Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai persoalan di balik rendahnya nilai mata pelajaran
matematika, bahkan berbagai persepsi mengenai mata pelajaran tersebut
menjadi beban psikologis para siswa di setiap jenjang pendidikan. Matematika
menjadi ditakuti karena dianggap sulit. Hal itu antara lain terjadi karena
beberapa faktor, salah satunya adalah cara pembelajaran yang dilakukan
sekarang ini didasarkan pada anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer
dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain sehingga guru yang aktif dalam
pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang dimilikinya seperti
mesin, mereka mendengar, mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan
guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan pemahaman yang dicapai
siswa bersifat instrumental.
Selain itu penyebab rendahnya hasil belajar matematika yaitu dalam
penyampaian pelajaran matematika hanya menggunakan metode ceramah
yang mungkin dianggap para guru adalah metode paling praktis, mudah dan
efisien dilaksanakan tanpa persiapan. Mengajar yang hanya menggunakan
metode ceramah saja mempersulit siswa memahami konsep dalam pelajaran
matematika. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang telah diberikan
gurunya sehingga tingkat kemampuan siswa dalam pelajaran matematika
kurang dari yang diharapkan
Pada Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan Nasional
befungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
Bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berakhlaq
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya


meningkatkan hasil belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk
meraih hasil belajar dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika.
Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan
minat siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa),
sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya
mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka
sadari.
Mutu dan efektifitas pendidikan merupakan permasalahan yang sangat
komplek dan multi dimensional. Jika berbicara mutu pendidikan artinya kita
sedang meneropong keseluruhan dimensi pendidikan yang satu sama lain
saling terkait. Persoalan demi persoalan sistem pendidikan muncul ke
permukaan secara tidak beraturan. Misalnya kesempatan belajar yang kurang
merata dan adil, program pendidikan yang belum sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja, pengelolaan yang belum efisien terlalu terpusat, tenaga
proposional pendidikan yang belum proposional, biaya yang terbatas dan
sebagainya. Persoalan tersebut dianggap seolah-olah sebagai dimensi masalah
yang berdiri sendiri-sendiri. Mutu pendidikan itu sendiri perlu ditingkatkan
sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan zaman.
Siswa

kelas

SDN

Rantawan

Kecamatan

..............

Kabupaten .............. pada pembelajaran mata pelajaran Matematika dengan


Kompetensi Dasar Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dan indikator
Menentukan nilai tempat puluhan dan satuan dilihat dari hasil nilai ulangan
harian / tes formatif kurang memuaskan, terbukti ada 18 siswa dari 22 siswa
atau lebih dari 80% yang mendapat nilai di bawah KKM (kriteria ketuntasan
minimal). Perbaikan sudah dilakukan tetap saja belum mendapat hasil yang
memuaskan. Oleh karena itu peneliti mengangkat permasalahan ini untuk
dijadikan bahan penelitian tindakan kelas.
Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika tentang
nilai tempat puluhan dan satuan dapat dilakukan oleh guru sebagai peneliti

dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat,


motivasi serta keaktifan siswa serta penggunaan alat peraga yang tepat
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Menurut Peaget (dalam Endyah Murniati, 2007: 14) menjelaskan
bahwa perkembangan siswa usia Sekolah Dasar pada hakikatnya berada dalam
tahap operasional konkrit namun tidak menutup kemungkinan mereka masih
berada pada tahap praoperasi. Bila anak berada pada tahap praoperasi maka
mereka belum memahami hukum-hukum kekekalan, sehingga bila diajarkan
konsep penjumlahan besar kemungkinan mereka tidak akan mengerti.
Sedangkan siswa yang berada pada tahap operasi konkrit memahami hukum
kekekalan, tetapi ia belum bisa berfikir secara deduktif, sehingga pembuktian
dalil-dalil matematika tidak akan dimengerti oleh mereka. Hal ini berarti
bahwa

strategi

pembelajaran

matematika

haruslah

sesuai

dengan

perkembangan intelektual / perkembangan tingkat berfikir anak, sehingga


diharapkan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar itu lebih efektif dan
menyenangkan.
Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti mencoba dengan menerap
pendekatan kontekstual dengan metode bermain peran. Esensi dari
penerapan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah membantu guru mengaitkankan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat ( Nurhadi,2002:1 )
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
adalah sebuah proses pembelajaran yang bersifat menyeluruh atau holistik.
Pada pembelajaran kontekstual, siswa dimotivasi sehingga mereka dapat
memahami makna bahan pelajaran sesuai konteks kehidupan mereka seharihari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). Dengan pendekatan kontekstual,
siswa akan mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan atau konteks ke permasalahan ke konteks
lainnya.

Pada pendekatan kontekstual, guru mencoba menghadirkan situasi


dunia nyata ke dalam kelas. Siswa diajak untuk menemukan dan membentuk
hubungan-hubungan

antar

pengetahuan,

kemudian

juga

bagaimana

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan


masyarakat. Ada lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching
and learning), yaitu relating (menghubungkan), experiencing (mengalami),
applying (menerapkan), cooperating (bekerja sama), dan transferring
(mentransfer). Melalui kelima strategi ini nantinya diharapkan siswa akan
mencapai standar kompetensi yang diharapkan secara maksimal.
Pendekatan dan pembelajaran kontekstual terkait erat dengan
pembelajaran aktif (active learning). Dalam pembelajaran kontekstual, dalam
hubungannya dengan pembelajaran aktif, maka siswa harus dapat diajak untuk
membangun sendiri pengetahuannya (konstruktivisme atau constructivism),
aktif bertanya (questioning), aktif untuk menemukan pengetahuannya atau
konsep-konsep yang sedang dipelajari (inquiri), bekerja bersama dan belajar
bersama dalam suatu masyarakat belajar (learning community), melakukan
pemodelan (modeling), dan menerapkan penilaian otentik (authentic
assessment).
B. Identifikasi Masalah
Dari analisis nilai yang diperoleh siswa tersebut menunjukkan bahwa
proses pembelajaran yang telah peneliti laksanakan mengalami kegagalan,
kemudian peneliti mengadakan refleksi dan kerja sama dengan teman sejawat,
serta konsultasi dengan pembimbing untuk mengidentifikasi kekurangan dari
proses belajar mengajar yang peneliti laksanakan. Hasil mengidentifikasi
masalah tersebut adalah :
1. Siswa kurang memiliki motivasi belajar.
2. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat menentukan nilai tempat puluhan dan satuan.
4. Guru dalam menjelaskan terlalu cepat.
5. Guru menggunakan bahasa yang sulit dipahami oleh siswa

C. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan

analisis masalah yang diuraikan diatas,

perumusan masalah yang menjadi fokus perbaikan proses pembelajaran


adalah Bagaimana meningkatkan motivasi dan prestasi hasil belajar mata
pelajaran Matematika tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui
penerapan

pendekatan

kontekstual

pada

siswa

kelas

..............

Kecamatan .............. Kabupaten .............. Tahun Pelajaran ..............?


D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Tujuan Umum : Meningkatkan hasil belajar Matematika tentang nilai
tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan kontekstual pada siswa
kelas 2 .............. Kecamatan .............. Kabupaten ...............
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kretivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika
tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan
kontekstual.
b. Meningkatkan ketrampilan guru dalam pembelajaran Matematika
tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan
kontekstual.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika
tentang nilai tempat puluhan dan satuan melalui pendekatan
kontekstual.
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan memberikan manfaat
yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan kretivitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Menumbuhkembangkan minat belajar siswa pada pembelajaran
Matematika sehingga menarik bagi siswa.
c. Melatih siswa untuk mendapat menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan nilai tempat puluhan dan satuan.
2. Manfaat bagi guru

a. Dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi pembelajaran yang


sudah berlangsung.
b. Membantu guru untuk menyelesaikan masalah masalah yang timbul
dalam pembelajaran.
c. Guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
d. Meningkatkan kualitas dan kreativitas guru dalam mengajar.
3. Manfaat bagi sekolah
a. Menumbuhkan kerja sama yang positif antar guru untuk meningkatkan
kualitas dan mutu pembelajaran.
b. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberi
kontribusi yang tepat untuk sekolah itu sendiri, dalam rangka
perbaikan pembelajaran matematika pada khususnya, serta kemajuan
program sekolah pada umunya.

Anda mungkin juga menyukai