamil dan Menyusui di Puskesmas Pejaten barat II.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi pemberian ASI Ekslusif
1.5 Manfaat
a. Untuk Peneliti
Dapat mengaplikasikan teori yang telah dipelajari serta meningkatkan
peningkatan wawasan dan keterampilan.
b. Untuk Masyarakat
Dapat memberikan pemahaman mengenai penting nya ASI Ekslusif untuk bayi
usia 0-6bulan
c. Untuk Peneliti Lain
Dapat memberikan informasi tentang prevalensi dan penyebab kejadian Kurang
Pemberian ASI Ekslusif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Ekslusif
2.1.1 Definisi
Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima
ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan
cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau
obat.
Pemberian ASI secara eksklusif menurut DepKes (2003) adalah pemberian ASI
3
saja kepada bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6
bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin.
Pemerintah
Indonesia
melalui
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar (1,040 - 1,060), kandungan protein
yang lebih tinggi, vitamin larut lemak, mineral, kandungan karbohidrat, dan lemak yang
lebih rendah daripada ASI biasa. Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zatzat imun lainnya yang berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein,
2001).
2.1.4 Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air
Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Refleks Let Down atau refleks
ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk
menghasilkan hormon oksitosin, Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli
berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi (Bobak,
2005).
Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan
galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan penurunan
estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat persalinan. Dua hormon terpenting yang
berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin
yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu (Melvyn, 2006).
Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi
3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus
dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh
kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
Komposisi colostrum dari hari ke hari dapat berubah dan merupakancairan kental yang
ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI
juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi
6
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima
makanan selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung
protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan daya
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar
karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. Total energi lebih rendah
dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih
tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila
dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang
sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300
ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari colostrum
menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5.
Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi
serta volume semakin meningkat.
3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang
dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu
ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga merupakan
makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang
sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi
bayi. Air susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan.Volume: 300 850
ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus,
4. Affterpains
Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering terjadi
pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup kuat sehingga ibu
merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu proses pemberian makan
pada bayi (Bobak, 2005).
5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat
Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan
menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat memberikan suplai
susu dan jumlah besar (Bobak, 2005).
6. Mastitis
Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri
dalam sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya
hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa demam
dan sakit (Juwono, 2004).
7. Masalah pada Bayi.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi, salah satu
diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. kelainan
sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak dapat
menghisap dengan baik
2.1.7 Faktor kegagalan pemberian ASI Ekslusif
Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami
dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif.
Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang
diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal
(Notoatmodjo,2005).
Dalam hal ini, banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan
MPASI< 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya
kelaparan dan
sistem pencernaan sehingga harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan
memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus menerus dianggap sebagai
anak yang tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak yang
kelaparan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah
(Nurafifa, 2009).
b. Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya
manusia. Menurut Martoyo (1996) pendidikan adalah suatu proses pendidikan
jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya diorganisir
melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis untuk
tujuan umum (Nurafifa, 2009). Sciartino (1999) mengemukakan bahwa
pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana
yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut menentukan cara berpikir
seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang memberikan
latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat berpikir secara
obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk menilai apakah budaya
masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku
(Nurafifa, 2009).
Dalam hal ini, banyak ahli pendidikan setempat mempunyai program
pendidikan yang lebih jelas meliputi modal pendidikan untuk hidup sebagai
subjek (mata pelajaran) akademik tambahan. Kapanpun dan dimana mungkin,
bidan harus dengan yakin menerima kesempatan untuk ikut berperan dalam kelas
Pendidikan Kesehatan, kursus perawatan Anak dan Persiapan Menjadi Orang
Tua yang sekarang dilaksanakan di banyak sekolah dan pendidikan lanjut. Dapat
terjadi pertukaran pikiran dan gagasan yang bermanfaat dengan orang-orang
muda yang merupakan generasi berikutnya setelah orang tua mereka. Selain dari
itu semua, mendengarkan mereka, bersikap peka terhadap sesuatu yang tidak
ingin mereka katakan; mendorong mereka untuk menyatakan gagasan dan
tanggapan mereka, membantu mereka untuk mengungkapkan hambatan dan
11
emosi mereka. Apabila mungkin, izinkan mereka bertemu dengan seseorang ibu
yang baru melahirkan bersama bayinya, dan membicarakan sikap ibu tersebut
terhadap bayinya terutama dalam hubungannya dengan pemberian air susu ibu
(Sylvia, 1997).
c. Pekerjaan ibu
Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa
memberikan air susu kepada bayi selama 4 sampai 6 bulan akan mempengaruhi
kegagalan profesi dan kemasyarakatan mereka dan mungkin akan merusak
prospek peningkatan karier. Ini semua merupakan masalah besar yang telah
berkembang pada kebudayaan dan masalah ini sangat nyata bagi para wanita yang
menghadapinya (Sylvia, 1997).
Ibu menyusui yang bekerja tidak perlu khawatir. Mereka tidak perlu
berhenti menyusui anaknya. Sebaiknya ibu bekerja tetap harus memberi ASI
eksklusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Hal ini dikarenakan banyaknya
keuntungan yang diperoleh dibandingkan jika anak disusui dengan susu formula.
Tidak sulit untuk tetap menyusui bayi saat bekerja. Jika memungkinkan, bayi
dapat dibawa ke kantor ibu untuk disusui. Hal tersebut akan sedikit terkendalI.
jika di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak tersedia sarana
penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu
dapat pulang untuk menyusui bayi pada waktu istirahat atau bisa juga meminta
bantuan seseorang untuk membawa bayi ketempat bekerja. Lokasi kantor ibu
yang jauh dari rumah juga bukanlah penghalang untuk tetap memberikan ASI
ekslusif. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap
dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebelum pergi bekerja, ASI
tersebut bisa dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh untuk diberikan pada bayi.
Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3 kali (setiap 3 jam). Pengeluaran
ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI menetes. ASI
simpan di lemari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu selesai bekerja.
Ibu juga bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu atau blue ice.
Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada malam hari, pagi hari sebelum
12
berangkat, dan waktu luang ibu. Keadaan ini akan membantu produksi ASI tetap
tinggi (Surabaya, eHealth 2008).
d. Penyakit ibu
Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak
bisa atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional atau fiscal,
berkaitan dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara (dimana kadang-kadang
ibu bisa menyusui sesudahnya) atau jangka panjang. Beberapa faktor yang paling
sering bisa mencegah atau menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk:
Penyakit serius yang melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal,
atau anemia yang parah) atau kekurangan berat badan yang ekstrem meskipun
beberapa ibu bisa mengatasi masalah ini dan menyusui bayinya.
Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak dirawat
(setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk sementara
waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan air susu
udah ada ketika tindakan menyusui dimulai. Penyakit yang menahun yang
memerlukan obat yang akan memasuki air susu ibu dan membahayakan bayi,
misalnya obat-obat anti tiroid, antikanker, antihipertensi atau obat-obat yang bisa
mengubah suasana hati, misalnya lhitium, penenang, atau sedatif. Jika anda
menggunakan obat-obat saperti ini, tanyakan terlebih dahulu kepada dokter anda
sebelum anda mulai menyusui. Pada beberapa kasus, perubahan obat atau jarak
makan obat bisa memungkinkan anda untuk menyusui. Kontak dengan beberapa
bahan kimia tertentu di tempat kerja. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa ditularkan
melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Penyalahgunaan obat-obatan
termasuk penggunaan obat penenang, kokain, heroin, metadon, marijuana, atau
Penyalah gunaan alkohol. penolakan yang mendalam terhadap menyusui.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, tatapi bukan tidak
mungkin untuk mencobanya (dengan dukungan medis yang benar). Termasuk
diantaranya adalah kelainan-kelainan seperti tidak tahan terhadap laktosa atau
fenilketonuria (PKU), di mana susu manusia maupun susu sapi tidak bisa dicerna.
Sumbing bibir dan atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut lainya yang
13
yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum
diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit atau klinik
bersalin (Arifin, 2004).
2.2 Penentuan Prioritas Masalah
2.2.1 Definisi
Penentuan prioritas masalah adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan sekelompok orang
dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah. penentuan
prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
B. Metode Hanlon
Metode hanlon dilakukan dengan mengelompokan masalah menjadi kriteria
beberapa criteria:
a. Kelompok kriteria A = besarnya masalah. Besarnya presentase penduduk yang
menderita langsung karena penyakit tersebut, besarnya pengeluaran biaya yang
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut serat besarnya kerugian lain yang
diderita.
15
Masalah gizi
ASI Eksklusif
Gizi Kurang
2. Menetapkan Skor
Masalah
Kriteria
Total
Prioritas
Masalah
I
II III
Gizi kurang
8 6 5
ASI Eksklusif
5 8 6
2.3 Alternatif Pemecahan Masalah
IV
4
9
V
7
8
VI
8
5
VII
5
7
41
48
II
I
16
Melakukan investigasi kasus kurang nya pemberian ASI eksklusif, setelah mendapat data
individu secara lengkap beserta sebab-musebabnya kemudian kasus dirujuk sebagai bahan untuk
rekomendasi tindak lanjut pengecekan masyarakat di sekitar wilayah puskesmas pejaten Barat
II. pada kasus kurang nya pemberian ASi Ekslusif ditemukan. Untuk mencegah bertambah nya
kejadian baru, lakukan pengecekan pada ibu menyusui lainnya dan memberikan intervensi
kepada ibu yang sedang mengandung diwilayah puskesmas pejaten barat II.
2.4 Penetapan Intervensi
Seleksi intervensi digunakan untuk menentukan prioritas utama intervensi.
Setelah
menentukan priorotas masalah penyakit, Pemberian ASI Ekslusif adalah Masalah gizi yang
menjadi prioritas utama. Kami akan memberikan intervensi pada ibu hamil dan ibu menyusui
berupa penyuluhan gizi.
BAB III
KERANGKA OPERASIONAL
Masalah di puskesmas pejaten barat 2: ASI eksklusif, cakupan vit a, dan anemia ibu Hamil
3.1 Kerangka operasional
Konfirmasi data k
Metode
Delbecg
BAB IV
RENCANA KEGIATAN
4.1 Rencana Kegiatan (POA)
Project Tittle: Penting nya ASI Eksklusif
Hari / Tanggal Pelaksanaan: Jumat / 18 Desember 2015
Duration: 60 Menit.
Objectives/
Indicator
project purpose/
objective
of
Means of verification
Impportan
(alat ukur)
assumption
18
result
(hasil
yang
diharapkan)
Overall goal
Meningkatkan
angka prevalensi
pemberian
ASI
Eksklusif
Prevalensi
Eksklusif
Eksklusif
meningkat
bayi
Penyuluhan
mengenai
pengetahuan
tentang
ASI
Ekslusif
pada
ASI
eksklusif
Penyuluhan
pemberian
pemberian ASI
Project purpose
pada
disekitarnya
memahami
dengan
baik
tentang
penting
nya
pemberian
ASI eksklusif
Kemudahan
dalam
mendapatkan
informasi
ttg
pengetahuan ASI
Result
Meningkatkan
pengetahuan
bumil dan busui
mengenai
pemberian
ASI
menerapkan
eksklusif
Peningkatan
pengetahuan
pengetahuan
tentang penting
mengenai penting
ASI eksklusif
nya
pemberian
ASI eksklusif
eksklusif
19
Activities
Merencanakan
INPUT
OF
penyuluhan
ACTIVITIS
Menyediakan
tentang
pemberian
ASI
OUTPUT
Penyuluhan
berjalan
menyiapkan
Eksklusif
materi
yang
berkaitan
dengan
penyuluhan
yang disiapkan
Duration
: 60 Menit.
Lokasi
BAB V
STANDAR ACARA PENYULUHAN
Tahap
Waktu
Kegiatan penyuluh
Kegiatan peserta
Salam
2 menit
Memberi salam
Menjawab salam
Perkenalan
5 menit
Memperkenalkan diri
Mendengarkan
Pre test
20 menit
Metode
20
pre test
Pembukaan
5 menit
jawaban
Isi ceramah
20 menit
mendengarkan
dan Leaflet,
merespon
manfaat
ASI
poster,
dan
flipchart
Eksklusif
3. Pola dan cara pemberian ASI
4. Faktor
kegagalan
dalam
Tanya jawab
5 menit
pemberian ASI
1. Memberikan
kesempatan Mengajukan
Tanya jawab
untuk bertanya
pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan
3. Menanyakan
kembali
materi
yang
telah
dipaparkan
untuk
telah
mengerti
Resume
8 menit
Post test
25 menit
Mendengarkan
Ceramah
post test
DAFTAR PUSTAKA
Oktaviani WD, dkk, 2012, Jurnal Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik
Pola Konsumsi Karakteristik dan Orang Tua dengan Indeks Massa Tubuh; Semarang
Yulianah Nana, dkk, 2013, Jurnal Hubungan Antara Sikap dan Kepercayaan Ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Bone; Sulawesi Selatan
21
Kementrian Kesehatan , Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar
2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24874/4/Chapter%20II.pdf
http://dyah-purnamasari.blog.unsoed.ac.id/files/2011/03/ASI-EKSKLUSIF-PDF.pdf
22