Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN


PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN SESUAI DENGAN TUMBUH KEMBANG

Disusun oleh:
I Kadek Suparianto
010215A029
Andi Wiguna

I Putu Pradana
010215A030
Jani Sarwestri

010215A031

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan atas
terselesaikannya makalah ini dengan judul Prinsip-prinsip Pendidikan Kesehatan
sesuai dengan Tumbuh Kembang sebagai hasil penugasan mata ajar Pengantar
Ilmu Keperawatan oleh dosen kepada Kami pada 4 September 2015 di Ungaran.
Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu kami
memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan kami harapkan juga saran dan
kritik untuk perbaikan makalah ini.
Demikian sedikit dari kami, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan
terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau
mencegah hal hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang
lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007: 12).
Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan karena
keduanya berorientasi pada perubahan perilaku yang diharapkan yaitu perilaku

sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya,


keluarga

dan

kelompoknya

dalam

meningkatkan

kesehatannya

(HealthyEnthusiast, 2012).
Hasil yang diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan yaitu
terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku diri individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
B. Tujuan
Memahami prinsip pendidikan kesehatan sesuai dengan tumbuh kembang
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau
mencegah hal hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang
lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007: 12).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Benyamin Bloom menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif
(cognitive

domain),

afektif

(affective

domain),

dan

psikomotor

(psychomotor domain) (Notoatmodjo, 2003: 127) dan Notoatmodjo (2007:


139) kembali mengungkapkan dalam perkembangannya, teori Bloom ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

obyek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu:
1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan


stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila

ditanya,

mengerjakan,

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
c. Praktik atau tindakan (practice)
Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guided response)
Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat

pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan


kesehatan (Herawani dkk, 2001: 4).
a. Sasaran pendidikan kesehatan
Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
b. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
Menurut

dimensi

pelaksanaannya,

pendidikan

kesehatan

dapat

berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya


juga berbeda. Misalnya:
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan
sekolah (UKS)
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat
kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun
khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien
3) Pendidikan kesehatan di tempat tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.
c. Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan
Dalam

dimensi

tingkat

pelayanan

kesehatan,

pendidikan

kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five


levels of prevention) dari Leavel dan Clark, yaitu:
1) Promosi kesehatan (health promotion)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam


kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan
kesehatan berkala, peningkatan gizi, dan kebiasaan hidup sehat.
2) Perlindungan khusus (specific protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai
cara perlindungan terhadap penyakit, pada anak, maupun orang
dewasa.
3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya
tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan
penyakit yang terjadi dimasyarakat.
4) Pembatasan cacat (disability limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat
sering didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya sampai tuntas
atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya
secara tuntas. Pada tingkat ini kegiatan meliputi perawatan untuk
menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, serta
fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah kematian.
5) Rehabilitasi (rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah
sembuh dari suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi
cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan
latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik dan benar sesuai
program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan kesadaran
dari masyarakat yang bersangkutan.

d. Metode Pendidikan Kesehatan


Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual,
kelompok, dan massa (public) (Notoatmodjo, 2003: 104).
1) Metode pendidikan individual (perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang
yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan
karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda
beda

sehubungan

dengan

penerimaan

atau

perilaku

baru

tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain bimbingan dan


penyuluhan (guidance and counseling), serta wawancara (interview).
2) Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus mengingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada
sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada
besarnya sasaran pendidikan.
a) Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar.

b) Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang disebut
kelompok kecil. Metode metode yang cocok untuk kelompok
kecil ini antara lain diskusi kelompok, curah pendapat (brain
storming), bola salju (snow bolling), kelompok kecil kecil (bruzz
group), memainkan peran (role play), permainan simulasi
(simulation game).
3) Metode pendidikan massa (public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan
pesan pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau public, maka cara yang paling tepat adalah
pendekatan massa. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini
tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa.
Contoh metode ini antara lain: ceramah umum (public speaking).
B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Menurut Fida dan Maya (2008) pertumbuhan merupakan perubahan
yang secara kuantitatif yang terjadi pada material pribadi yang dipengaruhi
oleh lingkungan. Material pribadi yang dimaksud adalah sel, kromosom,
rambut, butiran darah dan tulang. Ciri pertumbuhan anak berhubungan
dengan bertambahnya material, diantaranya yang bersifat kuantitatif atau
kualitatif asalkan tidak berhubungan dengan fungsinya.

Pertumbuhan adalah suatu peningkatan ukuran fisik dengan


objeknya secara keseluruhan ataupun sebagian yang dapat diukur, tingkat
pertumbuhan meliputi tinggi, badan serta diameter pada lipatan kulit
(Suriadi, 2010).
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, atau dapat diukur,
aspek peningkatan ukuran fisik individu sebagai hasil peningkatan dalam
jumlah sel. Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan
berat badan, gigi, struktur skelet dan karakterisitik seksual. Misalnya, anakanak secara umum memiliki berat badan dua kali berat badan lahir pada saat
usia 6 bulan dan dua kali tinggi badan lahir pada usia 36 tahun (Potter &
Perry, 2005).
Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam
ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran
panjang (centimeter, meter) (Riyadi & Sukarmin, 2012).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan adalah pertambahan ukuran fisik, yaitu menjadi lebih besar
atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan,
tinggi badan dan lingkar kepala.
a. Ciri-ciri Pertumbuhan
Menurut Soetjiningsih (2002) dalam Nursalam (2008), menjelaskan
bahwa pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

1) Pertumbuhan proporsi tubuh yang dapat diamati pada anak masa bayi
dan dewasa. Sebagaimana pada usia dua tahun, besar kepala hampir
seperempat dari panjang badan keseluruhan, kemudian secara
berangsur-angsur proporsinya berkurang.
2) Hilangnya ciri-ciri lama dan tumbuhnya ciri-ciri baru yang ditandai
dengan lepasnya gigi susu dan tumbuhnya gigi permanen, hilangnya
tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.
3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya
masa-masa tertentu, yaitu masa prenatal, bayi dan adolensi, dimana
pertumbuhan cepat dan masa prasekolah dan masa sekolah, dimana
pertumbuhan berlangsung lambat.
b. Deteksi pertumbuhan dan standar normalnya
Deteksi dan standar normal pertumbuhan menurut Nursalam (2005)
adalah sebagai berikut:
1) Ukuran Antropometri
Pengukuran antopometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuranukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu,
seperti

timbangan

dan

pita

pengukuran

(meteran).

Ukuran

antoprometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tergantung


umur dan tidak tergantung umur. Pengukuran antoprometri ini juga
digunakan untuk menentukan BB, TB, lingkar kepala, lingkar lengan
atas dan lipatan kulit.

2)

Keseluruhan Fisik
Dengan pemeriksaan fisik, dapat diketahui apakah seorang anak
berada dalam keadaan sakit atau sehat. Berkaitan dengan
pertumbuhan, hal-hal yang dapat diamati dari pemeriksaan fisik
adalah keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut dan
gigi-geligi.

3) Pemeriksaan Laboratorium dan radiologis


Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru dilakukan di klinik
apabila terdapat gejala atau tanda akan adanya suatu gangguan atau
penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik yang tidak
normal.
2. Perkembangan
Menurut Hidayat (2008) peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi
pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ dimulai dari aspek
sosial, emosional dan intelektual. Perkembangan pada anak terjadi mulai
dari perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa
perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar
kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh.
Perkembangan secara intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara
simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca dan
lain-lain, sedangkan perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari
perilaku sosial di lingkungan anak.

a. Pengertian
Menurut Wong (2008), perkembangan adalah perubahan dan
perluasan secara bertahap yaitu perkembangan tahap komplekitas dari
yang lebih rendah ke lebih tinggi.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur
sebagai hasil dari proses pematangan (Ngastiyah, 2005).
Perkembangan

adalah

bertambahnya

kemampuan

(skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek


dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan (Riyadi & Sukarmin, 2012).
Perkembangan

adalah

aspek

progresif

adaptasi

terhadap

lingkungan yang bersifat kualitatif. Contoh perubahan kualitatif ini


adalah peningkatan kapasitas fungsional penguasaan terhadap beberapa
keterampilan yang lebih kecil. Misalnya, perubahan kualitatif yang
signifikan dan yang dapat diobservasi untuk anak prasekolah adalah
partisipasi dalam percakapan telepon dengan orang tua mereka (Potter &
Perry, 2005).
Sedangkan menurut Nursalam (2013), perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh yang lebih komplek
dalam pola yang teratur dapat diperkirakan dan diramalkan hasil dari
proses deferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ yang sistemnya yang
terorganisasi.

Dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah bertambahnya


kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih komplek dalam
pola yang teratur dan aspek progresif adaptasi terhadap lingkungan yang
bersifat kualitatif.
b. Teori Perkembangan Anak
Menurut Wong (2008:117-118), teori perkembangan anak terdiri dari:
1) Teori psikososial anak menurut Erikson
Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu terjadi pada umur 1-3 tahun
(toddler) dengan perkembangan sebagai berikut anak sudah mulai
mencoba dalam mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti dalam
motorik dan bahasa, anak sudah mulai latihan jalan sendiri, berbicara
dan pada tahap ini pula anak akan merasakan malu apabila orang tua
terlalu melindungi atau tidak memberikan kemandirian atau
kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
2) Teori psikososial anak menurut Freud
Anal (1-3 tahun). Pada tahap ini, perkembangan yang terjadi berupa
kepuasan yang berpusat pada pengeluaran tinja, anak akan
menunjukkan keakunya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta
terhadap dirinya sendiri dan sangat egoistik, mulai mempelajari
struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak
adalah latihan kebersihan. Masalah yang dapat diperoleh pada tahap
ini adalah bersifat obsesif atau gangguan pikiran, pandangan sempit,

introvet dan dapat bersikap ekstrovet impulsif yaitu dorongan


membuka diri, tidak rapi dan kurang pengendalian diri.
c. Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak
Menurut Ridha (2014), tahap kumbuh kembang pada anak dibagi
menjadi beberapa tahap, yaitu:
1) Tumbuh Kembang Infant (bayi), umur 0-12 bulan.
2) Tumbuh Kembang Toddler (batita), umur 1-3 tahun.
3) Tumbuh Kembang Pra sekolah.
4) Tumbuh Kembang Usia sekolah.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang Anak
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan
dan perkembangan anak tersebut, di mana ada sebagian anak yang tidak
selamanya tahapan tumbangnya sesuai dengan apa yang diinginkan orang
tua. Faktor yang mempengaruhinya antara lain: faktor herediter,
lingkungan maupun pelayanan kesehatan (Ridha, 2014).
1) Faktor Herediter
Herediter merupakan faktor yang tidak dapat untuk dirubah ataupun
dimodifikasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil
akhir dari proses tumbang anak. Melalui intruksi genetik yang
terkadang didalam sel telur dibuahi dapatlah ditemukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan termasuk dalam faktor genetik ini adalah jenis
kelamin dan suku bangsa atau ras.

2) Faktor Lingkungan
a) Lingkungan Internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada
tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak: hormon
somatotropin, hormon tiroid dan hormon gonadotropin bagi lakilaki serta hormone estrogen bagi perempuan yang masing-masing
mempunyai fungsi bagi pertumbuhan dan perkembangan.
b) Lingkungan Eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhi,
diantaranya adalah kebudayaan, status sosial ekonomi, status
nutrisi dan posisi anak dalam keluarga.
3) Faktor Pelayanan Kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada disekitar
lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan tumbuh
kembang

anak

dapat

dipantau,

keterlambatan

dalam

mendapatkan

pelayanan

sehingga

perkembangannya,
kesehatan

dan

apabila

anak

terdapat

dapat

segera

diberikan

solusi

pencegahannya.
e. Penilaian Perkembangan
Pada

penilaian

dengan

menggunakan

Kuesioner

Pra

Skrining

Perkembangan (KPSP) dilakukan saat anak berumur 3 bulan. Di mana


dilakukan minimal tiap 3 bulan sampai umur 2 tahun atau minimal tiap 6

bulan, umur 2-6 tahun. Tes ini bermanfaat untuk mengetahui


perkembangan anak sesuai umurnya atau terjadi keterlambatan.
Peralatan yang dibutuhkan:
1) Kuesioner KPSP sesuai umur anak.
2) Kertas dan pensil.
3) Bola karet atau plastik seukuran bola tennis.
4) Kerincingan.
5) Selendang atau serbet.
6) Benda-benda kecil seperti kismis atau potongan biskuit kecil
berukuran 0,5-1 cm.
Cara pemeriksaan:
1) Pertama, hitung umur anak (tanggal, bulan, tahun), jika lebih dari 16
hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
2) Buka kuesioner sesuai umurnya (3,6,9,12 bulan) atau kuesioner yang
lebih muda dari umurnya (jika datang umur 4 atau 5 bulan gunakan
kuesioner umur 3 bulan terlebih dahulu).
3) Jelaskan tujuan KPSP pada orang tua dan anjurkan pada orang tua
jangan ragu-ragu atau takut disalahkan.
4) Tanyakan isi KPSP sesuai urutan atau melaksanakan perintah sesuai
urutan.
Interpretasi KPSP:
1) Ya:

jika

orang

tua

menjawab,

melakukan/pernah/sering/kadang-kadang.

anaknya

bisa

2) Tidak: jika anak belum pernah/tidak pernah/ibu tidak tahu.


3) Bila jawaban ya 9-10: perkembangan anak sesuai dengan umurnya
(S).
a) Beri pujian pada orangtua.
b) Teruskan pola asuh.
c) Teruskan stimulasi sesuai tahap perkembangan berikutnya.
d) Ikutkan anak di posyandu, BKB, PADU.
4) Bila jawaban ya 7-8: perkembangan anak meragukan (M).
a) Beri dukungan pada orangtua.
b) Ajarkan ibu cara stimulasi sesuai kelompok umur.
c) Cari kemungkinan penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan.
d) Ulangi setelah 2 minggu kemudian dengan KPSP sesuai umur
anak. Jika hasil KPSP ulangan ya tetap 7-8, maka kemungkinan
ada penyimpangan (P).
5) Bila jawaban ya 6 atau kurang: kemungkinan ada penyimpangan
perkrmbangan, segera rujuk ke RS, tulis jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak halus, kasar, bicara & bahasa,
sosial dan kemandirian).

C. Gambaran Kasus
Prinsip-prinsip pemberian pendidikan kesehatan terhadap Tahapan
Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia 1 3 Tahun. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi

Pengetahuan

Ibu

Tentang

Tumbuh

Kembang

Anak.

Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian, hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Umur merupakan salah satu hal
yang penting dalam mempengaruhi seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hurlock (2002) yang menyatakan bahwa semakin tinggi umur seseorang
semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, ini diperoleh dari pengalamannya
dan ini akan berpengaruh terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses tumbuh kembang seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga dalam penelitian itu perlu
dipertimbangkan umur dan proses belajar. Tingkat pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk
lebih menerima ide-ide dan teknologi yang baru, semakin meningkat
pendidikan

seseorang

maka

akan

bertambah

pengalaman

yang

mempengaruhi wawasan dan pengetahuannya. Adapun tujuan yang hendak


dicapai

melalui

(pengertian,

pendidikan

pendapat,

adalah

untuk

konsep-konsep),

mengubah

sikap

dan

pengetahuan

persepsi

serta

menanamkan tingkah laku atau kebiasaan baru (Notoatmodjo, 2007).


3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Pekerja atau karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain, institusi
maupun perusahaan, dengan menerima upah atau gaji baik berupa uang atau

barang. Sedangkan lapangan pekerjaan atau jabatan adalah jenis pekerjaan


yang dilakukan atau ditugaskan kepada seseorang (Notoatmodjo, 2007).
D. Analisa Kasus
Tahap Pertumbuhan Fisik Anak Umur 1-3 Tahun
Menurut Nugroho (2009) Peningkatan ukuran tubuh terjadi secara
bertahap yang menunjukkan karakteristik percepatan atau perlambatan
pertumbuhan pada anak umur 1-3 tahun adalah sebagai berikut:
1. Tinggi Badan
Rata-rata tinggi badan batita bertambah tinggi sekitar 7,5 cm pertahun.
Rata-rata tinggi anak usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2
tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.
2. Berat Badan
Rata-rata pertambahan berat badan batita adalah 1,8 atau 2,7 kg pertahun.
Rata-rata berat badan batita umur 2 tahun adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5
tahun berat badan batita mencapai 4 kali berat badan lahir.
3. Lingkar Kepala
Pada usia 1-2 tahun ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada. Total
laju peningkatan lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5 cm kemudian
berkurang menjadi 1,25 cm pertahun sampai umur 5 tahun.
Tahap Perkembangan Anak usia 1-3 Tahun
Tahap perkembangan anak menurut Indiarti (2009) adalah sebagai berikut:
1. Umur 13-14 bulan
Pemahaman akan kata-kata umumnya dimulai saat bayi berusia delapan
bulan. Bayi menghasilkan kata-kata pertamanya pada umur 10-20 bulan.
Namun, bayi hanya akan berbicara pada konteks tertentu yang mudah

dipahami, mudah diucapkannya dan sudah diketahui oleh bayi. Kata-kata


yang diucapkan merujuk pada kejadian secara keseluruhan, misalnya
mengucapkan bapak saat ia melihat bapaknya. Secara aktif, bayi sudah
memperluas arti sebuah kata untuk menerima perhatian ibunya dan bayi
merasa yakin bahwa ibunya paham apa yang dimaksudkan.
2. Umur 15-17 bulan.
Dalam usia ini bayi akan senang melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyimak adegan di TV.
b. Melaksanakan instruksi sederhana, seperti segera memberikan mainan
yang dipegang jika ibu memintanya.
c. Mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata misalnya dah
bis (sudah habis).
d. Menyebutkan tiga anggota tubuhnya seperti mata, rambut, dan telinga.
3. Umur 18-20 Bulan
Perkembangan aktivitas dan motorik anak 18-20 bulan antara lain yaitu :
a. Berjalan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah tanpa bantuan
b. Menyusun 2-3 kotak.
c. Mampu mengatakan 5-10 kata.
d. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa saing.
4. Umur 20-24 Bulan
Sementara pada umur 20-24 bulan perkembangan aktivitas dan motorik
yang terjadi pada anak adalah sebagai berikut:
a. Mampu menyusun dua kata.
b. Menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang dewasa.
c. Naik dan turun tangga.
d. Menunjuk mata dan hidungnya.
e. Belajar makan sendiri.
f. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.
5. Umur 24 -36 bulan
Saat memasuki umur tiga tahun anak terus mengalami perkembangan
aktivitas dan motorik antara lain sebagai berikut:
a. Belajar meloncat, memanjat, serta melompat dengan satu kaki.
b. Mempergunakan kata-kata saya, bertanya serta mengerti kata-kata
yang ditujukan kepadanya.
c. Mampu menggambar lingkaran.

d. Bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
keluarganya.
e. Mampu membuat jembatan dengan tiga kotak.
f. Mampu menyusun kalimat.
Beberapa Keterampilan Yang Perlu Diperhatikan Pada Perkembangan
Anak
Dalam pertumbuhan

dan perkembangan

anak, orang tua sebaiknya

memperhatikan perkembangan anak sejak dini. Kesiapan orang tua akan sangat
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Dunia anak adalah dunia
bermain, dimana dalam kehidupan anak-anak sebagian besar waktunya
dihabiskan dengan bermain. Oleh karena itu seorang ibu diharapkan dapat
menstimulasi anak dengan beberapa keterampilan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keterampilan motorik kasar anak. Dengan permainan dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam menggunakan otot-otot besar pada
tangan, kaki dan tubuh.
2. Meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Dengan beberapa
permainan, anak dapat melatih keterampilan dan kordinasi ototnya.
3. Merangsang kepekaan Sensorik. Beberapa permainan dapat merangsang
kepekaan panca indra anak.
4. Menonjolkan keterampilan sosial.

Melalui permainan dapat mengasah

kemampuan sikecil dalam berinteraksi dengan orang lain.


5. Mendorong

ketarampilan

mengembangkan

berbahasa.

kemampuan

anak

Permainan
untuk

akan

membantu

berbagai

informasi,

mengekspresikan emosi, serta memperoleh pengertian dari orang dan


lingkungan di sekitarnya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan
kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara
memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal hal
yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, ke mana seharusnya
mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007: 12).
Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh
beberapa

faktor

diantaranya

adalah

umur,

pendidikan,

dan

pekerjaan

(Notoatmodjo, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

HealthyEnthusiast.2012.

Pendidikan

Kesehatan.

retrieved:

http://www.healthyenthusiast.com/pendidikan-kesehatan/
Notoatmodjo,S. 2007. Perilaku Dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Kassanti Annia. 2008. Buku Pintar kesehatan dan Tumbuh Kembang Anak.
Yogyakarta: Araska Piranti

Suriadi & Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi II. Jakarta:
Sagung Seto.
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Riyadi & Sukarmin. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Nursalam, (Dr. 2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan
Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (Dr. 2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan
Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Ridha, H Nabiel. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai