Pamakaian Obat Kumur
Pamakaian Obat Kumur
Memberikan kesembuhan akibat infeksi bila digunakan sesuai indikasi dan aturan.
Obat kumur yang menggunakan klorheksidin tidak berwarna, mudah larut dalam air
Pemakaian obat kumur juga berguna untuk mengontrol plak bakteri dan gingivitis.
Efek penekanan pertumbuhan plak oleh obat kumur didapat melalui efek sitotoksik
terhadap sel bakteri, sehingga terjadi penurunan jumlah bakteri dan penghambatan
pertumbuhan plak.2 bahan kima dalam obat kumur juga berfungsi untuk mencegah
perlekatan bakteri, menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan menyingkirkan
plak bakteri.
Obat kumur listerine yang mengandung antiseptik kombinasi fenol-minyak esensial
terbukti dapat mengurangi plak dan gingivitis, bila dipakai dua kali sehari setelah
menyikat gigi. Untuk pemakaian jangka panjang, listerine terbukti efektif dalam
menekan pertumbuhan plak gigi, namun efektifitasnya kurang jika dibandingkan
dengan klorheksidin.
Klorheksidin adalah bahan antiseptik yang umumnya digunakan sebagai kemoterapi
kontrol plak. Klorheksidin dapat menghambat pembentukan plak karena memiliki
kemampuan untuk mengadakan ikatan dengan kelompok asam anionik glikoprotein
saliva sehingga pembentukan pelikel akuid yang diperlukan untuk kolonisasi bakteri
plak terhambat. Kemudian klorheksidin juga dapat mengadakan ikatan dengan lapisan
polisakarida yang menyelubungi bakteri sehingga absorbsi bakteri ke permukaan gigi
atau
faktor-faktor aglutinasi asam yang ada dalam saliva dan menggantikan kalsium yang
diperlukan sebagai perekat bakteri membentuk massa plak. Selain menghambat
pertumbuhan bakteri plak, klorheksidin memiliki efek bakterisidal karena
berikatannya molekul kationiknya dengan anionik bakteri dan selanjutnya
Obat kumur berguna sebagai bahan profilaksis sesudah tindakan bedah. Penggunaan
obat kumur klorheksidin dilaporkan sangat efektif dalam mengontrol plak selama
penyembuhan dan disamping itu kumr-kumur dengan 15 ml klorheksidin 0,12% dua
kali sehari selama satu bulan dimulai dua hari setelah pencabutan gigi ternyata disertai
perbaikan kondisi periodontal yang signifikan pada sisi yang berbatasan dengan soket
bekas pencabutan. Obat kumur campuran fenol-minyak esensial juga efektif
elemen yodium.
Dapat berguna untuk pengobatan recurerent aphtous stomatitis atau lesi aftosa, yaitu
dengan mengurangi jumlah bakteri yang terdapat di dalam rongga mulut. Contoh obat
kumurnya: yang mengandung antibiotik seperti klortetrasiklin, penisilin atau
berupa erythema multiforme akibat pemakaian obat kumur yang mengandung yodium.
Penggunaan obat kumur yang mengandung antibiotika selain dapat menimbulkan
reaksi hipersensitivitas, juga dapat menyebabkan bakteri resisten dan juga infeksi oleh
jamur Candidas albicans. Oleh karena itu obat kumur ini tidak dipakai untuk
Penggunaan obat kumur berbahan etanol dalam durasi yang lama sehingga bahan ini
berkontak lebih lama dengan mukosa mulut menjadi faktor pendukung terjadinya
hiperkeratosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjay, Hoan Tan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat penting: khasiat,
penggunaan dan efek-efek sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal
246.
2. Ramadhan, Gilang Ardyan. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta:
Agromedia Pustaka. Hal: 176-177.
3. NS, Sallika. Serba serbi kesehatan perempuan: Apa yang kamu perlu tahu tentang
tubuhmu. Jakarta: Bukune. Hal: 135.
4. Amtha, R. Kelainan mukosa mulut akibat penggunaan obat kumur. M J
Kedokteran Gigi FKG Usakti. 1997; 35: 71-7.
5. Sudiono J. Pengaru pemakaian obat kumur senyawa fenol terhadap gambaran
SEM epitel mukosa bukal mulut tikus. M I Kedokt Gigi FKG Usakti. 1999; 38;
70-5.
6. Dalimunthe SH. Obat kumur dan kesehatan periodonsium. Majalah Kedokteran